Anda di halaman 1dari 86

TEDUH

-
Tuhan, kepada hati-Mu, aku berteduh.
Karena di perhentian-perhentianku yang dulu,
Tak pernah bisa membuatku sembuh.
SELAMAT DATANG DI
KEBUN TEDUH
-
Halo, Teman Berteduh!

Aku senang bisa menjadi teman berteduhmu.


Aku ingin menunjukkan kepadamu tentang
sebuah tempat. Namanya kebun teduh.
Di sana semua pohonnya hijau rimbun.
Udaranya selalu sejuk dan sinar mataharinya
tidak pernah menyakiti. Di kebun teduh,
setiap pohonnya membawa pesan. Jika kau
berjalan perlahan melewati satu pohon demi
satu pohon, kau akan menerima pesan-pesan
yang menyembuhkan dan meneduhkan.
Sepanjang kau berkeliling dan berlindung di
kesejukkan daun-daun, setiap pesan yang kau
terima akan menjadi penawar semua luka-
lukamu. Satu saja yang perlu kau lakukan,
jangan menyembunyikan sedikitpun luka dan
kepahitanmu. Karena hanya ketika kau rela
menahan sakit saat lukamu dibersihkan, saat
itulah kau akan disembuhkan.
SEMOGA HATIMU
SIAP SEMBUH
Perhatikan baik-baik panduannya
sebelum kau masuk ke kebun teduh!
TUJUAN EBOOK ATAU
BUKU ELEKTRONIK INI
-
#PesanTeduh ini ditulis oleh seorang pencerita.
Sepanjang hidupnya ia mencari sesuatu yang
hilang di dalam dirinya, tapi ia tak tahu itu
apa. Di hatinya seperti ada kekosongan yang
tak berujung, kegelisahan yang tak pernah
reda, dan perasaan-perasaan lain yang tidak
mungkin terucapkan lewat bahasa.

Dan pencerita itu pergi ke masa lalunya.


Menelusuri waktu dan kenangan. Berhenti
di setiap momen dan mengulang kembali
rasa yang pernah dirasa. Di sanalah ia
menemukan luka yang terkunci dalam gelap,
yang tak pernah ia sadari. Ia menemukan apa
yang pernah diambil dari hatinya. Apa yang
menciptakan resah seumur hidupnya. Dan
sejak itu ia berjuang untuk sembuh.

#PesanTeduh ini bertujuan merawat lukamu


dan luka banyak orang. Menyembuhkan
orang-orang yang yang merasa hidupnya
hampa, yang hatinya pahit menanggung
banyak beban hidup, dan tidak bisa
merasa bahagia.
JADILAH SEMBUH
-
Baca dan resapi setiap catatan #PesanTeduh
ini sampai halaman terakhir. Karena tulisan
kesembuhan ini sudah dirancang unik, dan
kau hanya membutuhkan waktu sekitar tiga
puluh menit untuk membacanya. Jika hari
ini kau tak selesai, carilah waktu menepi dari
sibukmu untuk segera menyelesaikannya.
Lembar-lembar halaman yang di depan
adalah dosis penuh yang harus kau selesaikan.
Jangan mengambil hanya setengah resep,
atau luka-lukamu tak akan sembuh benar.
Jangan terburu-buru dan sengaja melewatkan
beberapa halaman, karena kau tak sabar.
Kesembuhan yang terlalu cepat, biasanya
membohongi. Lukamu ternyata masih ada.
Mungkin malah lebih berat, dari sebelumnya.
SERBUK SARI
-
Di kebun teduh ada lagu-lagu alam yang
menenangkan. Ada desau daun, siulan burung,
dan desir angin yang bermain bersama pendar
sinar matahari. Jangan lupa juga, memutar
lagu OST #PesanTeduh yang disiapkan
untuk menemanimu. Semoga melodinya
mengiring langkah-langkahmu, menuntunmu
berpetualang senang di kehijauan.

Sekarang, nikmatilah perjalananmu berkeliling


kebun, serap setiap pesan-pesan dari pohon-
pohonnya yang berdaun dan bercabang
banyak. Hirup kesegaran air-air embunnya.
Berteduhlah tenang di sana sampai hatimu
dialiri kesejukan, jernih dan bening. Jadilah
sembuh. Kelak bawalah selalu ramuan kasih,
sebarkan serbuk sari cinta dari kebun teduh,
dan sembuhkan setiap hati yang mencari.
TEDUH
-
Tuhan, kepada hati-Mu, aku berteduh.
Karena di perhentian-perhentianku yang dulu,
Tak pernah bisa membuatku sembuh.

***

Kau mungkin bisa pergi dari orang lain dan


keadaanmu. Tapi lari dari dirimu sendiri? Dari
ketakutan-ketakutanmu, dari penyesalanmu,
rasa malumu, dari semua rasa tidak amanmu,
kemana kau bisa menjauh? Kemana kau
bisa sembunyi? Kemana kau berlindung dari
kesepianmu yang paling sepi?

Selama ini kau mencari sebuah tempat


rahasia. Tempat kau bisa cerita tentang
riwayatmu yang memalukan, getir, pahit dan
suram tanpa takut disalahkan. Tentang masa-
masa kehancuranmu yang selama ini tidak
sanggup kau kenang dan kau terus berbohong
untuk menutupinya. Kau mencoba mencari
teduh. Kepada manusia. Kepada sahabat.
Kepada semua gelimang kesenangan yang
sebisa mungkin kau raih. Namun kau makin
dihempas tak menentu. Makin ragu. Makin
sendirian. Makin dingin. Makin hampa.
Makin sunyi.

Dan kali ini kau ingin menumpang berteduh di


hati Tuhan. Menduga-duga bagaimana rasanya
melesak dalam rangkulan-Nya yang hangat.
Bertanya-tanya mampukah Tuhan mencairkan
hatimu yang sudah mendingin dan hambar?
Sanggupkah Tuhan mencintaimu dengan cara
yang tak pernah seorangpun bisa
lakukan padamu?

Dan kau memutuskan, berlari kuat-kuat


menghambur dalam pelukan-Nya. Begitu
kau ambruk di lengan-Nya yang kokoh,
kehangatan cinta-Nya merambat di sekujur
jiwamu. Sekalipun isi hatimu terlalu sulit
ditembus oleh bahasa dan indera, tapi entah
mengapa tiba-tiba semua yang selama ini kau
sekap di batinmu terungkap lepas. Seperti
ada sesuatu menembusi ruang-ruang rasa,
pintu demi pintu, dan semua masa lalumu
terburai keluar. Kau kelu tapi berteriak-teriak
dalam hati. Meronta dalam tangismu karena
kenangan kecewa-kecewamu yang dulu,
mulai berdatangan di pelupuk matamu. Kau
menjerit, “Tuhan, lindungilah aku dari luka-
lukaku. Aku lelah terluka. Aku lelah sendiri.
Aku lelah tidak pernah dimengerti.”

Lalu tiba-tiba kau tenang.


Diam.
Tenteram.
Hangat.
Terlegakan.
Sembuh.
Dan kau akhirnya mengerti
seperti apa rasanya,
berteduh dalam-Nya.

***
Tuhan, mengapa jalan hidupku seperti ini?

Jalan-jalan yang Kutaruh di hadapanmu adalah


jalan yang istimewa. Jalan yang sangat Kujaga
kerahasiaannya, yang hanya Kusediakan
untukmu. Hanya kau yang bisa melalui dan
menyelesaikannya. Ada orang lain, ada jalan lain,
tapi itu bukan dirimu, bukan jalanmu, bukan
hidupmu. Orang lain adalah pribadi lain dengan
jalan-Ku yang lain. Tapi Aku telah memilih
hatimu, tidak ada yang bisa menggantikanmu
menyusuri jalan itu. Karena tidak ada juga yang
bisa menggantikanmu di dalam hati-Ku.

Percayalah dengan penuh.


Rasakan setiap tuntunan jari-Ku dan
berjalanlah terus. Kau sedang Kubawa
menuju #KebunTeduh-Ku.

***
Pohon Teduh #1: Retak hati
-
Kau mungkin adalah seseorang yang selalu
hidup di bawah bayang-bayang ketakutan dan
kekuatiran. Kau selalu ragu-ragu dan tidak
punya keberanian. Atau kau seorang yang
mudah sakit hati, rentan terluka. Gambar
dirimu rusak, kau memandang dirimu tak
punya arti, dan selalu menganggap orang lain
lebih bahagia. Kau membenci dirimu sendiri.

Mungkin juga kau pribadi yang sulit, yang


kerap kali memperlakukan orang lain dengan
buruk. Kau mudah tersinggung, pahit dan
hidup dalam kemarahan. Kemungkinan yang
lain, kau seorang yang tidak pernah berhenti
ingin membuktikan sesuatu. Kau hidup di
atas perkataan orang lain. Kau berjuang keras
mencari pengakuan, agar kau diterima dan
dianggap ada. Tapi tetap saja hidupmu hampa
tanpa kau tahu kenapa sebabnya. Tentangmu
hanya ada satu kalimat, “Kau belum selesai
dengan dirimu.”

Semua yang buruk di dalam dirimu terjadi


karena ikatan penyesalan masa lalumu, yang
tanpa kau sadari membelit hidupmu. Dan
bagian tersulit adalah mengurai benang-
benang penyesalan yang terpintal kuat itu.
Menemukan apa yang pernah terjadi dulu di
masa lalumu dan apa yang menyebabkankan
penyesalanmu. Mencari kepingan masa
lalu, asal usul dan sejarah yang membuat
kau seperti hari ini. Masa lalu yang pernah
menyakitimu dan mencederai hatimu. Masa
lalu yang meninggalkan cerita-cerita
pahit di hatimu.

Kau sesungguhnya adalah seseorang


dengan perasaan yang terluka. Kau
sesungguhnya adalah seseorang
dengan cacat emosi. Kau sesungguhnya
adalah seseorang dengan retak-retak hati.
Kau sesungguhnya sakit.
Hatimu harus dirawat.
Perasaanmu harus diobati.
Dipulihkan dan
Dibebaskan.

“Kau sesungguhnya terluka.”

***
Tuhan, mengapa aku tak bahagia?

Kau bukan tidak bahagia. Kau hanya tidak berani


mengakui bahwa kau terluka. Bahwa kau butuh
disembuhkan.

***
Pohon Teduh #2: Masa lalu adalah mesin
penenun kenangan
-
Di dalam dirimu ada kenangan-kenangan
yang tersimpan. Lebih banyak dari yang kau
sadari. Terpendam dalam mimpimu, hatimu,
anganmu dan perasaanmu. Kenangan-
kenangan itu yang membuat kau berpikir
seperti yang kau pikirkan saat ini. Juga yang
membuat kau merasa seperti yang kau rasakan
saat ini. Jika kau kesepian, perasaanmu
hampa, kecewa, terluka atau pahit, semuanya
itu diciptakan dari kumpulan memori yang
tersimpan di dirimu.

Kau yang sekarang adalah hasil dari masa


lalumu. Hatimu dirakit dari kumpulan
pengalamanmu di masa yang lampau. Pahit
hatimu bukan kebetulan. Kebencianmu bukan
tiba-tiba. Kemarahan, keraguan, rasa tidak
percaya diri, bayang-bayang ketakutan dan
semua kelemahan diri yang menyiksamu ada
asal usulnya. Jika kau tidak membongkar
tenunan masa silammu, dan pergi ke lapisan
yang paling jauh di ingatanmu, kau selamanya
akan terpenjara oleh dirimu sendiri.
Masa lalu adalah mesin penenun kenangan
dan memori. Ratusan cinta, ribuan luka,
jutaan kecewa, dan milyaran ketakutan berbaur
membentuk dirimu yang sekarang.

”Kau yang sekarang adalah


hasil dari masa lalumu.”

***
Tuhan, mengapa Kau biarkan
masa laluku hancur?

Apa yang kau pikir kehancuran bagimu,


seringkali justru adalah cara-Ku melindungimu
dari kehancuran. Yang kau sebut masa lalu yang
sehancur-hancurnya adalah potongan gambar yang
sengaja kubuat kecil-kecil, yang sedang Kutata dan
Kususun ulang. Lihat hasilnya nanti!

***
Pohon Teduh #3: Keranjang kenangan
-
Pernahkah kau mengumpulkan semua benang-
benang kenanganmu? Mengumpulkannya
menjadi satu dalam sebuah keranjang, dan
mengamati warna-warnanya sampai kau
menemukan sesuatu. Ada kenangan yang tak
perlu kau ingat-ingat, tapi terekam sendirinya
di jiwamu. Warna benang kenangan itu paling
kuat di alam memorimu. Mungkin warnanya
hitam pekat atau merah terang. Mungkin
itu masa kecilmu. Mungkin itu air matamu
di masa anak-anakmu. Mungkin itu masa
kau beranjak besar dan dewasa. Saat kau
ditinggalkan seseorang. Disakiti, dikecewakan,
dipermalukan, atau tidak diinginkan. Itulah
benang kenangan hitam merahmu. Tersimpan
tanpa bisa terlupakan.

Kau hanya akan mengenang sesuatu jika


saat pengalaman itu terjadi, ada gejolak
perasaanmu yang hebat. Terlalu sedih, terlalu
takut, terlalu marah, terlalu kehilangan
atau terlalu bahagia. Karena semua yang
terekam kuat di memorimu sesungguhnya
bukan tentang apa yang terjadi, tapi tentang
bagaimana perasaanmu saat
peristiwa itu terjadi.

Benang-benang hitam merah itu akan berubah


menjadi tali-tali penyesalan yang panjang
dan terjalin-jalin. Dan mengikat dirimu kuat-
kuat. Setiap kali kau kesepian, saat hatimu
melemah, dan saat kau merasa tak mampu
bahagia, saat itulah rasa sesal itu bermain-
main di batinmu. Dan kau tersiksa. Sangat.

“Kenangan kuat yang membentuk dirimu,


bukan tentang peristiwanya, tapi tentang
bagaimana perasaanmu saat peristiwa
itu terjadi.”

***
Tuhan, mengapa aku tidak bisa melupakan
kenangan buruk itu?

Kau tak harus melupakan. Karena jika semua


ingatanmu dihapuskan, itu berarti kau sedang
melenyapkan juga semua kenangan bahagiamu.
Manusia tanpa kenangan adalah manusia yang
tak pernah merasa. Hatinya tumpul. Ia tak pernah
terluka, tapi tak pernah juga mencinta. Tak pernah
merana, tapi tak pernah juga bahagia.

Relakah kau demi tak pernah terluka, kau


kehilangan bahagia?

Jadikan kenangan seperti seorang sahabat. Kadang-


kadang ia menyakitimu, dan kau marah atau
kecewa. Tapi suatu hari kau memilih melihat sisi
baiknya dan menerima apa adanya.
Dan akhirnya kau terbiasa.

***
Pohon Teduh #4: Pohon dan buah
-
Dulu kau adalah korban. Kau disakiti, dihina,
diremehkan. Sekarang kau menyakiti dan
membuat orang merasa terhina. Kau tak mau
seperti itu. Tapi itu terjadi begitu saja. Dulu
sesuatu yang bahagia direngut darimu. Hari
ini kau merengut kebahagiaan orang lain.
Kau tak sengaja. Tapi itu terjadi begitu saja.
Dulu sesuatu yang indah dan berarti dirampas
darimu. Kali ini kau melakukan yang sama.
Kata-katamu dan pikiranmu seperti tangan
yang berusaha merampas, merebut keindahan
hidup orang lain. Kau tak bermaksud. Tapi itu
terjadi begitu saja. Sadarkah? iya. Tapi lebih
banyak tidak.

Dulu kau korban. Hari ini kau berbalik jadi


pelaku. Karena orang yang terluka selalu
cenderung ingin melukai. Kau menyakiti
karena pernah disakiti. Kau tinggi hati
karena pernah ada seorang tinggi hati yang
menghancurkanmu. Kau bersikap buruk,
karena kau pernah diperlakukan buruk. Kau
tertutup karena pernah ada ada seorang
membuatmu menderita dan ia bilang jangan
bilang siapa-siapa. Seakan kau layak menerima
hukuman dan kau hanya boleh diam tak
melawan. Kau benci dan selalu marah karena
pernah ada orang yang selalu mencaci
dan marah padamu.

Kau korban, yang berubah jadi pelaku. Pelaku


yang membuat orang lain jadi korban. Dan
nantinya korban itu akan jadi pelaku yang
baru. Seperti dari pohon liar yang buahnya
asam, akan tumbuh pohon yang sama
liar. Sampai pohon-pohon tak berguna itu
menghancurkan kebun teduh. Berputar terus
dari musim ke musim, menjadi lingkaran
yang menyedihkan. Sekarang saatnya kau
mengembalikan keteduhan daun-daun.
Hidupkan lagi kebun teduh.
Putuskan rantainya.
Putuskan ikatannya.
Berhenti di dirimu.
Sembuh di dirimu.

“Terkadang melukai orang lain adalah


caramu untuk keluar dari
rasa sakitmu sendiri.”

***
Tuhan, mengapa rasanya perasaanku
lelah sekali?

Karena setiap hari kau terus menanam kemarahan,


kekecewaan dan kepahitanmu di kebun
kehidupanmu. Akar-akarnya menyerap energimu
terlalu banyak dan melemahkan hatimu. Daun-
daun kebahagiaanmu banyak gugur. Hidupmu
layu. Kering. Gersang.

***
Pohon Teduh #5: Pergi ke mana?
-
Mau pergi kemana kau membawa
luka-lukamu?

Sadarkah kau, betapa sulitnya dirimu. Betapa


tidak mudahnya mencintai dan mengubah
hatimu. Betapa beratnya meyakinkanmu,
bahwa kau tidak seburuk yang kau kira. Bahwa
kau bisa lebih baik dari dirimu yang sekarang.
Dari dirimu yang ini.

Tapi kau terlalu takut. Kau terlalu lama


menyembunyikannya. Kau lelah berpura-pura
tapi tak berdaya. Kau lebih ingin di sana, di
ruang dirimu yang kau benci. Kau memilih
tinggal di dalamnya. Di ruang hatimu yang
rapuh. Kau tak berani merangkak keluar.
Kau biar-biarkan sakitmu, lukamu, pahitmu.
Karena kau tak mau terluka lagi. Tak mau
pahit lagi. Tak mau cedera lagi.

Kau tak mungkin memikul terus-terusan


penyesalan dan semua luka-luka dalam dirimu.
Kau tak mungkin terus-terusan memanggul
akar-akar pahitmu yang besar-besar. Nanti kau
bisa hancur. Kau bisa kehilangan semua yang
pernah kau perjuangkan. Kau bisa kehilangan
cinta yang kau pertahankan. Kau bisa
kehilangan segalanya. Kalau kau tak segera
sembuh. Dari cacat luka hatimu. Dari rasa
takut dan tekanan jiwamu. Dari semua trauma-
traumamu.

Keluarlah dari ruang gelap hatimu.


Jangan lagi sembunyi.
Kau mau pergi kemana lagi?
Kau mau lari kemana lagi?
Kau mau menghilang kemana lagi?

“Kau tak selemah itu. Kau harus dan pasti


bisa keluar dari penjara hatimu
yang suram.”

***
Tuhan, mengapa kau biarkan aku terluka?

Dan mengapa kau ingin hidup di antara-antara


luka-lukamu? Lukamu kuijinkan hinggap di
hidupmu hanya sebagai duri-duri kecil. Melatihmu
kuat. Mengajarmu tabah. Menempamu jadi tegar.
Tapi mengapa kau terlalu lama di sana?

***
Teduhkan Hatiku Tuhan
-
Tuhan, hanya Engkau yang mengerti semua
gemuruh dalam jiwaku. Hanya Engkau yang
bisa merasakan dan mengenali diriku yang
sesungguhnya.

Dan inilah perasaan-perasaan yang


menggangguku,
________________________________________
________________________________________
________________________________________

Dan inilah perilaku-perilakuku yang


sulit dan buruk,
________________________________________
________________________________________
________________________________________

Teduhkan aku, Tuhan. Teduhkan hatiku.


PENGINGAT UNTUKMU
-
Duduklah sejenak di bawah daun-daun
Adakah seseorang yang ingin kau ajak
berteduh? Ajari dia cara membaca Ebook
#PesanTeduh ini dan sembuhkan hatinya.
Pohon Teduh #6: Kau tak setertawa itu
-
Kau tak sebahagia itu.
Kau tak sekuat itu.
Kau tak setertawa itu.
Kau tak setenang itu.
Mengapa tidak berhenti berpura-pura?

Kau tak harus bertanggungjawab


membahagiakan semua orang. Kau tak harus
membuat mereka bertepuk tangan. Karena
setelah layar panggung dramamu tertutup dan
ketika peranmu selesai, tak satu penonton
dunia peduli jika kau menangis
di ujung ruangan.

Lalu untuk apa kau bersandiwara?


Siapa sebenarnya yang ingin kau bohongi?
Dan untuk apa? Menghancurkan dirimu demi
sebuah pertunjukan?

Jika kau tak lagi sanggup mendekam dalam


batinmu yang menangis. Jika kau tak lagi
mampu menahan jiwamu yang berteriak
gelisah, takut dan kesepian. Mengapa kau
tak menghambur dalam rengkuh lengan-
Ku? Mengapa kau mengulang-ngulang cara
yang serupa dari hari ke hari? Memilih
diam. Memilih bertahan. Memilih tersiksa.
Memilih menjalani saja apa adanya. Memilih
mengorbankan hatimu. Mengapa?

Di hati-Ku masih ada dirimu. Dan akan selalu


ada. Selalu ada tempat di pelukan-Ku untuk
kau datang kapan saja. Tempat bernaung
yang tenang dan senang. Berlarilah sekarang,
menghamburlah pada kehangatan-Ku. Peluk
Aku kuat-kuat. Dekap Aku dalam-dalam. Aku
mau merawat hatimu. Aku mau meredakan
sakit hatimu dan menyembuhkan sepimu.
Aku mau menenangkan perasaanmu yang
meronta-ronta. Hanya Aku yang bisa.
Hanya Aku.
Kemarilah.
Jangan ragu.
Aku tahu, kau rindu.
Kemarilah.
Aku menunggu.
Peluk Aku.

“Berpura-pura kuat sama sekali


tidak berarti kau kuat.”

***
Tuhan, aku ingin menangis.
Hampa rasanya

Kau rindu dipeluk.


Kau rindu disayangi.
Kau rindu dijagai.
Kau rindu sembuh.
Namun kau menutup diri.
Kau pergi jauh dari-Ku.

***
Pohon Teduh #7: Di perahu yang
tak tenang
-
Jejak-jejak masa lalumu tidak pernah benar-
benar hilang. Ia seperti angin yang tiba-tiba
menghembus, kadang tidak terlalu kencang
tapi perahu hatimu berguncang. Kau berdiri
dalam ketidaktenangan yang menyesakkan
dada. Ada rasa yang sulit dijelaskan, gamang,
kuatir, kebingungan yang tak tahu karena apa.
Dan membuatmu seperti lumpuh, tak mampu
mendayung. Tak mampu meraih pantai-pantai
tujuanmu. Hanya terdiam di atas perahu hidup
yang bergerak-gerak bimbang.

Kegelisahkan hatimu dipintal dari benang-


benang di harimu yang lampau. Resah itu
terjadi karena pernah ada satu waktu, kau
mengalami sesuatu tapi kau tak mampu
menamai apa perasaanmu saat itu. Kau gagal
mengidentifikasikan seperti apa perasaanmu.

Kau dikepung oleh dua perasaan. Kau tak


tahu harus sedih atau harus tertawa. Harus
menangis atau menyanyi. Kau tak tau yang
kau rasa itu apa. Cinta atau ragu. Kecewa
atau rela. Perih tapi sekaligus terlegakan.
Kehilangan tapi dibebaskan.
Rasa yang ambigu.

Itulah bibit trauma. Biji-biji yang merusak


tanah hatimu. Biji itu sekarang tumbuh besar.
Seperti gempa, guncangan jiwa kecil yang
sepertinya tak kelihatan. Tapi retaknya ada di
mana-mana. Tanah hatimu tak pernah bisa
kokoh dan teguh. Perasaan dan emosimu
menjadi sangat labil. Kau hidup dalam sebuah
trauma tersembunyi yang membuatmu sering
merasa tidak tenang. Tidak tenteram.
Tidak teduh.

“Setiap jiwa yang tak tenang dan labil punya


alasan yang tersimpan di masa lalunya.”

***
Tuhan, rasanya ingin berteriak sekencang-
kencangnya. Tapi tidak tahu mengapa?

Itu adalah kekecewaan dan kemarahan yang


tersimpan di kotak dimensi bawah sadarmu.
Trauma masa lalu yang tak terungkap. Yang
dibungkus dalam perasaan yang campur aduk
berbaur. Perasaan-perasaan yang terlalu sulit untuk
dijelaskan. Karena perasaan seperti itu
tidak ada namanya.

***
Pohon Teduh #8: Kenangan terjauh
-
Waktu aku kecil, entah di tiga tahun atau
empat tahun. Aku mengingat ada satu
penggalan gambar hidupku, ada aku, kakak
perempuanku dan papa. Kami duduk di
becak beroda tiga, ketika tiba-tiba kami
ditabrak, entah oleh sebuah mobil atau apa.
Aku menangis ketakutan dan orang-orang
berkerumun mendekat ingin menolong.
Papa. Wajah papa jelas sekali, Ia mengaduk
segelas teh manis hangat berusaha meredakan
takutku. Raut mukanya pucat dan cemas.
Tapi yang membuat kenangan itu terikat
erat di jiwaku bukan kecelakaan itu. Bukan
kerumunan orang-orang. Bukan lecet-lecet
kecilku. Tapi, tangan Papa. Aku melihat salah
satu jari papa tersobek dalam, menganga besar
dan mengucurkan banyak darah. Cuplikan itu
terang sekali. Adegan itu adalah benang hitam
merah di keranjang kenanganku. Melekat di
ingatan, tak bisa terhapuskan.

Dan kenangan lain. Aku melihat di kumpulan


foto-foto lama. Ulang tahunku yang keenam.
Ada kue-kue, ada teman-teman, ada pakaian
bagus, model yang sama dengan yang kakakku
kenakan. Bajuku warna kuning, punya kakak
warna merah. Di sana pasti ada keceriaan,
seperti wajahku yang tersenyum dengan pita
kecil di rambutku
.
Tapi aku tidak ingat peristiwa itu. Aku tidak
ingat aku pernah sebahagia itu. Ulang tahunku
yang keenam hanya ada di koleksi potret-potret
tua keluargaku. Di album yang sudah berdebu.
Jika aku tak membukanya, aku lupa aku
pernah mengalami semua itu.

Kenangan yang terpendam di hatimu ternyata


bukan saat kau dilimpahi segala yang
diinginkan dunia. Tapi saat kau sungguh-
sungguh merasa dilindungi, disayangi, dijagai.
Seperti wajah papa yang mencemaskanku,
merasa bersalah gagal menjagaku. Dan jari
papa yang mengaduk teh manis hangatku,
walaupun ia sendiri gemetar menahan nyeri
sobekan lukanya yang berdarah mengerikan.

Kenangan yang indah adalah sebuah


pengalaman saat seseorang memberikan
dirinya mencintaimu. Kau akan ingat
kenangan itu. Ingat betul. Sekalipun itu tidak
ada dalam album fotomu. Sekalipun itu
kenangan yang sangat lampau. Sekalipun itu
kenangan terjauh di waktu hidupmu.

“Kenangan terindah adalah kenangan saat


kau sungguh-sungguh merasa
disayangi dan dijagai.”

***
Tuhan, ada kenangan yang ingin selalu
kusimpan.

Ada masa-masa Kutinggalkan kau dalam derai


air mata. Tapi Kusisipkan juga masa-masa penuh
peluk dan cinta. Itu adalah cara-Ku menjaga masa
lalumu. Agar sekejam-kejamnya masa lalumu, kau
masih bisa menyimpan kenangan bahagia.

***
Pohon Teduh #9: Ambigu
-
Papaku seorang penjudi. Seumur hidupnya
berjudi dan menghabiskan harta keluarga. Di
masa kecil dan remajaku aku punya catatan
pengalaman hidup yang ingin kuhapus. Tapi
tidak bisa. Mama yang bertengkar keras
dengan Papa. Mama yang berteriak dan
membentur-benturkan kepalanya di dinding
karena marah dan tertekan. Malam-malam
yang menengangkan karena menanti, akankah
malam ini papa pulang dengan kekalahan
lagi di meja judinya. Dan kuingat waktu itu,
aku bingung harus berdoa agar papa menang
atau kalah? Jika meminta Tuhan memberikan
kemenangan, bukankah itu hanya jebakan
dan dosa. Sesaat senang, sisanya kehancuran.
Tapi jika meminta Tuhan agar papa kalah,
membayangkan apa yang akan terjadi di
rumah, rasanya ngeri sekali.
Perasaan yang ambigu.

Kumpulan pengalaman lain masih banyak


lagi. Suatu sore di rumah, aku sedang belajar
bersama seorang teman. Sampai seorang laki-
laki penagih hutang yang pemarah, tiba-tiba
datang membawa benda tajam dan memaki-
maki. Aku takut. Aku malu. Dan ingin
menangis, tapi tak bisa karena ada temanku.
Wajahku tenang menutupi, tapi di dalam aku
meronta-ronta. Sekali lagi perasaan ambigu.

Dan setelah bertahun-tahun menyelam dan


minum air dalam lautan rasa yang ambigu
itu, di suatu pagi yang masih gelap, di subuh
hari, aku diberitahu, papa meninggal. Aku
menunggui semuanya diurus di rumah sakit
dalam dingin dan sunyinya pagi itu. Detik-
detik itu adalah rasa ambigu yang terhebat
dalam hidupku. Aku benar- benar tak tahu.
Harus senang atau sedih. Harus merelakan
atau menangisi. Harus merasa lega
atau kehilangan.

Sejak saat itu aku berkenalan dengan trauma.


Sejak saat itu aku membenci pagi. Sejak saat
itu aku takut terbangun di dini hari. Subuh.
Pukul tiga pagi.

“Trauma diciptakan dari dua perasaan


berbeda yang bermusuhan di dalam dirimu.
Dan kau tak tahu perasaan mana yang ingin
kau bunuh.”
***
Tuhan, mengapa harus ada perasaan-
perasaan yang sulit?

Agar kau belajar bahwa setiap manusia, termasuk


dirimu punya sisi-sisi yang tak mampu disentuh
oleh siapapun. Tak terjelaskan. Tak terlukiskan.
Hanya Aku yang bisa. Dan sekarang, buka hatimu,
ijinkan Aku masuk ke sana.

***
Pohon Teduh #10: Tiga Sikat Gigi
-
Mengapa seorang penjudi seperti papa harus
kurelakan kepergiannya?

Karena papa membuatku takut tinggal


di rumahku yang kecil. Yang seharusnya
bisa lebih besar dan nyaman jika papa
tidak bertaruh di meja judi. Karena papa
membuatku takut melihat mama berteriak
dan membanting barang waktu papa pulang.
Yang seharusnya mama tersenyum mesra
dan mengaduk kopi buat papa. Karena papa
membuatku malu di depan teman-teman
remajaku. Yang seharusnya aku banggakan,
yang seharusnya tak membuat aku sembunyi-
sembunyi ketika di antar naik sepeda motor
butut, dengan kemeja papa yang
lusuh kecoklatan.

Dan mengapa seorang penjudi seperti papa


harus kutangisi kepergiannya?

Karena setiap pagi papa selalu mengoles pasta


gigi ke tiga sikat gigi dan ditaruh berjajar di
tepi bak kamar mandi. Untuk kakak, aku dan
adik. Karena waktu aku dan adik masih kecil,
tiap malam papa selalu memijat kaki kami,
menemani dan menidurkan kami dengan botol
susu. Karena papa rela makan dengan nasi dan
kuah saja, lauknya dibagikan ke kami, anak-
anak yang berebut ingin makan lebih banyak.
Karena papa tidak pernah marah, tidak pernah
membentak dan menyakiti hati anak-anaknya.
Karena papa ketika pulang dengan uang
banyak hasil bertaruh, tidak pernah dipakainya
untuk mengganti kemejanya yang sudah robek-
robek. Tapi dibagikan ke mama, dan diajaknya
kami makan-makan enak. Karena papa
beberapa minggu sebelum pergi untuk selama-
lamanya, setiap hari ia mengoles obat ke
kakiku yang terluka di gigit binatang. Karena
papa pernah mengantar aku bermain bersama
teman-teman, menitipkan uang saku untukku
dari semua uang yang tersisa di kantongnya.
Dan ketika aku sampai di sana bersenang-
senang dengan temanku, di tengah jalan, di
terik matahari siang, motor papa kehabisan
bahan bakar dan papa tak punya sepeser pun.
Papa menuntun motornya sepanjang jalan
yang panjang sampai ke rumah kami
yang terlalu jauh.
Dan kusimpan kenangan-kenangan yang
beradu dan berperang dalam hatiku. Di setiap
fajar hari yang dingin, kuingat tiga sikat gigi.
Kuingat juga papa pergi. Mana yang harus
kupilih? Menyayangi atau tersakiti?
Merelakan atau menangisi?
Ambigu lagi.

“Kebingungan terhebat dalam diri manusia


adalah menjawab, mengapa melepaskan
atau mempertahankan sesuatu sama
sakitnya?”

***
Tuhan, dari mana datangnya, luka,
kepahitan dan trauma?

Dari dua perasaan yang berbeda. Perasaan-perasaan


yang saling berbantah dan bertentangan dalam
batinmu. Yang tak bisa kau pilih. Hanya bisa kau
lalui, kau jalani, dan kau lewati.

***
Teduhkan Hatiku Tuhan
-
Tuhan, aku ingin melepas semua selubung
diriku. Menjadi diriku yang sebenarnya.
Lemah ataupun kuat, setidaknya aku tidak
memakai topeng. Setidaknya aku jujur pada
diriku sendiri.

Dan inilah bagian dari diriku yang paling


kusembunyikan dan kututupi,
________________________________________
________________________________________
________________________________________

Dan inilah caraku yang salah, untuk lari dan


melepaskan diri dari perasaan yang tertekan,
________________________________________
________________________________________
________________________________________

Teduhkan aku, Tuhan. Teduhkan hatiku.


PENGINGAT UNTUKMU
-
Berhentilah sebentar di sini, berpayung
rimbunnya daun-daun pohon. Adakah nama
seseorang yang di taruh di hatimu? Yang
selama ini hatinya hampa dan mencari-cari
bahagia? Kenalkan #PesanTeduh ini dan
sembuhkan hatinya.
Pohon Teduh #11: Menyembuhkan kenangan
-
Masa lampau adalah kenangan. Kau tak bisa
terbang ke sana seandainya-pun kau punya
sayap. Kau tidak bisa menekan sebuah tombol
dan kembali ke masa dulu. Tak ada yang
bisa diubah lagi. Catatan luka, cinta, gelisah,
dan berbagai rasa sudah mengalir di seluruh
tubuhmu. Dan jadilah kau seperti hari ini.

Tapi kenangan masih bisa disembuhan.


Dengan cara melukis kenangan baru.
Menenun dari benang-benang yang baru.
Yang dulu belacu sekarang beludru.

Dari pena hatimu, buatlah cerita yang indah.


Kisah yang menggantikan cerita lamamu.
Seperti hari ini aku ingin mengulang masa
laluku dalam sebuah narasi yang bahagia. Aku
dan masa laluku, dengan cuplikan hidup yang
kuwarnai warna-warna cerah.

Waktu itu papa mama tidak sebertengkar itu.


Mereka hanya sedang menyusuri perjalanan
hidup yang sulit. Dan mereka kelelahan. Tidak
ada yang salah, jika seseorang lelah.
Papa bukan tak memikirkan perasaanku.
Bukan juga sengaja membiarkan aku ketakutan
dan menanggung malu. Papa hanya bermimpi
bisa membahagiakanku, dengan caranya
sendiri. Ternyata jalannya salah. Tapi berusaha
membahagiakan orang lain,
tidak ada yang salah dengan itu.

Papa tidak pernah sedih menuntun motor


tuanya sekian kilometer, di bawah matahari
yang sangat panas dan jahat. Karena ia senang
bisa mengantarku bermain-main dan bisa
membuatku tersenyum. Seharusnya papa
punya uang waktu itu. Tapi kalaupun tak ada,
apakah membuat orang lain tersenyum, ketika
diri sendiri tidak mempunyai apa-apa,
apakah itu salah?

Papa tidak sesakit itu ketika kecelakaan


terjadi dan aku jatuh ke jalan. Sekalipun ibu
jarinya berdarah dan lukanya menganga lebar.
Ia memilih mengaduk secangkir teh manis
untuk menghangatkanku dari rasa takut.
Seharusnya papa jangan terluka. Tapi kalau
papa harus terluka, bukankah menjaga dan
menghangatkan seseorang yang kita cintai
sekalipun kita berdarah, itu tidak salah?
Ternyata tidak ada yang salah dengan
masa laluku. Tidak ada yang keliru juga
dengan masa lalumu. Selama kau mau
menyembuhkan kenangan-kenanganmu.
Mengampuni masa lalumu, mengampuni
semua orang yang pernah menyakitimu,
dan menenun kenangan baru.

“Yang terjadi dulu, kau kenang hari ini.


Yang terjadi hari ini, kau kenang nanti.
Duduklah di kursi hari ini, tenunlah
kenangan hanya dari benang-benang
pilihan.”

***
Tuhan, ajar aku membuang masa laluku.

Seburuk-buruknya kain masa lalumu, jangan kau


buang dan kau lemparkan. Pungutlah dan jahitlah
dengan renda-renda. Kau akan terheran, ketika kau
kenakan nanti. Kau akan terlihat terlalu cantik.

***
Pohon Teduh #12: Seribu kenangan
-
Jika kau ingin sembuh dari luka dan trauma
kepedihan masa lalumu kau butuh berjuang.
Untuk satu kenangan buruk, kau harus
menciptakan seribu kenangan baik untuk
menggantikannya. Pergilah ke tempat-tempat
di masa lalumu. Pergilah ke rumah masa
kecilmu. Alami sekali lagi peristiwa yang
pernah menyakitkanmu. Temukan gambar-
gambar kehidupan yang paling ingin kau
lupakan, karena terlalu pahit dan perih.
Temukan cerita hatimu yang bersembunyi di
sisi yang paling gelap dan sepi.

Beranikan dirimu melangkah ke tempat di


mana dulu kau pernah disakiti. Sentuhlah
dinding-dindingnya yang pernah menangis
bersamamu. Tataplah langit-langitnya yang
pernah meraung sakit bersamamu. Hiruplah
udaranya, duduklah di sana, di kursi tempat
kau duduk dulu, berjalanlah, di jalan-jalan,
di kota-kota tempat kau dulu pernah sangat
terluka. Menangislah sehebat-hebatnya
bersama kisah-kisah masa lalumu. Biarlah
ketakutanmu terlepas, tertumpah
dari batinmu. Sampai tak bersisa.
Dan setelah itu, jangan pergi dulu. Di sana,
dalam tenangmu buatlah kenangan yang
bergula. Kenangan yang tadinya pahit, kau
campur dan kau aduk bersama kenangan
baru yang manis. Sampai semua pengalaman
surammu perlahan larut. Sampai kau lebih
banyak mengingat hari-hari yang manis
daripada hari-harimu yang pilu. Sampai seribu
kenangan indah mengubur semua
kenangan hitammu.

Beberapa waktu yang lalu, aku sengaja


mencari rumah masa kecilku. Rumah kecil
sepetak yang di bayanganku kumuh. Rumah
kontrakan warna hijau yang tak pernah ingin
kukunjungi. Rumah yang membuatku malu
dan takut. Malu karena kami miskin. Takut
karena banyak kenangan pahit di sana.

Rumah itu sekarang kosong. Warna pintunya


belum berubah. Hijau. Tanaman yang dulu
di dekat pintu juga masih ada di sana. Aku
memandangnya lama dengan perasaan yang
berdebar ngeri. Seperti jiwamu diseret kembali
ke tempat siksaan masa lalu.

Tiba-tiba air mataku jatuh. Aku menangis


sampai tubuhku bergetar.

Tak lama kemudian, aku menarik nafas,


menenangkan hatiku. Dan tersenyum.
Lalu aku mengambil gambar di sana. Berfoto.

Aku sudah menenun kenangan baru.

“Pergilah ke tempat kau pernah menangis.


Tapi kali ini kau harus tersenyum.”

***
Tuhan, bagaimana aku bisa berlindung dari
kenangan masa laluku?

Kembalilah sejenak ke masa lalumu. Bukan untuk


tinggal di sana selama-lamanya. Tapi untuk
berdamai dengannya. Karena ketika kau tersesat,
kau harus kembali ke tempat terakhir yang kau
ingat. Dari sanalah nanti, kau akan
temukan jalan pulang.

***
Pohon Teduh #13: Ingin sembuh
-
Kepada orang yang saat kau ingat namanya,
hatimu tertusuk perih yang dalam, dan
mungkin juga geram. Sakit dan mungkin
juga pahit. Kau harus ke sana. Kau harus
mencarinya. Kau harus bertemu dengannya.
Jika kau sudah di depannya, beranikan dirimu
menatap matanya. Lihat baik-baik, lihatlah
dengan hati-hati, apa yang terpancar di sana.
Periksalah dengan teliti, apa yang selama
ini tak pernah kau perhatikan. Nanti akan
kau lihat, rahasia sedihnya yang terpendam,
terlalu dalam di batinnya. Hingga ia sendiri tak
pernah tahu tentang luka itu.

Pergilah juga ke rumah masa kecilnya. Ke


tempat, di mana seorang yang menyakitimu
itu pernah tinggal. Carilah kisah masa lalunya.
Dia hidup seperti apa. Dia dibesarkan seperti
apa. Dia pernah mengalami apa. Dia pernah
terluka dan menangis seperti apa. Nanti akan
kau temukan alasan, mengapa ia menyakitimu.

Karena dulu ia korban, yang berubah jadi


pelaku. Dia buah dari pohon liar yang telah
jahat padanya. Dia sedang mencari sesuatu,
sama seperti yang kau cari. Dia sedang lari
dari sesuatu, sama seperti yang kau hindari.
Dia inginkan teduh, agar terlepas dari sedu.
Dia inginkan sembuh. Seperti juga
dirimu ingin sembuh.

“Ada sesuatu yang hilang dan ditinggalkan


setiap orang di masa lalunya. Hanya jika ada
seseorang yang mau menemani mencari dan
menemukan kembali sesuatu itu,
ia akan sembuh.”

***
Tuhan, mengapa ada orang-orang yang
menyakitiku?

Karena orang yang menyakitimu, juga sakit. Dan


ia takut sakit sendirian. Ia ingin berbagi rasa sakit,
yang ia tak sanggup untuk menanggungnya seorang
diri. Karena kesendirian dan kesepian sesungguhnya
adalah rasa sakit yang paling menyakitkan.

***
Pohon Teduh #14: Ramuan dan serbuk sari
-
Dengan ramuan obat apa sebuah kenangan
dan luka bisa dimaniskan?

Dengan memberikan kepada masa lalu yang


menyakitimu, apa yang pernah direnggut
darimu. Jika kebahagiaanmu pernah diambil
oleh seseorang, sekarang jangan ambil
kebahagiaan orang itu, atau kebahagiaan orang
lain, untuk menutup lubang luka di hatimu.
Justru, berikanlah kebahagiaan itu kepada
orang yang pernah merampasnya darimu.
Berikan sebanyak-banyaknya kebahagiaan,
kepada orang yang pernah membuat hidupmu
pahit. Maniskan hidupnya,
cerahkan senyumnya.

Dengan campuran serbuk apa kenangan


dan air mata bisa disembuhkan?

Dengan hati yang rela mencintai. Rela


menangis dan terluka demi orang lain.
Karena orang yang melukaimu, sesungguhnya
juga adalah orang yang sangat terluka. Dan
seseorang yang menyakitimu, sesungguhnya
juga adalah orang yang sangat tersakiti. Luka
dan air matamu adalah pengganti luka-luka
dan air matanya. Yang sudah terlalu lama
menyiksa dan membuatnya menderita. Yang
ingin dia kebaskan pergi dari hati
dan hidupnya.

Karena untuk menyembuhkan sebuah luka,


kau harus rela terluka. Dan untuk menghapus
air mata, kau harus rela menangis.
Inilah cara untuk sembuh. Inilah penawar
hatimu yang hampa. Inilah ramuan rahasia
dan serbuk sari cinta yang akan
meneduhkan hatimu.

Berikan orang lain kebahagiaan agar dirimu


sendiri bahagia. Sembuhkan orang lain agar
dirimu sendiri sembuh. Balutlah luka orang
lain, agar lukamu sendiri terbalut.
Usaplah dan redakan air mata orang lain,
agar tangismu sendiri reda.

“Kau tidak akan pernah benar-benar


kehilangan kebahagiaanmu. Jika kau
mengerti. Bahwa kebahagiaan itu, semakin
kau berikan, semakin kau menerima lebih.”

***
Tuhan, apa yang bisa membuatku
benar-benar sembuh?

Hati yang rela. Hati yang ikhlas.

***
Pohon Teduh #15: Penjaga kenangan
-
Ada kenangan yang terlalu melekat dalam
mimpi dan anganku. Goresannya tidak terlalu
jelas. Hanya sepenggal-sepenggal. Tapi banyak
bayangan senyum dan tertawa dan berlari-
lari senang di sana. Kenangan tentang sebuah
kebun bermain di masa kecilku.

Sekarang aku tak tahu di mana tempatnya.


Mungkin kebun itu sudah tidak ada lagi.
Tapi aku sudah menyimpannya baik-baik di
memoriku. Sepanjang yang kuingat, kebun
itu dihijaukan oleh ribuan daun-daun. Tempat
itu penuh dengan pohon-pohon. Di sana ada
ayunan, papan seluncur, jungkat jungkit.
Ada rimbun helai-helai daun dan tangkai-
tangkai dahan yang menari tertiup angin.
Di sana sepertinya tak ada kesepian, tak ada
kehampaan, cuma aroma kebahagiaan yang
sejuk yang kau bisa hirup dalam-dalam.

Saat aku dan adik bergantian duduk di papan
seluncur, di bagian yang paling tingginya, kami
bisa menggapai ranting-ranting pohon kersen.
Buahnya yang kecil manis, berwarna merah
cerah bergantungan di ujung-ujung dahan dan
daun. Kami petik dan memakannya
sambil tertawa-tawa.

Dan bagian paling senangnya. Papa ada di
sana. Papa akan duduk di bangku taman itu,
menunggui kami bermain seharian
sampai sore datang.

Dan setiap kali aku ingat kebun bermainku,


aku sadar, Tuhan ada di masa laluku. Tuhan
menjagaku di sana. Tuhanlah, penjaga
ingatan. Tuhanlah penjaga kenangan. Ia
menjaga semua kenanganku. Masa lalu yang
membuatku kesakitan mengerang, tapi juga
masa lalu yang membuatku berlari-lari senang.
Masa lalu yang membuatku sedih perih, tapi
juga masa lalu yang membuatku menari.

“Kau tahu mengapa kenangan indah


selalu mudah diingat? Karena ada yang
menjaganya. Dia Tuhan, Sang Penjaga
ingatan dan kenangan.”

***
Tuhan, mengapa kau ijinkan ada kenangan
bahagia tertinggal di memoriku?

Karena Aku ingin kau tahu, Aku tidak selamanya


membiarkanmu menangis. Ada musim kau lara
sendiri. Tapi juga ada musim kau bermain senang
dan tertawa riang.

***
Teduhkan Hatiku Tuhan
-
Tuhan, terima kasih sudah menyelipkan
kenangan bahagia di antara masa-masa
gelapku. Aku ingin menyimpannya selalu.
Untuk mengingatkanku, bahwa dulu ketika
aku menangis, ternyata Kau ada di sana. Kau
tahu, Kau melihat dan Kau merasakan apa
yang kurasakan.

Dan inilah kenangan manis yang tersimpan di


balik kenangan pahitku,
________________________________________
________________________________________
________________________________________

Dan inilah orang-orang terluka yang


melukaiku, yang harus kuampuni,
________________________________________
________________________________________
________________________________________

Teduhkan aku, Tuhan. Teduhkan hatiku.


PENGINGAT UNTUKMU
-
Nikmati sesaat bening embun yang bermain
di tangkai daun. Adakah seseorang yang kau
tahu hatinya sepi dan lelah? Beritahu dia cara
membaca #PesanTeduh ini dan
sembuhkan hatinya.
Pohon Teduh #16:
Carilah kembali kebun bermainmu
-
Selalu ada saat-saat kau ingin menjadi anak
kecil lagi. Karena di masa anak-anak, kau
bermain, kau ditunggui dan kau digendong.
Ketika kau rindu kembali ke masa kecilmu,
sebenarnya kau rindu kembali ke kebun
bermainmu. Untuk menemukan catatan
kebahagiaanmu yang pernah ditulis, tapi
kemudian hilang. Memudar bersama musim-
musim angin dan badai hidup.

Jika hatimu saat ini masih dinaungi rasa


hampa dan tak bahagia, kau harus mencari
kembali kebun bermainmu yang pernah hilang.
Beri jiwamu waktu yang cukup, untuk mencari
ruas jalan-jalan yang akan membawamu ke
kebun bahagiamu. Kau harus menemukannya,
karena bahagiamu pernah ditinggalkan di sana.
Kekosongan hatimu hanya bisa digantikan
sampai kau menemukan kembali, daun-daun
itu, dan ranting-ranting itu, dan pohon-pohon
itu, dan semua tertawa yang pernah
terjadi di sana.
Pulanglah ke kebun bermainmu. Ambillah
kembali kebahagiaan yang kau simpan di sana.
Yang kau pendam di tanah kebun itu. Galilah
dan kali ini bawalah selamanya.
Jangan kau lepaskan. Karena di mana kau
tinggalkan kenangan terbaikmu, di sanalah
kebahagiaanmu disimpan
dan diikat selamanya.

“Karena di tempat kau pernah dilukai,


di sana tersembunyi penawar lukamu.”

***
Tuhan, kembalikan kebahagiaanku yang dulu
pernah ada.

Aku tak pernah mengambil sedikitpun


kebahagiaanmu. Kau menyimpannya terlalu lama
di masa lalumu. Kau memendamnya terlalu dalam
di masa sedihmu. Cari, gali dan berjuanglah untuk
menemukan, sampai kebahagiaan itu kembali
padamu.

***
Pohon Teduh #17: Kebun teduh
-
Kau akan menjejakkan ribuan langkah untuk
membawamu kembali ke kebun bahagiamu.
Kau akan merelakan segalanya untuk
membuatmu bisa tertawa lagi. Bisa sembuh.
Bisa bermain dan berlari-lari senang lagi.
Tanpa rasa takut. Tanpa rasa kecewa.
Tanpa luka-luka.

Tapi kau akan merasa kelelahan dan jenuh.


Lalu kecewa dan luka-luka akan bertambah
di dirimu. Karena kau pergi ke jalan-jalan
yang keliru. Kau tersesat. Kebun senangmu
tak ada di tempat-tempat yang kau cari.
Kebun bermainmu tak ada di sana. Di diri
sahabat terdekatmu, di waktu-waktu yang kau
habiskan, di benda-benda mewahmu bahkan
di diri orang yang kau pikir mencintaimu.
Kebahagiaanmu tak ada di sana. Semua itu
tidak akan pernah bisa menyembuhkan hampa
hatimu. Batinmu akan makin terasa sunyi dan
kau akan makin terasa terhilang.

Saat itulah, kau akan menyerah,


menghempaskan jiwa lelahmu kepada
#SangPeneduh. Dan ketika kau membiarkan
lengan-Nya menangkap tubuhmu yang lunglai,
di sana kau merasakan sesuatu. Tubuhmu akan
bergetar dalam pelukan-Nya. Tidak lagi karena
takut, tapi karena kehangatan-Nya menyusup
dalam-dalam ke setiap lapisan tubuhmu. Kau
meringkuk dalam rasa aman yang belum
pernah kau rasakan sebelumnya. Rasa yang
kau cari selama ini.

Dan betapa mengejutkannya, tiba-tiba kau


sudah ada di sebuah tempat. Tempat itu penuh
dengan pohon-pohon. Yang hijau damai
dengan ribuan daun-daun. Yang ranting-
rantingnya bermain menari dihembus angin.
Yang kesejukannya mengalir seperti air embun
yang menetes bening dan jernih.
Kau telah dibawa ke kebun teduh Tuhan.
Kebun pengganti kebun bermainmu.
Kebun bahagiamu.
Yang pernah hilang.

“Jika kau berpikir, ada tempat yang


lebih rindang dari kebun teduh Tuhan,
sesungguhnya kau sedang tersesat.”

***
Tuhan, aku telah kehilangan kebahagiaanku.

Semua kebahagiaan yang pernah hilang darimu,


akan Kugantikan dengan kebahagiaan yang lebih
besar, lebih hijau, lebih teduh, dan lebih indah dari
semua kebun yang pernah kau bayangkan.
Pohon Teduh #18: Benar-benar sembuh
-
Sepanjang perjalanan hidupmu, adalah waktu
yang kau miliki untuk kau disembuhkan pelan-
pelan dari semua ketidakbahagiaanmu. Dari
cedera dan gurat luka masa lalumu. Kau harus
berjuang, kau harus merelakan, kau harus
mengijinkan luka-lukamu disentuh
dan diobati. Sesakit apapun itu.

Tapi kau harus tahu. Kau tak akan sepenuhnya


sembuh. Kau tak akan sepenuhnya bersih dari
luka-lukamu. Karena hanya ada satu tempat
di mana, semua cacat hati dan bekas luka
perasaanmu akan dipulihkan. Hatimu akan
disempurnakan. Tak menangis lagi.
Tak pilu sedu lagi. Tak tersiksa lagi.

Di sana tak ada masa lalu yang tak bahagia.


Bahkan tak ada masa lalu sama sekali.
Masa itu akan jadi masa senang abadi.
Masa itu, masa di mana #SangPeneduh sendiri
yang akan menjagamu bermain ayunan.
Berlarian tertawa di antara buah-buah yang
lebih cantik daripada buah kersen merah.
Di dekat pohon-pohon yang berseberangan
dengan sungai kehidupan, yang airnya jernih
bagaikan kristal. Pohon-pohon subur yang
tidak pernah berhenti menghasilkan buah.
Berbuah dua belas kali tanpa memandang
musim. Dan daun-daun pohon-pohon itu
dipakai untuk menyembuhkan setiap hati dan
setiap luka, dari semua bangsa.
Di sanalah, kau akan benar-benar sembuh.
Di kebun yang sempurna teduh.
Milik Tuhan, #SangPeneduh

“Jika kau hanya singgah berteduh, kau


tak selamanya teduh. Jika kau mencintai
#SangPeneduh, kau selamanya terlindungi.”

***
Tuhan, aku sudah mengikhlaskan semuanya,
tapi mengapa kadang masih terasa sakit?

Kau tak akan pernah benar-benar sembuh sampai


kau berhenti dari pengembaraan hidupmu dan
pulang kepada-Ku. Karena Akulah, pemilik
kesembuhan yang sempurna dan bahagia abadi.

***
Pohon Teduh #19: Peluk aku lagi!
-
Hati yang pernah terluka, tidak berarti tidak
bisa sembuh lagi. Dan hati yang pernah
sembuh, tidak berarti tidak bisa terluka lagi.
Selama penantianmu pulang ke kebun teduh
Tuhan, luka dan kesembuhan akan berganti-
ganti. Hari ini kau lupa, besok kau teringat
lagi. Hari ini kau bisa tersenyum, besok hatimu
menjerit lagi. Menit ini kau bisa mengampuni,
di menit yang lain kau tak sanggup lagi. Detik
ini kau mampu mengalah dan rela menahan
diri, tapi detik yang lain kau meronta-ronta,
menangis dan ingin menyerah.

Ada masa-masa di mana kau merasa baik-


baik saja dan mampu berdiri kuat. Namun
keesokan harinya, kau diserang ribuan rasa
kuatir dan kebimbangan akan hidup. Kau takut
bertatapan dengan masalahmu. Kau gelisah
memandang masa depanmu. Bahkan kau tak
berani menghadapi dirimu sendiri.

Masih ada harapan buatmu untuk sembuh.


Sungguh. Sedalam apapun lukamu, sekotor
apapun masa lalumu, segagal apapun
perjuanganmu dan seburuk apapun hidupmu,
masih ada yang menunggumu. Dan Dia yang
menunggumu itu tidak pernah berhenti
berkata lirih, “Jika kau teringat lukamu lagi.
Ampuni yang menyakitimu lagi. Dan Aku
tahu rasanya pasti sakit lagi.
Jadi peluk Aku lagi.
Jika kau terkenang pahit masa lalumu lagi.
Ampuni masa lalumu lagi. Dan aku tahu
rasanya pasti tersiksa lagi. Jadi peluk Aku lagi.
Jika kau terbayang penyesalanmu lagi. Ampuni
dirimu sendiri lagi. Dan aku tahu rasanya pasti
menderita lagi. Jadi peluk Aku lagi.
Peluk Aku lagi. Peluk Aku lagi.
Seterusnya dan selalu begitu.”

“Pelukan Tuhan adalah daun-daun.


Menjagaimu dari sengat pahit
matahari kehidupan.”

***
Tuhan, apa yang terjadi jika aku
memeluk-Mu?

Kau akan selalu ingat bagaimana rasanya.


Dan kau akan kembali lagi suatu hari nanti,
untuk memeluk-Ku lagi.
Sekali lagi. Dan lagi.

***
20. Sang Peneduh
-
Dan ternyata luka-luka di sepanjang hidupmu
hanyalah bahasa rindumu akan Seorang
Penyembuh. Jeritan hatimu hanyalah
hasrat dan keinginan kuat untuk bertemu
#SangPeneduh. Kelak jika kau berjumpa
dengan-Nya. Kelak ketika kau menatap
wajah-Nya yang bercahaya, di sana nanti,
#SangPeneduh tak akan pernah lagi berucap,
“Peluk Aku lagi.” Karena kau akan selalu
menikmati bagaimana rasanya tinggal dalam
dekapan-Nya. Bagaimana rasanya paling
dijagai, paling dipeluk, dan paling dicintai.
Bagaimana rasanya duduk sangat dekat
dengan #SangPeneduh dalam merdu
dan haru. Dalam rindu yang bertalu-talu.
Dalam kalbu yang syahdu. Dalam teduh.
Selamanya dan selalu.

“Sakit yang paling menyiksa dan mematikan


adalah sakit rindu. Yang hanya bisa terobati
ketika kau bertemu yang kau rindu.”

***
Tuhan, aku rindu pada-Mu.

Aku lebih rindu padamu.

***
Teduhkan Hatiku Tuhan
-
Tuhan, latihlah aku. Goncangkan sangkarku,
agar aku jatuh sesaat, tapi tak lama kemudian
aku belajar terbang. Jangan biarkan aku tak
berdaya, terdiam di jerami sangkar. Dan
selamanya tak pernah terbang.

Dan inilah caraku menghadapi ketika luka


lama datang kembali,
________________________________________
________________________________________
________________________________________

Dan inilah caraku bangkit dari keputusasaan


ketika perasaanku terganggu lagi,
________________________________________
________________________________________
________________________________________

Teduhkan aku, Tuhan. Teduhkan hatiku.


PENGINGAT UNTUKMU
-
Kau sudah di tepian kebun teduh.
Adakah sebuah nama yang melintas kuat di
benakmu? Yang hatinya rindu mencari teduh?
Ceritakan tentang #PesanTeduh ini dan
sembuhkan hatinya.
PESAN RAHASIA
-
Kau hebat, kau sudah di sini. Kau tabah,
ketika hatimu di bongkar. Kau kuat menahan
sakit, ketika pecahan-pecahan yang melukai
dinding hatimu, dilepaskan satu demi satu.
Kaulah pejuang kesembuhan hati, yang layak
menerima keteduhan sempurna dan abadi,
dari #SangPeneduh.

Masih ada satu area kebun lagi. Di sana ada


pesan-pesan rahasia yang lain untukmu.
Masuklah ke akun Instagram @PesanTeduh
dan bergabunglah dalam komunitas
@TemanBerteduh. Kirimkan melalui
pesan pribadi atau DM, Kata Sandi:
#SANGPENEDUH sebagai bukti
kau telah menyelesaikan perjalananmu!

Jagalah terus rantai kejujuranmu. Jangan


berikan kata sandi ini kepada siapapun.
Biarkan yang rindu sembuh, ia mencari.
Karena kesembuhan butuh mau, butuh niat,
butuh berjuang, dan butuh rela.
Dan hatimu bisa dipercaya bukan?
Hatimu sudah sembuh bukan?
#TemanBerteduh, bawalah #PesanTeduh ini
kepada setiap hati yang menunggu.
Dan sampai bertemu di #KebunTeduh,
milik #SangPeneduh!
-
Follow @PesanTeduh
Dalam kenangan, Papa Agung Sugito.
(1935-1993)
-
Kau telah mengajariku. Seburuk-buruknya
seorang ayah, kau akan tetap terluka ketika
ia pergi darimu. Seburuk-buruknya luka, kau
akan disembuhkan ketika kau ingat bahwa kau
punya seorang ayah. Ayahku di bumi yang
pernah menemaniku di kebun-kebun bermain.
Dan Ayahku di surga, pemilik kebun teduh
terbaik. Ayahku, #SangPeneduh.

Anda mungkin juga menyukai