com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka
mencerdaskan, mencerahkan
Diterjemahkan dari
Martin, Lynne
Home Sweet Anywhere/Lynne Martin;
Penerjemah: Endang Sulistyowati; Editor: Nunung Wiyati
Cet. 1 — Jakarta: PT Pustaka Alvabet, September 2014
456 hlm. 13 x 20 cm
ISBN 978-602-9193-53-4
1. Traveling I. Judul.
Untuk Tim, inspirasiku, cintaku,
dan sahabat baikku.
http://facebook.com/indonesiapustaka
daf
Daftar Isi
Perkenalan ix
Satu : Berkemas 1
Dua : Di Jalan 15
Tiga : Meksiko 21
Empat : Buenos Aires 63
Lima : Penyeberangan Transatlantik 97
Enam : Turki 108
Tujuh : Paris 144
Delapan : Italia 192
Sembilan : Inggris 239
Sepuluh : Irlandia 275
Sebelas : Maroko 317
Dua Belas : Kembali ke California 341
Tiga Belas : Portugal 366
Epilog : Jangan Menunda Apa Pun 407
http://facebook.com/indonesiapustaka
vii
http://facebook.com/indonesiapustaka
per
Perkenalan
O rang yang cerdas tidak berkeliaran di Jembatan
Columbia atau di mana pun di dekat perbatasan di
Laredo, Texas.
Namun, itulah yang aku dan suamiku, Tim, lakukan
pada suatu fajar bulan Juli yang cerah, saat dengan gugup
kami menunggu seseorang lewat agar bisa bertanya
bagaimana prosedur yang benar untuk menyeberangi
perbatasan ke Meksiko. Ekspatriat yang sering melaku-
kan perjalanan seperti yang hendak kami lakukan
menginstruksikan kepada kami untuk menggunakan
jembatan tersebut, dan bukannya melewati perbatasan
utama yang jauh lebih ramai dan terkenal dengan insiden
baku tembak antara bandar narkoba dengan penjaga
perbatasan. Namun, sulit untuk mendapatkan petunjuk
arah yang benar dari hotel kami yang kurang nyaman
http://facebook.com/indonesiapustaka
ix
LYNNE MARTIN
x
PERKENALAN
xi
LYNNE MARTIN
xii
PERKENALAN
xiii
LYNNE MARTIN
xiv
PERKENALAN
xv
LYNNE MARTIN
xvi
PERKENALAN
xvii
LYNNE MARTIN
tantangan itu, untuk berkata “ya” pada ide yang baru ini.
Yang menjadi masalah selanjutnya adalah se-
rangkaian detail kecil: apa yang harus kami lakukan
dengan anjing kami, perabotan rumah, dan mobil? Apa
yang bisa kami simpan dan apa yang sebaiknya kami
buang? Dan, apakah keluarga kami akan memaafkan
karena ingin pergi jauh dari mereka untuk waktu yang
xviii
PERKENALAN
xix
LYNNE MARTIN
xx
Satu
Berkemas
S etelah perjalanan ke San Miguel, kami siap
untuk mengambil langkah nyata dengan rencana
baru saat kami kembali ke California. Kami hanya perlu
membuat beberapa keputusan dan setelah itu kami siap
untuk menjalankan rencana tersebut!
Tapi, tunggu. Tidak secepat itu. Aku dan Tim sama-
sama berzodiak Libra, terlahir pada bulan Oktober.
Dalam lingkaran astrologi, itu berarti kami berdua
adalah tipe orang yang sulit untuk membuat keputusan.
Dan, itu memang benar. Tapi, untung saja kami berdua
juga anomali astrologi karena terkadang pilihan besar
terasa mudah untuk kami. Kami memutuskan untuk
membeli mobil hanya dalam waktu beberapa menit
dan membeli rumah hanya dalam waktu sepanjang
http://facebook.com/indonesiapustaka
1
LYNNE MARTIN
2
BERKEMAS
lain dua kali dalam setahun, dan pada saat itu mereka
memberikan penawaran harga yang menarik. Sejauh
yang kutahu, semua pelayanannya sama, tapi harganya
bisa setengah dari harga normal,” jelas Tim sambil
menyeringai. “Apakah kau ingin kamar di haluan kapal
atau di buritan?”
Masih setengah tidur atau tidak, aku tidak percaya
3
LYNNE MARTIN
4
BERKEMAS
5
LYNNE MARTIN
6
BERKEMAS
7
LYNNE MARTIN
8
BERKEMAS
9
LYNNE MARTIN
10
BERKEMAS
11
LYNNE MARTIN
12
BERKEMAS
13
LYNNE MARTIN
14
Dua
Di Jalan
H ari terakhir di rumah kami akhirnya tiba, jadi
kami bersiap untuk pindah ke rumah lain yang kami
sewa untuk sementara waktu di Cambria, kota asalku
dulu. Di rumah sewaan itu kami bisa merampungkan
detail terakhir, menyortir barang yang tidak kami jual
atau sumbangkan, dan bersiap untuk berada di jalanan
selama lima bulan, pertama-tama berkendara ke Meksi-
ko, kemudian terbang ke Argentina.
Tapi, kami sangat lelah. Kami hampir tidak mengucap-
kan selamat tinggal dan sampai ketemu pada rumah
yang sudah kami tinggali selama bertahun-tahun. Tim
pergi sekali lagi untuk menemui temannya di AmVet,
truk amal yang sudah menerima banyak sekali perabot
rumah tangga kami selama enam minggu terakhir ini,
http://facebook.com/indonesiapustaka
15
LYNNE MARTIN
16
DI JALAN
17
LYNNE MARTIN
f
http://facebook.com/indonesiapustaka
18
DI JALAN
19
LYNNE MARTIN
20
Tiga
Meksiko
S eminggu kemudian, kelelahan karena kurang
tidur dan perjalanan yang sangat panjang melintasi
negeri, kami sampai di perbatasan Jembatan Columbia.
Saat penjaga mempersilakan lewat, kami merasa sangat
lega. Akhirnya, kami memulai perjalanan sepuluh jam
yang sudah kami siapkan selama berbulan-bulan. Dan,
kami merasa ketakutan.
Selama beberapa kilometer pertama, kegugupan
kami meningkat. Kami tidak melihat apa pun di jalan
dua lajur selain kaktus dan pagar kawat. Kami benar-
benar sendirian. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan
kami di sini? Kami bersorak senang saat mobil lain
muncul. Kecil kemungkinan para bandit akan mencoba
melukai kami dengan adanya orang lain sebagai saksi.
http://facebook.com/indonesiapustaka
21
LYNNE MARTIN
22
MEKSIKO
23
LYNNE MARTIN
24
MEKSIKO
25
LYNNE MARTIN
26
MEKSIKO
27
LYNNE MARTIN
28
MEKSIKO
29
LYNNE MARTIN
30
MEKSIKO
31
LYNNE MARTIN
32
MEKSIKO
33
LYNNE MARTIN
34
MEKSIKO
35
LYNNE MARTIN
36
MEKSIKO
37
LYNNE MARTIN
38
MEKSIKO
39
LYNNE MARTIN
40
MEKSIKO
41
LYNNE MARTIN
42
MEKSIKO
Tim tersenyum.
Aku menghela napas. “Kita hanya bermain.”
Tim berbalik ke arah pelataran parkir, mengayunkan
kuncinya, dan mulai menuruni bukit. “Omong kosong,
kita melakukan DUA hal, dan itu dua kali lipat lebih
banyak daripada biasanya!” ujar Tim dari atas bahunya.
Aku mengikuti Tim menyusuri jalan, tertawa sepanjang
perjalanan kembali ke patung ayam yang menjaga mobil.
Mañana selalu cukup bagus di Meksiko.
Bukan berarti orang Meksiko pemalas. Kenyataannya,
sebagian besar orang Meksiko bekerja sangat keras. Tapi,
mereka sangat menghargai keluarga, lebih daripada uang
atau kekuasaan sehingga jadwal mereka tidak selalu
sepasti atau seterburu-buru orang-orang di negara lain.
Prioritas mereka lebih seperti orang Eropa dibandingkan
orang Amerika, dan itulah yang salah satu alasan yang
menarik kami datang lagi ke San Miguel.
Kami menghabiskan sore dengan bersantai di teras
Sally yang indah, menikmati matahari terbenam sambil
mengobrol berdua tentang rencana kami menghabiskan
tujuh bulan di Eropa setelah kami tinggal selama dua
bulan di Buenos Aires. Kami masih diliputi kepuasan
karena berhasil membuat lompatan besar, dan kami
sudah tidak sabar ingin mengeksplorasi semua kemung-
http://facebook.com/indonesiapustaka
43
LYNNE MARTIN
44
MEKSIKO
45
LYNNE MARTIN
yang lezat.
46
MEKSIKO
47
LYNNE MARTIN
48
MEKSIKO
49
LYNNE MARTIN
50
MEKSIKO
51
LYNNE MARTIN
52
MEKSIKO
53
LYNNE MARTIN
54
MEKSIKO
55
LYNNE MARTIN
56
MEKSIKO
57
LYNNE MARTIN
58
MEKSIKO
59
LYNNE MARTIN
60
MEKSIKO
61
LYNNE MARTIN
62
Empat
Buenos Aires
T im bertengger di pinggiran bangku bersepuh
besi saat mengobrol dengan wanita ramping be-
rambut pirang yang duduk di sampingnya. Seperti
biasanya, Tim tampak bersemangat. Saat aku menuruni
tangga lebar di bawah kanopi bunga bugenvil untuk
menemui mereka, Tim melompat bangun dari bangku
dan berteriak, “Sayang, kemarilah dan temui Felicia. Dia
mengagumkan, dan dia bisa berbahasa Inggris!”
Aku sama sekali tidak memercayai wanita itu dan
dengan sinis aku menyapa “teman” baru Tim itu dalam
bahasa Spanyol. “Buenos tardes, Señora. Como esta
usted1?” tanyaku dengan curiga.
Felicia mengenakan jins putih ketat dan blus ber-
potongan rendah dengan warna terang, yang nyaris
http://facebook.com/indonesiapustaka
63
LYNNE MARTIN
64
BUENOS AIRES
65
LYNNE MARTIN
66
BUENOS AIRES
67
LYNNE MARTIN
68
BUENOS AIRES
69
LYNNE MARTIN
70
BUENOS AIRES
71
LYNNE MARTIN
72
BUENOS AIRES
73
LYNNE MARTIN
74
BUENOS AIRES
75
LYNNE MARTIN
kehidupan sehari-hari.
Kami membeli kartu langganan, yang bisa diper-
gunakan untuk sepuluh kali perjalanan, mempelajari
peta, pergi ke Tempat Pemakaman La Recoleta, di mana
hampir lima ribu kubah berdiri di atas permukaan
tanah di dalam lahan seluas lima setengah hektar dan
dikelilingi tembok, menciptakan kota mausoleum kecil.
76
BUENOS AIRES
77
LYNNE MARTIN
78
BUENOS AIRES
79
LYNNE MARTIN
80
BUENOS AIRES
81
LYNNE MARTIN
82
BUENOS AIRES
83
LYNNE MARTIN
84
BUENOS AIRES
85
LYNNE MARTIN
86
BUENOS AIRES
87
LYNNE MARTIN
88
BUENOS AIRES
89
LYNNE MARTIN
Ada di remote.
90
BUENOS AIRES
91
LYNNE MARTIN
92
BUENOS AIRES
93
LYNNE MARTIN
94
BUENOS AIRES
95
LYNNE MARTIN
96
Lima
Penyeberangan
Transatlantik
K ami pergi dari Buenos Aires ke California,
tempat kami menyewa sebuah rumah, berkumpul
lagi dengan keluarga kami, dan menyiapkan perjalanan
tujuh bulan kami ke Eropa, memberikan sentuhan akhir
ke rencana itu dan meributkan pilihan pakaian. Tidak ada
satu pun dari kami yang bisa tidur nyenyak saat waktu
keberangkatan semakin dekat. Percakapan batinku,
biasanya terjadi pada pukul dua atau tiga dini hari,
adalah pengulangan: Bagaimana jika kami tidak suka
berada di kapal selama empat belas hari? Bagaimana jika
kabin kami membuat kami mengalami klaustrofobia?
Apakah aku memiliki cukup blus dan sweter? Apakah
http://facebook.com/indonesiapustaka
97
LYNNE MARTIN
98
PENYEBERANGAN TRANSATLANTIK
99
LYNNE MARTIN
100
PENYEBERANGAN TRANSATLANTIK
101
LYNNE MARTIN
berotak.”
“Yah, aku rasa aku dan kau bisa mencoba menjaga
sedikit jarak dan tidak mendekati siapa pun sampai
merasa yakin kita ingin menjadi teman mereka,
setuju? Dua minggu adalah waktu yang panjang untuk
menghindari kontak mata jika kau membuat kesalahan.”
Tim tersenyum. “Rencana yang bagus.”
Semua jenis orang ada di kapal besar itu. Para pria
gay dengan gaya rambut trendi, pakaian ketat, dan
sepertinya lebih bersenang-senang dibandingkan yang
lain, dan orang-orang yang sudah terbiasa menaiki
kapal asyik saling bercerita tentang banyaknya kapal
yang sudah mereka naiki. Orang-orang ini berkumpul
sebelum makan malam di ruangan khusus yang di-
sediakan untuk menyimpan binatang peliharaan, dan
turun untuk makan malam dengan berpakaian lebih
mencolok dibandingkan yang lain. Ada kelompok pen-
cinta olahraga yang sering menghabiskan waktu di
gym, sementara orang yang hanya sesekali datang ke
gym harus menunggu giliran untuk bisa menggunakan
mesin treadmill yang dikuasai mereka. Kelompok
tukang pamer memakai celana renang pendek dan
bikini mini, berkeliling di jalur joging. Para pencinta judi
menghabiskan waktu mereka di kasino dengan mesin
http://facebook.com/indonesiapustaka
102
PENYEBERANGAN TRANSATLANTIK
103
LYNNE MARTIN
104
PENYEBERANGAN TRANSATLANTIK
105
LYNNE MARTIN
106
PENYEBERANGAN TRANSATLANTIK
107
Enam
Turki
B an mobil berdecit di jalanan berbatu Kota
Istanbul, tapi Kubilay memarkirkan mobil di jalanan
yang sepi. The Blue Mosque berjongkok seperti seorang
Sultan di atas atap di belakang kami, dengan tali kepala
dari burung camar yang berputar. Dua orang pria
mengobrol pelan di depan toko serbaada di seberang
jalan. Kami tidak habis pikir siapa yang datang ke toko
pada pukul 2.00 dini hari, atau apa yang ingin mereka
beli, tapi toko itu memang selalu buka.
Kubilay memohon diri dan menghilang ke balik
sudut saat aku dan Tim memijat badan kami yang pegal
dan mengamati jalanan di depan kami. Jalanan itu diapit
bangunan pendek berdinding plesteran dan sangat sunyi
pada dini hari seperti sekarang. Tidak lama kemudian,
http://facebook.com/indonesiapustaka
108
TURKI
109
LYNNE MARTIN
110
TURKI
111
LYNNE MARTIN
112
TURKI
113
LYNNE MARTIN
114
TURKI
115
LYNNE MARTIN
116
TURKI
117
LYNNE MARTIN
118
TURKI
mabuk?” Hingga hari ini jika ada salah satu dari kami
yang tertawa terbahak-bahak, yang lain akan bertanya,
“Apakah kau mabuk?”) Lima menit kemudian, kami
berdiri di apartemen, meremas air dari celana jins kami.
Kami masih tidak mengerti bagaimana kami bisa sampai
ke apartemen dengan berjalan sambil tertawa terbahak-
bahak sepanjang jalan.
Keesokan harinya akhirnya kami menemukan Pasar
Rempah. Untuk pencinta makanan, pasar itu bagaikan
Mekah. Tepat di luar pasar di bawah tenda penuh warna,
terdapat tempat pengembangbiakan tanaman yang sangat
besar. Aroma herbal yang segar memaniskan udara, dan
kemudian kami berbelok di tikungan dan menemukan
pasar yang kami cari. Kombinasi aroma—safron, kari,
mustard, vanila, dan kurma—berputar hingga ke langit-
langit yang melengkung, saat ratusan orang memenuhi
koridor lebar, ocehan mereka dan teriakan penjual naik-
turun seperti ombak di laut. Bumbu halus dipamerkan
dalam tumpukan tinggi di masing-masing kedai pe-
dagang, dan saat kami menjelajahi pasar itu, sulit rasanya
untuk pulang dengan hanya membawa foto.
Kami menyerah pada dorongan hati dan membeli
beberapa bumbu. Pakaian kami akan selamanya berbau
bumbu pengingat sore itu.
http://facebook.com/indonesiapustaka
119
LYNNE MARTIN
120
TURKI
121
LYNNE MARTIN
122
TURKI
123
LYNNE MARTIN
sup yoghurt yang lezat itu,” jawab Tim. “Aku akan segera
menyusulmu.” Tim melangkah masuk lagi ke lorong
dan memutar kenop pintu apartemen. “Kelihatannya
kau sudah menguncinya,” ujar Tim. “Tolong berikan
kuncinya kepadaku. Aku harus mengambil kacamataku
yang lain.”
“Aku tidak memegang kunci,” kataku, sedikit khawatir.
Kening Tim berkerut. “Bagaimana kau mengunci
pintu tanpa kunci?”
“Aku hanya menutupnya dan pintu itu pasti terkunci
sendiri,” kataku membela diri.
“Oh, Tuhan.” Tim berbalik dengan perlahan,
mencengkeram pintu yang mengarah ke tangga. Terkunci
juga. Kami tidak keluar dari apartemen sepanjang hari.
“Mengapa kau menutup pintunya? Aku baru saja keluar.
Aku belum siap untuk pergi,” tegas Tim dengan tajam.
Aku membalas, “Wah, maaf, Mister, tapi saat kau
pergi keluar dan kau membawa tasmu, aku menduga
kau sudah siap untuk pergi, dan bahwa kau membawa
kunci bersamamu seperti biasanya.”
Kami berjalan menjauh dari pintu dalam kebisuan
yang dingin untuk memikirkan pilihan selanjutnya.
Kami berdiri di teras lantai tiga pada siang hari dengan
kanopi kecil, sekitar setengah inci air di botol plastik,
http://facebook.com/indonesiapustaka
124
TURKI
125
LYNNE MARTIN
126
TURKI
127
LYNNE MARTIN
128
TURKI
129
LYNNE MARTIN
hari ke depan!
Saat kami ke meja resepsionis untuk melakukan
pendaftaran, Ali, pemilik hotel, memperkenalkan diri.
Tim menjawab, “Aku memang sudah merasa mengenal
Anda! Aku pernah tinggal di sini sepuluh tahun lalu saat
terjadi badai besar di sini.”
Ali menatap Tim cukup lama dan berkata, “Ah, iya,
aku juga mengingat Anda. Itu malam terburuk dalam
hidupku! Aku senang Anda kembali lagi ke sini setelah
pengalaman semengerikan itu.”
Lama setelahnya, ketika kami sedang bersantai di
beranda kamar kami yang mengarah ke halaman, Tim
membawakan aku segelas anggur yang kami beli di
jalan. “Jadi, ceritakan kepadaku tentang badai besar
yang terjadi saat kau berada di sini dulu,” kataku.
Tim tertawa. “Yah, Ali menutup halaman dengan
kanopi kanvas untuk membuat halaman tetap sejuk
pada siang hari, dan malam itu tempat ini dipenuhi turis
yang baru turun dari kapal pesiar. Beberapa ratus orang
sedang menikmati pertunjukan malam dan hidangan.
Kami sedang bersenang-senang saat hujan mulai turun,
pada awalnya hanya gerimis, tapi kemudian berubah
menjadi hujan deras—jenis hujan yang turun tiba-tiba
seperti yang pernah kita alami di Istanbul. Karena semua
http://facebook.com/indonesiapustaka
130
TURKI
131
LYNNE MARTIN
132
TURKI
133
LYNNE MARTIN
134
TURKI
135
LYNNE MARTIN
136
TURKI
137
LYNNE MARTIN
138
TURKI
139
LYNNE MARTIN
140
TURKI
141
LYNNE MARTIN
142
TURKI
143
Tujuh
Paris
W anita di seberang jalan mengulurkan tangan
melalui pintu bergaya Prancis untuk merapikan
bunga geranium warna merah terang di pot besi tempa
yang ada di luar jendelanya. Di bawah pot itu, bunga
berwarna biru dan putih menggantung hingga tiga lantai
ke trotoar. Rumah berdinding batunya yang bergaya
modern terlihat seperti model rumah yang terpampang
di majalah Architectural Digest. Pemiliknya hampir sama
sempurnanya. Untaian kalung mutiara menghiasi sweter
kasmirnya yang berwarna beige, serasi dengan warna
rambutnya yang digelung sempurna.
Aku membenci wanita itu.
Dosanya? Dia tinggal menetap di Paris, sedangkan
aku hanya akan tinggal di sini selama sebulan.
http://facebook.com/indonesiapustaka
144
PARIS
145
LYNNE MARTIN
146
PARIS
147
LYNNE MARTIN
ini .... Selama sejenak tadi, aku pikir aku kembali lagi ke
Buenos Aires.”
“Aku juga sering sekali merasa seperti itu. Aku
terus menunggu ada orang yang menjawab setiap per-
tanyaanku dengan ‘Tidak!’” gurau Tim.
Namun, setelah beberapa hari orang-orang memper-
lakukan kami dengan sopan, perasaan itu menguap.
148
PARIS
149
LYNNE MARTIN
150
PARIS
151
LYNNE MARTIN
152
PARIS
153
LYNNE MARTIN
154
PARIS
155
LYNNE MARTIN
156
PARIS
157
LYNNE MARTIN
158
PARIS
159
LYNNE MARTIN
160
PARIS
161
LYNNE MARTIN
f
http://facebook.com/indonesiapustaka
162
PARIS
163
LYNNE MARTIN
164
PARIS
165
LYNNE MARTIN
166
PARIS
dan mengesankan.
“Kencan” pertama kami dengan cepat berubah
menjadi pertemanan yang santai dan menyenangkan.
Saat minggu demi minggu berlalu, kami sering makan,
mengobrol, berjalan-jalan, dan tertawa bersama. Mereka
memberi kami gambaran tentang hidup di Prancis, yang
tidak akan mungkin bisa kami dapatkan tanpa bantuan
mereka. Topik pembicaraan kami menyangkut segala
sesuatu tentang Prancis: sejarah, politik, arsitektur,
bahasa, dan terutama makanan, sesuatu yang pasti
diincar orang waras saat berada di Paris. Aku bahkan
mendapatkan sedikit gosip. Tidak masalah sekalipun
aku tidak mengenal objek rumor itu secara pribadi.
Tetap saja aku merasa puas bisa mendengar tentang
kebodohan orang lain. Itu hal yang lucu, tapi entah
mengapa mengetahui lebih banyak tentang kehidupan
nyata orang-orang di sekitarku membuatku merasa
nyaman dan terikat, tidak seperti turis atau penonton,
tapi lebih seperti peserta dalam kehidupan kota yang
menjadi rumah sementaraku.
Suatu malam, saat sedang menikmati makan malam
menakjubkan di Le Dirigible, restoran yang cukup
terkenal di lingkungan tempat tinggal kami, kami
membahas tentang kepribadian orang Prancis dan
http://facebook.com/indonesiapustaka
167
LYNNE MARTIN
168
PARIS
169
LYNNE MARTIN
170
PARIS
171
LYNNE MARTIN
172
PARIS
173
LYNNE MARTIN
Pencuci Botol’?”
Setelah terdiam sejenak, Tim berkata, “Tidak, kau
bisa menuliskan pekerjaanmu sebagai penulis artikel
perjalanan.”
“Apa? Apakah kau sudah benar-benar gila?”
“Dengarkan aku.” Tim memberikan senyuman maut
terbaiknya. “Kau sering bepergian, kan?”
174
PARIS
“Iya.”
“Kau bisa menulis, kan?” Senyuman maut Tim se-
makin lebar.
“Aku rasa begitu.”
“Nah, benar, kan—kau seorang penulis artikel
perjalanan!” Kami berdua tertawa mendengar logika
Tim, dan dengan enggan aku menyetujui ide untuk
membuat kartu nama konyol itu. Aku merasa malu setiap
kali memberikan kartu namaku di konferensi. Para agen
menganggap ide kami menarik dan memperlakukan aku
dengan baik, tapi pada saat yang sama, sepertinya mereka
menganggap tulisanku yang hanya dua bab tidak cukup
bagus untuk dibahas lebih lanjut. Syukurlah, tulisan Tim
bisa diterima dengan sangat baik dan dia pulang dengan
hari riang. Aku hanya merasa lega saat konferensi itu
berakhir karena dengan begitu kami bisa segera pulang
ke rumah dan menjalankan rencana baru kami.
Aku teringat pengalaman saat berada di konferensi
menulis itu saat aku mengumpulkan keberanian untuk
berkata, “Jadi, Jim, bagaimana caraku memasukkan
artikelku ke sana?”
Aku setengah berharap Tim akan tertawa atau
mencemooh ideku. Siapa sebenarnya penulis gadungan
yang duduk di sampingnya?! Tapi, Jim justru berkata,
http://facebook.com/indonesiapustaka
175
LYNNE MARTIN
176
PARIS
177
LYNNE MARTIN
178
PARIS
179
LYNNE MARTIN
180
PARIS
181
LYNNE MARTIN
182
PARIS
183
LYNNE MARTIN
kasihan kepadaku.
Kemudian, Roberto menjelaskan dalam bahasa
Inggris bahwa aku akan dikembalikan ke Kah-reeen
setelah warna rambutku diperbaiki, dan Roberto mem-
bawaku ke tangga besar melengkung yang dilapisi karpet
putih dengan susuran terbuat dari kuningan berpoles
menuju ruang pewarnaan rambut di ruang bawah
184
PARIS
185
LYNNE MARTIN
186
PARIS
187
LYNNE MARTIN
188
PARIS
189
LYNNE MARTIN
190
PARIS
191
Delapan
Italia
K ami mengambil mobil Peugeot sewaan kami di
Bandara Charles de Gaulle dan berkendara ke arah
selatan melewati lalu lintas Kota Paris yang padat. Tidak
ada seorang pun yang berbicara kecuali Victoria, GPS
kami, yang memberikan petunjuk arah dengan logat
Inggris yang kental. Victoria tidak bisa diganggu, bahkan
saat salah, yang jarang terjadi untuk sebagian besar orang,
dan yang terutama untuk kami. Kami bersyukur Victoria
tidak mengatakan “mengalkulasi ulang” rute saat kami
menyimpang dari arahan yang diberikannya, berbeda
dari sistem GPS lain yang pernah kami coba. Justru,
tanpa mengatakan apa-apa, Victoria akan mengoreksi
kesalahan kami secara internal dan langsung memberi
kami rute yang baru. Sejauh ini, Victoria sudah berhasil
http://facebook.com/indonesiapustaka
192
ITALIA
193
LYNNE MARTIN
194
ITALIA
195
LYNNE MARTIN
196
ITALIA
197
LYNNE MARTIN
198
ITALIA
199
LYNNE MARTIN
dengan sinis.
“Jaga mulutmu. Victoria tidak menunjukkan te-
rowongan sama sekali, tapi aku rasa daripada marah-
marah, akan lebih baik jika kau masuk saja ke dalam
terowongan itu,” jawabku dengan nada suara yang sama
tidak ramahnya.
Tentu saja, Tim mengabaikanku dan menjauh dari
200
ITALIA
201
LYNNE MARTIN
202
ITALIA
203
LYNNE MARTIN
204
ITALIA
kanan.”
Kepala kami berputar saat mencoba untuk meng-
ingat semua itu. Biar kujelaskan kepada kalian: mungkin
ada sekitar lima ribu pohon pinus dan enam ribu
pohon cemara di setiap wilayah di Florence. Selain
itu, semua bangunan memiliki warna terakota dengan
atap keramik. Martha berusaha sebaik mungkin untuk
205
LYNNE MARTIN
206
ITALIA
207
LYNNE MARTIN
208
ITALIA
209
LYNNE MARTIN
210
ITALIA
211
LYNNE MARTIN
212
ITALIA
213
LYNNE MARTIN
214
ITALIA
215
LYNNE MARTIN
216
ITALIA
217
LYNNE MARTIN
218
ITALIA
219
LYNNE MARTIN
220
ITALIA
221
LYNNE MARTIN
222
ITALIA
223
LYNNE MARTIN
224
ITALIA
225
LYNNE MARTIN
226
ITALIA
227
LYNNE MARTIN
228
ITALIA
229
LYNNE MARTIN
230
ITALIA
231
LYNNE MARTIN
232
ITALIA
233
LYNNE MARTIN
nama budaya.
Keesokan harinya kami sangat bersemangat untuk
pergi jalan-jalan hingga pengemudi gila di terowongan
tidak terlalu membuat kami kesal. Semakin tinggi kami
mendaki Pegunungan Alpen, suhu udaranya menjadi
semakin sejuk. Dalam waktu singkat, suhu udaranya
turun hingga dua puluh enam derajat Celsius. Kami
sangat gembira bisa terlepas dari udara yang panas
hingga, selama dua hari di jalanan, kami tidak pernah
bertengkar, bahkan saat kami tersesat, kelaparan, ter-
tahan oleh macet, atau terjebak hujan badai. Kami
merasa sebebas anak sekolah yang membolos.
Setelah melewati terowongan terakhir, kami berhenti
untuk makan siang di sebuah restoran besar yang menarik
perhatian karena kami merasa geli melihat patung
kertas berbentuk ternak berukuran asli di halamannya.
Setelah memesan sandwich daging sapi (apa lagi?),
kami melihat-lihat museum anak-anak mereka. Mereka
menunjukkan betapa baiknya mereka memperlakukan
hewan ternak dan betapa bahagianya ternak-ternak
mereka di peternakan. Kami juga melihat gambar anak-
anak yang memakan sandwich daging panggang dengan
lahap. Lucu sekali. “Aku tidak mengerti bagaimana cara
mereka menjelaskan kepada anak-anak bahwa Bossie
http://facebook.com/indonesiapustaka
234
ITALIA
235
LYNNE MARTIN
236
ITALIA
237
LYNNE MARTIN
238
Sembilan
Inggris
T idak, tidak, tidak—aku TIDAK akan melaku-
kannya. Aku tidak peduli apa yang dia katakan,
ini tidak akan terjadi!” teriak Tim sambil memukulkan
tangannya ke kemudi mobil.
Tim menatap tanda di depan kami dan kemudian
memelototkan mata dengan jengkel pada Victoria,
GPS kami, mengulurkan tangan dan mematikan mesin
mobil. “Bukan Jalan untuk Kendaraan Bermotor” begitu
bunyi tandanya. Kami bisa membacanya melalui kaca
depan mobil yang basah oleh air hujan setelah melewati
jalan aspal sejauh hampir dua meter, jalanannya berubah
menjadi kubangan lumpur hitam yang penuh lubang
tertutup air.
“Oke, oke, tenang dulu,” kataku, menepuk tangan kiri
http://facebook.com/indonesiapustaka
239
LYNNE MARTIN
240
INGGRIS
241
LYNNE MARTIN
242
INGGRIS
243
LYNNE MARTIN
244
INGGRIS
245
LYNNE MARTIN
246
INGGRIS
247
LYNNE MARTIN
248
INGGRIS
249
LYNNE MARTIN
250
INGGRIS
251
LYNNE MARTIN
252
INGGRIS
253
LYNNE MARTIN
254
INGGRIS
255
LYNNE MARTIN
256
INGGRIS
257
LYNNE MARTIN
258
INGGRIS
259
LYNNE MARTIN
260
INGGRIS
261
LYNNE MARTIN
262
INGGRIS
263
LYNNE MARTIN
264
INGGRIS
265
LYNNE MARTIN
266
INGGRIS
f
Cuaca pada bulan September terus berganti. Itu berarti
kami harus menghabiskan sore dengan berkeliaran di
Jalan Oxford untuk mencari sweter dan jaket. Kami
memang sudah berencana untuk membelinya di London
karena tidak ada gunanya membawa-bawa pakaian yang
267
LYNNE MARTIN
268
INGGRIS
269
LYNNE MARTIN
270
INGGRIS
271
LYNNE MARTIN
272
INGGRIS
273
LYNNE MARTIN
274
Sepuluh
Irlandia
A wan gelap menggantung di langit. Mantel
wol hitam yang kami beli di toko Salvation Army
membuat kami merasa nyaman saat berdiri di pelataran
parkir mobil sewaan, menunggu petugas melakukan
pengecekan. Saat menengadah ke langit yang mendung,
aku menyadari aku tidak akan membutuhkan sepatu
Stuart Weismann-ku yang mahal di Dublin sama se-
perti ikan yang tidak membutuhkan sepatu bot. Tidak
mungkin aku akan mengambil risiko membiarkan
air mengotori sepatu yang cantik itu sehingga untuk
sementara sepatu itu harus disimpan di kotaknya. Saat
Tim menyalip truk kecil dengan mobil sewaan kami, aku
mendengarnya mengumpat, “Sialan! Ini mobil paling
kecil yang pernah ada. Aku yakin mesin jahit masih
http://facebook.com/indonesiapustaka
275
LYNNE MARTIN
276
IRLANDIA
277
LYNNE MARTIN
278
IRLANDIA
279
LYNNE MARTIN
280
IRLANDIA
281
LYNNE MARTIN
282
IRLANDIA
283
LYNNE MARTIN
284
IRLANDIA
285
LYNNE MARTIN
286
IRLANDIA
287
LYNNE MARTIN
288
IRLANDIA
289
LYNNE MARTIN
290
IRLANDIA
291
LYNNE MARTIN
292
IRLANDIA
293
LYNNE MARTIN
294
IRLANDIA
295
LYNNE MARTIN
296
IRLANDIA
297
LYNNE MARTIN
298
IRLANDIA
benar.
“Oh, kalau begitu, baiklah. Kita akan pergi ke sana,
tapi besok kau harus benar-benar menyelesaikannya.
Artikel itu akan terbit Senin depan, dan kita harus sudah
menyiapkan proposalnya, sekadar untuk berjaga-jaga!”
Tentu saja, hujan datang lebih awal daripada yang
diprediksi oleh prakiraan cuaca, membuat Tim yang
299
LYNNE MARTIN
300
IRLANDIA
301
LYNNE MARTIN
302
IRLANDIA
303
LYNNE MARTIN
304
IRLANDIA
305
LYNNE MARTIN
306
IRLANDIA
307
LYNNE MARTIN
308
IRLANDIA
309
LYNNE MARTIN
310
IRLANDIA
311
LYNNE MARTIN
312
IRLANDIA
313
LYNNE MARTIN
314
IRLANDIA
315
LYNNE MARTIN
316
Sebelas
Maroko
P anggilan untuk shalat bagi orang Muslim
terdengar dari pengeras suara yang terpasang di atas
atap keramik di seberang jalan, langsung dijawab oleh
ratusan pengeras suara lain seantero Marrakech. Asap
membubung keluar dari ambang pintu di mana para
pria sedang memanggang daging di atas kompor arang,
dan aku mengangkat kepala tepat pada waktunya untuk
menghindari tabrakan dengan gerobak keledai yang
muncul entah dari mana. Suara drum, suling pemikat
ular, teriakan pedagang, dan musik Arab terdengar sa-
ling bersahutan. Semua terdengar riuh.
Kami bergegas. Tim berjalan dengan cepat, bahunya
nyaris menyentuh dinding terakota yang mengelupas.
Aku mengikuti sedekat mungkin tanpa menginjak
http://facebook.com/indonesiapustaka
317
LYNNE MARTIN
318
MAROKO
319
LYNNE MARTIN
320
MAROKO
321
LYNNE MARTIN
322
MAROKO
323
LYNNE MARTIN
324
MAROKO
325
LYNNE MARTIN
326
MAROKO
327
LYNNE MARTIN
328
MAROKO
329
LYNNE MARTIN
330
MAROKO
331
LYNNE MARTIN
332
MAROKO
333
LYNNE MARTIN
334
MAROKO
335
LYNNE MARTIN
336
MAROKO
337
LYNNE MARTIN
338
MAROKO
339
LYNNE MARTIN
340
Dua Belas
Kembali ke
California
A
“ pa yang terjadi dengan orang-orang menarik
yang berlayar bersama kita pada bulan Mei?
Kelihatannya kita akan mengalami dua belas hari yang
panjang dan membosankan,” kataku saat kami me-
lakukan tur keliling kapal Grandeur of the Seas. Dalam
beberapa jam ke depan, kapal itu akan berlayar dari
Barcelona menuju Miami.
“Mungkin orang-orang yang menyenangkan sudah
pulang atau mereka memutuskan untuk tetap di Eropa
sampai liburan Natal,” jawab Tim. Kami menunduk
untuk menghindari angin bulan November yang dingin.
“Aku mulai bertanya-tanya apakah ini benar-benar Royal
http://facebook.com/indonesiapustaka
341
LYNNE MARTIN
342
KEMBALI KE CALIFORNIA
343
LYNNE MARTIN
344
KEMBALI KE CALIFORNIA
345
LYNNE MARTIN
346
KEMBALI KE CALIFORNIA
347
LYNNE MARTIN
348
KEMBALI KE CALIFORNIA
349
LYNNE MARTIN
350
KEMBALI KE CALIFORNIA
351
LYNNE MARTIN
352
KEMBALI KE CALIFORNIA
353
LYNNE MARTIN
354
KEMBALI KE CALIFORNIA
kami.
“Dan, ingat, kita masih harus mengumpulkan data
yang diminta Konsulat Prancis untuk mengajukan visa
tambahan. Kita harus membuat rencana pergi ke LA
untuk pertemuan itu. Kita harus menginap di sana,”
ujar Tim. Aku menambahkan semua itu ke dalam daftar
panjang hal-yang-harus-kami-lakukan.
355
LYNNE MARTIN
356
KEMBALI KE CALIFORNIA
357
LYNNE MARTIN
358
KEMBALI KE CALIFORNIA
359
LYNNE MARTIN
360
KEMBALI KE CALIFORNIA
361
LYNNE MARTIN
362
KEMBALI KE CALIFORNIA
363
LYNNE MARTIN
364
KEMBALI KE CALIFORNIA
365
Tiga Belas
Portugal
T akdir telah menyatukan aku dan Tim setelah
berpisah selama beberapa dekade, tapi delapan belas
hari berlayar di Kapal Destiny dari perusahaan pelayaran
Carnival Cruise telah menguji takdir dan kesetiaan kami.
Begitu aku melihat ruangan berwarna cokelat dengan
lampu disko keemasan, aku sudah menduga kami
akan mendapatkan masalah. Aku tidak pernah me-
lihat sesuatu seperti itu sejak Viva Las Vegas. “Apakah
menurutmu Ann-Margret akan berjalan menuruni
tangga itu?” tanyaku.
Tim menoleh ke arahku dan terus berjalan, men-
dengus pelan. Setelah melakukan pengamatan lebih
jauh, terungkap bahwa kapal itu, saat dibuat pada 1996,
adalah kapal layar terbesar di dunia. Kapal itu telah
http://facebook.com/indonesiapustaka
366
PORTUGAL
367
LYNNE MARTIN
pasta gigiku.
Sebelum hidangan penutup datang setiap malam,
kepala pelayan yang mirip Nicholas Cage, akan meng-
ambil mikrofon di depan mejanya. Dengan logat Eropa
Timur, dia akan mengumumkan, “Tuan-Tuan dan
Nyonya-Nyonya, pertunjukan dimuuuuuuulai!”
Beberapa orang wanita muda bertubuh kencang,
368
PORTUGAL
369
LYNNE MARTIN
370
PORTUGAL
371
LYNNE MARTIN
372
PORTUGAL
373
LYNNE MARTIN
374
PORTUGAL
375
LYNNE MARTIN
376
PORTUGAL
377
LYNNE MARTIN
378
PORTUGAL
379
LYNNE MARTIN
380
PORTUGAL
381
LYNNE MARTIN
382
PORTUGAL
383
LYNNE MARTIN
384
PORTUGAL
385
LYNNE MARTIN
386
PORTUGAL
387
LYNNE MARTIN
f
http://facebook.com/indonesiapustaka
388
PORTUGAL
389
LYNNE MARTIN
390
PORTUGAL
391
LYNNE MARTIN
392
PORTUGAL
393
LYNNE MARTIN
394
PORTUGAL
395
LYNNE MARTIN
396
PORTUGAL
musim liburan.
Seperti biasa, kami kelaparan. Saat kami memasuki
ruang makan bergaya barok yang menawan, kelompok
pencicip anggur mendominasi bagian tengah ruangan
yang elegan itu. Pelayan lain yang mengenakan seragam
dengan epolet mengantar kami ke meja yang romantis di
dekat jendela, di mana kami bisa mengamati kerumunan
397
LYNNE MARTIN
398
PORTUGAL
399
LYNNE MARTIN
400
PORTUGAL
401
LYNNE MARTIN
402
PORTUGAL
403
LYNNE MARTIN
404
PORTUGAL
405
http://facebook.com/indonesiapustaka
Epilog
Jangan Menunda
Apa Pun
K ehidupan nomaden kami membuat diri kami
hanya menunda satu hal: merasa tua. Aku tidak
bermaksud mengatakan kami menunda menjadi tua.
Tuhan tahu bahwa dengan setiap hari yang berlalu, kami
terkejut melihat perubahan yang kami lihat di cermin.
Hanya saja, kami tidak merasa tua.
Ada perbedaannya. Kami mensyukuri kesehatan dan
kestabilan keuangan kami—dua hal penting untuk para
pensiunan. Kami tahu akan lebih mudah bagi orang
merasa muda jika dia sehat. Kami mengejar kesehatan
dan uang sepanjang hidup, tapi kami tahu bahwa
kami tidak bisa mengklaim bahwa hanya atas usaha
http://facebook.com/indonesiapustaka
407
LYNNE MARTIN
408
EPILOG: JANGAN MENUNDA APA PUN
409
LYNNE MARTIN
410
EPILOG: JANGAN MENUNDA APA PUN
411
LYNNE MARTIN
412
Kurva Pembelajaran:
413
LYNNE MARTIN
414
KURVA PEMBELAJARAN
415
LYNNE MARTIN
Transportasi
xKapal: Kami sangat merekomendasikan pelayaran
sekali jalan untuk sampai ke tempat yang kalian
inginkan dengan biaya murah. Dua kali dalam
setahun, perusahaan kapal layar akan memindahkan
perlengkapan mereka. Mereka akan menawarkan
harga yang jauh lebih hemat karena itu bukanlah
rute yang populer. Untuk informasi lebih, silakan
kunjungi:
o www.repositioningcruises.com
o www.vacationstogo.com
xMobil: Kami menggunakan dua perusahaan rental:
o CarRentals.com untuk penggunaan umum.
o Autofrance.net untuk penyewaan lebih dari tujuh
belas hari di Prancis. Ini adalah kesepakatan yang
bagus karena kalian akan mendapatkan mobil
Peugeot baru dengan harga sewa jauh lebih murah
dibandingkan penyewaan mobil standar Eropa
lain.
xTempat Tinggal: Kami memesan apartemen dan
rumah, jauh sebelum kedatangan dengan meng-
gunakan:
http://facebook.com/indonesiapustaka
o www.vrbo.com
o www.homeaway.com
416
KURVA PEMBELAJARAN
417
LYNNE MARTIN
418
KURVA PEMBELAJARAN
419
LYNNE MARTIN
420
KURVA PEMBELAJARAN
421
LYNNE MARTIN
422
KURVA PEMBELAJARAN
423
LYNNE MARTIN
424
KURVA PEMBELAJARAN
harimu.
xJangan Menanyakan Arah: Bersiaplah untuk
membayar jika seseorang menawarkan diri untuk
menunjukkan jalan kepada kalian. Mereka akan
mengharapkan tip. Kalian mungkin AKAN ter-
sesat di labirin kota, tapi di sanalah setengah ke-
senangannya. Jangan panik, tapi bersiaplah untuk
425
LYNNE MARTIN
426
KURVA PEMBELAJARAN
427
LYNNE MARTIN
428
ucapan
429
LYNNE MARTIN
430
UCAPAN TERIMA KASIH
431
Tentang
Tentang Penulis
Pada 2010, Lynne dan Tim Martin
memutuskan untuk menjual rumah
mereka, menyumbangkan sebagian
besar barang mereka, dan bepergian
keliling dunia sepanjang sisa hidup
mereka. Blog Lynne yang populer,
homefreeadventure.com, catatan ke-
hidupan nomaden mereka, menjadi artikel pembuka di
rubrik “Next” yang dimuat di Wall Street Journal pada
Oktober 2012. Itu adalah artikel Wall Street Journal yang
paling banyak dikomentari, masuk di halaman depan
Yahoo.com, dan dipilih oleh Huffington Post, Fodor’s
Travel Intelligence, Hacker News, dan yang lain. Tulisan
Lynne juga muncul di buku Mark Chimsky, 65 Things
to Do When You Retire, Internasional Living, Huffington
http://facebook.com/indonesiapustaka
432
TENTANG PENULIS
433
http://facebook.com/indonesiapustaka