“Setitik Komplikasi”
“Setitik Dorongan”
“S lurppp….” Secangkir teh manis hangat menemani fajarku yang elok dan tentram,
seolah beban hidupku udah kubunuh terus kukubur dalam dalam, jarang jarang aku mendapati
perasaan setenang ini, ini termasuk fenomena langka dalam hidupku. Suasana fajar benar benar
jadi waktu terbaik untuk merilekskan pikiran dan tenaga setelah menyelesaikan perkara perkara
dunia yang tak kunjung usai.
“Bangggg….” Tendengar suara ibu yang nampaknya berasal dari ruang makan,
suaranya terdengar lembut. Aku sempat heran mengapa ibu tiba tiba memanggilku dengan nada
selembut itu, padahal ia marah besar semalam. Hal itu membuatku berpikir kalo ibu udah ga
marah sama aku,
“mungkin masih membekas di lubuk hatinya”. Pikirku
Dengan sigap aku menghampiri ibuku, ibu langsung menyodorkan sepiring roti bakar coklat
keju kesukaanku.
“nih, makan…” ujar ibu melayani
“Ma… ma.. makasih bu” ucapku sedikit malu.
“ibu masih marah?” tanyaku ragu.
Suasana hening sejenak…. Yang terdengar hanyalah suara angin dan kokokan ayam tetangga.
“Ga, asalkan masalah itu kamu urus sendiri!” jawabnya sedikit kesal
Ibu lalu diam dan langsung pergi melanjutkan rutinitas mencucinya. Tampaknya ibu
masih geram atas kesalahanku. Walaupun ibu bilang ia tak marah, raut wajah dan intonasi
bicaranya tak bisa membohongi, usai sarapan aku bergegas mandi dan langsung berangkat ke
sekolah tanpa pamitan sebab malu.
“Kringg…. Kringg….”, bunyi lonceng pertanda masuk terdengar dari luar sekolah, aku
beranjak dari motor dan segera lari secepat mungkin menggapai gerbang sekolah yang hampir
ditutup oleh satpam kami. Menurutku sekolah kami termasuk sekolah yang unik, karena tempat
parkirnya memiliki bangunan sendiri diluar sekolah. akhirnya aku menggapai gapura sekolah
walau dengan termengah mengah. Ketika sampai aku melihat semua siswa telah berbaris rapi
didepan kantor kepala sekolah kami, nampaknya akan ada pengarahan khusus dari kepala
sekolah. Dengan terburu buru aku langsung menuju kantor kepala sekolah bersama temanku
Miko yang sama telatnya denganku, rambut belah dua yang elegan dan tampangnya yang kayak
artis korea menjadikannya primadona disekolah kami.
“perasaan kumpul terus dah” keluhnya heran. Akhirnya kami tiba di depan kantor,
bertepatan dengan itu bapak kepsek kami keluar dari kantor sembari membawa secarik kertas
dan sebuah microphone.
“oke, selamat pagi anak anak yang bapak cintai, jadi pada kesempatan kali ini bapak
akan menyampaikan semua pengumuman yang terbilang penting, terutama buat anak anak
yang semangat berprestasinya tinggi.” Sambut bapak kepala sekolah membuka pembicaraan.
Sontak para siswa bersorak Bahagia mendengar kabar tersebut, sekolah kami memang
dikenal dengan murid-muridnya yang rata-rata cerdas dan ambisius. Walau sering tidur dikelas,
prestasi yang kami diraih tidak main main, tidak sedikit dari siswa kami yang prestasinya
tembus ke kancah nasional, bahkan beberapa sampai ke internasional.
“Siswa siswi cerdas yang bapak banggakan, dua minggu lagi akan diadakan olimpiade
kemerdekaan tingkat nasional yang diselenggarakan langsung oleh kemendikbud dalam
memperingati hari kemerdekaan negara tercinta. Ada 5 bidang yang diperlombakan untuk
jenjang smp yakni geografi, ekonomi, sejarah, matematika, dan fisika. dan bagusnya
perlombaan ini bisa diikuti oleh SIAPAPUN tanpa ada seleksi dan batas kuota. jadi bapak harap
semua murid disini ikut berpartisipasi dalam olimpiade kemerdekaan ini dibidang apapun
sesuai dengan kemampuan dan minat kalian. untuk pendaftarannya silahkan konfirmasi ke Bu
Elvie mengenai bidang apa yang ingin kalian ikuti. Oke mungkin sekian, bapak gabisa berlama
lama karena ada urusan diluar, bapak akhiri sekian dan terimakasih.” Ujar bapak kepsek
mengakhiri pembicaraan.
Satu sekolah seketika ribut bicara mengenai olimpiade usai pak kepsek mengakhiri
pembicaraannya.
“eh mar, kamu pilih apa?” tanya gracia menghampiriku. Aku menatapnya sejenak,
pandanganku tak dapat teralihkan kala melihat wajahnya yang manis penuh senyuman bak
melihat bidadari. Matanya yang lentik membuatnya makin mempesona. Sifatnya yang baik dan
ramah membuatku makin terpukau dengan perempuan blasteran ini.
“aku pengennya matematika sih” balasku sok kenal.
“eh sama dong….. nanti kita belajar bareng ya”, lanjutnya dengan senyuman.
Aku hanya mengangguk malu dan langsung menghampiri Miko yang duduk menungguku di
bangku panjang depan kelas.
“ayok ke kelas” ajak Miko. Aku mengangguk mengiyakan. Semenjak itu, pikiran dan hatiku
dipenuhi oleh Gracia sepanjang hari, saat mandi, saat makan, saat belajar selalu saja ada Gracia
di benakku, bahkan terbawa sampai ke mimpi berulang kali. Terkadang aku beranggapan kalo
aku telah jatuh cinta padanya. Gejolak cinta yang menggebu gebu ini tamatttttttt,
awowkwokwowkowkwokwo udah 2000 kata.
_____________________________COMING SOON______________________________