-
Tuhan, kepada hati-Mu, aku berteduh.
Karena di perhentian-perhentianku yang dulu,
Tak pernah bisa membuatku sembuh.
SELAMAT DATANG DI
KEBUN TEDUH
-
Halo, Teman Berteduh!
***
***
Tuhan, mengapa jalan hidupku seperti ini?
***
Pohon Teduh #1: Retak hati
-
Kau mungkin adalah seseorang yang selalu
hidup di bawah bayang-bayang ketakutan dan
kekuatiran. Kau selalu ragu-ragu dan tidak
punya keberanian. Atau kau seorang yang
mudah sakit hati, rentan terluka. Gambar
dirimu rusak, kau memandang dirimu tak
punya arti, dan selalu menganggap orang lain
lebih bahagia. Kau membenci dirimu sendiri.
***
Tuhan, mengapa aku tak bahagia?
***
Pohon Teduh #2: Masa lalu adalah mesin
penenun kenangan
-
Di dalam dirimu ada kenangan-kenangan
yang tersimpan. Lebih banyak dari yang kau
sadari. Terpendam dalam mimpimu, hatimu,
anganmu dan perasaanmu. Kenangan-
kenangan itu yang membuat kau berpikir
seperti yang kau pikirkan saat ini. Juga yang
membuat kau merasa seperti yang kau rasakan
saat ini. Jika kau kesepian, perasaanmu
hampa, kecewa, terluka atau pahit, semuanya
itu diciptakan dari kumpulan memori yang
tersimpan di dirimu.
***
Tuhan, mengapa Kau biarkan
masa laluku hancur?
***
Pohon Teduh #3: Keranjang kenangan
-
Pernahkah kau mengumpulkan semua benang-
benang kenanganmu? Mengumpulkannya
menjadi satu dalam sebuah keranjang, dan
mengamati warna-warnanya sampai kau
menemukan sesuatu. Ada kenangan yang tak
perlu kau ingat-ingat, tapi terekam sendirinya
di jiwamu. Warna benang kenangan itu paling
kuat di alam memorimu. Mungkin warnanya
hitam pekat atau merah terang. Mungkin
itu masa kecilmu. Mungkin itu air matamu
di masa anak-anakmu. Mungkin itu masa
kau beranjak besar dan dewasa. Saat kau
ditinggalkan seseorang. Disakiti, dikecewakan,
dipermalukan, atau tidak diinginkan. Itulah
benang kenangan hitam merahmu. Tersimpan
tanpa bisa terlupakan.
***
Tuhan, mengapa aku tidak bisa melupakan
kenangan buruk itu?
***
Pohon Teduh #4: Pohon dan buah
-
Dulu kau adalah korban. Kau disakiti, dihina,
diremehkan. Sekarang kau menyakiti dan
membuat orang merasa terhina. Kau tak mau
seperti itu. Tapi itu terjadi begitu saja. Dulu
sesuatu yang bahagia direngut darimu. Hari
ini kau merengut kebahagiaan orang lain.
Kau tak sengaja. Tapi itu terjadi begitu saja.
Dulu sesuatu yang indah dan berarti dirampas
darimu. Kali ini kau melakukan yang sama.
Kata-katamu dan pikiranmu seperti tangan
yang berusaha merampas, merebut keindahan
hidup orang lain. Kau tak bermaksud. Tapi itu
terjadi begitu saja. Sadarkah? iya. Tapi lebih
banyak tidak.
***
Tuhan, mengapa rasanya perasaanku
lelah sekali?
***
Pohon Teduh #5: Pergi ke mana?
-
Mau pergi kemana kau membawa
luka-lukamu?
***
Tuhan, mengapa kau biarkan aku terluka?
***
Teduhkan Hatiku Tuhan
-
Tuhan, hanya Engkau yang mengerti semua
gemuruh dalam jiwaku. Hanya Engkau yang
bisa merasakan dan mengenali diriku yang
sesungguhnya.
***
Tuhan, aku ingin menangis.
Hampa rasanya
***
Pohon Teduh #7: Di perahu yang
tak tenang
-
Jejak-jejak masa lalumu tidak pernah benar-
benar hilang. Ia seperti angin yang tiba-tiba
menghembus, kadang tidak terlalu kencang
tapi perahu hatimu berguncang. Kau berdiri
dalam ketidaktenangan yang menyesakkan
dada. Ada rasa yang sulit dijelaskan, gamang,
kuatir, kebingungan yang tak tahu karena apa.
Dan membuatmu seperti lumpuh, tak mampu
mendayung. Tak mampu meraih pantai-pantai
tujuanmu. Hanya terdiam di atas perahu hidup
yang bergerak-gerak bimbang.
***
Tuhan, rasanya ingin berteriak sekencang-
kencangnya. Tapi tidak tahu mengapa?
***
Pohon Teduh #8: Kenangan terjauh
-
Waktu aku kecil, entah di tiga tahun atau
empat tahun. Aku mengingat ada satu
penggalan gambar hidupku, ada aku, kakak
perempuanku dan papa. Kami duduk di
becak beroda tiga, ketika tiba-tiba kami
ditabrak, entah oleh sebuah mobil atau apa.
Aku menangis ketakutan dan orang-orang
berkerumun mendekat ingin menolong.
Papa. Wajah papa jelas sekali, Ia mengaduk
segelas teh manis hangat berusaha meredakan
takutku. Raut mukanya pucat dan cemas.
Tapi yang membuat kenangan itu terikat
erat di jiwaku bukan kecelakaan itu. Bukan
kerumunan orang-orang. Bukan lecet-lecet
kecilku. Tapi, tangan Papa. Aku melihat salah
satu jari papa tersobek dalam, menganga besar
dan mengucurkan banyak darah. Cuplikan itu
terang sekali. Adegan itu adalah benang hitam
merah di keranjang kenanganku. Melekat di
ingatan, tak bisa terhapuskan.
***
Tuhan, ada kenangan yang ingin selalu
kusimpan.
***
Pohon Teduh #9: Ambigu
-
Papaku seorang penjudi. Seumur hidupnya
berjudi dan menghabiskan harta keluarga. Di
masa kecil dan remajaku aku punya catatan
pengalaman hidup yang ingin kuhapus. Tapi
tidak bisa. Mama yang bertengkar keras
dengan Papa. Mama yang berteriak dan
membentur-benturkan kepalanya di dinding
karena marah dan tertekan. Malam-malam
yang menengangkan karena menanti, akankah
malam ini papa pulang dengan kekalahan
lagi di meja judinya. Dan kuingat waktu itu,
aku bingung harus berdoa agar papa menang
atau kalah? Jika meminta Tuhan memberikan
kemenangan, bukankah itu hanya jebakan
dan dosa. Sesaat senang, sisanya kehancuran.
Tapi jika meminta Tuhan agar papa kalah,
membayangkan apa yang akan terjadi di
rumah, rasanya ngeri sekali.
Perasaan yang ambigu.
***
Pohon Teduh #10: Tiga Sikat Gigi
-
Mengapa seorang penjudi seperti papa harus
kurelakan kepergiannya?
***
Tuhan, dari mana datangnya, luka,
kepahitan dan trauma?
***
Teduhkan Hatiku Tuhan
-
Tuhan, aku ingin melepas semua selubung
diriku. Menjadi diriku yang sebenarnya.
Lemah ataupun kuat, setidaknya aku tidak
memakai topeng. Setidaknya aku jujur pada
diriku sendiri.
***
Tuhan, ajar aku membuang masa laluku.
***
Pohon Teduh #12: Seribu kenangan
-
Jika kau ingin sembuh dari luka dan trauma
kepedihan masa lalumu kau butuh berjuang.
Untuk satu kenangan buruk, kau harus
menciptakan seribu kenangan baik untuk
menggantikannya. Pergilah ke tempat-tempat
di masa lalumu. Pergilah ke rumah masa
kecilmu. Alami sekali lagi peristiwa yang
pernah menyakitkanmu. Temukan gambar-
gambar kehidupan yang paling ingin kau
lupakan, karena terlalu pahit dan perih.
Temukan cerita hatimu yang bersembunyi di
sisi yang paling gelap dan sepi.
***
Tuhan, bagaimana aku bisa berlindung dari
kenangan masa laluku?
***
Pohon Teduh #13: Ingin sembuh
-
Kepada orang yang saat kau ingat namanya,
hatimu tertusuk perih yang dalam, dan
mungkin juga geram. Sakit dan mungkin
juga pahit. Kau harus ke sana. Kau harus
mencarinya. Kau harus bertemu dengannya.
Jika kau sudah di depannya, beranikan dirimu
menatap matanya. Lihat baik-baik, lihatlah
dengan hati-hati, apa yang terpancar di sana.
Periksalah dengan teliti, apa yang selama
ini tak pernah kau perhatikan. Nanti akan
kau lihat, rahasia sedihnya yang terpendam,
terlalu dalam di batinnya. Hingga ia sendiri tak
pernah tahu tentang luka itu.
***
Tuhan, mengapa ada orang-orang yang
menyakitiku?
***
Pohon Teduh #14: Ramuan dan serbuk sari
-
Dengan ramuan obat apa sebuah kenangan
dan luka bisa dimaniskan?
***
Tuhan, apa yang bisa membuatku
benar-benar sembuh?
***
Pohon Teduh #15: Penjaga kenangan
-
Ada kenangan yang terlalu melekat dalam
mimpi dan anganku. Goresannya tidak terlalu
jelas. Hanya sepenggal-sepenggal. Tapi banyak
bayangan senyum dan tertawa dan berlari-
lari senang di sana. Kenangan tentang sebuah
kebun bermain di masa kecilku.
***
Tuhan, mengapa kau ijinkan ada kenangan
bahagia tertinggal di memoriku?
***
Teduhkan Hatiku Tuhan
-
Tuhan, terima kasih sudah menyelipkan
kenangan bahagia di antara masa-masa
gelapku. Aku ingin menyimpannya selalu.
Untuk mengingatkanku, bahwa dulu ketika
aku menangis, ternyata Kau ada di sana. Kau
tahu, Kau melihat dan Kau merasakan apa
yang kurasakan.
***
Tuhan, kembalikan kebahagiaanku yang dulu
pernah ada.
***
Pohon Teduh #17: Kebun teduh
-
Kau akan menjejakkan ribuan langkah untuk
membawamu kembali ke kebun bahagiamu.
Kau akan merelakan segalanya untuk
membuatmu bisa tertawa lagi. Bisa sembuh.
Bisa bermain dan berlari-lari senang lagi.
Tanpa rasa takut. Tanpa rasa kecewa.
Tanpa luka-luka.
***
Tuhan, aku telah kehilangan kebahagiaanku.
***
Tuhan, aku sudah mengikhlaskan semuanya,
tapi mengapa kadang masih terasa sakit?
***
Pohon Teduh #19: Peluk aku lagi!
-
Hati yang pernah terluka, tidak berarti tidak
bisa sembuh lagi. Dan hati yang pernah
sembuh, tidak berarti tidak bisa terluka lagi.
Selama penantianmu pulang ke kebun teduh
Tuhan, luka dan kesembuhan akan berganti-
ganti. Hari ini kau lupa, besok kau teringat
lagi. Hari ini kau bisa tersenyum, besok hatimu
menjerit lagi. Menit ini kau bisa mengampuni,
di menit yang lain kau tak sanggup lagi. Detik
ini kau mampu mengalah dan rela menahan
diri, tapi detik yang lain kau meronta-ronta,
menangis dan ingin menyerah.
***
Tuhan, apa yang terjadi jika aku
memeluk-Mu?
***
20. Sang Peneduh
-
Dan ternyata luka-luka di sepanjang hidupmu
hanyalah bahasa rindumu akan Seorang
Penyembuh. Jeritan hatimu hanyalah
hasrat dan keinginan kuat untuk bertemu
#SangPeneduh. Kelak jika kau berjumpa
dengan-Nya. Kelak ketika kau menatap
wajah-Nya yang bercahaya, di sana nanti,
#SangPeneduh tak akan pernah lagi berucap,
“Peluk Aku lagi.” Karena kau akan selalu
menikmati bagaimana rasanya tinggal dalam
dekapan-Nya. Bagaimana rasanya paling
dijagai, paling dipeluk, dan paling dicintai.
Bagaimana rasanya duduk sangat dekat
dengan #SangPeneduh dalam merdu
dan haru. Dalam rindu yang bertalu-talu.
Dalam kalbu yang syahdu. Dalam teduh.
Selamanya dan selalu.
***
Tuhan, aku rindu pada-Mu.
***
Teduhkan Hatiku Tuhan
-
Tuhan, latihlah aku. Goncangkan sangkarku,
agar aku jatuh sesaat, tapi tak lama kemudian
aku belajar terbang. Jangan biarkan aku tak
berdaya, terdiam di jerami sangkar. Dan
selamanya tak pernah terbang.