Anda di halaman 1dari 5

Sehangat Sinar Senja

Oleh : Dini Wulandari

“Senja. Cahaya mu begitu menghangatkan walau sekejap kau begitu menenangkan.membuat


ku larut dalam kenangan . Andai.. Andai saja waktu dapat ku ulang. Akan ku pertahankan
Kehangatan itu”.

Sore ini Sinar senja memenuhi ruang kamarku, ku singkap tirai jendela dengan pelan
membiarkan sinarnya menyentuh tubuh ku. Senja. Ada sebuah kisah kesakitan, sebuah rasa
penyesalan, yang tak mampu diucapkan karena begitu pahit dan menyedihkan.

Senja. Ketidaksadaran ku tentang kasih. Terlalu larut dalam impian pribadi, Menutup mata
dan telinga demi alasan tak berarti, justru melenyapkan orang yang kucintai.

Kebahagiaan yang ku cari ternyata fana, kini aku menyulam permohonan pada sang Tuhan.
Sebuah permohonan yang membawa energi itu kembali.Sebuah permohonan yang akan
membuatnya tertawa, mengangguk, menggeleng, dan menghela napas manja.

Namun, dimata semesta. Aku adalah hina. Tak pantas mendapatkan harapan. Aku bukanlah
seorang Senja tapi aku adalah Malam tanpa bintang, malam dengan hembusan angin dingin.
Membuat orang-orang mencari kehangatan dengan cara lain.

Ya,aku ini manusia keji. Yang tak pernah tahu arti Keluarga, arti dari kebahagiaan yang
sebenarnya. Biar ku ceritakan sedikit..

Dia anak ku, lahir tanpa seorang ayah. Dia adalah hasil dari sebuah kesalahan. Perempuan
kotor yang termakan buaiyai manusia setengah iblis. Dan begini lah. Seorang wanita harus
membesarkan anak sendirian dengan kaki tangan yang lemah. Bukan aku tidak ingin
menikah. Luka dan rasa kecewa masih teringat jelas diingatan ku. aku menyibukkan diri
dengan dunia ku,mencari kekayaan untuk kehidupan yang bahagia tanpa perlu belas kasih
orang lain, bekerja siang dan malam demi merintis usaha. Memang aku bersyukur, usaha ku
kian merangkak naik. Namun, masa inilah tombak yang menusuk ku.
Kesibukanku berakibat fatal pada anak ku. Buah hati yang harusnya aku berikan kasih
sayang, aku didik dan ku dengar keluh kesah nya hanya dapat ku tatap dikala mimpi
mendatanginya.

"Ibu baru ingin berangkat? " Ucap nya saat aku terlambat , biasanya kala anak ku masih
terlelap aku sudah berangkat bekerja.

" Ya sayang, Belajar dengan giat ya. Ibu berangkat dulu" Begitu kalimat singkat ku melewati
nya kala ia melahap roti ditangannya.

Tidak melihat dan peduli lagi dengan apa yang ada disekelilingku. Aku terus ambisius
mencapai target kesuksesanku. Waktu terus berjalan,kini Hamas anakku,tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang jauh dari bayangan ku, dia menjadi anak yang liar ,suka
keluar malam-malam dan tidak bisa dikendalikan. Padahal dulu dia anak yang rajin hingga
aku tidak pernah di panggil kesekolahnya,tapi sekarang ? aku frustasi setiap waktu terus saja
pihak guru mengadu.

Aku berdiri sempurna di depan sebuah pintu kamar dan merebahkan diri di kasurku. Ku tatap
langit-langit kamar .Sungguh hari yang melelahkan, namun membuahkan hasil yang
memuaskan. Hari ini proyek terbesar berhasil aku dapatkan.

Mas! Nama anak ku Hamas, ku panggil dia.

Hamas! Ku panggil lagi kala tidak ada suara balasan. “kemana lagi anak itu” batin ku

Bibi, bii..! Panggil ku . Dia adalah asisten rumah tangga disini

"Iya bu? " bibi menghampiri ku

" Dimana Hamas? " tanya ku

" Hamas.. " Jawab nya gugup

" Dimana bi? Katakan saja” pintaku tak sabar

"Hamas tidak pulang sudah dua hari bu" ucapnya sambil menunduk takut.

"Apa? Sontak Aku kaget dengan pernyataan itu.

Aku mengetik nama Hamas di ponsel ku, sia-sia dia mematikan ponselnya.
"Kemana dia? " aku gamang, berbagai hal aku simpulkan. Kelakuannya benar-benar
keterlaluan. Baru dua hari aku keluar kota dia sudah bersenang-senang diluar.

Aku tunggu hingga larut malam tiba , ia pulang dengan wajah terlihat lesu, lingkar mata yang
hitam dan terlihat berantakan. Seperti orang yang sedang mabuk.

"Hamas, darimana kamu?” Tanya ku tegas

" Heh (seringai nya),memangnya penting untuk ibu tahu? Langkahnya gontai melalui ku

“ Hamas “ Ucap ku setengah emosi , dia benar-benar tak bisa dikendalikan

“ Sudahlah bu, ibu tidak perlu pura-pura peduli” Remaja itu melangkah acuh,ku raih
tangannya dan membalikkan badannya “Plakkkk!” Aku menampar pipi itu, aku terbawa
emosi.Ia tertegun sambil memegang pipinya yang merah.

“ Kamu keterlaluan mas, Apa yang tak bisa ibu berikan hah, Sampai kamu menjadi liar
seperti ini. Baru pulang setelah dua hari ntah dari mana ,kamu mabok kan ? kamu ke club ya.
Ngapain kamu? Main perempuan ,Kamu mau jadi seperti ayah mu ya. Manusia setengah iblis
Hah.. Itu pilihan mu?

Hamas terdiam ,matanya berbinar dan memerah,darahnya mendidih.


“ Ibu pikir Hamas seperti ini karena siapa hah? Apa pernah ibu peduli? Apa pernah ibu
berikan kasih sayang dan perhatian? Yang ibu tau hanya uang ,uang dan uang. Hamas gak
perlu itu bu.. Hamas butuh seorang Ibu. Seketika ia berlari keluar menabrak ku hingga aku
jatuh. “Hamas kembali!!” perintah ku , padahal diluar sedang hujan tapi hati ku sesak ,Apa
aku keterlaluan ? Aku mengejarnya di tengah hujan lebat, tak peduli panggilan ku dia tetap
berlari dijalanan. Dan seketika..

“ Braaakkkk” Aku tersentak, didepan mata ku..Anaakkk ku!!! Aku berlari ,dia terpental
tertabrak mobil. Ku dekap tubuhnya ,darah segar mengalir bersama guyuran hujan malam itu.
Aku menangis ,Sakit,sesak . “Tolong…Tolong anak kuuu!! Teriakku paling keras. “Ibu
maafkan aku.. ucapnya terbatah,aku mengangguk menguatkan dekapan sambil terus
menangis. “Ibu padahal malam ini dingin ..(dia sedikit tertawa menahan sakit) tapi..
(sambungnya patah-patah) sungguh dalam dekapanmu ini sangat hangat,sehangat sinar
senja”. Tangis ku benar-benar pecah mendengar kalimat itu. Aku seperti tersambar petir.
Kapan terakhir aku memeluknya? Dia kesepian tanpa kehangatan seorang ibu. Dia menjadi
anak dengan jiwa yang tidak bertumbuh, dan terperangkap dalam jenuh. “maafkan ibu nak,
tolong bertahan lah. Kita mulai semua dari awal ya, ibu akan jadi ibu yang lebih baik,ibu
akan memelukmu setiap hari”. Namun…nasi sudah jadi bubur , tak ada lagi kesempatan,
yang tersisa hanyalah penyesalan,kini orang yang kucintai telah pergi,meninggalkan ku
sendiri.

“ Aku Sempurna tertikam oleh ilusiku sendiri, tak menyadari bahwa kau sangat berarti.
Terlambat memberi kasih yang sangat kau impi” – Kebahagiaan terbesar seorang anak
adalah tumbuh dengan kehadiran dan pelukan hangat seorang ibu.

Pekanbaru, 12 Maret 2021

Penulis

Dini Wulandari
Bionarasi Penulis

Dini Wulandari,sangat kagum dipanggil dengan nama pena Honbee. Lahir di Tapanuli
Selatan tepat 10 Desember 2001. Anak sulung dari 2 bersaudara ini punya hobi membaca dan
menonton drama atau film. Saat ini menjadi mahasiswi Jurusan Teknik Kimia Universitas
Riau. Si malas yang suka berkutat di Organisasi. Si Pengagum Senja dan langit penuh
wilkyway. Si pencinta ranting pohon tanpa daun . Si penyuka cerita romantis dan thriller. Dia
pemula di dunia tulis menulis dan sedang mengasah tulisan fiksi maupun non- fiksi. Si
kantong tipis tapi hobi checkout shopee pernah menjadi juara 3 karya ilmiah bidang
kebudayaan tingkat Provinsi Riau. Jejaknya bisa di lihat di akun Instagram @dini_wlndr77
dan sedang menata akun baru dengan nama penanya @honbestory. Harapannya bisa
menginspirasi,melatih skill menulis menjadi lebih baik lagi. Merci beaucoup 

Anda mungkin juga menyukai