Anda di halaman 1dari 7

Titik Putih

“Setitik Komplikasi”

R intik hujan mengguyur deras, kegelapan menyelimuti malam yang mencekam,


derai angin berhembus membangunkanku di malam yang sunyi, menyapa hening antara
kegelapan. Keluarga ku pergi tanpa sepengetahuanku “arghh paling makan makan lagi”
gumamku dalam hati. ditinggal makan makan sudah jadi hal yang lumrah bagiku, kadang
emang dasarnya aku pemalas karena setiap makan makan pasti kami pergi ke Mall dulu, ntah
itu belanjalah atau sekedar liat liat doang.
Tak ada alasan spesifik mengapa aku masih malas untuk jalan jalan. Capek jalan,
Mungkin itu salah satu alasannya. Jujur aja aku cepet banget capeknya kalo perkara jalan jalan
ke Mall, soalnya membosankan, mau ini ga dikasih, mau itu ga dikasih. Pokoknya di Mall
kerjaanku Cuma jalan jalan gajelas terus ngeliat barang barang yang udah ratusan ribuan kali
ku lihat di Swalayan Swalayan dekat rumahku. Itulah kadang yang membuatku malas untuk
ikut walaupun setelah ke Mall kami pasti makan makan. Kadang hanya sekadar mie ayam
kadang juga ke restoran kelas atas kayak Mc Donald.
“Tiitt…. Tiitttt..”, suara klakson terdengar keras dari dalam rumah. Mengindikasikan
bahwa pintu pagar hitam yang berkarat itu harus segera kubuka. “Aduhh cepet banget sih
datengnya, baru juga bangun, gajadi ngegame deh” gerutuku sembari membuka pagar besi itu.
Ibuku memang selalu melarangku main game diatas jam 9 malam. Katanya sih gabaik ya,,,,,
mungkin aku aja yang belum tau dampaknya. Satu satunya kesempatanku untuk bermain game
pada malam hari ialah ketika keluargaku pergi, itu juga jadi alasan mengapa aku malas pergi
jalan jalan.
“BANGGG….”
teriakan ibu seketika membuatku terpekik kaget sesaat setelah aku membuka pagar berkarat
menyebalkan itu. makanan dan minuman enak sudah terbayang di abun abunku. “wihh ada
makanan nih kayaknya” ujarku dalam hati. Terkadang ibu tetap membelikanku beberapa
cemilan walaupun aku sengaja gak ikut jalan jalan. Ibu membuka pintu mobil, keluar dengan
Raut wajah yang nampak murka kala ia menatapku dengan tangan yang menggenggam barang
belanjaan.
“Kayak ada yang ga beres”, gumamku dalam hati.
Aku mencoba tenang, stay positive, Aku tetap berekspetasi ibu ga bakal marah walaupun
tatapannya makin sinis bak elang melihat ular. Ekspetasiku seketika hancur karena pada
akhirnya ibu benar benar meluapkan amarah yang seolah ia pendam sejak lama. Aku panik,
takut, keringatku mengucur hebat melihat perempuan cantik berambut lurus itu marah besar
untuk pertama kalinya.
“ABANG TAU GA SALAH ABANG TU APA,,,,,,?”
bentaknya dengan kasar. Sejenak aku berpikir keras, memutar kembali memoriku,
mengingat kesalahan apa yang pernah ku perbuat dengan jantung yang masih berdebar
mengantisipasi segala hal yang bakal terjadi. Saking gugupnya, waktu itu aku gabisa nginget
peristiwa apapun, apapun itu.
“gg,,, gg,,, ga tau mi” ujarku dengan polosnya.
Wajahnya makin memerah, aura negatif sangat kurasakan dari ibu kala itu.
“ANAK GA TAU DIRI!, KAMU GA SADAR APA?, KAMU TU UDAH NGEJELEKIN
NAMA KELUARGA SAMA SEKOLAH TAU GAK!, BUAT APA COBA KAMU NYORET
DINDING SEKOLAH TERUS NULIS “RIDWAN GA MANDI BAU SAPI” ABIS TU BESAR
LAGI TULISANNYA, KAMU TU UDAH BENER BENER DIFASILITASI SAMA UMMI,
JAJAN BANYAK, PERALATAN LENGKAP, BUKUYA DISAMPULIN LAGI!, KURANG
BERSYUKUR APA?, TADI UMMI DAPET MESSAGE DARI KEPALA SEKOLAH.
KATANYA ITU PELANGGARAN TINGKAT 4! TAU GAK APA ARTINYA?!”
celetukan menusuk yang ibu lontarkan membuatku diam seribu bahasa. Aku mencoba untuk
tetap diam, dengan harapan amarahnya segera meredam.
“ARTINYA KALO KAMU BERMASALAH SEKALI LAGI KAMU BAKAL DI DROP
OUT DARI SEKOLAH!” sambungnya menggertak kesal.
Aku diam, mematung sembari menyesali perilaku yang baru saja kulakukan minggu
lalu. Sebenarnya aku hanya mengiyakan tantangan bocah polos kelas delapan yang
KATANYA bakal ngasih 100.000 kalo aku berani nyoret dinding kelas pake nama guru apapun
terus belakangnya ditambah “ga mandi bau sapi”. Tanpa banyak mikir tantangan itu langsung
ku terima. Gapeduli apa resikonya, pikiranku hanya terpaku pada uang yang bocah polos itu
janjikan, seolah dengan uang itu dunia dapat ku genggam.
“siapa yang ga tergiur coba dikasih 100.000 buat nyoret dinding doang, abis coret
tinggal apus,,, segampang itu” pikirku kala itu.
ya emang gampang diilangin, tapi tuhan berkata lain, nampaknya tuhan udah muak
dengan tingkah laku beringasku. Guru fisika kami, sebut saja Bu Elvie, badannya tinggi,
kacamata merah jadi ciri khasnya, Senyumannya selalu mentransfer energi positif pada kami,
ngajarnya asik, dan tentun materinya mudah dipahami walau sebenarnya fisika merupakan
salah satu mapel yang minim peminat. Waktu Bu Elvie ngajar, kelas yang awalnya sepi kayak
kamar mayat, mendadak jadi kelas yang seru dan aktif bak grup gibah tetangga sebelah, the
best teacher lah pokoknya. Bu Elvie seketika masuk kelas kami tanpa alasan,
“lah kok ada Bu Elvie?, padahal fisika dua hari lagi loh,,,” ujar Miko temen sekelasku yang
baru bangun dari mimpi indahnya.
“selamat pagi siswa siswi yang ibu banggakan” sapa Bu Elvie dengan penuh senyuman.
Kelas seketika morat marit, semua siswa termengah mengah merapikan meja dan kursi
yang sebelumnya dirancang jadi tempat yang nyaman untuk tidur, semua siswa dengan cergas
duduk dengan rapi di bangku masing masing walau ngantuk menyerang. Sedangkan aku, panik
memikirkan apakah tulisan ku dilihat oleh Bu Elvie atau ga.
“gawat nih,,, moga ga ketahuan plssss” gumamku dalam hati.
Bu Elvie hanya menggeleng kecil melihat kelakuan penuntut ilmu yang belum
merasakan kerasnya dunia kerja kalo sekolah hanya untuk lulus tanpa ada kemauan untuk
improvisasi diri.
“yaampun, murid ibu yang banyak potensinya kok tidur pas gaada guru,,,” ujar Bu Elvie
mengernyit dahi.
Kami hanya bisa tertawa malu sebab baru kali ini sekelas kedapatan tidur walau ada
beberapa siswa yang lagi ngerjain tugas.
“kalian tuh bentar lagi masuk SMA, orientasikanlah segala waktu yang kalian punya
untuk masuk sekolah favorit, ntar masuk Sekolah ecek ecekan nyesel, SMA berpengaruh besar
loh buat pertimbangan kuliah kalian kalo kalian gatau. Waktu kalian tuh banyak, pulang jam
dua, dari jam dua sampai malem bisa kalian manfaatin buat belajar apapun, intinya ada aja ilmu
yang bisa kita petik, jangan sampai dalam sehari gadapet apa apa walau ikut pelajaran
disekolah, ilmu pun susah masuk ke otak kalo kalian males malesan gini. Ingat,,, dengan waktu
yang banyak ini kalian……”.
Taklimat Bu Elvie tiba tiba terhenti, matanya langsung tertuju pada tembok kelas
bagian kiri, ia melihat aku yang lagi ngapus jejak yang membawaku dalam masalam besar,
“ammar kenapa kamu nyoret dinding” Ujar Bu Elvie menegur,
“gg ga ada Bu” jawabku gugup.
Keringat tanda panik mulai mengucur kala melihat Bu Elvie langsung menghampiri bangkuku,
“arghhhhh,,, pasrah ajalah” ujarku putus asa.
Bu Elvie kemudian melihat sebuah tulisan fatal yang bagian bawahnya udah dihapus
dan sempat menggemparkan satu sekolah waktu itu, “Kamu nulis ini Ammar?” ujar Bu Elvie
sedikit tak percaya, raut wajah Bu Elvie seketika muram, berubah drastis 180 derajat, yang bisa
kulakukan hanya duduk terpaku, tertunduk lemas menunggu waktu mengungkap takdir selepas
melihat coretan yang belum sempat ku hapus itu ketahuan sama Bu Elvie.
Bu Elvie kemudian memotret tulisan itu dan langsung keluar dengan muka datar penuh
kedengkian. Coretanku itu menuai banyak kontroversi, baik dari murid maupun guru, selepas
kejadian itu, hari hari ku diwarnai dengan cemohan, ejekan, gibah yang udah bosen aku
dengerin bak denger lonceng masuk kelas. Parahnya lagi, bocah polos yang menjanjikan uang
padaku ikut mengejekku dan bilang kalo aku bodoh dan mudah diperdaya.
“ya tuhan, gini amat cobaanku, berilah aku kemudahan,,, sabar,,, sabar,,, masih bisa diperbaiki
kok” keluhku usai ditindas oleh pentolan kelas kami.
Kulalui hari hari sulit sebab ketengkaranku dengan sabar, semenjak itu ibadah makin
ku perbanyak, zikir selalu kulantunkan selepas sholat, berdoa memohon petunjuk agar masalah
ini segera terselesaikan dengan rapi.
Seminggu tak ada kabar tentang kelanjutan kasusku, aku mulai bisa bangkit dari
keterpurukan terendahku, temen temenku yang awalnya mengejekku abis abisan mulai bosan
dan lambat laun berhenti. Hati mulai tentram, seolah tuhan mengerahkan secuil kuasanya untuk
menolongku yang lemah dan tidak berdaya ini.
Hingga akhirnya aku mendapat surat panggilan yang selama ini kunanti nanti
kehadirannya lewat perantara ibuku yang baru pulang dari jalan jalannya. Malam itu menjadi
malam terburuk ku, seumur hidup pertama kalinya aku melihat ibuku semurka itu. begitu pula
ayahku, bedanya dia hanya sebatas acuh tak acuh padaku, bahkan saat ia beranjak dari mobil,
ia menolak menatap mataku dan terus memalingkan pandangannya padaku. Membuatku makin
merasa bersalah. Ku terima semua cletukan ibuku dengan tegar, dengan komitmen kalo aku ga
bakal ngecewain ibu lagi.
“ibu kecewa sama kamu”, ucap ibu mengakhiri ocehan.
Ibu langsung masuk ke rumah dengan wajah muram bercampur sedih sebab kecewa.
isak tangis seketika keluar dari mata sayuku, penyesalan mendalam kurasakan kala itu,
yang ada di benakku hanyalah bagaimana cara agar kasusku cepat selesai serta bagaimana cara
meredam kekecewaan ibuku. “Ibu maafkan abang, abang janji ga bakal khilaf lagi” ujarku
dalam hati dengan hati yang pilu. Akhirnya Aku memutuskan untuk tidur sembari
menenangkan diri dan kabur sejenak dari permasalahan melandaku saat ini. “oh Tuhan,
hambamu butuh kuasamu” doaku sebelum beranjak tidur
___________________________________________________________________

“Setitik Dorongan”

“S lurppp….” Secangkir teh manis hangat menemani fajarku yang elok dan tentram,
seolah beban hidupku udah kubunuh terus kukubur dalam dalam, jarang jarang aku mendapati
perasaan setenang ini, ini termasuk fenomena langka dalam hidupku. Suasana fajar benar benar
jadi waktu terbaik untuk merilekskan pikiran dan tenaga setelah menyelesaikan perkara perkara
dunia yang tak kunjung usai.
“Bangggg….” Tendengar suara ibu yang nampaknya berasal dari ruang makan,
suaranya terdengar lembut. Aku sempat heran mengapa ibu tiba tiba memanggilku dengan nada
selembut itu, padahal ia marah besar semalam. Hal itu membuatku berpikir kalo ibu udah ga
marah sama aku,
“mungkin masih membekas di lubuk hatinya”. Pikirku
Dengan sigap aku menghampiri ibuku, ibu langsung menyodorkan sepiring roti bakar coklat
keju kesukaanku.
“nih, makan…” ujar ibu melayani
“Ma… ma.. makasih bu” ucapku sedikit malu.
“ibu masih marah?” tanyaku ragu.
Suasana hening sejenak…. Yang terdengar hanyalah suara angin dan kokokan ayam tetangga.
“Ga, asalkan masalah itu kamu urus sendiri!” jawabnya sedikit kesal
Ibu lalu diam dan langsung pergi melanjutkan rutinitas mencucinya. Tampaknya ibu
masih geram atas kesalahanku. Walaupun ibu bilang ia tak marah, raut wajah dan intonasi
bicaranya tak bisa membohongi, usai sarapan aku bergegas mandi dan langsung berangkat ke
sekolah tanpa pamitan sebab malu.
“Kringg…. Kringg….”, bunyi lonceng pertanda masuk terdengar dari luar sekolah, aku
beranjak dari motor dan segera lari secepat mungkin menggapai gerbang sekolah yang hampir
ditutup oleh satpam kami. Menurutku sekolah kami termasuk sekolah yang unik, karena tempat
parkirnya memiliki bangunan sendiri diluar sekolah. akhirnya aku menggapai gapura sekolah
walau dengan termengah mengah. Ketika sampai aku melihat semua siswa telah berbaris rapi
didepan kantor kepala sekolah kami, nampaknya akan ada pengarahan khusus dari kepala
sekolah. Dengan terburu buru aku langsung menuju kantor kepala sekolah bersama temanku
Miko yang sama telatnya denganku, rambut belah dua yang elegan dan tampangnya yang kayak
artis korea menjadikannya primadona disekolah kami.
“perasaan kumpul terus dah” keluhnya heran. Akhirnya kami tiba di depan kantor,
bertepatan dengan itu bapak kepsek kami keluar dari kantor sembari membawa secarik kertas
dan sebuah microphone.
“oke, selamat pagi anak anak yang bapak cintai, jadi pada kesempatan kali ini bapak
akan menyampaikan semua pengumuman yang terbilang penting, terutama buat anak anak
yang semangat berprestasinya tinggi.” Sambut bapak kepala sekolah membuka pembicaraan.
Sontak para siswa bersorak Bahagia mendengar kabar tersebut, sekolah kami memang
dikenal dengan murid-muridnya yang rata-rata cerdas dan ambisius. Walau sering tidur dikelas,
prestasi yang kami diraih tidak main main, tidak sedikit dari siswa kami yang prestasinya
tembus ke kancah nasional, bahkan beberapa sampai ke internasional.
“Siswa siswi cerdas yang bapak banggakan, dua minggu lagi akan diadakan olimpiade
kemerdekaan tingkat nasional yang diselenggarakan langsung oleh kemendikbud dalam
memperingati hari kemerdekaan negara tercinta. Ada 5 bidang yang diperlombakan untuk
jenjang smp yakni geografi, ekonomi, sejarah, matematika, dan fisika. dan bagusnya
perlombaan ini bisa diikuti oleh SIAPAPUN tanpa ada seleksi dan batas kuota. jadi bapak harap
semua murid disini ikut berpartisipasi dalam olimpiade kemerdekaan ini dibidang apapun
sesuai dengan kemampuan dan minat kalian. untuk pendaftarannya silahkan konfirmasi ke Bu
Elvie mengenai bidang apa yang ingin kalian ikuti. Oke mungkin sekian, bapak gabisa berlama
lama karena ada urusan diluar, bapak akhiri sekian dan terimakasih.” Ujar bapak kepsek
mengakhiri pembicaraan.
Satu sekolah seketika ribut bicara mengenai olimpiade usai pak kepsek mengakhiri
pembicaraannya.
“eh mar, kamu pilih apa?” tanya gracia menghampiriku. Aku menatapnya sejenak,
pandanganku tak dapat teralihkan kala melihat wajahnya yang manis penuh senyuman bak
melihat bidadari. Matanya yang lentik membuatnya makin mempesona. Sifatnya yang baik dan
ramah membuatku makin terpukau dengan perempuan blasteran ini.
“aku pengennya matematika sih” balasku sok kenal.
“eh sama dong….. nanti kita belajar bareng ya”, lanjutnya dengan senyuman.
Aku hanya mengangguk malu dan langsung menghampiri Miko yang duduk menungguku di
bangku panjang depan kelas.
“ayok ke kelas” ajak Miko. Aku mengangguk mengiyakan. Semenjak itu, pikiran dan hatiku
dipenuhi oleh Gracia sepanjang hari, saat mandi, saat makan, saat belajar selalu saja ada Gracia
di benakku, bahkan terbawa sampai ke mimpi berulang kali. Terkadang aku beranggapan kalo
aku telah jatuh cinta padanya. Gejolak cinta yang menggebu gebu ini tamatttttttt,
awowkwokwowkowkwokwo udah 2000 kata.

_____________________________COMING SOON______________________________

Anda mungkin juga menyukai