Anda di halaman 1dari 2

Dan pagi ini yang disambut dengan rintikan hujan aku memutuskan untuk mengambil laptop

kembali dan mencurahkan isi hati. Ya aku bingung dengan perasaanku sendiri, entahlah ini
tentang apa tapi kutuliskan saja dan aku juga sedang tidak ada kerjaan, lumayanlah untuk
mengisi waktu luangku. Di umurku saat ini sudah banyak sekali pelajaran dan pengalaman
yang aku dapatkan, mendewasakan diri lewat setiap peristiwa yang aku hadapi, jika
diungkapkan mungkin banyak hal tidak tersampaikan dengan baik, karena ini perihal hati dan
perasaan yang mengendap entah dimana. Aku menjalani hari seperti biasanya terlambat
bangun di pagi hari beraktivitas di siang hari dan bersantai di malam hari, yup mungkin
sangat mudah untuk dituliskan tetapi menjalaninya seperti sebuah garis yang entah kemana
tujuannya. Namun selalu kusyukuri setiap harinya karena aku masih bisa tetap menyantap
mie sembari menonton drama korea, berkumpul bersama teman, bergurau ria dengan
keluarga serta menyapa alam sekitar yang indah. Tulisan ku kali ini mungkin terkesan galau
tapi memang benar sih, aku heran mengapa ya perihal asmara bisa mengambil peran yang
begitu besar pada hidup ini, patah hati,, ya inilah yang aku rasakan saat ini, dulu kata tersebut
terkesan aneh dan lucu, aku selalu tertawa sembari mengucap ahh hati mana bisa patah,
memangnya penggaris. Perkataan itu membuatku malu saat ini, akhirnya aku merasakan yang
namanya patah hati, dimana itu hanyalah istilah tapi dadaku terasa sesak tiap mengingat
kenangan itu. Sebulan yang lalu aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang telah
kujalin selama setahun empat bulan, kalau boleh jujur aku menyesali keputusan itu, rasa
sayang yang begitu tulus dan iklas masih sangat meluap di dalam hati ini, di satu sisi aku juga
menyesali perbuatanku kepadanya selama ini yang mungkin itu menjadi hal yang sangat
menyakitkan baginya. Setelah kehilangan dia rasa penyesalan, rasa bersalah , rasa ingin
memperbaiki itu selalu muncul namun tak lupa juga ada rasa takut untuk memulai kembali,
takut dia tidak bisa menerimaku kembali, takut dia sudah melupakanku dan takut untuk
menyakiti dirinya lagi. Sungguh situasi yang sangat aneh tapi nyata adanya, aku memang tipe
orang yang tidak mudah untuk melepaskan dan melupakan seseorang, termasuk dia, orang
yang pernah mengukir kenangan di hidupku, ingin rasanya aku bertemu dan memeluknya
sembari mengatakan bahwa aku ingin kita kembali bersama, lagi-lagi itu hanyalah khayalan.
Bahkan untuk memulai percakapan kembali saja aku sudah tidak kuat, lebih tepatnya gengsi
dan malu sih, masak cewek yang chat duluan, tetapi menunggu hal yang tidak pasti juga lebih
sakit, berulang kali aku membuka kontaknya di whatsaap untuk melihat dia online atau tidak,
saat sudah online muncullah pemikiran bahwa dia online bukan untuk aku, mungkin dia
sudah punya gebetan lain, kututup kembali whatsaapnya, dan itu kuulangi berkali kali di
setiap hari. Melihat dia tidak pernah mengabariku duluan, aku selalu berspekulasi bahwa dia
sedang baik-baik saja tanpa diriku, dia pernah berkata bahwa saat ini dia ingin sendiri terlebih
dahulu, dan aku yakin hal itu hanya sebuah alasan dia untuk menghindariku, aku akui dan
aku sadari sikapku selama ini kepadanya bukanlah sikap yang seharusnya dilakukan seorang
pasangan, aku sangat egois dan hanya memikirkan perasaanku sendiri. Dia adalah laki-laki
yang baik, perhatian dan tentunya sangat sabar menghadapi sikapku ini, awalnya aku
memang tidak ada perasaan yang istimewa sama dia, karena dia adalah teman aku dari SMP,
namun semenjak aku menjalani hubungan ini rasa yang baru telah muncul, yap apalagi kalau
bukan rasa cinta, semakin lama semakin besar, oleh karena itu sampai sekarang saat kita
sudah putus, rasa itu masih tersimpan dengan baik, sedih rasanya kehilangan sosok yang kita
sayangi, namun dia selalu bilang tenang saja kalau kita jodoh pasti akan bertemu lagi nanti,
hei nantinya itu kapan? aku sangat mengharapkanmu saat ini, menemaniku, menghadapi
sikap-sikap bodohku, saling berbagi cerita, jalan-jalan bersama. HMMM rasa ini sangat
menyiksaku, karena aku berusaha untuk menyembunyikannya, saat sedang banyak orang aku
pasti akan selalu menampakkan wajah bahagiaku, tapi kalo sudah di kamar, sendiri, apalagi
dibarengi dengan suara hujan, perasaanku sudah tidak karuan lagi, sedih tetapi air mata tidak
bisa menetes, this another level of broken heart. Dari semua ini aku belajar bahwa luka dapat
dijadikan pembelajaran, aku menjadi sadar dan menemukan jawaban mengapa perihal patah
hati dapat begitu menyakitkan bagi manusia. Itulah kelebihan manusia dibandingkan dengan
makhluk lainnya, yaitu mempuyai akal dan perasaan yang tidak bisa dikontrol seperti
penelitian skripsi hehehe.

Anda mungkin juga menyukai