Anda di halaman 1dari 2

Bulan ke 9 dari 2021

“Hidup tidak akan berhenti hanya karna duniamu suram”. Kubuka buku kecilku pada suatu pagi
ditengah riuhnya suara burung berkicau bernyanyi. Ternyata tulisan itu pernah kubuat ketika ku
masih terikat pada cerita yang sama.

Kembali kulanjutkan sepenggal kalimat di atas. Kutulis ini sebagai penutup ceritaku. Dulu pernah
kutulis cerita awal bertemu. Hari ini kembali kuceritakan akhir atau bukan cerita ini, aku hanya ingin
mengabadikan rasaku, sakitku, ceritaku. Walaupun tidak indah, malam itu air mataku jatuh dengan
sendirinya dengan ditemani heningnya malam dan disusul suara lirih isak disudut kamar.

Ternyata ini sakit ya. Ditengah riuhnya pikiranku, ditengah berserakan ceritaku, kudatangi dia, kukira
dia bisa menjadi rumah tempatku pulang ternyata dia hanya secarik cerita yang menambah riuhnya
jalan pikiran. Salahku yang masih menunggu orang yang tidak minta ditunggu, salahku kembali
bertamu pada rumah yang sudah menutup pintu, salahku memaksakan rasaku. Iya, memang
salahku.

Namun, aku juga berterimakasih sebelum ini berakhir, aku sempat bahagia. Sangat bahagia,
Menatap ombak, bulan dan menikmati sejuknya angin bersama meski itu menjadi luka jika diingat
kembali. Rasanya tak bisa kugambarkan hancurnya aku. Sakitku, air mataku.

Aku tidak merasa aku yang paling menderita, tapi setiap orang pasti mempunyai batas sakitnya
masing-masing. “Ternyata aku lemah ya” pikirku berlalu di sepanjang jalan perjalan yang kulewati.
Rasanya aku tak ingin berjumpa pagi dan tak mau menatap wajah di cermin jika harus kembali
melawan kenyataan ini.

Ternyata cerita ini selesai ya. Sakit kan menjadi orang yang paling sayang, sakit kan jadi orang yang
paling tulus, sakit kan menjadi orang yang terlalu baik padahal kebaikanmu tidak pernah di anggap
oleh dia, bahkan kehadiranmu juga tidak pernah di anggap olehnya.

Tiap hari kucari cara untuk mengobati luka yang tak kasat mata ini, tiap hari aku menguatkan diri
sendiri karna luka yang aku cipta sendiri, tiap hari aku memohon pada tuhan untuk diberi kesabaran
seluas mungkin. Namun ternyata mempercayai seseorang akan berubah tidak ada gunanya.
Harusnya kusadari sejak lama bukan malah kupungkiri bahwa dia akan berubah.
Salah, ternyata keyakinanku salah bahwa dia bisa memberi apa yang kuberi. Dia memang bukan
rumah. Kini tiap hari aku hanya bisa mengasihani diri dengan deretan cerita yang semakin
bertambah dan belum sempat diselesaikan. But. Terimakasih sudah tetap hidup sampai saat ini.
Terima kasih sudah berkenan menjadi salah satu tokoh penting dalam pikiran aku, terima kasih telah
menjadi kisah yang pernah sulit aku ikhlaskan, selamat berbahagia dengan hidup yang baru.

Dan nanti bila bertemu kembali, semoga tak ada lagi benci dan cinta yang masih teringat lagi,
menjadi manusia yang takut diikuti dan selalu menyendiri, kamu masih memilki otak sendiri dihati
ini, maaf bila selama kamu mengenal aku hanya menjadi beban dan mengganggu kehidupanmu,
selamat berkelana semestaku. Abadilah dalam keasingan, bahkan jika semesta mempertemukan aku
akan menghindar. Kita bukan lemah kita hanya belum sampai ke titik kuat dan bisa itu

Anda mungkin juga menyukai