Al-hiwaar
Dialog
Khalid : Masmuka ?
ض أَ ْن َت ؟
ٌ از ٌم أَ َم ِر ْي
ِ َح
Hazi
Apakah kamu sakit?
m
. ش ِد ْيدَ ٍة فِي َب ْطنِي ْ َ أ، َعا ِم ٌر َن َع ْم
َ ش ُع ُر ِبآاَل ٍم
Iya, aku memiliki sakit yang parah di perutku. Amirg
ب؟ َّ از ٌم َهلْ َذ َه ْب َت إِ َلى
ِ الط ِب ْي ِ َح
Hazi
Apakah kamu telah pergi ke dokter?
m
. اء َّ َ َو َل ْم أَ َت َن َاولْ أ، ب
ٍ ي د ََو ِ الط ِب ْي ْ َل ْم أَ ْذه، َعا ِم ٌر اَل
َّ َب إِ َلى
Tidak, aku belum pergi ke dokter, dan belum sama sekali minum
Amir
obat.
س َّل ْم ؟
َ ص َّلى هللاُ َع َل ْي ِه َو
َ ُ س ْول
ُ الر َّ ِص َة
َّ الص َح ِاب ِّي ا َّلذِي َعا َل َج ُه َّ سم ِْع َت ق
َ ْاز ٌم َهل
ِ َح
Apakah kamu pernah mendengar kisah sahabat yang diobati oleh Hazi
Rasul -shallallahu 'alaihi wa sallam-? m
ْ ِم َّم ا. َل ْم أَ ْس َم ْع ِب َها، َعا ِم ٌر اَل
َّ ش َت َكى
الص َح ِاب ُّي ؟
Tidak, aku belum pernah mendengarnya. Apa yang sahabat
Amir
tersebut keluhkan?
. ش َت َكى مِنْ َب ْط ِن ِه
ْ از ٌم ِا
ِ َح
Hazi
Ia mengeluhkan perutnya.
m
س َّل َم ؟
َ ص َّلى هللاُ َع َل ْي ِه َو
َ ُ س ْول َّ ف َعا َل َج ُه
ُ الر َ َعا ِم ٌر َو َك ْي
Bagaimana Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam-
Amir
mengobatinya.
Abdullah : Afwan
Abdullah : Sama-sama
Khalid : Ma’as-salaamah
Abdullah : Ma’as-salaamah
pembagian Kalam yang jumlahnya ada 3, yaitu: Isim, Fi’il, dan Huruf.
واقسمه ثلثة اسم وفعل وحرف جاء لمعنى
Perlu diketahui bahwa pembagian kata pada bahasa Arab sedikit berbeda
dengan pembagian kata pada bahasa Inggris. Jika dalam bahasa Inggris
pembagiannya adalah noun (kata benda), verb (kata kerja), adjective (kata
sifat), dan beberapa jenis kata yang total jumlahnya ada 9 itu, maka pada
bahasa Arab pembagiannya secara garis besar hanya ada 3 (meskipun
nantinya setiap kategori ini memiliki anak kategorinya masing-masing),
yaitu: isim (kata benda), fi’il (kata kerja), dan huruf (kata hubung). Adjective
dalam sistem tata bahasa Arab ikut dikategorikan ke dalam Isim.
Untuk diketahui, dari ketiga jenis kata ini kesemuanya memiliki ciri masing-
masing agar dapat dibedakan. Berikut ciri-ciri isim, fi’il, dan huruf:
Isim secara garis besar bisa diartikan sebagai kata benda (kata sifat juga
termasuk ke dalam isim), namun dalam pengertian yang lain isim diartikan
sebagai kata yang pada dirinya sendiri mengandung arti tetapi tidak
disandarkan pada waktu.
Tanda-tanda untuk dapat mengetahui apakah kata tersebut termasuk isim atau
bukan ada 4 tanda, yaitu:
Bisa di-jer-kan
Suatu kata bisa dibaca jer karena beberapa sebab, yang paling banyak
biasanya karena kemasukan huruf jer atau karena idlofah (gabungan kata).
Contoh:
Adanya tanwin
Jika suatu kata mengandung tanwin, maka sudah bisa dipastikan kata tersebut
merupakan isim.
Sama seperti tanwin, jika suatu kata mengandung al maka sudah dapat
dipastikan kata tersebut merupakan isim.
Perlu diketahui bahwa al dan tanwin merupakan penanda isim yang sifatnya
saling menegasikan. Jadi jika sudah ada al maka tidak boleh ada tanwin, dan
sebaliknya, jika sudah ada tanwin maka tidak boleh ada al.
Kata Zaid diatas merupakan isim karena kemasukan huruf jer ب
ِ .
Dalam kitab Jurumiyah ini huruf jer disebutkan ada 12, yaitu:
وهى من والى وعن وعلى وفي ورب والباء والكاف والالم وحروف القسم وهى الواو والباء والتاء
َحتَّى خَال َحا َشا َعدَا في ع َْن َعلَى# ك ُحرُوفَ ْال َجرِّ َو ْه َي ِم ْن إل َى
َ هَا
Huruf jer iku rupane min lan ila # hatta khola hasya ‘ada fi ‘an ‘ala
Mudz mundzu rubba lam lan kay wawu lan ta’ # ugo kaf lan ba’ lan la’alla
lan mata
Fi’il dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai kata kerja, namun dalam
pengertian yang lain fi’il diartikan sebagai kata yang pada dirinya sendiri
mengandung arti dan padanya disandarkan pada waktu: lampau (past), kini
(present), dan yang akan datang (future).
Tanda-tanda untuk dapat mengetahui apakah kata tersebut termasuk fi’il atau
bukan ada 3 tanda, yaitu:
Qod ini bisa masuk ke dalam fi’il madli maupun fi’il mudlori’.
Baca Juga: Unen Unen Jowo dan Hubungannya dengan Kaidah Balaghoh
Antara sin tanfis dan saufa taswif sebenarnya maknanya sama yaitu
hendak/akan. Perbedaannya adalah pada kadar waktunya dimana pada sin
tanfis zaman mustaqbalnya (akannya) lebih sedikit daripada zaman
mustaqbalnya (akannya) saufa, karena banyaknya huruf menunjukkan
banyaknya makna. Mudahnya, sin tanfis menunjukkan bahwa kejadiannya
sudah hampir terjadi, sedangkan saufa kejadiannya masih lama.
Huruf dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai kata hubung, namun
dalam pengertian yang lain huruf diartikan sebagai kata yang mengandung
arti (dapat dipahami maknanya) jika digabung dengan kata lain. Dengan
demikian, kata ini tidak akan memiliki makna tertentu, kecuali disandarkan
pada kata-kata lain.
Contoh: ـ لم الى
Jika untuk mengetahui isim dan fi’il terdapat tanda-tanda yang menyertainya,
maka untuk mengetahui huruf adalah sebaliknya, yaitu dengan tidak adanya
tanda-tanda isim dan fi’il. Dengan kata lain, jika suatu kata bukan merupakan
isim maupun fi’il, maka sudah dapat dipastikan kata tersebut merupakan
huruf.