Aku termenung di teras rumah, ditemani dengan segelas coklat
panas,menatapi hujan yang turun dengan derasnya.Seketika aku mengingat kejadian itu,kejadian dimana seorang pria selalu menemaniku merangkai hujan menyamarkan canda dan tawa dengan suara rintikan hujan sambal menunggu waktu pulang sekolah tiba.Ketika hujan mulai reda,dia selalu berlari meninggalkanku menuju ke halaman sekolah,aku selalu mencegahnya,karena aku selalu takut jika dia jatuh sakit,karena hujan belum sepenuhnya reda.Dia memandangku saat aku melarangnya,dia meyakinkanku bahwa dia tak akan kenapa,sambil mengelus kepalaku dan tersenyum kepadaku,itu sudah membuatku luluh dan dia berhasil membuatku tersenyum akan tingkahnya .Dia pergi menyusuri koridor sekolah sambil sesekali menatapku,aku melambai tanganku kepadanya dan mengucapkan “hati hati di jalan”.Dia mengangguk tersenyum dan membalas lambaian tanganku. Aku menggeleng membuyarkan lamunanku,berdecak kesal mengingat apa yang terngiang di kepalaku. Nyatanya aku tidak dapat lari dari hujan,kemanapun dan dimanapun aku pergi,hujan selalu berhasil mencegatku,membuat aku basah dan terjatuh dalam ribuan rintik hujan yang turun.Setiap saat aku di dalam pikiranku selalu terlintas tingkah laku konyol Pria yang dulu selalu mengisi hari hariku.Ternyata lewatmu aku mengenal banyak,hanyut bersama imajinasi dengan getaranmu yang mejadi candu.Tetapi aku sadar itu hanyalah sebuah cerita yang telah usai.Aku sempat tidak menerima bahwa kini ceritaku dan Pria itu terhenti dan tak bisa kembali kuukir dengan kisah kisah yang semanis dulu. Jika dikenang dan direnungkan lagi,saat itu kita memang begitu dekat.Begitu dekat sampai sampai tak mungkin kita tak saling menginginkan,tak saling menyayangi.Mungkin “pasti”adalah kata yang tepat untuk mewakili situasi saat itu.Namun,hidup selalu memiliki kejutan dan misteri tanpa batas.Apa yang aku piker “pasti”ternyata hanyalah “ilusi”.Kita begitu dekat saat itu,kita begitu renggang saat ini.Dan sebesar aku menginginkan “pasti”itu terjadi,sebesar itu pula aku merindukannya sebagai “ilusi” Sungguh sulit untuk melupakan masalalu yang masih berbekas di dalam hati nurani.Tetapi kini aku sadar,tidak bisa terus menerus tenggelam bersama kenangan itu.Aku harus menghadapinya,berdiri gagah ,memulai dengan damai,dan menerimanya.Untuk apa dilawan? untuk apa dilupakan? itu semua sudah terjadi di dalam hidup kita.Peluk semua kisah yang lalu,dan cukup berikan dia tempat yang terbaik dalam hidupku.Aku paham,tidak semua yang aku inginkan bisa dikabulkan,karena memang apa yang aku inginkan belum tentu yang terbaik.Aku hanya manusia yang hanya bisa merencanakan,dan perihal menjadikannya kenyataan,hanya Tuhan yang punya peran.