Anda di halaman 1dari 172

http://pustaka-indo.blogspot.

com
PENERjEmAh
IDA SUNDARI HUSEN

, dongeng ilsafat sair yang ditulis oleh Voltaire,


bercerita tentang seorang pemuda dari Westphalia bernama
Candide dan kisahnya bertualang keliling dunia untuk
menyelamatkan kekasihnya, Cunegonde. Candide merupakan
seorang yang sangat opimisis meskipun dalam perjalanannya
ia selalu menghadapi bencana dan musibah. Sifatnya itu didapat
dari gurunya, Pangloss. Melalui novel ini, secara idak langsung
Voltaire menyatakan bahwa dunia merupakan sebuah distopia
dan kekejaman manusialah yang membuat dunia ini menjadi idak
sempurna.

CANDIDE
http://pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

CANDIDE
http://pustaka-indo.blogspot.com

Undang-Undang Republik Indonesia


Nom or 28 Tahun 20 14 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 1
Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang tim bul secara otom atis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa m engurangi pem batasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan Pidana
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak m elakukan pelanggaran hak ekonom i sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf
i untuk Penggunaan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara paling lam a 1 (satu) tahun dan/ atau pidana denda
paling banyak Rp10 0 .0 0 0 .0 0 0 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/ atau tanpa izin Pencipta atau pem egang Hak Cipta m elakukan pelanggaran hak
ekonom i Pencipta sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara paling lam a 3 (tiga) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak
Rp50 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (lim a ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/ atau tanpa izin Pencipta atau pem egang Hak Cipta m ela kukan pelanggaran hak
ekonom i Pencipta sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan
Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara paling lam a 4 (em pat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak
Rp1.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (satu m iliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang m em enuhi unsur sebagaim ana dim aksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pem bajakan, dipidana
dengan pidana penjara paling lam a 10 (sepuluh) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp4.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (em pat
m iliar rupiah).
http://pustaka-indo.blogspot.com

CANDIDE

Penerjemah
IDA SUNDARI HUSEN
http://pustaka-indo.blogspot.com

Can d id e
Voltaire

Ju d u l As li
Candide ou l’Optim ism e

KPG 59-16-0 1248


Cetakan Pertam a, Novem ber 20 16

Sebelum nya diterbitkan oleh PT Dunia Pustaka J aya


Cetakan Pertam a, 1989

Pe n e rje m ah
Ida Sundari Husen

Pe ran can g Sam pu l


Teguh Tri Erdyan
Deborah Amadis Mawa
Pe n atale tak
Landi A. Handwiko

VOLTAIRE
Can d id e
J akarta: KPG (Kepustakaan Populer Gram edia), 20 16
xiv + 154 hlm .; 14 x 21 cm
ISBN 978-60 2-424-160 -5

Dicetak oleh PT Gram edia, J akarta.


Isi di luar tanggung jawab percetakan.
http://pustaka-indo.blogspot.com

Daftar Isi

Kata Pengantar ix
1 Bagaim ana Candide Dibesarkan di Sebuah Istana
yang Indah, dan Bagaim ana Dia Diusir dari Sana 1
2 Apa yang Terjadi atas Diri Candide
di Antara Orang-orang Bulgaria 5
3 Bagaim ana Candide Melarikan Diri dari
Orang-orang Bulgaria, dan Nasibnya Kem udian 9
4 Bagaim ana Candide Bertem u Kem bali dengan Bekas
Guru Filsafatnya, Doktor Pangloss, dan Apa yang
Terjadi Selanjutnya 13
5 Topan, Kapal Karam , Gem pa Bum i, dan Apa yang
Terjadi atas Diri Doktor Pangloss, Candide, J acques 18
6 Bagaim ana Cara Menyelengga ra kan Suatu Auto-Da-Fe
yang Megah untuk Mencegah Gem pa Bum i, dan
Bagaim ana Candide Dicam buk 23
http://pustaka-indo.blogspot.com
vi Voltaire

7 Bagaim ana Seorang Perem puan Tua Mengurus


Candide, dan Bagaim ana Pem uda itu Bertem u
Kem bali dengan Gadis yang Dicintainya 26
8 Kisah Cunegonde 30
9 Apa yang Terjadi atas Diri Cunegonde, Candide,
Pendeta Agung, dan Seorang Yahudi 35
10 Dalam Suasana Dukacita Bagaim ana Candide,
Cunegonde, dan Si Nenek Tiba di Cadix, dan
Menum pang Kapal Laut 38
11 Kisah Si Nenek 42
12 Lanjutan Kisah Kem alangan Si Nenek 47
13 Bagaim ana Candide Terpaksa Harus Berpisah
dengan Cunegonde yang Cantik dan Si Nenek 53
14 Bagaim ana Candide dan Cacam bo Diterim a oleh
Orang-orang J esuit Paraguay 57
15 Bagaim ana Candide Mem bunuh Kakak
Kekasihnya, Cunegonde 62
16 Apa yang Terjadi atas Diri Kedua Pengem bara
dengan Dua Orang Gadis, Dua Ekor Monyet,
Serta Orang-orang Prim itif Oreillon 65
17 Kedatangan Candide Beserta Pelayan nya di Negara
Eldorado dan Apa yang Mereka Lihat di Sana 71
18 Apa yang Mereka Lihat di Eldorado 77
19 Apa yang Terjadi atas Diri Mereka di Su rinam e dan
Bagaim ana Candide Berke nalan dengan Martin 85
20 Apa yang Terjadi di Tengah Laut atas
Diri Candide dan Martin 93
21 Candide dan Martin Mendekati Pantai Prancis
dan Berdiskusi 97
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE vii

22 Apa yang Terjadi atas Diri Candide dan


Martin di Prancis 10 0
23 Candide dan Martin Pergi ke Pantai Inggris dan
Apa yang Mereka Lihat di Situ 114
24 Kisah Paquette dan Bruder Girolee 117
25 Kunjungan ke Istana Senator Poccocu rante,
Bangsawan Venesia 123
26 Tentang Pengalam an Candide dan Mar tin Waktu
Makan Bersam a Enam Orang Asing Serta
Penjelasan Siapa Mereka Itu 131
27 Perjalanan Candide ke Istanbul 136
28 Apa yang Terjadi atas Diri Candide,
Cunegonde, Pangloss, dan Lain-lain 142
29 Bagaim ana Candide Bertem u Kem bali
dengan Cunegonde dan Si Nenek 146
30 Penutup 148
http://pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

KATA PENGANTAR

VOLTAIRE, NAMA sebenar nya François-Mar ie Arouet (1694-


1778), adalah pengarang besar Prancis abad ke-18, yang dikenal
di selur uh dun ia, di samping pengarang-pengarang lain yang
ter m asyhur abad itu seper ti Montesquieu (penulis Trias Polit ica)
dan Rousseau (penulis Du Cont rat Social). Gagasan-gagasan nya
m asih ser ing dikutip sampai sekarang karena sifatnya yang
un iversal dan yang m asih tetap relevan untuk m asalah-m asalah
m asa kin i. Sebagaim ana diketahui peran pengarang di Prancis
pada abad-abad yang lalu itu bukan hanya sebagai penulis
kar ya sastra yang indah saja, tetapi juga pem ikir-pem ikir yang
mengolah ilsafat hidup yang kemudian dianut oleh seluruh
bangsa. Voltaire dan Rousseau, m isalnya, dapat digolongkan
dalam kelompok pengarang yang kemudian mendorong lahir nya
ilsafat hidup Prancis modern dan turut memberikan inspirasi
untuk menggulirkan Revolusi Prancis pada tahun 1789. Yang
http://pustaka-indo.blogspot.com
x Voltaire

paling menonjol dar i Voltaire sebagai seorang pem ikir, ah li


ilsafat, penulis sastra dan sejarah adalah kebenciannya pada
kefanatikan, diskusi ilsafat, dan keagamaan yang dinilainya
terlalu ber tele-tele, sehingga tidak m asuk akal dan mengabaikan
m asalah-m asalah m anusia yang utam a. Dia juga sangat cinta dan
memper juangkan keadilan, baik dalam kar ya-kar yanya, m aupun
dalam kehidupan yang sebenar nya. Pandangan hidupnya yang
praktis dan realistis dibuktikan nya antara lain dengan jalan
m em bin a dan m engem bangkan sebuah de sa kecil ber n am a
Fer ney dar i desa yang sepi menjadi desa industr i kecil yang aktif.
Pada abad ke-20 in i nam a Voltaire sebagai penulis dram a
t id a k begit u d iperh at ikan lagi, wa laupu n sesu n g gu h nya
sem asa hidupnya pengarang in i telah menulis cukup banyak
naskah dram a yang mendapat sukses be sar, baik pada waktu
penerbitan nya, m aupun pada wak tu diper tunjukkan (antara
lain Zaïre tahun 1732 dan Irene yang diper tunjukkan di Par is
dengan sambutan mer iah, menjelang akhir hidupnya pada tahun
1778). Voltaire mengabdikan enam puluh tahun dar i hidupnya
yang panjang untuk menulis dan menerbitkan berbagai kar ya.
Di samping dram a, dia menulis beberapa kar ya sejarah yang
didasari penelitian dan dokumen otentik, karya ilsafat, kritik
sastra, pamlet-pamlet yang berisi gagasan politik , serta hikayat-
hikayat ilosois.
Di antara semua kar yanya yang ber n ilai tinggi dan yang
mengangkatnya menjadi anggota Academ ie Française,1* anehnya
justr u hikayat-hikayatnyalah yang sampai m asa kin i m asih tetap
dibicarakan orang dan dianggap sebagai “merek” pengarang
tersebut, mungkin karena “un ik”.

* Dewan Kesenian Prancis, didirikan oleh Richelieu pada tahun 1635 dengan 40 orang anggota
yang diangkat untuk seumur hidup dan terdiri dari penulis-penulis yang telah menunjukkan
prestasi inggi.
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE xi

Satu di antaranya, Candide ou l’Opt im ism e ’Candide atau


Opt im ism e’ (1759), pernah diilmkan pada tahun enam puluhan.
Hikayat-hikayat Voltaire ditulis ketika dia telah menjelang usia
tua dan tatkala dia telah menca pai ketenaran. Yang per tam a,
Le Voy age du Baron de Gaugan ‘Perjalanan Baron de Gaugan’,
ditulis pada ta hun 1739 ketika dia ber usia 45 tahun. Hikayat
per tam a itu hilang tak berbekas, boleh jadi karena tidak diterbit-
kan, sebab mungkin dia belum menganggapnya sebagai suatu
kar ya yang berharga. Patut dicatat bahwa pada m asa itu kar ya
yang dianggap ber n ilai tinggi hanyalah tragedi klasik. Rom an
belum dianggap kar ya yang ber n i lai sastra. Karena itu pada
mulanya Voltaire selalu meng gunakan nam a sam aran untuk
h ikayat-h ikayatnya yang d iterbit kan , agar t id ak d ian ggap
pengarang “murahan”. Namun karen a gayanya yang khas,
pem baca selalu da pat m engen alinya. Sejak h ikayatnya yang
per tam a yang mendapat sukses besar, Zadig ou la Dest inee
‘Zadig atau Suratan Takdir’ (1747), sampai men inggal pada ta hun
1778, tak kurang dar i dua puluh enam hikayat yang telah ditulis
Voltaire, di antaranya yang paling terkenal adalah Candide,
Zadig, dan L’ingénu ‘Si Lugu’ (1767). 2 *
Semu la Voltaire m enu lis h ikayat-h ikayat it u sebagai
sarana untuk menghibur sahabat-sahabatnya dalam ja muan-
jamuan m akan m alam yang diselenggarakan da lam rangka
tu kar-m enu kar pikiran tentang m asalah sas tra, selain juga
untuk menyampaikan ilsafat hidupnya dengan cara yang
menyenangkan, tanpa member ikan kesan menggur ui. Pada kata
pengantar Zadig, Voltaire mengatakan bahw a Zadig adalah kar ya
yang mengungkapkan lebih dar i yang tampak dicer itakan nya.
Candide ditulis pengarangnya pada usia 65 tahun. Te m anya
sam a dengan beberapa kar ya yang sudah terbit sebelum nya,

* Terjemahan L’ingénu ‘Si Lugu’ telah diterbitkan oleh Yayasan Obor pada tahun 1988, sedangkan
Zadig oleh PT Dunia Pustaka Jaya, tahun 1989.
http://pustaka-indo.blogspot.com
xii Voltaire

baik dar i dia sendir i m aupun dar i pengarang-pengarang lain,


yakn i pengam atan per istiwa-per istiwa dan m anusia dengan
tokoh utam a yang lugu, yang m emungkin kan terlontar nya
komentar-komentar yang sederhana, polos, dan ter us terang,
namun mem iliki daya kr itik yang tajam dan mengena. Tidak ada
deskr ipsi yang ter inci tentang tokoh-tokohnya, sehingga m ir ip
dengan kar ikatur. Tokoh-tokohnya bagaikan boneka yang tak
berdaya, dan dim ain kan sekehendak hati pengarang. Per istiwa-
per istiwa ter jalin sangat cepat, kadang- kadang tidak m asuk akal.
In ilah cara Voltaire menggam barkan dun ia yang absurd in i, yang
pada dasar nya tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan
Camus, m isalnya.
St r u kt u r h ikayat-h ikayat Voltaire sesu n ggu h nya am at
sederhana, sehingga pembaca dengan mudah dapat menangkap
alur cer iteranya dalam pembacaan yang linear, namun m akna
sesungguhnya yang diungkapkan oleh kar ya-kar ya itu, yakn i
ilsafat hidup, sindiran, kriti kan, bahkan serangan-serangan
tajam yang dilancarkan pengarang terhadap lawan-lawan atau
gagasan- gagasan yang tidak disukainya, tidak selalu mudah
untuk ditangkap karena tulisan nya penuh dengan konotasi yang
se r ing sangat iron is.
Untuk mem aham i Candide in i khususnya, perlu dike tahui
pertama-tama bahwa sasaran utama serangan ada lah ilsafat
optim is Leibn iz dan para pengikutnya, ter uta m a Wolf, yang
beranggapan bahwa dun ia in i adalah yang sebaik-baiknya di
antara yang mungkin d iciptakan Tu han. J uga ia m engr itik
pendapat ahli ilsafat itu yang menyatakan bahwa untuk semua
akibat, pasti ada se babnya, karena segalanya telah diatur dalam
suatu kese larasan yang telah ditetapkan sebelum nya (L’harm onie
préétablie). Tentu argumentasinya dalam h ikayat in i sangat
disederhanakan, dan juga ser ing berbentuk olok- olokan. Yang
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE xiii

pasti di sini Voltaire tampak ingin menon jolkan ilsafat hidupnya


sendir i, mengingat bahwa haki kat hidup m anusia in i berada di
luar jangkauan m anusia sendir i, dem ikian m asalah kebaikan dan
kebur ukan, diskusi-diskusi tentang m asalah tersebut tak per nah
ber kesudahan, karena itu tidak ada gunanya. Yang penting bagi
Voltaire adalah perbuatan (act ion), karena hanya dengan berbuat,
tanpa banyak berilsafat, manusia da pat melupakan beban yang
har us dipikulnya. Di samping itu, sebagaim ana dikatakan orang
Turki pada akhir hikayat in i, “Peker jaan menjauhkan kita dar i tiga
kebu r ukan: rasa bosan, dosa, dan kem iskinan.” J adi walaupun
ber nada pesim istis, pesim isme Voltaire in i sifatnya membangun.
Karen a kr itiknya yang tajam terhadap penyalahgun aan
agam a dan kesewen ang-wenangan peng uasa, Voltaire ser ing
d it udu h at heis d an m en gin gin kan bent u k pem er intah an
lain selain m on arki. Namun , se sunggu h nya perkem bangan
m asyarakat waktu itu be lum m atang untuk gagasan-gagasan
yang lebih mutakhir itu. Voltaire sendir i bar ulah sampai ke taraf
déiste (per caya kepada Tuhan) dan menempatkan dir i di atas se-
mua agam a. Dalam politik dia tetap menghendaki raja, namun
kepala negara it u hendaknya m empunyai ke m ampuan dan
wawasan (Le despot ism e éclairé) untuk mem ajukan negara dan
bangsanya pada khususnya, dan um at m anusia pada umum nya.
Tanpa pem aham an iron i yang dikandungnya, kar ya-kar ya
Voltaire itu tak lebih dar i hikayat populer biasa, yang kadang-
kadang m em ber i kesan konyol dan tidak m empunyai n ilai
sastra. Untuk mem aham i hikayatnya, ser ingkali pembaca har us
mengetahui r iwayat hidup pengarangnya, ser ta latar belakang
sosial budaya pada waktu kar ya itu diciptakan. Misalnya bunyi
judul-judul bab dalam Candide in i, yang “lucu” dan member ikan
kesan “kuno”, sesungguhnya adalah sindiran pada judul-judul
rom an yang pada waktu itu belum begitu dihargai di Prancis.
http://pustaka-indo.blogspot.com
xiv Voltaire

Dalam Candide in i Voltaire ser ing tidak segan-segan “keluar” dar i


karya iksi dan menyebut nama tokoh yang sesungguhnya pernah
hidup, atau judul bu ku yang mem ang per nah ada pada zam an itu.
Pembaca yang tidak mengetahui “duduk perkaranya” ser ing tidak
dapat menangkap m aksud sindiran Voltaire yang sebe nar nya.
Untuk sekadar membantu pembaca, beberapa catatan kaki juga
diter jem ahkan, kadang-kadang ditam bah dengan catatan kaki
yang ditulis pener jem ah sendir i.

Ida Sundar i Husen


November 1988
http://pustaka-indo.blogspot.com

BAGAIMANA CANDIDE
DIBESARKAN DI SEBUAH ISTANA
YANG INDAH, DAN BAGAIMANA
DIA DIUSIR DARI SANA1

KONON PADA zam an dahulu, di Westphalen, dalam istana


Baron Thunder-ten-tronckh, hidup seorang anak m uda, yang
diberkati alam dengan perilaku yang sangat halus. Air m ukanya
m enunjukkan kem urnian jiwanya. Pendapatnya jujur, dan cara
berpikirnya seder hana. Mungkin itulah sebabnya dia dinam ai
Candide.2 Para pelayan yang telah lam a m engabdi di rum ah
itu m enduga bahwa dia adalah anak saudara sang Baron yang
perem puan, dari seorang pem uda kebanyakan yang tinggal di

1 Voltaire meniru untuk memperolok-olokkan judul roman picisan pada zamannya.


2 “Candide” berari naif, lugu, sederhana, murni. Pengarang menyindir orang Jerman yang
dianggapnya lugu, kaku, dan jujur, namun peka akan keidakadilan yang terjadi dalam
masyarakat yang penuh dosa dan kecurangan.
http://pustaka-indo.blogspot.com
2 Voltaire

sekitar tem pat itu. Si gadis tidak akan pernah bersedia m eni-
kahinya, karena pem uda itu hanya m am pu m enyebutkan tujuh
puluh satu nam a keluarga nenek m oyangnya yang berdarah biru,
sedangkan selan jutnya garis keturunannya telah hilang dim akan
zam an.3 Baron itu m erupakan salah seorang pangeran yang pa-
ling berkuasa di Westphalen karena purinya berpintu satu dan
berjendela banyak. Bahkan ruangan tam unya pun dialas karpet.
Kalau perlu, anjing-anjing penjaga kandang unggasnya dapat
disulap m enjadi an jing pem buru. Tukang kudanya boleh saja
dianggap se bagai perwira pengawal berkuda, sem entara pendeta
desa itu dapat berfungsi sebagai kepala Gereja Agung yang m en-
dam pinginya. Mereka sem ua m enyebutnya Monseigneur, dan
m ereka pasti tertawa, apabila sang m ajikan berusaha m elucu.4
Berat badan istri sang Baron, yang sekitar tiga ratus lim a puluh
pon, m em enuhi syarat untuk m enim bulkan rasa horm at yang
m endalam . Nyo nya besar itu m engelola istananya dengan sikap
m ulia, yan g m en jadikan dia lebih terhorm at lagi. Putrin ya
Cunegonde, yang berusia tujuh belas tahun, tinggi langsing, segar,
m on tok, m enggiurkan. Penam pilan anaknya yang laki-laki pun
dalam segala hal pantas untuk seorang pu tra baron. Tuan Guru
Pangloss 5 adalah sum ber pengeta huan di rum ah itu. Candide kecil
m en den garkan pelajaran -pelajaran n ya den gan kesun ggguhan
yang da pat diharapkan dari anak seum ur dia dan berkat sikap nya
yang terpuji itu.
Pangloss mengajarkan metaisika-teologi-kosmolo-konyo-
logi. Dengan cara yang m engagum kan dia m em buktikan bah wa
tidak m ungkin ada akibat tanpa sebab, dan bahwa, dalam dunia

3 Sindiran terhadap pengagung-agungan keturunan bangsawan pada zaman itu.


4 Voltaire sangat “terkesan” oleh kemiskinan dan kesederhanaan Westphalia yang pernah
dikunjunginya (dibandingkan dengan Paris waktu itu), dan di lain pihak oleh sikap sombong
orang Jerman.
5 Dalam bahasa Yunani berari “tukang omong besar tentang segala hal”.
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 3

terbaik yang m ungkin diciptakan ini, istana sang Baron ada lah
puri yang terindah, dan Nyonya Besar adalah istri baron yang
terbaik yang m ungkin diciptakan.6
“Telah dibuktikan,” katanya, “bahwa segala sesuatu tidak
bisa lain keadaannya dari sekarang ini. Sega la sesuatu diciptakan
untuk tujuan tertentu, m aka tidak bisa lain tentu tujuan yang
terbaik. Perhatikan saja: hidung telah dibuat agar dapat dipasangi
kacam ata, m aka kita pun m em punyai kacam ata. Nyata sekali
bahwa kaki diciptakan untuk dipasangi sepatu, m aka kita pun
m em punyai sepatu. Batu-batu dibentuk untuk dipotong-potong,
agar dapat dibangun istana, m aka Yang Mulia Ba ron pun m em -
punyai istana: baron terbesar di provinsi ini haruslah m em punyai
tem pat tinggal terbaik. Babi-ba bi diciptakan untuk disantap, dan
kita pun m akan da ging babi sepanjang tahun. Makanya, m ereka
yang ber anggapan bahwa segala sesuatu berjalan baik, sesung-
guhnya tolol sekali. Yang betul adalah: segala sesuatu berjalan
sebaik-baiknya.”
Candide m endengarkan dengan penuh perhatian dan m em -
percayai perkataan gurunya secara lugu, karena dia beranggapan
bahwa Nona Cunegonde cantik sekali, walaupun dia tidak pernah
m em punyai keberanian un tuk m engutarakannya kepadanya. Dia
m enyim pulkan bahwa urutan pertam a keberuntungan adalah
kebaha giaan karen a dilahirkan sebagai Baron Thun der-ten -
tronckh, tingkatan kedua adalah m enjadi Nona Cunegonde,
ketiga adalah keberuntungan dapat berjum pa dengan gadis itu
setiap hari, keem pat adalah kesem pa tan m endengarkan Tuan
Guru Pangloss, ahli ilsafat terbesar di seluruh provinsi itu,
dengan dem ikian di seluruh dunia.

6 Voltaire mengejek “musuh besarnya” ahli ilsafat Leibniz, dan pengikutnya Wolf, yang
beranggapan bahwa dunia ini diciptakan Tuhan dalam keadaan maksimal terbaik yang mungkin
diberikan. “Konyologi” tentu saja adalah tambahan dari Voltaire sendiri.
http://pustaka-indo.blogspot.com
4 Voltaire

Pada suatu hari Cunegonde berjalan-jalan di hutan ke cil


yang disebut tam an. Di balik sem ak belukar gadis itu m elihat
Tuan Guru Pangloss tengah m em berikan pela jaran praktikum
ilmu isika kepada pelayan kamar tidur ibunya, seorang gadis
beram but cokelat yan g san gat can tik dan san gat pen urut.
Men gin gat bahwa Cun egon de sa n gat m em perhatikan sain s,
ham pir tanpa bernapas dia m engam ati latihan yang diulang-ulang
yang sem pat disaksikannya itu. Dengan jelas dia m elihat alasan
yang m endorong Pak Guru, serta sebab-sebab dan akibatnya.
Gadis itu pulang dengan perasaan gelisah, asyik berpikir, serta
penuh keinginan untuk m enjadi orang berilm u, sam bil m elam un
bahwa dia bisa saja m enjadi alasan pendorong bagi Candide,
sebagaim ana pem uda itu bagi dirinya.
Setibanya di puri dia bertem u dengan Candide, dan wajah nya
m em erah. Muka Candide pun m enjadi m erah. Gadis itu m engu-
cap kan selam at siang dengan suara ter putus-putus, dan Candide
berbicara kepadanya tanpa m enyadari apa yang dikata kan nya.
Setelah m akan m a lam keesokan harinya, pada waktu m eninggal-
kan m eja m akan, Candide dan Cunegonde berpapasan di balik
se kat ruangan. Cunegonde m enjatuhkan saputangannya. Candide
m e m ungut nya. Gadis itu m em egang tangan si pem uda dengan
lugu nya. Secara lugu pula pem uda itu m encium tangan si gadis
dengan gairah, penuh perasa an, dan sikap yang sangat lem but.
Bibir m ereka berte m u, m ata bersin ar-sin ar, lutut gem etar,
dan tangan m e rayap. Baron Thunder-ten-tronckh lewat dekat
sekat itu. Ketika m elihat sebab dan akibat itu, serta m erta dia
m e ne ndang pantat pem uda itu dan m engusirnya dari ista na.
Cunegonde pingsan. Begitu sium an, dia ditam pari ibunya. Maka
hancur lah kebahagiaan di istana yang pa ling indah dan paling
m enyenangkan di antara sem ua is tana itu.
http://pustaka-indo.blogspot.com

APA YANG TERJADI ATAS DIRI


CANDIDE DI ANTARA ORANG-
ORANG BULGARIA

CANDIDE, YANG diusir dari surga dunia itu, lam a berjalan


tanpa m engetahui tujuan, sam bil m enangis, seraya m em andang
langit. Seringkali dia m enoleh ke arah istana yang paling indah,
tem pat putri baron yang paling cantik tinggal. Tanpa m akan dia
tidur di tengah ladang, di antara jalur-jalur tanam an. Salju turun
dengan lebatnya. Keesokan harinya dengan perasaan tak m enentu
Candide m enyeret kakinya ke arah kota terdekat yang bernam a
Valdberghoff-trarbk-dikdorff.7 Tanpa uang sepeser pun, ditam bah
lapar dan lelah, Candide berhenti di pintu sebuah kabaret. Dua
orang laki-laki berpakaian seragam biru 8 m em perhatikannya.
7 Voltaire memperolok-olokkan “kekasaran” bunyi bahasa Jerman. Demikian pula halnya untuk
nama baron yang disebut terdahulu.
8 Agen pencari calon serdadu.
http://pustaka-indo.blogspot.com
6 Voltaire

“Kawan,” kata yang seorang, “tuh, ada anak m uda berbadan tegap
dan tingginya ‘m em enuhi syarat’.” Mereka m engham piri Candide,
dan m engundangnya m akan m alam dengan cara yang sangat
sopan.
“Tuan-tuan,” kata Candide kepada m ereka dengan rendah
hati, “ini suatu penghorm atan besar bagi saya, nam un saya tidak
m em punyai uang untuk m em bayar m akanan saya.”
“Ah, Tuan!” jawab salah seorang yang berseragam biru itu.
“Orang setegap dan berpenam pilan pantas seperti Tuan tidak
perlu m em bayar apa-apa. Bukankah tinggi badan Tuan m encapai
lim a kaki dan lim a ibu jari?”9
“Benar, Tuan, itulah tinggi badan saya,” jawab Candide
sam bil m em bungkuk m em beri horm at.
“Kalau begitu, duduklah di belakang m eja. Kam i bu kan
hanya akan m em bayar m akanan Tuan, untuk selan jutnya kam i
tidak akan tega m em biarkan orang seperti Tuan kekurangan
uang. Manusia diciptakan hanya un tuk saling tolong-m enolong.”
“Tuan benar,” sahut Candide, “itulah yang selalu dikatakan
oleh Tuan Guru Pangloss, dan m em ang saya lihat bahwa segala
sesuatu berjalan sebaik m ungkin.” Dia dipersilakan m engam bil
beberapa keping uang. Candide m engam bilnya dan ingin m em buat
tanda terim a. Mere ka m enolaknya, lalu duduk di m eja m akan.
“Apakah Tuan m encintai dengan tulus...?”
“Oh, ya,” jawab Candide, “saya m encintai Nona Cunegonde
dengan tulus.”
“Bukan ,” tukas salah seoran g laki-laki itu, “kam i in gin
m enanyakan apakah Tuan m encintai Raja Bulgaria de ngan tulus
hati?”
“Sam a sekali tidak,” jawab Candide, “karena saya ti dak
pernah bertem u dengan beliau.”

9 Satu ibu jari (ukuran panjang) sama dengan seperduabelas kaki.


http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 7

“Bagaim ana m ungkin! Dia raja yang paling baik di an tara


sem ua raja, dan kita harus m inum untuk kesehatan beliau.”
“Ya, dengan segala senang hati, Tuan-tuan.” Dan dia pun
m inum .
“Nah, bereslah sudah,” kata orang itu kepada Candide. “Tu-
an sekarang m enjadi penopang, pendukung, pem bela, pahlawan
Bulgaria; nasib Tuan telah ditetapkan dan ke berhasilan Tuan telah
dipastikan.” Serta m erta m ereka m em asang rantai pada kakinya,
dan dia dibawa ke m ar kas resim en. Di situ dia disuruh m em utar
badan ke kan an, ke kiri, m engangkat tongkat, m enaruhnya
kem bali, berbaring dengan pipi di tanah, m enem bak, berlari, dan
dia diberi tiga puluh pukulan dengan tongkat kayu. Keesokan
harinya latihan itu dijalaninya dengan lebih m udah, dan dia
hanya m endapat dua puluh pukulan, ha ri berikutnya hanya
sepuluh, dan dia dipandang oleh tem an-tem annya sebagai anak
ajaib.
Candide, yang m asih terkejut, belum m em aham i de ngan
baik bagaim ana dia dapat dianggap pahlawan. Pa da suatu hari di
m usim sem i m uncul di benaknya keinginan untuk berjalan-jalan.
Dia berjalan lurus tanpa m enoleh ke sana kem ari, karena m engira
bahwa m enggunakan kaki m enurut kesenangan sendiri adalah
hak asasi m anusia, seperti juga binatang. Belum sam pai dua m il
jauhnya dia berjalan, tiba-tiba em pat orang pahla wan lain yang
tinggi badannya enam kaki m enangkap nya, m engikatnya, serta
m em bawanya ke kurungan. Berdasarkan undang-undang dia
dipersilakan m em ilih m ana yang lebih disukainya: dicam buk tiga
puluh enam kali oleh seluruh anggota resim en, atau m enerim a
dua belas peluru sekaligus di otak keciln ya. Walaupun dia
bersitegang bahwa m anusia bebas m enentukan keingin annya,
dan bahwa dia tidak berm inat m em ilih salah satu kem ungkinan
yang ditawarkan, dia tetap harus m enen tukan pilihan. Maka
dia m em utuskan, dengan berpe gang pada karunia Tuhan yang
http://pustaka-indo.blogspot.com
8 Voltaire

disebut kem erdekaan, untuk m enerim a tiga puluh enam kali


pukulan dengan tongkat. Mula-m ula dia m enjalani dua kali
giliran. Resim en itu terdiri dari dua ribu orang. Itu berarti bahwa
dia m enerim a pukulan sebanyak em pat ribu kali. Akibatnya,
dari tengkuk sam pai ke pantat, otot-otot serta urat-uratnya luka
m enyeruak. Ketika giliran ketiga akan dilaksa nakan, Candide
tidak tahan lagi. Maka dia m ohon sudi kiranya m ereka itu
berkenan m enghabisi nyawanya. Dia m em peroleh hak istim ewa
itu. Lalu m atanya ditutup, dan dia disuruh berlutut. Pada saat itu
Raja Bulgaria ke betulan lewat, dan Baginda m em inta penjelasan
tentang kejahatan yang dilakukan orang hukum an itu. Dan
m en gin gat beliau adalah raja yan g gen ius, lan gsun g be liau
mengerti bahwa Candide adalah ahli metaisika mu da yang tidak
m em aham i m asalah-m asalah yang ber langsung di dunia ini.
Baginda pun m em berikan pengam punan dengan kederm awanan
yang akan m endapat sanjungan di sem ua koran dan di sepanjang
zam an. Seo rang ahli bedah yang m ahir m enyem buhkan Candide
da lam waktu tiga m inggu, dengan obat penawar sakit yang
ditem ukan oleh Dioscoride. Sebagian kulitnya sem buh kem bali,
dan dia bisa berjalan lagi, tatkala Raja Bulgaria m engum um kan
perang terhadap Raja Abar.10

10 “Raja Bulgaria” adalah nama sindiran bagi Frederick II dari Prusia, sedangkan “Raja Abar”
adalah Raja Prancis. Kedua kerajaan sedang berperang.
http://pustaka-indo.blogspot.com

BAGAIMANA CANDIDE
MELARIKAN DIRI DARI ORANG-
ORANG BULGARIA, DAN
NASIBNYA KEMUDIAN

AKAN ADA yang lebih indah, lebih m engasyikkan, lebih cem erlang,
serta sedem ikian teratur seperti kedua angkatan bersenjata itu.
Trom pet-trom pet, serunai, salung, tam bur, m eriam , m em bentuk
suatu harm oni yang pasti di neraka pun tidak pernah ada. Mula-
m ula m eriam itu m enum bangkan kurang lebih enam ribu orang
di ke dua pihak, kem udian pasukan berkuda m encabut nyawa
sekitar sem bilan sam pai sepuluh ribu orang-orang konyol yang
m engotori perm ukaan bum i terbaik yang m ungkin diciptakan
ini. Pedang pun turut berpartisipasi m enjadi penyebab kem atian
beberapa ribu m an u sia. Secara keseluruhan jum lah korban
m ungkin m enca pai sekitar tiga puluhan ribu jiwa. Candide, yang
http://pustaka-indo.blogspot.com
10 Voltaire

menggi gil bagaikan ahli ilsafat, bersembunyi sebisanya, sela ma


berlangsungnya penyem belihan perkasa tersebut.
Akhirnya, sem entara di perkem ahan m asing-m asing kedua
raja m em erintahkan agar doa syukur dipanjatkan ke hadirat
Tuhan atas kem en an gan pasukan n ya, Can dide m en gam bil
prakarsa untuk m erenungkan m asalah sebab akibat di tem pat
lain. Ia terpaksa m elom pati tum pukan m ayat dan orang-orang
yang sedang sekarat. Mu la-m ula ia tiba di sebuah desa terdekat.
Sem uanya telah m enjadi abu. Desa itu adalah kam pung orang
Abar yang telah dibakar pasukan Bulgaria, sesuai dengan hukum
yang berlaku. Di suatu tem pat, seorang lanjut usia yang luka-
luka m enyaksikan bagaim ana perem puan-perem puan korban
penyem belihan m elepas nyawa dengan m em eluk anak m asing-
m asin g pada payudara yan g ber lum uran darah. Di tem pat
lain , gadis-gadis, yan g disobek perutn ya setelah m em en uhi
kebutuhan alam iah bebera pa orang pahlawan, m engem buskan
napas yang penghabisan. Korban-korban lain, yang setengah
hangus, m enjerit-jerit m em ohon agar m ereka dibunuh saja. Otak
berceceran di tanah, di sam ping lengan dan kaki yang terpotong-
potong.
Candide m elarikan diri secepatnya ke desa yang lain. Ternyata
kam pung itu term asuk daerah Bulgaria, dan pahlawan-pahlawan
Abar telah m em perlakukannya de ngan cara yang sam a. Candide,
yang terus berjalan m ele wati anggota-anggota tubuh yang m asih
berden yut-de n yut, atau m en em bus rerun tuhan -rerun tuhan ,
akhirnya sam pai di luar wilayah perang itu. Dalam tasnya ia
m em bawa sedikit bekal m akanan. Tak pernah ia m elupakan Nona
Cunegonde. Bekalnya habis tatkala ia sam pai di Belanda. Nam un
karena pernah m endengar bahwa se m ua orang di negeri itu kaya
dan beragam a Kristen, dia tidak ragu-ragu bahwa perlakuan
yang akan diterim a nya akan sam a baiknya dengan yang pernah
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 11

dialam inya di istana Baron, sebelum ia diusir gara-gara m ata


Nona Cunegonde yang indah itu.
Dia m em inta sedekah dari beberapa orang yang berpenam -
pilan angker. Mereka sem ua m enjawab bahwa, apabila dia terus
m elakukan kegiatan tersebut, dia akan disekap di lem baga pe-
m asya rakatan untuk diajar bekerja.
Kem udian dia m em inta bantuan kepada seorang laki- laki
yang baru selesai berbicara sendirian selam a satu jam terus-
m enerus tentang m asalah kederm awanan, di hadapan sejum lah
besar pendengar. Seraya m em andangnya dengan penuh kecuriga-
an, si penceram ah ber kata kepadanya, ”Apa yang kau lakukan di
sini? Apakah kau datang ke sini dengan tujuan yang baik?”
’Tidak ada akibat tanpa sebab,” jawab Candide de ngan
rendah hati, “segala sesuatu pasti dijalin dan diatur untuk tujuan
yang terbaik. Sudah ditakdirkan bahwa saya diusir dari sisi Nona
Cunegonde, bahwa saya m engalam i cam bukan bertubi-tubi dari
pasukan Bulgaria, dan bahwa saya terpaksa harus m em inta roti,
sam pai saya m am pu bekerja untuk m em perolehnya. Sem uanya
tidak m ungkin terjadi secara lain.”
“Sahabat,” tanya si penceram ah kepadanya, “apakah kau
berkeyakinan bahwa Paus bertentangan dengan Kristus?”
“Saya belum pernah m endengarnya,” jawab Candide, “nam un
saya tidak peduli dia anti-Kristus atau tidak, po koknya saya
m em erlukan roti.”
“Kau tidak berhak m em akannya,” kata lawan bicara nya,
“pergi, bangsat, angkat kaki dari sini, jangan m ende katiku.”
Istri si penceram ah yang m elongokkan kepala dari jendela,
m endengar bahwa ada orang yang m eragukan bahwa Paus anti-
Kristus. Perem puan itu m enum pahkan sam pah di atas kepala
Candide. Ya Tuhan, betapa ke taatan beragam a m enim bulkan
ekses sedem ikian rupa atas diri para wanita!
http://pustaka-indo.blogspot.com
12 Voltaire

Seoran g laki-laki yan g tidak pern ah dibaptis, bern am a


J acques, m elihat perlakuan kejam dan keji atas diri sesa m a
m anusia, m ahluk berkaki dua tanpa sayap, yang m e m iliki perasaan
seperti dirinya sendiri. Dia m engajak Candide ke rum ahnya,
m em andikannya, m em berinya roti dan bir, serta m enghadiahinya
dua keping uang. Bahkan dia bersedia m elatihnya bekerja di
pabrik cita Persia yang diproduksi di Belanda. Sam bil ham pir
berlutut di hada pannya, Candide berseru, “Tuan Guru Pangloss
selalu m engatakan kepada saya bahwa segala sesuatu telah diatur
dengan sebaik-baiknya di dunia ini. Saya jauh lebih terkesan oleh
kederm awanan Tuan, daripada oleh keju desan laki-laki yang
berm antel hitam tadi serta istrinya yang terhorm at.”
Keesokan harinya, ketika sedang berjalan-jalan, dia bertem u
dengan seorang pem inta-m inta. Wajahnya pe nuh bisul, kedua
m atan ya seten gah buta, ujun g hidun gn ya borok, bibirn ya
m encong, geliginya hitam . Orang itu berbicara dengan suara
tersekat di tenggorokan, karena selalu batuk-batuk dengan keras.
Setiap kali orang m a lang itu terbatuk, sebuah gigi terlem par
keluar dari m u lutnya.
http://pustaka-indo.blogspot.com

BAGAIMANA CANDIDE BERTEMU


KEMBALI DENGAN BEKAS
GURU FILSAFATNYA, DOKTOR
PANGLOSS, DAN APA YANG
TERJADI SELANJUTNYA

CANDIDE SANGAT terharu, lebih disebabkan rasa kasihan


daripada jijik. Kepada pengem is yang m engerikan itu diberikannya
kedua keping uang yang diperolehnya dari J acques yang jujur
dan tak dibaptis itu. Hantu itu m enatapnya dalam -dalam , lalu
m enangis dan m em eluk lehernya. Candide m undur selangkah,
karena takut.
“Oh, nasib!” keluh pengem is m alang kepada orang m alang
yang dipeluknya. “Apakah engkau tidak m engenali lagi gurum u
tercinta Pangloss?”
http://pustaka-indo.blogspot.com
14 Voltaire

“Apa yang saya dengar? Tuan, guru saya tercinta? Tu an,


dalam keadaan begitu m engerikan? Malapetaka apa kah gerangan
yang telah m enim pa Tuan? Mengapa Tuan tidak tinggal lagi
di istana yang paling indah itu? Apa yang terjadi dengan Nona
Cunegonde, m utiara di antara putri tercantik, m ahakarya alam
ini?”
“Saya sudah tidak tahan lagi,” sahut Pangloss.
Segera Candide m engajaknya ke kandang kuda tuan rum ah
yang tak dibaptis itu. Diberinya gurunya itu roti sedikit. Dan
setelah Pangloss kuat kem bali: “Nah, apa kabar Cunegonde?”
“Dia telah m eninggal,” jawab yang ditanya.
Can dide jatuh pin gsan setelah m en den gar jawaban itu.
Pan gloss m en yadarkan n ya den gan cuka berkualitas jelek,
yang kebetulan ada di kandang itu. Candide m em buka m ata:
“Cunegonde m eninggal! Aduh, dunia terbaik, di m ana kau? Sakit
apa yang m em bawa gadis itu ke kem atiannya? Apakah penyebab-
nya karena dia m elihatku diusir dari istana ayahnya dengan
tendangan?”
“Bukan,” kata Pangloss, “perutnya disobek oleh tenta ra
Bulgaria, setelah diperkosa sem aksim al m ungkin. Sang Baron,
yan g berm aksud m em belan ya, dipen ggal kepalan ya. Badan
istrinya dipotong-potong. Putranya diperlakukan sam a seperti
adiknya. Sedangkan istana hancur berantakan, tidak ada lagi
gudang, tidak ada kam bing m aupun bebek, ataupun pepohonan.
Nam un dendam kita telah terbalaskan, karena orang-orang Abar
telah m elakukan hal yang sam a di wilayah sebelah nya m ilik
seorang pangeran Bulgaria.”
Mendengar uraian itu Candide pingsan lagi. Setelah sium an
kem bali, dan setelah m engatakan apa yang patut disam paikannya
pada kesem patan seperti itu, ia m em in ta penjelasan tentang
sebab dan akibat, tentang alasan yang m enjadi penyebab keadaan
Pangloss yang sedem ikian m enyedihkan itu. “Yah, apa hendak
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 15

dikata,” jawab bekas gurunya, “ini akibat cinta. Cinta, penghibur


m anu sia; cinta, penjaga keseim bangan dunia, yang bertakhta di
lubuk hati m anusia yang perasa. Ah, cinta yang lem but!”
“Yah,” sam bung Candide, “saya pun pernah m engenal cinta
seperti itu, m ahkota sem ua hati, jiwa dari jiwa kita. Bagiku
nilainya tak lebih dari sekecup cium an dan dua puluh tendangan
di pantatku. Bagaim ana m ungkin se bab yang indah itu dapat
m em berikan akibat yang sede m ikian m engerikan atas diri Tuan?”
Pangloss m em beri jawaban berikut: “Aduh, Candide tercinta!
Engkau kenal Paquette, kan, pelayan cantik is tri baron yang m ulia
itu? Di pelukannya saya pernah m engenyam kebahagian surgawi
yang m em bawaku ke siksaan neraka yang kini m enggerogotiku
ini. Gadis itu pun telah ketularan, m ungkin ia telah m eninggal
seka rang. Ia m em peroleh hadiah itu dari seorang tokoh aga m a
yang cendekia, yang juga m endapatkannya dari sum ber lain.
Ia ditulari oleh seorang com tesse tua, yang m e nerim anya dari
seorang kapten kavaleri, yang m em pero lehnya dari seorang
m arquise, yang m engam bil oper da ri seorang pelayan istana, yang
m eneruskannya dari seo rang J esuit, yang, sebagai agam awan
m uda, langsung m endapatkannya dari salah seorang sahabat
Christopher Colum bus. Sedangkan saya sendiri, saya tidak akan
m em berikannya kepada siapa pun karena saya akan segera m ati.”
“Aduh, Tuan Guru,” seru Candide, “betapa anehnya garis
keturunan itu! Bukankah setan yang m enjadi pangkal m alapetaka
itu?”
“Sam a sekali bukan ,” sahut Pan gloss, “itu adalah hal
yang tidak dapat tidak harus terjadi di dalam dunia terbaik
yang m ungkin diciptakan ini, bum bu yang diperlukan; karena
seandainya Colum bus tidak ketularan di salah satu pulau Am erika
oleh penyakit yang m eracuni sum ber generasi itu, yang bahkan
sering m engham bat berlangsungnya generasi, dan yang tentu saja
bertentangan dengan tujuan besar terciptanya alam ini, m ungkin
http://pustaka-indo.blogspot.com
16 Voltaire

kita tidak akan m engenal cokelat, ataupun kutu tanam an. Perlu
diingat bahwa sam pai sekarang, di benua kita, penya kit ini
m erupakan m asalah yang berguna untuk bahan diskusi. Orang-
orang Turki, India, Persia, Tionghoa, Siam , dan J epang belum
m engenalnya, nam un ada cukup alasan bahwa m ereka pun
akan m endapat giliran untuk m engenalnya beberapa abad lagi.
Sem entara itu, penyakit ter sebut telah m engalam i kem ajuan
yang m enakjubkan di kalangan kita, dan terutam a dalam ang-
katan bersenjata yang terdiri dari prajurit-prajurit bayaran yang
jujur dan baik, yang m erupakan penentu nasib negara. Dapat
dipastikan bahwa tatkala tiga puluh ribu orang serdadu bertem pur
berhadapan m elawan pasukan yang jum lahnya sam a, ada sekitar
dua puluh ribu penderita penyakit kotor ini di kedua belah pihak.”
“Wah, m engagum kan sekali,” kata Candide, “nam un yang
penting sekarang, Tuan harus sem buh.”
“Bagaim a na bisa?” sahut Pangloss. “Saya tidak m em punyai
uang sepeser pun, sahabatku. Di dunia yang terbentang luas ini,
kita tidak dapat m em peroleh sum bangan darah atau pun suntikan
tanpa m em bayar, atau jika tidak ada orang yang m au m em bayar
bagi kita.”
Penjelasan terakhir itu m endorong Candide untuk m engam bil
suatu keputusan. Dia bersim puh di kaki J acques yang derm awan
itu, seraya m em berikan gam baran yang sangat m engharukan
tentang nasib yang m enim pa sahabatnya. Orang baik itu tidak
ragu-ragu untuk m ene rim a Doktor Pangloss. Disem buhkannya
tam unya itu atas biaya pribadi. Dalam pengobatan itu Pangloss
ha nyalah kehilangan satu m ata dan satu telinga. Dia m am pu
m enulis dengan baik, serta m enguasai aritm atika. Tu an rum ah
yang tak dibaptis itu, J acques, m enjadikannya pem egang buku.
Dua bulan kem udian, karena harus per gi ke Lisabon untuk urusan
dagang, dia mengajak kedua ahli ilsafat itu dalam kapalnya.
Pangloss m enjelaskan kepadanya bahwa segala sesuatu tak dapat
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 17

berjalan lebih baik dari itu. J acques tidak sependapat dengannya.


“Kiranya m anusia telah sedikit m engacaukan dunia,” ka tanya.
“Mereka tidak dilahirkan sebagai serigala, nam un toh m ereka
m enjadi serigala. Tuhan tidak m em beri m e reka m eriam m aupun
pedang, nam un m ereka toh m em buat m eriam dan pedang untuk
saling m em binasakan. Saya dapat juga m engajukan sebagai
contoh, m ereka yang m engalam i kebangkrutan dan pengadilan
yang m eram pas harta m ilik m ereka, sehingga para penagih utang
dirugikan.”
“Sem uanya itu tidak dapat tidak harus terjadi,” sam bung
doktor yang picik itu, “kem alangan-kem alangan pribadi m em buah-
kan kesejahteraan um um , sehingga sem akin banyak kem alangan
pribadi, segala se suatu m enjadi lebih baik.” Sem entara dia berar-
gum enta si, cuaca m enjadi gelap, angin m enderu di em pat penju-
ru dunia, dan kapal itu diserang badai ketika ham pir tiba di
pelabuhan Lisabon.
http://pustaka-indo.blogspot.com

TOPAN, KAPAL KARAM, GEMPA


BUMI, DAN APA YANG TERJADI
ATAS DIRI DOKTOR PANGLOSS,
CANDIDE, DAN JACQUES

SETENGAH PENUMPANG lem as serta sesak napas disebabkan


oleh rasa cem as yang tak terkirakan, yang m erupakan pengaruh
goyangan kapal atas saraf dan reaksi badan yang dibanting-
banting ke arah yang berla wanan. Mereka tidak m em iliki cukup
kekuatan untuk m em perkirakan besarnya bahaya. Setengahnya
lagi ber teriak-teriak dan berdoa. Layar tersobek, tiang-tiang pa tah,
dan kapal itu oleng. Mereka yang sanggup segera m enyingsingkan
lengan baju, tak ada kesepakatan, tak ada yang m em erintah.
Orang yang tak dibaptis itu m em bantu m engem udikan kapal,
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 19

dia berada pada kem udi. Seorang kelasi m arah dan m em ukulnya
dengan kasar, sehingga dia tertelentang. Nam un karena kerasnya
m enghantam , kelasi itu sendiri terbanting sedem ikian rupa,
sehingga terlem par ke luar kapal dengan kepala dahulu. Dia
tergan tun g-gan tun g dan tersan gkut pada bagian tian g yan g
patah. J acques berlari m enolongnya, m em bantu nya naik ke
dalam kapal kem bali. Dalam usahanya itu dia tercebur ke laut di
depan m ata si kelasi, yang m em biarkannya m ati tenggelam tanpa
m em edulikannya sa m a sekali. Candide datang bergegas. Dia
m elihat juru sela m atnya m uncul sesaat, dan kem udian tenggelam
untuk selam a-lam anya. Candide ingin m encebur ke laut untuk
menyelamatkannya, namun ahli ilsafat Pangloss mencegahnya,
seraya m enerangkan bahwa gelom bang di Lisabon itu telah
diciptakan khusus sebagai tem pat tenggelam orang yang tak
dibaptis itu. Sementara ahli ilsa fat itu membuktikannya dengan
prinsip apriori, kapal terbelah. Sem uanya tenggelam , kecuali
Pangloss, Candide, dan kelasi kasar yang telah m enenggelam kan
J acques yang baik itu. Bajingan itu berenang tanpa halangan ke
pantai. Pangloss dan Candide dihem paskan di situ berkat sebilah
papan.
Setelah kekuatan m ereka pulih kem bali, ketiganya berjalan
m enuju Lisabon. Mereka m asih m em iliki sedikit uang untuk
m elepaskan diri dari bahaya kelaparan, setelah lolos dari topan
itu.
Baru saja Pangloss dan Candide m enginjakkan kaki di kota
itu, sam bil m enangisi nasib penyelam at yang m a lang, terasa bum i
bergoyang di kaki m ereka, gelom bang laut m engam uk di pantai,
dan m em orak-porandakan kapal-kapal yang sedang berlabuh.11
Am ukan api dan abu m em enuhi jalan dan lapangan-lapangan,

11 Voltaire menggunakan dokumen tentang gempa bumi di Lisabon yang terjadi pada tanggal
1 November 1755 dengan korban jiwa mencapai 20.000 orang. Berita tentang bencana ini
menggema di seluruh Eropa. Kejadian ini mempertebal pesimisme Voltaire dan memberikan
inspirasi untuk karyanya, Poème sur le désastre de Lisbonne (1756).
http://pustaka-indo.blogspot.com
20 Voltaire

rum ah-ru m ah runtuh, atap-atap am bruk di atas fondasinya, dan


fondasi-fondasi itu pun terbongkar berserakan. Tiga pu luh ribu
penduduk dari segala usia dan jenis kelam in ter tindih di bawah
puing-puing itu. Si kelasi berkata, sam bil bersiul dan m enyum pah-
nyum pah, “Wah, ini kesem pat an yang bisa dim anfaatkan!”
“Apa pula alasan yang dapat dijadikan sebab gejala ini?” kata
Pangloss.
“Wah, inilah hari kiam at!” teriak Candide. Si kelasi sibuk
berlari-lari di antara reruntuhan-reruntuhan itu, m e nantang m aut
untuk m encari uang. Dia m enem ukannya, m engam bilnya dengan
serakah, dan m abuk kegem bira an. Setelah m enenggak anggur, dia
m em beli jasa wanita tunasusila pertam a yang dijum painya di atas
puing-puing rum ah yang am bruk, di tengah-tengah orang-orang
m ati dan sekarat. Nam un Pangloss m enarik lengan bajunya.
“Sahabat,” katanya, “itu tidak baik. Kela kuanm u m enyalahi logika
universal. Kau tidak m e nyesuaikan diri dengan keadaan.”
“Persetan,” sahut si kelasi, “aku kelasi dan lahir di Batavia. Aku
telah m elangkahi salib em pat kali dalam em pat petualanganku di
J epang. Kau, kan, telah m enem u kan orang yang sesuai dengan
logika un iversalm u itu!”12 Beberapa poton gan batu m elukai
Candide, dia terte lentang di jalan, dan dijatuhi pecahan-pecahan
tem bok. Dia berkata kepada Pangloss, “Aduh, beri saya sedikit
anggur dan m inyak, saya m au m ati.”
“Gem pa bum i ini bukan barang baru,” sahut Pangloss, “Kota
Lim a pernah m engalam i goncangan yang sam a di Am erika, tahun
yang lalu, dengan sebab yang sam a, ser ta akibat yang sam a pula.
Pasti ada gugusan belerang di bawah tanah, antara Lim a sam pai
Lisabon.”

12 Pada masa itu, orang Jepang yang kembali dari Batavia untuk bekerja pada orang-orang Belanda
diharuskan melangkahi gambar Kristus untuk menunjukkan bahwa mereka idak masuk agama
Kristen. Dalam hal ini rupanya Voltaire salah mengeri dan menggunakan informasi itu secara
salah.
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 21

“Sangat boleh jadi!” jawab Candide. “Tetapi, dem i Tu han,


beri saya sedikit m inyak dan anggur.”
“Apa, boleh jadi?” sambung ahli ilsafat itu. “Saya ja min
bahwa hal itu dapat dibuktikan.” Candide pingsan, dan Pangloss
m em bawakannya air dari kolam air m an cur yang tak jauh dari
situ.
Keesokan harinya, setelah m endapatkan perbekalan m akan-
an, dengan m enyusup-nyusup di antara reruntuhan, m ereka
m em peroleh kekuatan kem bali. Kem udian m ereka bekerja seperti
yang lain-lain untuk m eringan kan penderitaan penduduk yang
selam at dari bahaya m aut. Beberapa penduduk yang m endapatkan
bantuan m enyuguhi m akanan sebisa m ereka dalam ben cana
seperti itu. Mem ang betul suasananya penuh dukacita, hadirin
yang m akan m enyiram i roti m ereka dengan air m ata. Pangloss
m enghibur m ereka dengan m engatakan bahwa segala sesuatu
tidak m ungkin terjadi secara lain. “Karena,” katanya, “segalanya
ini adalah yang se baik-baiknya. Karena jika ada gunung berapi di
Lisabon, gunung itu tidak m ungkin berada di tem pat lain. Karena
tidak m ungkin benda-benda berada bukan pada tem patnya.
Karena segalanya baik.”
Seorang laki-laki berpakaian hitam , anggota Majelis Tinggi
Agam a, yang duduk di sam pingnya, angkat bicara dengan penuh
sopan santun. “Agaknya Tuan tidak per caya pada dosa asal;
karena seandainya segala sesuatu berjalan sebaik-baiknya, tidak
ada kesalahan m aupun hukum an.”
“Saya m ohon m aaf kepada Paduka Tuan,” jawab Pangloss
dengan cara yang lebih sopan lagi, “karena kejatuhan m anusia
serta kutukan dengan sendirinya terca kup dalam dunia terbaik
yang m ungkin diciptakan.”
“Kalau begitu Tuan tidak percaya akan kem erdeka an?” jawab
tokoh tersebut.
http://pustaka-indo.blogspot.com
22 Voltaire

“Moh on Paduka m em aafkan saya,” jawab Pan gloss,


“kem erdekaan dapat bertahan dengan keperluan m ut lak, karena
m em an g diperlukan bahwa kita m erdeka, karen a pokokn ya
kehendak yang ditetapkan....” Pangloss belum selesai berbicara,
ketika tokoh itu m em beri isyarat kepada seorang petugas yang
m enyuguhkan m inum an anggur Porto atau Oporto.
http://pustaka-indo.blogspot.com

BAGAIMANA CARA MENYELENG-


GARAKAN SUATU AUTO-DA-
FE YANG MEGAH UNTUK
MENCEGAH GEMPA BUMI,
DAN BAGAIMANA CANDIDE
DICAMBUK

SETELAH TERJ ADINYA gem pa bum i yang m enghancurkan tiga


perem pat kota Lisabon, orang-orang bijak sana di negeri itu tidak
m enem ukan cara yang lebih te pat untuk m enghindari kehancuran
total, selain m em persem bahkan suatu auto-da-fe yang m egah
bagi ra kyat.13 Telah diputuskan oleh Universitas Coim bre bah wa
tontonan yang m em pertunjukkan beberapa orang dibakar dengan

13 Upacara keagamaan: keputusan Mahkamah Agama dibacakan di depan umum, lalu hukuman
dilaksanakan (biasanya si terhukum dibakar hidup-hidup). Pada tanggal 20 Juni 1756 memang
ada upacara seperi itu.
http://pustaka-indo.blogspot.com
24 Voltaire

api kecil dalam suatu upacara yang m e gah m erupakan cara yang
jitu untuk m encegah gem pa bum i.
Maka dari itu m ereka telah m enangkap seorang Basque, yang
m engaku telah m engawini ibu perm andian nya,14 dan dua orang
Portugis, yang telah m akan daging ayam dengan m em buang
lem ak babi yang m elekat pada nya.15 Setelah m akan m alam m ereka
m em peroleh tangkapan baru: Doktor Pangloss dan Candide. Yang
perta m a bersalah, karena telah berbicara, sedangkan Candide
ditangkap karena telah m endengarkan dengan air m uka setuju.
Keduanya dijebloskan secara terpisah ke dalam apartem en yang
tak kepalang tanggung segarnya. Di situ orang tak pernah diusik
m atahari. Delapan hari kem udian m ereka berdua didandani
dengan seragam sanbenito, dan kepalanya ditutupi topi segitiga
tinggi dari kertas: topi dan pakaian Candide digam bari nyala api
terbalik dan setan-setan yang tidak m em punyai ekor m aupun
cakar, sedangkan setan-setan pada baju Pangloss m em iliki cakar
dan ekor, dan nyala apinya tegak. Dengan dandanan seperti itulah
m ereka berjalan dalam barisan, dan m endengarkan khotbah yang
sangat m e nyedihkan. Selanjutnya terdengarlah m usik dengan
ba gian terbesar yang diulang-ulang. Pantat Candide dicam buk
sesuai dengan iram a, sem entara orang-orang m e nyanyi; orang
Basque dan kedua laki-laki yang tidak m au m akan lem ak babi
dibakar hidup-hidup; sedangkan Pangloss digantung, walaupun
tidak sesuai dengan ke biasaan. Pada hari yang sam a, bum i
bergoncang kem bali dengan bunyi yang m engerikan.16
Candide yang ketakutan, terpana, kebingungan, ber lum uran
darah, dan gem etar, berkata dalam hati: Jika ini y ang disebut
dunia terbaik di antara y ang m ungkin diciptakan, bagaim ana

14 Menurut agama Katolik seorang anak yang dibapis idak boleh menikah dengan ibu
permandiannya. (Lihat dongeng Voltaire yang lain: Si Lugu).
15 Yang idak makan lemak babi adalah orang Yahudi. Tugas utama Mahkamah Agama antara lain
membasmi mereka.
16 Dalam kejadian sesungguhnya memang ada gempa bumi lagi pada tanggal 21 Desember 1755.
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 25

keadaan dunia y ang lain? Bagiku tak terlalu m enjadi soal:


pantatku hany a sekadar dicam buk, aku pernah m engalam iny a
di Bulgaria, tetapi, oh, Pangloss yang baik! Ahli ilsafat terbesar!
Mengapa aku harus m elihat Tuan digantung tanpa m engetahui
alasanny a? Oh, sahabatku Jacques, orang y ang paling baik
hati, m engapa Tuan harus tenggelam di pelabuhan? Oh, Nona
Cunegonde! Mutiara di antara putri-putri ter cantik, m engapa
perutm u harus disobek?
Dia bersiap-siap untuk pergi dari tem pat itu, walau pun
ham pir tidak bisa berdiri, setelah kenyang m ende ngarkan khotbah,
m endapat pukulan di pantat, serta dikaruniai pengam punan dan
pem berkatan. Tiba-tiba da tanglah seorang perem puan tua yang
m enegurnya dan berkata, “Anakku, kuatkan hatim u, ikuti aku!”
http://pustaka-indo.blogspot.com

BAGAIMANA SEORANG
PEREMPUAN TUA MENGURUS
CANDIDE, DAN BAGAIMANA
PEMUDA ITU BERTEMU
KEMBALI DENGAN GADIS YANG
DICINTAINYA

KEKUATAN HATI Candide belum pulih sam a sekali, nam un


ia m engikuti perem puan tua itu m asuk ke sebuah rum ah kecil.
Orang itu m em beri sebotol krim untuk diulaskan ke seluruh
badan, dan m em persilakannya m akan dan m inum . Kem udian
perem puan itu m enunjukkan sebuah tem pat tidur yang cukup
bersih; dekat tem pat tidur ada pakaian lengkap. “Makanlah,
m inum lah, dan tidurlah,” katanya kepada Candide, “sem o ga
Santa Atocha, Santa Antonius de Padoua, dan Santa J acques
de Com postelle m elindungim u! Besok saya akan datang lagi.”
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 27

Candide, yang m asih tetap keheranan oleh apa yang dilihatnya,


oleh apa yang dideritanya, dan terlebih lagi oleh kederm awanan
perem puan tua itu, ingin m encium tangannya. “Bukan tanganku
yang harus kau cium ,” kata perem puan tua itu. “Saya akan
datang lagi besok. Ulasilah badanm u dengan krim ini. Makan dan
tidurlah.”
Walaupun dirun dun g sedem ikian ban yak pen deritaan ,
Candide m asih bisa m akan dan tidur. Keesokan harinya perem -
puan tua itu m engantarkan m akan siang, m e m eriksa punggung-
nya, m enggosoknya sendiri dengan krim yang lain. Kem udian
ia m em bawakan m akan m alam . Larut m alam ia m asih m uncul
lagi m engantarkan m akanan. Hari berikutnya perem puan itu
tetap m elaku kan hal yang sam a. “Siapa Ibu?” tanya Candide ber-
ulang- ulang. “Siapa yang m enyuruh Ibu berbuat baik seperti ini?
Apa yang dapat saya lakukan untuk m em balas budi baik Ibu?”
Nenek yang baik itu tidak pernah m enjawab apa-apa. Malam
itu ia kem bali, nam un tanpa m em bawa m a kanan. “Mari ikuti
saya,” katanya, “tetapi jangan berbica ra.” Perem puan tua itu
m em apah Candide, dan berjalan di pedesaan sekitar seperem pat
m il jauhnya. Mereka tiba di sebuah rum ah terpencil, yang dike-
lilingi kebun dan kanal-kanal. Perem puan tua itu m engetuk
sebuah pintu kecil. Pintu itu dibuka orang. Melalui tangga rahasia
si Nenek m enuntun Candide ke sebuah kam ar yang berta tah
em as, serta m endudukkannya pada sebuah dipan bertutup kain
brokat. Lalu dia m enutup pintu kem bali dan pergi. Candide
serasa berm im pi. Dia m em andang selu ruh hidupnya yang lalu
sebagai m im pi buruk, sedangkan saat itu sebagai m im pi yang
m enyenangkan.
Tak lam a kem udian perem puan tua itu kem bali. De ngan
susah payah dia m em apah seorang wanita yang ge m etar badannya.
Perawakannya anggun, gem erlapan dihiasi batu perm ata, dan
wajahnya ditutupi cadar.
http://pustaka-indo.blogspot.com
28 Voltaire

“An gkatlah cadar in i,” kata perem puan tua itu kepada
Candide.
Anak m uda itu m endekat. Diangkatnya cadar itu de ngan
sikap m alu-m alu. Sungguh tak terduga! Betul-betul m engejutkan!
Dia m erasa m elihat Nona Cunegonde! Dan m em ang betul: dialah
yang dilihatnya! Wanita itu tak lain adalah Nona Cunegonde
sendiri! Candide m enjadi lem ah lunglai, tak satu kata pun terucap,
lalu ia bersim puh di kaki wanita itu. Cunegonde jatuh di dipan.
Maka si Nenek sibuk m enciprati m ereka dengan m inyak wa ngi.
Mereka sium an kem bali, m ereka saling berbicara: m ula-m ula
dengan kata yang terputus-putus, tanya jawab yang bersim pang-
siur, diseling desah napas, derai air m ata, dan seruan. Perem puan
tua itu m enyarankan agar jangan terlalu ribut, lalu m em biarkan
m ereka ber dua.
“Aduh, benarkah kau yang ada di hadapanku?” kata Candide,
“Kau ternyata m asih hidup! Kita bertem u lagi di Por tugal!
J adi tidak benar bahwa kau telah diperkosa? Perutm u tidak
disobek, seperti yang diberitakan oleh Pak Guru Pangloss?”
“Mem ang benar,” sahut Cunegonde yang cantik, “na m un
kedua kecelakaan itu tidak selalu m engakibatkan kem atian.”
“Tetapi bukankah ayah dan ibum u telah terbunuh?”
“Tak disangsikan lagi,” jawab Cunegonde sam bil m e nangis.
“Dan kakakm u?”
“Kakakku pun telah terbunuh.”
“Bagaim an a asal m ulan ya kau berada di Portugal, dan
bagaim ana kau tahu bahwa saya berada di sini juga, dan berkat
petualangan apa, kau bisa m em bawa saya kem a ri?”
“Saya akan m en ceritakan segalan ya,” sahut wan ita itu,
“nam un sebelum nya kau harus m em beri tahu saya terlebih
dahulu apa yang kau alam i, sejak cium an lugu yang kau berikan
kepadaku, dan tendangan yang kau terim a.”
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 29

Candide m enurut dengan sikap penuh horm at. Walau pun dia
sangat terharu, walaupun suaranya lem ah dan ge m etar, walaupun
tulang punggungnya m asih terasa agak sakit, dia m enceritakan
dengan gaya yang sangat polos segala yang telah dialam inya sejak
m ereka berpisah. Cunegonde m elontarkan pandang ke langit; air
m atanya berderai tatkala dia m endengar berita kem atian J acques
yang baik hati dan Pangloss. Setelah itu dia bercerita sebagai
berikut kepada Candide, yang asyik m endengar kan setiap patah
kata, dan yang tak lepas m em andangnya.
http://pustaka-indo.blogspot.com

KISAH CUNEGONDE

“SAYA SEDANG berada di tem pat tidur dan terlelap dengan


nyenyak, tatkala Tuhan berkenan m engirim kan serdadu Bulgaria
ke istana kam i Thunder-ten-tronckh yang indah itu. Mereka
m enyem belih ayah dan kakakku, serta m em otong-m otong ibuku.
Seorang ser dadu Bulgaria yang besar badannya, dengan tinggi
enam kaki, m elihat bahwa saya jatuh pingsan m enyaksikan
pem andangan m engerikan itu. Dia langsung m em perkosa saya.
Maka saya sium an lagi, saya m enyadari apa yang terjadi, lalu
saya berteriak-teriak, m eronta-ronta, m enggigit, m encakar, serta
ingin m encongkel m ata si serdadu itu karena tidak tahu bahwa
apa yang terjadi di istana ayahku itu sem ata-m ata kejadian lazim
belaka. Serdadu brengsek itu m enancapkan pisau di lam bungku
sebelah kiri. Bekasnya m asih ada sam pai sekarang.”
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 31

”Aduh! Ingin saya m elihatnya,” ujar Candide yang lu gu itu.


“Nanti akan kau lihat,” sahut Cunegonde, “sekarang baik kita
lanjutkan dulu.”
“Lanjutkanlah,” kata Candide.
Maka Cunegonde m elanjutkan kisahnya: “Seorang Kapten
Bulgaria m asuk. Dia m elihat saya berlum uran darah. Si serdadu
itu tidak m en ghiraukan n ya. San g Kapten beran g karen a si
brengsek itu tidak m enunjukkan sikap horm at sedikit pun, dan
dia m em bunuhnya di atas tubuh saya. Kem udian dia m enyuruh
agar luka saya dibalut, lalu saya dibawa sebagai tawanan perang
oleh pasukannya. Saya m enjadi tukang cuci pakaiannya yang tidak
banyak jum lahnya, dan juga kokinya. Terus terang saya akui bahwa
dia berpendapat saya cantik sekali. Dan saya tidak m engingkari
bahwa dia pun tam pan, kulitnya putih dan lem but. Nam un dia
tidak pintar, tidak memahami ilsafat. Kelihatan betul bahwa dia
tidak dididik oleh Doktor Pangloss. Tiga bulan kem udian, setelah
dia kehilangan sem ua uangnya, dan bosan terhadap diriku,
dia m enjual saya kepada seorang Yahudi yang bernam a Don
Issachar, penyelundup yang m elakukan kegiatannya di Be landa
dan Portugal, dan sangat doyan perem puan. Si Ya hudi itu sangat
m encintaiku, nam un dia tak berhasil m e rusak kehorm atanku.
Saya telah lebih berhasil m em per tahankan diri daripada terhadap
serdadu Bulgaria itu. Seorang wanita terhorm at dapat diperkosa
satu kali sa ja, nam un harga dirinya m enjadi lebih m antap karena
itu. Untuk m erayuku si Yahudi m enem patkan saya di ru m ah
peristirahatan yang kau lihat ini. Sam pai saat itu saya m engira
bahwa di m uka bum i ini tak ada tem pat yang lebih indah dari
istana Thunder-ten-tronckh. Ter nyata saya keliru.
“Pendeta Agung m elihat saya di suatu m isa pada suatu hari.
Dia terus-m enerus m engam ati saya, serta m e nyuruh seseorang
m em beri kabar bahwa ia ingin berbica ra dengan saya tentang suatu
http://pustaka-indo.blogspot.com
32 Voltaire

urusan rahasia. Saya dian tar ke istananya, saya m enceritakan


asal-usulku. Lalu ia m enunjukkan bahwa perem puan dengan
derajat setinggi itu tidak pantas m enjadi m ilik seorang Yahudi.
Maka seorang utusannya m engusulkan kepada Don Issachar
agar m enyerahkan saya kepada m onseigneur itu. Don Issachar,
bankir istana, dan juga seorang yang cukup terkem uka, m enolak
sam a sekali. Pendeta Agung m engancam nya dengan hukum an
auto-da-fe. Akhirnya si Ya hudi yang tertekan itu m engusulkan
jalan tengah: rum ah dan diri saya m enjadi m ilik bersam a m ereka.
Si Yahudi m endapat giliran pada hari Senin, Rabu, dan Sabtu,
se dangkan Pendeta Agung pada hari lain. Sudah enam bulan
kontrak itu berlangsung. Kadang-kadang terjadi perselisihan juga
karena sering sulit ditetapkan apakah Sabtu m alam term asuk
dalam pekan yang lam a atau yang baru. Saya sendiri berhasil
m em pertahankan ke horm atan saya terhadap kedua orang itu
sam pai seka rang. Saya rasa itulah sebabnya m aka saya m asih
tetap dicintai.”
“Akhirn ya, un tuk m en cegah bahaya gem pa bum i, dan
untuk m enakut-nakuti Don Issachar, Pendeta Agung berkenan
m en yelen ggarakan suatu auto-da-fe. Dia m e n un jukkan
penghorm atan dengan m engundang saya. Tem pat duduk saya
sangat strategis. Para undangan wa nita disuguhi m inum an di
antara upacara m isa dan pe laksanaan hukum an. Sesungguhnya
saya sangat ngeri m elihat pelaksanaan hukum bakar atas diri
kedua Yahu di dan orang Basque yang baik, yang telah m engawini
ibu perm an dian n ya itu. Nam un betapa besar rasa terke jut,
rasa takut, dan goncangan jiwa saya tatkala m elihat orang yang
berpakaian sanbenito dan bertopi kertas itu wajahnya m irip
Pangloss! Saya m enggosok-gosok m ata, saya perhatikan dengan
saksam a, saya m elihatnya digantung, saya pingsan. Baru saja saya
sium an lagi, saya m elihat kau ditelanjangi bulat-bulat. Saat itu
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 33

betul-betul puncak rasa ngeri, kesedihan, keputusasaan yang saya


ra sakan. Terus terang saya katakan bahwa kulitm u lebih putih,
dan warnanya lebih hidup, jika dibandingkan de ngan kulit kapten
Bulgaria itu. Pem andan gan itu m em pertebal perasaan yan g
selalu tertanam di lubuk hatiku, yang senantiasa m enghantuiku.
Saya berteriak, saya ingin m engatakan: “Hentikan, bedebah!”
Nam un suara ku tersekat, tam bahan lagi teriakanku akan sia-
sia saja. Setelah kau selesai dicam buk dengan baik: ‘Bagaim ana
m ungkin,’ kataku dalam hati, ‘bahwa Candide yang baik itu dan
Pangloss yang bijaksana dapat berada di Lisa bon; yang pertam a
untuk m enerim a seratus cam bukan, yang lain untuk digantung
sesuai dengan perintah Pen deta Agung, yang m em elihara saya
sebagai kekasihnya? J adi Pangloss telah m enipu saya m entah-
m entah dengan m engatakan bahwa segala sesuatu berjalan se-
baik-baiknya di dunia ini.’
“Saya gelisah, bingung, kadang-kadang tak dapat m enguasai
diri. Di dalam kepalaku terbayang kem bali pem bunuhan atas
diri ayah, ibu dan kakakku, kekurangajaran serdadu brengsek
itu serta tusukan pisau di lam bung kiriku, m asa perbudakan,
pekerjaan saya seba gai koki, kapten Bulgaria, Don Issachar yang
brengsek, pendeta yang m engerikan itu, pelaksanaan hukum
gan tung atas diri Pangloss, dan lagu-lagu pujian yang m engiringi
pelaksanaan hukum cam buk atas dirim u itu, na m un terutam a
saya selalu terin gat cium an yan g kuberi kan kepadam u di
belakang sekat ruangan, pada hari saya m elihatm u untuk terakhir
kalinya. Puji syukur kupanjatkan ke hadirat Tuhan yang telah
m engem balikan dirim u kepadaku, m elalui begitu banyak cobaan.
Maka saya m enyuruh perem puan tua itu agar m engobatim u, dan
m em bawam u ke sini, begitu keadaan m em ungkin kan. Dia telah
m elaksanakan pesan saya dengan sangat baik. Tak dapat saya
terangkan betapa besar rasa baha gia saya dapat bertem u dengan
http://pustaka-indo.blogspot.com
34 Voltaire

kau kem bali, m endengar kau berbicara, dan bercakap-cakap


denganm u. Mestinya kau sekarang sangat lapar, saya pun ingin
m akan. Marilah kita m akan m alam dulu.”
Maka keduanya pun duduk di depan m eja m akan. Se telah
m akan m alam m ereka duduk kem bali di atas dipan, yang tadi
telah disebut. Mereka m asih tetap berada di situ, ketika Signor
Don Issachar, salah seoran g tuan rum ah, datan g. Tern yata
hari itu hari Sabtu. Dia datang untuk m enikm ati haknya, dan
m engungkapkan rasa cin tanya yang m urni.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

APA YANG TERJADI ATAS


DIRI CUNEGONDE, CANDIDE,
PENDETA AGUNG, DAN
SEORANG YAHUDI

DON ISSACHAR adalah orang Yahudi yang paling pem arah


yang pernah dikenal orang di Israel sejak pe naklukan Babilonia.
“Apa!” teriaknya. ”Heh, anjing betina Kristen! Rupanya Pendeta
Agung saja tidak cukup m em buatm u puas, ya? Aku m asih harus
m engurangi bagianku dengan bajingan ini?” Sam bil berkata begitu
dia m enarik pedang yang selalu dibawa-bawanya. Karena tidak
m enyangka bahwa lawannya m em punyai senjata, dia m enubruk
Candide. Padahal pem uda Westphalen itu telah m enerim a sebuah
pedang yang indah dari perem puan tua itu dengan pakaian
lengkap. Walaupun sikap nya selalu lem ah lem but, dia segera
m enarik pedangnya, dan m enusukkannya pada badan si Yahudi

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
36 Voltaire

yang langsung m ati tertelentang di lantai, di kaki Cunegonde yang


cantik.
“Bunda Maria!” jerit wanita itu. “Bagaim ana nasib kita?
Seorang laki-laki terbunuh di rum ahku! Kalau petu gas hukum
datang, celaka kita.”
“Seandainya Pangloss tidak digantung,” kata Candide, “tentu
dia akan m em berikan nasihat yang baik dalam keadaan terjepit
seperti ini, karena dia ahli ilsafat kawakan. Berhubung dia tidak
ada, m ari kita m inta nasihat kepada nenek itu.”
Perem puan tua itu sangat hati-hati. Baru saja dia m ulai
m em beri nasihat, sebuah pintu kecil yang lain terbuka. Waktu
m e nun juk kan pukul satu m alam , jadi saat itu m e rupakan awal
hari Minggu. Hari itu m ilik Monseigneur Pendeta Agung, la m a-
suk dan m elihat Candide, yang te lah m endapat hukum an cam buk
pada pantatnya itu, de ngan pedang di tangan, m ayat yang ter-
bujur di lantai, Cunegonde yang ketakutan, dan perem puan tua
yang se dang m em beri nasihat.
Inilah yang berkecam uk dalam pikiran Candide dan bagai-
m ana ia m em buat pertim bangan-pertim bangan: Apabila tokoh
suci ini berteriak m em inta bantuan, su dah pasti ia akan m en-
jatuhkan hukum bakar atas diriku. H ukum an y ang sam a
m ungkin dijatuhkan atas diri Cunegonde. Tem po hari dia telah
m eny uruh orang m encam bukku tanpa belas kasihan. Dia adalah
sainganku. Aku ba rusan telah m enjadi pem bunuh. Tak perlu
ragu-ragu sekarang. Kesim pulan itu jelas dan cepat diputuskan.
Tan pa m em beri waktu kepada Pen deta Agun g un tuk sa dar
kem bali dari rasa terkejutnya, Candide m enusukkan pedangnya
berkali-kali pada badan tokoh itu, dan m encam pakkannya di
sam ping m ayat si Yahudi.
“Aduh, tam bah satu korban lagi,” kata Cunegonde, “tak ada
am pun lagi. Kita akan dikucilkan dari gereja, saat akhir kita telah
tiba. Bagaim ana m ungkin engkau yang berpem bawaan begitu

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 37

lem but m am pu m em bunuh seorang Yahudi dan seorang tokoh


agam a dalam waktu dua m enit?”
“Nona yang cantik,” sahut Candide, “kalau orang se dang
jatuh cinta, cem buru, dan dicam buk oleh Majelis Agam a, orang
tak dapat m engendalikan diri lagi.”
Maka perem puan tua itu ikut berbicara: “Di kandang kuda
kita ada tiga ekor kuda Andalusia, lengkap dengan pelana dan
ken dali. Harap Candide yang baik segera m em persiapkannya.
Nyonya m em iliki uang dan berlian. Mari kita segera naik kuda;
walau pun saya hanya bisa duduk pada sebelah pantat, dan
m arilah kita pergi ke Cadix. Sekarang cuacanya sangat baik.
Menyenangkan sekali m elakukan perjalanan dalam kesegaran
m alam .”
Segera Candide m em asang pelana ketiga kuda. Cunegonde,
perem puan tua, dan ia sendiri m elewati tiga puluh m il tanpa
berhenti-henti. Sem entara m ereka m en jauh, pasukan Herm andad
tiba di rum ah kecil tadi. Pen deta Agung dim akam kan di sebuah
gereja yang indah, sedangkan m ayat si Yahudi dibuang ke tem pat
sam pah.
Candide, Cunegonde, dan si Nenek telah sam pai di ko ta kecil
Avacena, yang terdapat di tengah pegunungan Sierra Morena.
Dalam sebuah rum ah m akan m ereka berbincang-bincang sebagai
berikut.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

10

DALAM SUASANA DUKACITA


BAGAIMANA CANDIDE,
CUNEGONDE, DAN SI
NENEK TIBA DI CADIX, DAN
MENUMPANG KAPAL LAUT

“SIAPA PULA yang tega m encuri uang dan perm ataku?” kata
Cunegonde sam bil m enangis. “Dengan apa kita akan hidup? Apa
yang akan kita laku kan? Di m ana saya bisa m enem ukan pendeta-
pendeta dan orang Yahudi yang dapat m enggantinya?”
”Huh!” kata si Nenek. “Saya sangat curiga kepada aga m awan
yang kem arin m enginap dengan kita di losm en yang sam a di
Badajoz; m udah-m udahan Tuhan m engam puni pikiran buruk
ini, tetapi yang pasti orang itu m asuk dua kali ke kam ar dan
berangkat lam a sebelum kita.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 39

“Ya!” sam bung Candide. “Pangloss yang baik itu sela lu


m engatakan bahwa harta benda yang ada di dunia ini adalah
m ilik bersam a, bahwa setiap oran g m em pun yai hak yan g
sam a atas benda-benda itu. Nam un, sesuai de ngan prinsip itu,
m estinya agam awan itu m enyisakan se dikit untuk biaya kita
m engakhiri perjalanan ini. J adi engkau tak m em punyai apa-apa
lagi, kekasihku Cunegonde yang cantik?”
“Tak sepeser pun.”
“Mari kita jual saja salah seekor kuda,” usul si Nenek, “saya
akan m em bonceng di belakang pelana Nona, wa laupun saya
hanya bisa duduk dengan setengah pantat, dan kita akan bisa
m encapai Cadix.”
Di losm en itu juga ada seorang tokoh aliran Benedictus.
Dia m au m em beli kuda itu dengan harga m urah. Can dide,
Cunegonde, dan si Nenek m elewati Lucena, Chillas, Lebrixa, dan
akhirnya sam pai di Cadix. Di situ orang se dang m em persiapkan
kapal untuk m em berangkatkan suatu pasukan yang ditugaskan
un tuk m en yadarkan pem uka-pem uka J esuit Paraguay, yan g
dituduh telah m em pengaruhi salah satu koloni dekat Saint-
Sacrem en t un tuk m em beron tak terhadap Raja Span yol dan
Portugal. Sebagaim ana telah diketahui, Candide pernah m en dapat
latihan dalam pasukan Bulgaria. Maka dia m ende m onstrasikan
hasil latihannya itu di hadapan jendral yang m em im pin pasukan
tersebut dengan gaya yang anggun, tangkas, cekatan, penuh
gengsi dan keahlian, sehingga ia diluluskan untuk m em im pin
satu pasukan infanteri. J adilah dia kapten dalam pasukan itu.
Dia m e num pang kapal dengan Nona Cunegonde, si Nenek, dua
orang pelayan, dan kedua ekor kuda bekas m ilik Pende ta Agung
Portugal.
Selam a pelayaran penyebrangan itu m ereka banyak bertukar
pikiran tentang gagasan ilsafat Pangloss yang malang itu. “Kita

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
40 Voltaire

akan pergi ke dunia lain,” ujar Candide, “di situlah m ungkin


ber laku gagasan bahwa segala se suatu berjalan sebaik-baiknya.
Karena harus diakui bah wa bulu rom a kita m eriding apabila kita
menyak sikan apa yang terjadi di bumi kita, dalam segi isik dan
m o ral.”
“Saya m encintaim u dengan sepenuh hati,” kata Cu negonde,
“nam un jiwaku m asih tergoncang oleh apa yang saya lihat, dan
apa yang saya alam i.”
“Segalanya akan berjalan baik,” sam bung Candide, “laut
Dunia Baru ini pun kelihatannya lebih baik dari laut-laut yang
m engitari Eropa, lebih tenang, anginnya pun lebih teratur. Pasti
Dunia Baru inilah yang terbaik di antara sem ua dunia yang
pernah diciptakan.”
“Sem oga Tuhan m enghendakinya!” kata Cunegonde, “nam un
saya telah m enderita sedem ikian rupa di bum i kita, sehingga
hatiku ham pir tertutup untuk segala ha rapan.”
“Nona m engeluh,” sela si Nenek. “Yah, padahal Nona tidak
m engalam i kem alangan-kem alangan yang pernah m enim paku.”
Cunegonde ham pir tak bisa m enahan tawanya, dan berpendapat
bahwa si Nenek itu sangat lu cu, karena beranggapan lebih
m enderita daripada dirinya.
“Aduh, Nenek yang baik,” kom entarnya, “kalau Nenek tidak
pernah diperkosa oleh dua orang Bulgaria, dan m enerim a dua
tusukan pisau di lam bung, atau kalau orang tidak m enghancurkan
dua istanam u, dan m e nyem belih di bawah m atam u dua orang ibu
dan dua orang ayah, serta m elihat dua orang kekasih dicam buk
dalam suatu auto-da-fe, saya tidak m elihat alasan untuk m engakui
bahwa Nenek lebih m enderita daripada saya, belum lagi kalau
diingat bahwa saya lahir sebagai baronne yang m em iliki tujuh
puluh dua garis keturunan bangsawan, dan bahwa saya terpaksa
m enjadi koki.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 41

“Nona,” sanggah si Nenek, “Nona belum m engetahui asal


m uasalku. Kalau saya perlihatkan keadaan pan tat ku, Non a
tidak akan berkata begitu, dan penilaian Nona akan berubah.”
Kom entarnya itu m enim bulkan rasa ingin tahu yang m endalam di
benak Cunegonde dan Candide. Si Nenek m enceritakan kisahnya
sebagai berikut.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

11

KISAH SI NENEK

“SAYA INI tidak selam anya m em iliki m ata yang parut dan
dikelingi lingkaran keunguan, hidungku tidak selalu bengkok
sam pai ke dagu seperti ini, dan saya tidak selam anya bernasib
m enjadi pelayan. Saya adalah anak Paus Urbain X17 dengan
Putri Palestrine. Sam pai usia em pat belas tahun saya dibesarkan
di sebuah ista na. Istana-istana baron J erm an m ungkin hanya
pantas m enjadi kandang kudanya. Salah satu pakaianku lebih
berharga dari segala kem ewahan Westphalia. Saya tum buh
cantik, anggun, berbakat dalam lingkungan yang m enyenangkan,
penuh kehorm atan dan harapan. Ba nyak yang jatuh cinta kepada
saya. Payudaraku terben tuk dan aduhai indahnya! Putih, padat,

17 Nama khayalan. Tidak ada Paus yang bergelar Urbain X. Namun dengan menyebutkan bahwa
tokoh khayalan ini mempunyai anak haram, berari Voltaire mengecam keras sekali pejabat
inggi agama ini.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 43

bagaikan ditatah seperti payudara Venus dari Medicis. Dan


aduhai m ata ku, pelupuk m ataku! Betapa hitam alisku! Betapa
cem erlan g kedua bola m ataku, sam pai m en galahkan kerlip
bintang, dem ikian kata para penyair di negeriku. Para pelayan
wanita yang m endandani dan m enanggalkan pakaianku terpana
m elihat tubuhku dari depan dan belakang. Sem ua lelaki pasti
bersedia m enggantikan m ereka.
“Saya telah dipertunangkan dengan seorang panger an dari
Massa Carara. Betapa hebat orangnya! Dia tam pan dan sepadan
dengan penam pilanku, lem but dan m enye nangkan, pintar dan
m abuk cinta. Saya m encintainya se perti sem ua orang yang jatuh
cinta untuk pertam a kalinya, penuh pem ujaan, dengan segenap
hati. Pernikahan kam i pun dipersiapkan. Suatu perayaan besar-
besaran, dengan kem ewahan luar biasa. Berbagai acara pesta,
hiburan, opera kom ik berlangsung silih berganti. Seluruh Italia
m enggubahkan soneta-soneta bagiku, sem uanya tak ternilai. Saya
ham pir m encapai puncak kebahagia an, tatkala seorang m arquise
tua yang pernah m enjadi kekasih pangeranku m engundangnya
m inum cokelat di rum ahnya. Dia m eninggal setelah badannya
kejang-ke jang m engerikan. Nam un itu sepele saja. Ibuku berputus
asa, nam un sedih hatinya tidak seberapa jika dibandingkan dengan
diriku. Untuk sem entara dia ingin m elu pakan pengalam an yang
m enyedihkan itu. Dia m em iliki sebidang tanah yang sangat indah
di Gaete. Maka kam i m enum pang sebuah kapal yang keem asan
seperti altar Santo Petrus di Rom a. Mendadak segerom bolan
perom pak dari Sale m enyerang dan m engepung kam i. Prajurit
kam i m em bela diri sebagaim ana layaknya serdadu Paus, m ereka
sem ua berlutut sam bil m em buang senjata-senjata m ereka, dan
sam bil m em ohon pengam punan dosa in articulo m ortis kepada
perom pak-perom pak itu.
“Langsung prajurit-prajurit itu ditelanjangi seperti m onyet-
m onyet, dem ikian juga ibuku, para pelayan wa nita, dan aku

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
44 Voltaire

sendiri. Sangat m engagum kan kecekatan m ereka m enelanjangi


sem ua orang. Tetapi yang paling m engherankan saya adalah
bahwa m ereka m enusukkan jari pada tem pat di m ana biasanya,
kam i para wanita, m enaruh pipa. Upacara itu bagiku sangat
aneh. Mem ang kita selalu m em punyai penilaian atas segala hal,
m ana kala kita keluar dari negeri sendiri. Tak lam a kem udian
saya diberi tahu bahwa tindakan itu dilakukan untuk m e lihat
apakah kam i tidak m enyem bunyikan berlian di situ. Rupanya itu
kebiasaan yang berlaku sejak zam an da hulu, di antara bangsa-
bangsa yang m enjelajahi lautan. Saya pernah diberi tahu bahwa
para pem uka agam a yang m enjadi perwira-perwira Malta selalu
m elakukannya tatkala m ereka m enawan orang Turki pria dan
wanita. Agaknya itu adalah hukum yang berlaku, yang selalu
ditaati dan bersangkutan dengan hak m anusia.
“Tak perlu kulukiskan betapa berat penderitaan seo rang
putri yang ditawan sebagai budak belian bersam a ibunya. Nona
bisa m em bayangkan apa yang harus kam i alam i dalam kapal
perom pak itu. Ibuku m asih sangat cantik. Para pelayan wanita,
bahkan para dayang-dayang, m em iliki daya tarik yang lebih
besar daripada yang m ereka tem ukan di Afrika. Sedangkan saya
sendiri waktu itu adalah ratu segala kecantikan, dan lagi m asih
perawan. Nam un keadaan saya itu tidak berlangsung la m a.
Milik tak ternilai itu, yang dicadangkan bagi Panger an Massa
Carara, diram pas dari tubuhku oleh nahkoda perom pak. Dia
orang Negro yang m engerikan, yang ber anggapan bahwa saya
m endapatkan penghorm atan de ngan pilihan yang dijatuhkannya
itu. Dapat dim aklum i bahwa Putri Palestrine dan saya sendiri
haruslah m em punyai kekuatan yang luar biasa, kalau ingin
m em pertahankan diri terhadap apa yang kam i alam i, sam pai
keda tangan kam i di Maroko. Tetapi sudahlah, hal-hal seperti itu
sangat lum rah terjadi, sehingga tak ada gunanya dibicarakan.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 45

“Maroko sedang banjir darah ketika kam i tiba. Lim a puluh


putra Kaisar Muley Ism ael m asing-m asing m em punyai pasukan
pendukung. Hal itu m enim bulkan lim a puluh perang saudara,
hitam lawan hitam , hitam lawan cokelat, cokelat lawan cokelat,
cam puran lawan cam puran . Sun gguh suatu pen yem belihan
besar-besaran yang ter jadi di seluruh negeri.
“Baru saja kam i m endarat, orang-orang hitam yang m eru-
pakan anggota gerom bolan m usuh perom pak m e nyerbu untuk
m erebut barang ram pasan m ereka. Di sam ping em as dan berlian,
kam i m erupakan harta yang paling berharga. Saya m enyaksikan
pertem puran yang tak ada tandingannya di daratan Eropa. Darah
pendu duk dunia bagian utara itu tam paknya tidak cukup pa nas.
Mereka pun tidak m em iliki nafsu yang m engebu- gebu terhadap
wanita seperti yang biasa terlihat di Afrika. Menurut pendapat
saya urat-urat nadi orang-orang Eropa bangsa Nona itu isinya
susu, sedangkan dalam urat-urat nadi penduduk pegunungan
Atlas dan negara-negara tetangganya m engalir belerang, bahkan
api. Me reka berkelahi dengan kegarangan singa, harim au atau pun
ular, untuk m enentukan siapa yang akan m enjadi pem ilik kam i.
Seorang bangsa Moor m enarik lengan kanan ibuku, sedangkan
letnan perom pak m enahannya pada lengan kiri. Seorang serdadu
Moor m erenggut salah satu kakinya, sedangkan seorang kelasi
perom pak m em pertahankan kakinya yang lain. Dayang-dayang
kam i pun diperlakukan dem ikian oleh em pat oran g serda-
du pada saat yang sam a. Nahkoda m enyem bunyikan saya di
belakangnya. Dia m em egang sebilah pedang dan m em bunuh
sem ua yan g m en yeran gn ya. Akhirn ya saya m en yaksikan
sem ua dayang-dayang dari Italia itu serta ibuku tercabik-cabik,
terpotong-potong, dibunuh secara m assal oleh m anusia yang
m irip binatang-binatang buas, yang m em perebutkan m ereka
itu. Tawanan-tawanan lain yang sekapal denganku, m ereka yang
m enangkap orang-orang itu, serdadu, kelasi, hitam , cokelat,

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
46 Voltaire

putih, cam puran dan akhirnya nahkodaku, sem uanya terbunuh,


dan saya tetap hidup di atas tum pukan m ayat. Kejadian-kejadian
tersebut berlangsung, kata orang, di wilayah yang luasnya lebih
dari tiga ratus m il, sem entara orang tetap m enjalankan salat
wajib lim a kali atas perin tah Muham m ad.18
“Dengan susah payah saya keluar dari onggokan begitu
banyak m ayat berlum uran darah dan kuseret-seret badanku
ke bawah pohon jeruk yang terdapat di tepi su ngai terdekat.
Saya am bruk di situ karena ketakutan, ke letihan, kengerian,
keputusasaan, dan kelaparan. Tak la m a kem udian pancaindraku
yang lelah hanyut dalam kantuk, yang lebih m irip keadaan
pingsan daripada istirahat. Saya m asih dalam keadaan lem ah
dan setengah sadar, antara hidup dan m ati, tatkala saya m erasa
ditindih oleh sesuatu yang bergerak-gerak di atas tubuhku.
Kubuka m ataku. Kulihat seorang lelaki berkulit putih dengan
wajah cerah yang m engeluh dan m enggum am , ‘O, che sriagura
d’essere senza coglioni!’”19

18 Voltaire menyerang kontradiksi yang ditunjukkan semua agama, termasuk agama Islam: antara
ketaatan melaksanakan ibadah dan pembunuhan keji yang dilakukan dengan mengatasnamakan
agama.
19 Alangkah merananya kalau idak mempunyai “anu” lagi!

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

12

LANJUTAN KISAH KEMALANGAN


SI NENEK

“HERAN DAN gem bira m endengar bahasa negeri asalku dan


tak kurang terkejut m enyadari m akna kata-kata yang diucapkan
laki-laki itu, saya m enjawab bahwa ada bencana-bencana yang
lebih besar dari yang dike luhkannya. Dengan beberapa patah
kata kuceritakan peristiwa-peristiwa m engerikan yang telah saya
alam i, dan saya jatuh pingsan lagi. Dia m engangkatku ke rum ah
ter dekat, m enidurkanku di tem pat tidur, m em beriku m a kan,
m elayaniku, m em uji-m ujiku, m engatakan bahwa dia tidak pernah
m elihat orang secantik saya. Sebelum nya tak pernah dia begitu
m enyesali nasib dirinya yang telah kehilangan m ilik berharga
yang tidak bakal dapat dikem balikan lagi itu. ‘Kata orang saya
lahir di Napoli. Di situ orang m engebiri dua sam pai tiga ribu
anak setiap ta hun. Beberapa di antaranya m eninggal karenanya,

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
48 Voltaire

m ereka yang hidup m em iliki suara lebih indah daripada suara


pe rem puan, ada yang m enjadi pem im pin negara.20 Operasi yang
dilaksanakan atas diri saya berhasil baik, dan saya m enjadi
pem ain m usik di kapel Putri Palestrine.’
‘Oh, kapel ibuku!’
‘Ibum u?’ serunya sam bil m enangis, ‘Aduh! J adi Nona ini
putri kecil yang kubesarkan sam pai usia enam tahun dan yang
m em an g sejak kecil sudah m en un jukkan tan da-tan da akan
m enjadi secantik ini?’
‘Mem ang sayalah itu, ibuku ada pada jarak em pat ra tus
langkah dari sini, terpotong-potong m enjadi em pat di bawah
tim bunan m ayat....’
“Kuceritakan sem ua yang telah terjadi atas diriku. Dia pun
m en gisahkan petualan gan -petualan gan n ya dan m en ceritakan
bagaim an a dia dikirim ke istan a Raja Maroko oleh suatu
pem erintahan Kristen untuk m engadakan perundingan dagang.21
Dalam transaksi itu dia m enjual peluru, m eriam , dan kapal-
kapal kepada Raja Maroko, untuk m em bantunya dalam usaha
m enghan curkan orang-orang Kristen yang lain. ‘Misiku telah
dilaksanakan,’ kata kasim yang jujur itu, ‘saya akan m e num pang
kapal dari Ceuta, dan saya akan m engantar Nona pulang ke Italia.
Ma che sciagura d’essere senza coglioni.’
“Saya m engucapkan terim a kasih kepadanya dengan air
m ata haru. Bukannya m engantarku ke Italia, orang itu m alahan
m em bawaku ke Aljazair dan m enjualku kepada dey wilayah itu.
Baru saja saya terjual, di Alja zair berkecam uk dengan ganasnya
wabah pes, setelah m enyerang seluruh Afrika, Asia, dan Eropa.
Non a m e m an g telah m en galam i gem pa bum i, Non a, tetapi
pernahkah Nona m enderita penyakit pes?”

20 Berdasarkan dokumen otenik sebagian besar penyanyi terkenal abad ke-18 adalah golongan
kasim.
21 Portugal mengadakan transaksi dagang dengan Maroko, pada waktu Perang Suksesi Spanyol.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 49

“Tidak pernah,” jawab putri baron itu.


“Seandainya Nona pernah kena penyakit itu,” sam bung si
Nenek, ”Nona akan m engakui bahwa akibat ben cana itu jauh
m elebihi gem pa bum i. Penyakit itu sering m enyerang Afrika.
Saya pun tertular. Dapat Nona bayangkan betapa penderitaan
putri Paus yang berusia lim a belas tahun, yang dalam waktu
tiga bulan telah m engalam i kem iskinan, perbudakan, diperkosa
ham pir setiap hari, dipaksa m elihat ibunya terpotong-potong
m enjadi em pat, m enderita bencana kelaparan dan pepe rangan,
dan ham pir m ati kena wabah pes! Nam un saya tidak m ati.
Tetapi si kasim dan dey , serta ham pir seluruh isi istana Aljazair
m eninggal.
“Tatkala gelom bang pertam a wabah pes yang m ena kutkan itu
telah lewat, budak-budak dey dijual. Seorang pedagang m em beli
dan m em bawaku ke Tunisia. Dia m en jualku kepada seorang
pedagang lain yang m enjualku kem bali di Tripoli. Dari Tripoli
saya dijual lagi di Alja zair, dari Aljazair saya dijual lagi di Sm yrna,
dari Sm yrna ke Istanbul. Akhirnya saya m enjadi m ilik seorang aga
pasukan kehorm atan pengawal Sultan, yang tak lam a kem udian
m endapat tugas untuk m em pertahankan Azof terhadap orang-
orang Rusia yang m engepungnya. Aga itu seorang laki-laki yang
sangat m enyukai wanita. Dia m em bawa seluruh isi harem nya ke
benteng yang terdapat di puncak Palus Meotides, yang dijaga oleh
dua orang kasim hitam dan dua puluh serdadu. Mereka ba nyak
m em bunuh orang Rusia, nam un m usuh segera m e nuntut balas.
Azof banjir darah dan m enjadi lautan api. Mereka m em bunuh
tanpa m em andang jenis kelam in m aupun usia. Yang tersisa
hanyalah benteng kam i. Mu suh ingin m enaklukkan kam i dengan
jalan m em biarkan kam i kelaparan. Kedua puluh orang serdadu
itu telah bersum pah pantang m enyerah. Ketika situasi kelaparan

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
50 Voltaire

telah m encapai puncaknya, m ereka terpaksa m akan kedua kasim


itu, karena khawatir terdorong untuk m e langgar sum pahnya.
Beberapa hari kem udian m ereka m em utuskan akan m enyantap
para wanita.22
“Kam i m em punyai seorang im am yang sangat alim dan
bijaksana. Dia m em berikan khotbah yang bagus ke pada para
serdadu itu, yang m aksudnya m engusulkan agar kam i jangan
dibunuh sekaligus: ‘Keratlah dulu se belah pantat pada setiap
wanita itu,’ katanya, ‘dagingnya sangat lezat. Kalau Tuan m asih
m em erlukannya nanti beberapa hari lagi, m asih tersisa potongan
yang se belah lagi yang besarnya sam a. Sem oga Tuhan m em berkati
Tuan atas prakarsa yang baik itu dan tetap m elindu ngi Tuan.’
“Gaya bicaran ya san gat m en arik, dan ia berh asil
m em pengaruhi para serdadu tersebut. Operasi yang m engerikan
itu pun dilaksanakan terhadap diri kam i. Pada bekasnya sang
im am m engoleskan krim yang biasa dipakai untuk m engobati
anak yang baru disunat. Kam i sem ua tersiksa bagaikan sudah
berada di am bang m aut.
“Baru saja para serdadu itu selesai m em persiapkan m akanan
yang bahannya diam bil dari badan kam i, orang-orang Rusia
m enyerbu dengan kapal-kapalnya. Tak seorang pun serdadu
itu selam at. Orang-orang Rusia itu tak m em edulikan keadaan
kam i. Nam un un tung ada ahli-ahli bedah Prancis. Salah seorang
di an taran ya san gat ahli dan m en gurus kam i. Dia berhasil
m en yem buhkan kam i. Tak akan kulupakan seum ur hidup
bahwa, setelah luka-lukaku m enutup kem bali dengan baik, dia
m elam arku. Selain dari itu dia m em beri nasihat kepada kam i
sem ua untuk berbesar hati. Dikatakannya bahwa sehabis terjadi
pertem puran, keadaan seperti itu lazim terlihat, dan bahwa itu
adalah hukum perang.

22 Voltaire menulisnya berdasarkan buku-buku yang dibacanya sebagai bahan penulisan karya-
karya ilmiahnya.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 51

“Begitu kawan -kawan ku bisa berjalan , kam i dikirim ke


Moskow. Saya kebetulan jatuh di tangan seorang bangsawan
Rusia. Saya dijadikan tukang kebun dan m endapat cam bukan
dua puluh kali sehari. Nam un dua tahun kem udian bangsawan
itu ditan gkap bersam a sekitar tiga puluh ban gsawan lain ,
sehubungan dengan suatu perselisihan di istana. Dalam peristiwa
itu saya m engam bil kesem patan untuk m elarikan diri. Kujalani
seluruh Rusia. Lam a saya bekerja sebagai pelayan di Riga, lalu di
Rostock, di Vism ar, di Leipsick, di Cassel, di Utrecht, di Leiden, di
Den Haag, dan Rotterdam . Saya m enjadi tua dalam kesengsaraan
dan kem elaratan, dan hanya m em punyai pantat sebelah, serta
selalu teringat bahwa saya putri seorang Paus. Seratus kali saya
tergo da untuk m em bunuh diri, nam un m asih cinta kehidup an.
Kelem ahan konyol ini m ungkin m erupakan salah sa tu cacat kita
terbesar. Adakah yang lebih tolol dari m e m anggul suatu beban
terus-m enerus, padahal kita selalu ingin m encam pakkannya
di tanah? Mem benci hidup, na m un sekaligus sangat terikat
kepadanya? Pendeknya, m engelus-elus ular yang m enggerogoti
kita, sam pai akhirnya dia m em angsa jantung kita?
“Di negeri-negeri tem pat nasib m endam parkan saya, serta
di rum ah-rum ah m akan tem pat saya bekerja seba gai pelayan,
saya pernah bertem u dengan orang-orang yang m em benci hidup
m asing-m asing. Nam un hanya dua belas orang yang dengan
sukarela m engakhiri sen diri penderitaan m ereka itu: tiga orang
Negro, em pat orang Inggris, em pat orang J enewa, dan seorang
profe sor J erm an yang bernam a Robeck. Akhirnya saya m enjadi
pelayan orang Yahudi yang bernam a Don Issachar itu. Dia
m enem patkan saya sebagai pelayan Nona, Nona yang cantik.
Sejak itu saya selalu terkait dengan hidup Nona, dan saya lebih
m em ikirkan nasib Nona daripada urusan saya sendiri. Bahkan
m ungkin tak akan pernah saya m enceriterakan kem alangan-

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
52 Voltaire

kem alangan saya itu, seandainya Nona tidak m enyinggung hati


saya tadi, dan seandainya m endongeng bukan kebiasaan yang
berlaku di kapal, agar kita tidak m erasa bosan. Pokoknya, Nona,
saya m em pun yai ban yak pen galam an , saya telah m e n gen al
dunia ini. Untuk kesenangan Nona sendiri sila kan iseng-iseng
m em inta kepada setiap penum pang ka pal ini untuk m enceritakan
riwayatnya. Kalau ada seo rang saja yang tidak sering m enyum pahi
hidupnya, yang tidak sering m enganggap diri orang term alang di
dunia, ceburkan saya ke laut dengan kepala lebih dahulu!”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

13

BAGAIMANA CANDIDE
TERPAKSA HARUS BERPISAH
DENGAN CUNEGONDE YANG
CANTIK DAN SI NENEK

SETELAH MENDENGARKAN cerita si Nenek, Cunegonde yang


cantik m enunjukkan sikap horm at yang se pantasnya bagi wanita
yang berasal dari keluarga yang begitu tinggi derajatnya serta
m em iliki pengalam an be gitu banyak. Dia pun m enerim a usul
nenek itu. Maka dia m em inta kepada para penum pang, satu per
satu, untuk m enceritakan pengalam an m asing-m asing. Candide
dan dia sen diri m engakui bahwa pendapat si Nenek benar.
“Sayang sekali Pangloss yang bijaksana itu telah digantung
m enyalahi kebiasaan dalam auto-da-fé itu,” dem ikian ko m entar
Candide, ”kalau tidak, tentulah dia akan m em berikan uraian-
uraian yang m engagum kan tentang keburukan-keburukan lahir

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
54 Voltaire

dan batin yang m eliputi m uka bum i dan laut. Rasanya saya
akan m em iliki cukup keberanian untuk m engajukan beberapa
keberatan dengan penuh rasa horm at terhadapnya.”
Sem entara setiap orang m enceritakan kisah m a sing-m asing,
kapal itu terus m elaju. Mereka tiba di Buenos Aires. Cunegonde,
Kapten Candide, dan si Nenek pergi ke rum ah Gubernur Don
Fernando d’Ibaraa, y Figueora, y Mascarenes, y Lam pourdos, y
Souza. Bangsa wan itu telah m enunjukkan sikap tinggi hati yang
pantas ditunjukkan oleh orang yang m em iliki sedem ikian ba-
nyak nam a. Dia berbicara kepada pria dengan sikap m encem ooh
yan g san gat an ggun , seraya m en don gakkan hidun g, serta
m elengkingkan suara tanpa belas kasihan, dengan nada yang
begitu angker, serta cara berjalan gaya ningrat yang sedem ikian
dibuat-buat, sehin gga m e reka yan g harus m em beri salam
kepadanya sering terge rak ingin m enam parnya. Dia sangat doyan
wanita. Di m a tanya Cunegonde m erupakan wanita tercantik yang
per nah dilihat. Yang pertam a dilakukannya adalah m e nanyakan
apakah Cunegonde bukan istri Pak Kapten. Air m ukanya waktu
m engajukan pertanyaan itu m engkhawatirkan Candide. Dia tidak
berani m engatakan bah wa Cunegonde istrinya, karena m em ang
belum . Dia pun tak berani m enyam paikan bahwa wanita itu
adiknya, ka rena m em ang juga bukan. Dan walaupun dusta yang
la zim itu pernah m enjadi m ode yang sangat sering dilaku kan
orang pada zam an dulu, serta m ungkin juga berguna bagi orang-
orang m odern, hatinya terlalu jujur untuk m enutupi kenyataan
yang sebenarnya. “Nona Cunegon de telah setuju untuk m enikah
dengan saya,” ujarnya, “dan kam i m ohon, kiranya Yang Mulia
berkenan m enghadiri perkawinan kam i.”
Sam bil m em ilin-m ilin kum isnya Don Fernando d’Ibaraa,
y Figueora, y Mascarenes, y Lam pourdos, y Souza tersenyum
pahit. Dia m em erintahkan Kapten Candide untuk m em eriksa

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 55

barisan. Candide m em atuhinya. Sang Gubernur tinggal bersam a


Cunegonde. Dia m e nyatakan cintanya, serta m enandaskan bahwa
keeso kan harinya dia akan m enikahinya di depan gereja atau
di tem pat m ana pun sesuai dengan kata hatinya. Cunegon de
m em inta waktu seperem pat jam untuk berpikir, un tuk m em inta
nasihat si Nenek, dan untuk m engam bil keputusan.
Perem puan tua itu berkata kepada Cun egon de: “No n a,
Nona m em iliki tujuh puluh dua garis keturunan ningrat, nam un
tak sepeser pun uang. Sekarang terpulang kepada Nona untuk
m em utuskan apakah bersedia m en jadi istri pejabat tertinggi di
seluruh Am erika Selatan, yang berkum is bagus. Untuk apa Nona
berpegang teguh pada janji setia? Nona toh pernah diperkosa oleh
orang-orang Bulgaria; seorang Yahudi dan seorang agam awan
pernah pula m enikm ati tubuh Nona. Kem alangan-kem alangan
itu m em berikan hak kepada Nona untuk m engam bil keputusan
yang paling m enguntungkan. Terus ter ang saya akui bahwa
jika saya m en jadi Non a, rasan ya saya tak akan ragu-ragu
m enikahi gubernur itu, serta se kaligus m eningkatkan karier
Kapten Candide.” Sem en tara perem puan tua itu m engungkapkan
pendapat berdasarkan pertim bangan dan pengalam an orang
seusianya, di pelabuhan itu kelihatan ada kapal kecil m asuk,
dengan m em bawa seorang alcade dan sepasukan alguazils.23
Beberapa waktu sebelum nya si Nenek telah m enduga dengan
tepat bahwa seorang agam awan yang berpanjang tanganlah
yang m encuri uang dan perm ata Cune gonde di kota Badajoz,
ketika wanita itu m elarikan diri secara tergesa-gesa bersam a
Candide. Belakangan agam awan itu berm aksud m enjual beberapa
batu perm ata tersebut kepada seorang pedagang em as berlian.
Pedagang itu m engenalinya sebagai m ilik Pendeta Agung. Sebelum
digantung agam awan itu m engakui bahwa dia te lah m encurinya.
Dia m enyebutkan dari siapa asalnya dan ke arah m ana m ereka
23 Hakim dan tentara Portugis.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
56 Voltaire

pergi. Pelarian Cunegonde dan Candide m em ang telah diketahui


um um . Mereka telah dikejar sam pai di Cadix. Tanpa m em buang
waktu dikirim sebuah kapal untuk m elacak m ereka. Nah, kapal
itu kini sudah berada di pelabuhan Buenos Aires. Berita se gera
tersebar bahwa seorang alcade telah tiba di pela buhan dan bahwa
rom bongan itu sedang m engejar para pem bunuh Pendeta Agung.
Perem puan tua yang hati-ha ti itu segera m engetahui apa yang
harus dilakukannya. “Nona tidak dapat m elarikan diri,” katanya
kepada Cunegonde, “nam un tak ada yang perlu Nona takutkan.
Bu kan Nona yang m em bunuh Monseigneur. Tam bahan la gi Tuan
Gubernur yang m encintai Nona tidak akan m em biarkan Nona
ditangkap. Tetaplah tinggal di sini.” Dia langsung berlari m encari
Candide. “Ayo lari,” sarannya, “kalau tidak, dalam waktu setengah
jam lagi Tuan akan dibakar hidup-hidup.” Tak ada waktu untuk
ragu-ragu, nam un bagaim ana bisa berpisah dengan Cunegon de,
dan di m ana pula harus bersem bunyi?

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

14

BAGAIMANA CANDIDE DAN


CACAMBO DITERIMA OLEH
ORANG-ORANG JESUIT
PARAGUAY

DARI CADIX Candide telah m em bawa seorang pelayan. Orang-


nya seperti banyak pelayan yang biasa ditem ukan di pantai-
pantai Spanyol dan daerah-daerah jajahan. Darahnya seperem pat
Span yol karen a lahir da ri keluarga cam puran di wilayah
Tucum an. Dia pernah m enjadi anggota paduan suara gereja, pe-
tugas kebersih an gereja, kelasi, agam awan, pengantar surat, ser-
dadu, pengawal istana. Nam anya Cacam bo dan sangat m encintai
m ajikannya, karena dia baik hati sekali. Dengan secepatnya
pelayan itu m em asang pelana kedua kuda An dalusia. “Mari,
Tuan, turuti saja nasihat nenek itu. Mari kita lari, tanpa m enoleh
lagi ke belakang.” Air m ata Can dide berderai. “Aduh, Cunegonde

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
58 Voltaire

sayang, m estikah saya m eninggalkan engkau, pada saat Paduka


Tuan Guber nur akan m em berkati pernikahan kita? Cunegonde,
yang kubawa jauh-jauh ke sini, bagaim ana nasibm u nan ti?”
“Nasibn ya akan m en yesuaikan diri den gan keadaan ,”
sam bung Cacam bo, “perem puan tidak pernah repot-re pot dengan
nasibnya, Tuhan m engurus m ereka. Ayo, kita lari.”
“Ke m ana kau m em bawaku? Ke m ana kita pergi? Apa yang
akan kita perbuat tanpa Cunegonde?” tanya Candide.
“Dem i Santa J acques de Com postelle!” sahut Cacam bo. “Tuan
kan tadinya m au berperang m elawan orang-orang J esuit, nah,
sekarang m arilah kita berperang untuk m ereka. Saya tahu jalan,
akan saya bawa Tuan ke kerajaan m ereka. Mereka pasti akan
senang m endapat seo rang Kapten yang pernah m endapat latihan
di pasukan Bulgaria. In i kesem patan un tuk m en gum pulkan
kekaya an yang besar. Apabila kita sial di dunia yang satu, kita
harus m em peroleh keberuntungan di dunia yang lain. Sangat
m enyenangkan m elihat dan m elakukan hal-hal baru.”
“J adi kau pernah ke Paraguay?” tanya Candide.
“Ya, tentu saja,” sahut Cacam bo, “saya pernah bekerja sebagai
pelayan ruang m akan Kolese Assom ption, dan saya m engenal
pem erintahan los padres 24 itu seperti saya hafal jalan-jalan di
Cadix. Pem erintahan itu sungguh m engagum kan. Pada waktu
itu kerajaan m ereka 25 telah m encakup diam eter tiga ratus m il,
dan dibagi m en jadi tiga puluh provinsi. Di sana los padres
m em iliki se galanya, sedangkan rakyat tidak m em iliki apa-apa.
Itu lah m ahakarya yang dihasilkan akal sehat dan peri kea dilan.
Bagi saya sendiri tak ada yang lebih m engasyik kan daripada
m engam ati los padres itu yang di Am erika Selatan ini berperang
m elawan Raja Spanyol dan Portu gal, padahal di Eropa m ereka

24 Pastor Jesuit.
25 Voltaire sangat idak suka melihat para pastor Jesuit menduduki jabatan sipil di pemerintahan.
Isilah kerajaan di sini dipakai untuk mengejek kekuasaan mereka yang terlalu besar.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 59

m enjadi bapak pengakuan para pem im pin tersebut. Di sini


m ereka m em bunuh orang-orang Spanyol, sedangkan di Madrid
m ereka m endam pingi orang-orang yang sedang m enghadapi
m aut. Sangat m enggelikan bagi saya! Mari kita jalan! Tu an
akan m enjadi orang yang paling berbahagia di dunia. Betapa
gem biranya nanti los padres, m anakala m ereka m engetahui
bahwa seorang kapten yang telah m endapat latihan gaya Bulgaria,
datang m em bantu m ereka!” Begitu m ereka sam pai di perbatasan
pertam a, Ca cam bo m engatakan kepada penjaga bahwa seorang
kapten ingin berbicara dengan Monseigneur Kom an dan. Dia pun
segera m em beri tahu m arkas besar. Seorang perwira Paraguay
bergegas m em beri tahu sang Kom and an tentang perm ohonan
tersebut. Maka pertam a-tam a Candide dan Cacam bo dilucuti terl-
ebih dahulu. Kedua ekor kuda Andalusia itu diam ankan. Kedua
orang asing tersebut disuruh berjalan di antara dua barisan
serdadu. Sang Kom andan berdiri di ujungnya, m engenakan topi
bertanduk tiga, jubah pendek, pedang di pinggang, serta m e m e-
gang tom bak.26 Dia m em beri isyarat. Segera em pat orang ser-
dadu m engelilingi kedua orang yang baru da tang itu. Seorang
sersan berkata bahwa m ereka harus m enunggu, bahwa Sang
Kom andan belum boleh berbicara dengan m ereka, karena Kepala
Gereja Provinsi te lah m enetapkan bahwa seorang Spanyol hanya
boleh m em buka m ulut kalau beliau hadir dan setelah yang
bersangkutan berada di negeri itu lebih dari tiga jam . “Dan di
m ana Bapak Pendeta sekarang?” kata Cacam bo.
“Beliau sedang m enyaksikan parade, setelah m e m im pin
m isa,” sahut si sersan itu, “kalian baru boleh m encium jubahnya
tiga jam lagi.”
“Tetapi,” sam bung Cacam bo, “Tuan Kapten ini, yang sudah
m erasa san gat kelaparan seperti saya sen diri, bu kan oran g

26 Para pastor itu juga menyusup dalam dinas ketentaraan, dan menduduki jabatan militer. Hal ini
juga dianggap Voltaire sangat idak sesuai dengan tujuan pembentukan orde mereka.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
60 Voltaire

Spanyol, dia orang J erm an. Tak dapatkah kam i m akan siang dulu
sem entara m enunggu Bapak Pendeta yang terhorm at?”
Sersan itu segera m enyam paikan perm ohonannya ke pada
kom andannya. “Syukur kepada Tuhan!” sam but pejabat itu.
“Karena dia orang J erm an, saya dapat berbica ra dengannya.
Antarlah m ereka ke kem ahku.”
Pejabat itu seorang pem uda yang sangat tam pan, wajahnya
segar, kulitnya cukup putih, dengan warna m e m ancarkan kese hat-
an, alis tinggi, m ata hidup, telinga m erah, bibir m erah, air m uka
yang m enunjukkan keya kinan kepada diri sendiri, nam un ber-
lainan dari yang biasa terlihat pada orang Spanyol m aupun orang
J esuit. Senjata-senjata yang telah diram pas dikem balikan ke pada
Candide dan Cacam bo, dem ikian pula kedua ekor kuda Andalusia
itu. Cacam bo m em beri m akan binatang-binatang itu dengan
gandum dekat perkem ahan terse but, sam bil tetap m engawasi
serdadu-serdadu itu, kare na khawatir m endapat kejutan lain.
Pertam a-tam a Candide m encium jubah kom andan itu, kem u-
dian m ereka duduk di depan m eja m akan.
“J adi Tuan ini orang J erm an?” tanya pendeta J esuit itu
dalam bahasa J erm an.
“Ya, Bapak Pendeta,” sahut Candide. Sam bil berbica ra dem i-
kian kedua-duanya saling m em andang dengan terkejut, serta hati
berdebar-debar tanpa disadari. “Dari wilayah J erm an sebelah
m ana Tuan berasal?”
“Dari provinsi Westphalen yang brengsek,” kata Can dide,
“saya dilahirkan di istana Thunder-ten-tronckh.”
“Ya, Tuhan! Mungkinkah ini?” seru sang Kom andan.
“Ajaib sekali!” teriak Candide.
“Engkaukah itu?” tanya sang Kom andan.
“Aduh, tak m ungkin rasanya ini terjadi,” sam bung Candide.
Keduanya terhenyak di kursi, lalu saling m em eluk, dan
berderai air m ata.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 61

“Aduh! Sungguhkah Bapak yang berada di hadapan saya,


Bapak Pendeta? Betul-betulkah Bapak kakak Cu negonde? Bapak
yang m enurut berita telah dibunuh orang-orang Bulgaria? Bapak-
kah putra Paduka Baron? Dan Bapak m enjadi orang J esuit
Paraguay! Harus diakui bahwa dunia ini sungguh aneh. Aduh,
Pangloss! Pangloss! Betapa Tuan akan berbahagia, seandainya
tidak digantung!”
Kom andan itu m enyuruh pergi budak-budak Negro dan
Paraguay yang m elayani m ereka m inum dalam gelas-gelas kristal
dari batu karang. Dia bersyukur seribu kali kepada Tuhan dan
Santa Ignatius 27. Dia m em eluk Candide erat-erat. Wajah m ereka
bersim bah air m ata. “Mungkin Bapak akan lebih terkejut, lebih
terharu, lebih gem bira, kalau saya katakan bahwa adik Bapak,
Nona Cunegonde, yang Bapak kira telah dirobek perutnya, ju ga
masih sehat walaiat,” ujar Candide.
“Di m ana?”
“Di negara tetangga, di istana Gubernur Buenos Aires. Saya
datang sebenarnya untuk m enyerang Bapak.”
Setiap kata yang terucap dalam percakapan itu m engungkapkan
keajaiban dem i keajaiban. Seluruh jiwa raga m ereka seolah-olah
terpusatkan pada lidah m ereka, pe nuh perhatian pada telinga
m ereka, dan m enim bulkan sinar cem erlang pada m ata m asing-
m asing. Berhubung m ereka itu orang J erm an, m ereka tinggal
di m eja m akan lam a sekali, sem entara m enunggu kedatangan
Kepala Gereja Provinsi. Kom andan bercerita sebagai berikut
kepada Candide.

27 Pembentuk orde Jesuit pada tahun 1534.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

15

BAGAIMANA CANDIDE
MEMBUNUH KAKAK
KEKASIHNYA, CUNEGONDE

“SEUMUR HIDUP akan selalu jelas tergambar dalam ingatan


saya apa yang terjadi pada hari yang me ngerikan, ketika saya
menyaksikan ayah dan ibuku ter bunuh, serta adikku diperkosa.
Setelah orang-orang Bulgaria itu pergi, adikku tercinta itu tak
berhasil ditemu kan. Dengan gerobak mereka mengangkut ibuku,
ayah ku, dan aku sendiri, serta dua orang pelayan dan tiga orang
anak laki-laki korban penyembelihan, untuk diku burkan di suatu
kapel J esuit yang letaknya dua mil dari istana nenek moyangku.
Seorang J esuit m encipratkan air pem berkatan, rasanya asin
sekali. Beberapa titik air itu masuk ke dalam mataku. Pendeta itu
melihat bahwa kelopak mataku bergerak. Lalu dia meletakkan
tangan nya di dadaku dan merasakan denyut jantungku. Saya pun
segera diobati, dan tiga minggu kemudian sudah tak kelihatan

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 63

lagi bekas-bekas bencana itu. Kau tahu, Candide yang baik, bahwa
saya tampan sekali. Waktu itu saya menjadi semakin tampan,
maka Pendeta Croust, pejabat tinggi gereja itu, menaruh perhatian
yang mendalam se kali terhadap diriku. Saya diberinya pakaian
novice. Be berapa waktu kemudian saya dikirim ke Roma. Kepala
Gereja di sana ingin m engum pulkan pem uda-pem uda J esuit
J erman. Para penguasa Paraguay menerima sese dikit mungkin
J esuit Spanyol. Mereka lebih senang orang asing, karena lebih
gampang dikuasai. Saya dinilai cocok untuk bekerja di wilayah
ini. Kami bertiga: seorang Polandia, seorang Tyrolia, dan saya
sendiri, segera diberangkatkan. Setibanya di sini saya men dapat
kehor matan menjadi sub diakon dan memimpin suatu pasu kan
dengan pangkat letnan. Kini saya sudah menjadi kolonel dan
pendeta. Kami membalas dengan gencar serangan-serangan yang
dilancarkan oleh pasukan-pasu kan Raja Spanyol. Saya jam in
mere ka segera akan diku cilkan oleh gereja dan dikalahkan. Tuhan
mengirim kau kemari untuk membantu kami. Tetapi betulkah
adik ku tercinta Cunegonde ada di negara tetangga, di istana
Gubernur Buenos Aires?” Candide bersumpah bahwa tak ada yang
perlu disangsikan lagi. Maka air mata mereka pun berderai lagi.
Baron m uda itu tak bosan-bosannya m em eluk Candie, dia
m enyebutnya adiknya, penyelam atnya. “Ah, m ungkin kita ber-
sam a bisa m em asuki kota itu sebagai pem enang,” katanya kepada
Candide, “dan m erebut kem bali adikku Cunegonde.”
“Itulah yan g selalu saya harapkan ,” jawab Can dide,
“karena saya telah berniat m enikah dengannya dan m a sih tetap
m engharapkannya.”
“Eh, kurang ajar sekali,” sela sang baron, “bagaim ana m ung-
kin Engkau berani m enikah dengan adikku yang m em iliki tujuh
puluh dua garis keturunan berdarah biru! Kelewatan sekali kau
berani m engem ukakan niat yang kurang ajar itu kepadaku!”
Candide yang sangat terkejut m endengar reaksi terse but,
m enjawab, “Bapak Pendeta, sem ua garis keturunan tidak ada

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
64 Voltaire

artinya lagi sekarang. Saya telah m enyelam at kan adik Bapak dari
tangan seorang Yahudi dan Pendeta Agung. Dia berhutang budi
kepa daku, dan dia sendiri ingin m enikah dengan saya. Tuan Guru
Pangloss selalu m engatakan bahwa m anusia itu sederajat, m aka
saya pasti akan m enikah dengan Cunegonde.”
“Kita lihat saja nanti, bangsat!” kata baron Thunder-ten-tronckh
yang J esuit itu, seraya menampar muka Candide keras-keras
dengan lempengan pedangnya. Tak ayal lagi Candide pun mena rik
pedangnya dan menusukkannya ke perut baron J esuit itu, namun
seraya menarik kembali pedangnya yang berasap, dia langsung
menangis. “Aduh, Tuhan!” katanya. “saya telah membu nuh bekas
majikanku, sahabatku, calon iparku. Rasanya aku ini manusia ter-
baik di dunia, namun sudah tiga orang korban yang kubunuh. Dan
di antara ketiga orang itu, dua orang adalah pendeta!”
Cacam bo, yang berjaga-jaga di pintu kem ah itu, ber gegas
m engham pirinya. “Kini Tuan segera harus m enye lam atkan hidup
Tuan yang berharga!” katanya kepada m ajikannya. “Tak lam a
lagi pasti akan ada orang yang m asuk ke kem ah ini. Seandainya
kita harus m eninggal, biarlah kita m ati secara terhorm at setelah
m em perta han kan diri.” Cacam bo yan g serin g m en galam i
peristiwa serupa, tak kehilangan akal. Dia m enanggalkan jubah
J e suit yang dipakai baron, dan m engenakannya kepada Candide.
Dikenakannya pula topi persegi si m ati dan dinaikkannya Candide
ke atas pelana kuda. Sem uanya itu dilakukannya dalam sekejap
m ata. “Ayo kita lari, Tuan, sem ua orang akan m engira bahwa
Tuan adalah pendeta J esuit yang akan m enyam paikan perintah-
perintah. Kita harus telah m encapai perbatasan, sebelum orang-
orang ini dapat m engejar kita.” Seraya berkata begitu dia telah
m elesat pergi, sam bil berteriak dalam bahasa Spanyol, “Luangkan
tem pat, luangkan tem pat, Pendeta Kolonel akan lewat!”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

16

APA YANG TERJADI ATAS DIRI


KEDUA PENGEMBARA DENGAN
DUA ORANG GADIS, DUA EKOR
MONYET SERTA ORANG-ORANG
PRIMITIF OREILLON28

CANDIDE DAN Cacam bo sudah berada di luar perbatasan, dan


di perkem ahan itu belum ada yang m engetahui bahwa J esuit
J erm an itu telah terbunuh. Cacam bo yang tangkas itu telah
sem pat m engisi kopornya dengan roti, cokelat, ham , buah-
buahan, serta beberapa botol anggur. Dengan m enunggang kuda
Andalusia itu m ereka m asuk ke suatu negara tak dikenal. Mereka
tak m enem ukan jalan. Akhirnya tam pak di hadapan m ereka
padang rum put yang indah, yang diselingi sungai-sungai kecil.
Kedua pengem bara itu m em biarkan kedua kuda tunggangan

28 “Oreillon” berari orang bertelinga lebar, karena mereka memakai perhiasan telinga yang berat.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
66 Voltaire

m asin g-m asin g m akan rum put. Cacam bo m en gusulkan agar


m ajikannya m akan dulu, dan dia segera m em beri contoh.
“Bagaim ana m ungkin saya bisa m akan ham ,” jawab Candide,
“padahal saya baru m em bunuh putra baron, dan saya tersiksa
karena tidak m ungkin bertem u lagi de ngan Cunegonde seum ur
hidup? Apa gunanya m em per panjang hidupku yang sengsara ini,
kalau saya harus m enjalaninya jauh dari kekasihku itu, dalam
penyesalan dan keputusasaan? Dan apa pula kom entar surat
kabar Journal de Trevoux 29 nanti?”
Walaupun berkata begitu, toh dia m akan juga. Matahari
terbenam . Kedua orang yang tersesat jalan itu m ende ngar jeritan-
jeritan kecil seperti suara perem puan. Me reka tidak tahu apakah
itu jeritan kesakitan atau kegem biraan. Nam un m ereka bangkit
tergopoh-gopoh, dengan rasa khawatir dan perasaan ngeri yang
biasa m uncul m anakala kita berada di suatu daerah yang tak
dikenal. J eritan itu keluar dari m ulut dua orang gadis telanjang
bulat, yang lari perlahan-lahan di tepi padang rum put itu. Dua
ekor kera m engikuti m ereka, sam bil m enggigit pantat m asing-
m asing. Candide m erasa kasihan. Dia per nah belajar m enem bak
di pasukan Bulgaria dulu, dan m am pu m em bidik buah kenari
di sem ak belukar, tanpa m enyentuh daun-daunnya. Diam bilnya
senapan Spa nyol dua bidikan, dan ditem bak serta dibunuhnya
kedua ekor kera itu. “Tuhan Mahabesar, Cacam bo yang baik, saya
berhasil m enyelam atkan kedua m ahluk m alang itu dari bahaya
besar. Kalau saya berdosa telah m em bunuh seorang pendeta dan
seorang J esuit, kini boleh dikata kan saya telah m enghapus dosa
itu dengan m enyelam at kan hidup kedua wanita itu. Siapa tahu
m ereka wanita terhorm at, dan pertolongan yang kuberikan ini
akan m em bawa berkah yang besar bagi kita di daerah ini.”

29 Koran Jesuit, mulai diterbitkan di Trevoux tahun 1701. Voltaire memendam dendam, karena
koran itu pernah memuat kriikan terhadap dirinya.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 67

Dia m asih terus berbicara, nam un tiba-tiba lidahnya se rasa


kelu, tatkala dilihatnya bahwa kedua perem puan itu m em eluk
kedua ekor kera dengan m esranya, m ena ngis di atas kedua m ayat,
seraya m em enuhi udara dengan jeritan-jeritan yang sangat sedih.
“Wah, saya tidak pernah m enyangka ada orang sebaik itu,”
katanya kepada Cacam bo.
Pelayannya itu m enjawab, “Tuan telah m em buat ka rya yang
hebat, Tuan, Tuan telah m em bunuh kekasih ke dua perem puan
itu.”
“Kekasih m ereka! Mun gkin kah itu? J an gan m ain -m ain ,
Cacam bo. Apa buktinya?”
“Tuanku yang baik,” sam bung Cacam bo, “Tuan ini se lalu
heran kalau m elihat apa-apa. Mengapa Tuan anggap begitu aneh
kalau di suatu daerah ada kera yang m em pe roleh cinta wanita?
Kera kan seperem pat m anusia juga, sam a halnya seperti saya ini
seperem pat Spanyol.”
“Yah,” ujar Candide, “m em ang saya ingat pernah m en dengar
dari Tuan Guru Pangloss, bahwa zam an dulu ke celakaan seperti
itu pernah terjadi, dan cam puran itu m enghasilkan m anusia
setengah hewan, dan bahwa to koh-tokoh besar zam an kuno
pernah m elihatnya, nam un tadinya saya kira itu hanya dongeng
belaka.”
“Nah, sekarang Tuan m enjadi yakin,” sam bung Ca cam bo,
“bahwa itu suatu kejadian yang sesungguhnya, dan Tuan m elihat
bagaim ana kebiasaan itu berlaku pada orang-orang yang tidak
m engenyam pendidikan. Yang saya takutkan hanyalah bahwa
perem puan-perem puan itu akan m enim bulkan perkara yang
tidak enak.” Kesim pulan yang m asuk akal itu m em aksa Candide
m eninggalkan padang rum put dan m asuk ke dalam hut an. Di
situ ia m akan m alam dengan Cacam bo. Setelah m enyum pahi
pendeta Portugal, Gubernur Buenos Aires, dan putra baron,
kedua-duanya tertidur di atas lum ut. Ketika bangun kem bali,

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
68 Voltaire

m ereka m erasa bahwa an ggota badan m ereka tidak dapat


digerakkan. Ternyata bahwa pada m alam harinya orang-orang
Oreillon, penduduk setem pat, yang telah m endapat laporan
buruk tentang m ereka dari kedua perem puan itu, telah m engikat
m ere ka dengan tali yang terbuat dari kulit pohon. Mereka di-
kelilingi oleh sekitar lim a puluh orang Oreillon yang te lanjang
bulat, bersenjatakan panah, pem ukul, dan kapak batu. Beberapa
orang sedang m endidihkan air di gen tong besar. Yang lain tengah
m em persiapkan panggangan, dan sem uanya berteriak, “Hore,
J esuit tertangkap, J esuit tertangkap, dendam kita terbalas, dan
kita akan m akan besar. Mari kita m akan J esuit! Mari kita m akan
J esuit!”
“Nah, apa yan g tadi m alam saya katakan , Tuan ,” seru
Cacam bo den gan sedih, “kedua perem puan itu betul-betul
m em perkarakan kita.”
Ketika m elihat gen ton g dan pan ggan gan itu Can dide
berteriak, “Wah, pasti kita akan dipanggang dan direbus. Aduh,
apa yang akan dikatakan Tuan Guru Pangloss, seandainya dia
m en yak sikan bagaim ana kenyataan sebe narnya dalam alam yang
m asih asli ini? Bahwa sem ua nya baik, yah, kita setuju saja. Tetapi
harus saya akui bah wa rasanya kejam sekali nasib ini karena saya
harus ke hilangan Nona Cunegonde dan dipanggang oleh orang-
orang Oreillon.”
Cacam bo tak pernah kehilangan akal. “J angan m udah putus
asa,” katan ya kepada Can dide yan g kebin gun gan itu, “saya
m enguasai sedikit bahasa orang-orang ini, saya akan berbicara
dengan m ereka.”
“J angan lupa Tuan katakan kepada m ereka,” ujar Candide,
“bahwa betapa tidak m anusiawinya m em asak daging m anusia,
dan bahwa itu tidak sesuai dengan prin sip agam a Kristen.”
“Tuan-tuan,” kata Cacam bo,” jadi Tuan sekalian ber m aksud
m akan daging J esuit hari ini. Itu baik sekali. Tak ada yang lebih

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 69

terpuji dari melakukan tindakan tersebut atas diri musuh. Memang


benar, hukum alam mengajar kan kepada kita untuk membunuh
sesama manusia, dan itulah yang terjadi di seluruh muka bumi
ini.30 Apabila kita tidak menggunakan hak untuk memakannya,
itu ber arti bahwa kita mempunyai bahan lain untuk disantap.
Namun Tuan semua tidak mempunyai sumber yang sama dengan
kami. Tentu saja lebih baik melahap badan musuh, daripada
menyerahkan hasil kemenangan itu kepada gagak atau cacing.
Tetapi Tuan-tuan, Tuan tidak bermaksud makan sahabat-sahabat
Tuan, bukan? Tuan mengira akan memanggang seorang J esuit,
pada hal sesungguhnya pem bela Tuanlah, m usuh dari m usuh
Tuanlah yang akan Tuan bakar ini. Saya sendiri dilahir kan di negeri
ini, sedangkan orang yang Tuan lihat ini adalah majikan saya. Dia
sama sekali bukan J esuit. Dia jus tru baru membunuh seorang
J esuit, yang dia pakai baju nya. Itu yang membuat Tuan salah
mengerti. Untuk membuktikan apa yang barusan saya katakan,
ambillah jubah ini, bawalah ke perbatasan kerajaan los padres.
Silakan cari keterangan untuk mengecek apakah majikan saya ini
benar-benar telah membunuh seorang J esuit. Hanya sedikit waktu
yang diperlukan. Tuan akan selalu sempat memakan kami, kalau
Tuan beranggapan bahwa saya berdusta. Tetapi kalau saya telah
berkata benar, sebagai orang yang sangat mementingkan prinsip-
prinsip hak asasi manusia, adat istiadat dan undang-undang, su dah
sepantasnyalah Tuan membebaskan kami.”
Orang-orang Oreillon m enganggap pidato itu m asuk akal.
Mereka m engirim dua orang utusan untuk pergi berkereta kuda
m encari keterangan. Kedua utusan ter sebut m elaksanakan tugas
secara orang terpelajar dan segera kem bali m em bawa berita baik.
Orang-orang Oreillon m em buka ikatan kedua tawanan, m em -
berikan penghorm atan-penghorm atan, m enyuguhkan perem pu-
an-perem puan, m enghidangkan kudapan, dan m engantar m ereka
30 Bagi Voltaire peperangan adalah pembunuhan yang disahkan.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
70 Voltaire

sam pai perbatasan wilayah m ereka, sam bil berteriak-teriak


gem bira, “Dia bukan J esuit! Dia bukan J esuit!”
Candide tak putus-putusnya m engagum i alasan pem bebas-
annya. “Bukan m ain orang-orang ini!” katanya. “Hebat sekali
pria-pria itu! Adat istiadat yang luar-biasa! Seandainya saya tidak
berun tung telah m enusuk badan kakak Nona Cunegonde, saya
m ungkin akan dim angsa tanpa am pun. J adi bagaim anapun alam
yang asli itu ternyata m em ang baik, karena orang-orang ini tidak
jadi m em angsa saya, m alahan m enunjukkan sikap horm at, begitu
m ereka tahu bahwa saya bukan orang J esuit.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

17

KEDATANGAN CANDIDE
BESERTA PELAYANNYA DI
NEGARA ELDORADO DAN APA
YANG MEREKA LIHAT DI SANA31

SETIBANYA MEREKA di tapal batas wilayah Oreillon, Cacam bo


berkata kepada Candide, “Nah, Tuan te lah m elihat sendiri, bagian
dunia ini tidak lebih baik dari yang lain. Percayalah kepada saya,
m ari kita pulang lagi saja ke Eropa m elalui jalan terpendek.”
“Bagaim ana bisa kita pulang ke sana,” sahut Candide, “dan ke
m ana kita akan pergi? Kalau saya pulang ke ne garaku, di sana ada
orang-orang Bulgaria dan Abar yang suka m em bunuh orang; kalau
saya pulang ke Portugal, saya akan dibakar hidup-hidup; kalau
kita tinggal di ne geri ini, setiap saat kita bisa dipanggang orang.

31 “Eldorado” berari negeri emas, negeri idaman yang ada dalam khayalan. Menurut cerita orang
tempatnya sekitar Venezuela.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
72 Voltaire

Dan lagi bagaim ana saya bisa m em utuskan untuk m eninggalkan


bagian dunia tem pat Nona Cunegonde berada?”
“Marilah kita kem bali ke arah Cayenne,” ujar Cacam bo, “kita
akan bertem u dengan orang-orang Prancis yang selalu bepergian
ke m ana-m ana. Mereka akan da pat m em bantu kita. Mungkin
Tuhan akan berkenan m engasihani kita.”
Tidak m udah bagi m ereka untuk pergi ke Cayenne. Mereka
tahu ke arah m ana kira-kira harus pergi, nam un pegunungan,
sungai-sungai, jurang-jurang, peram pok-peram pok, serta orang-
orang prim itif yang ada di m ana-m ana m enjadi ham batan yang
sulit diatasi. Kedua kuda m ereka m ati lem as. Bekal m ereka pun
habis. Selam a se bulan penuh m ereka m akan buah-buahan hutan.
Akhir nya tibalah m ereka dekat sebuah sungai kecil. Di tepinya
berbaris pohon kelapa, yang dapat m em perpanjang hidup dan
harapan m ereka.
Cacam bo, yang selalu m em beri nasihat-nasihat yang sam a
baiknya seperti si Nenek, berkata kepada Candide, “Kita tak
punya tenaga lagi, sudah cukup jauh kita ber jalan. Saya m elihat
ada sam pan kosong di tepi sungai itu. Mari kita isi dengan kelapa,
lalu kita jalankan perahu itu. Kita ikuti saja aliran sungai itu.
Sungai selalu m enuju ke arah tem pat yang ditinggali m anusia.
Seandainya kita tidak m enem ukan sesuatu yang m enyenangkan,
paling tidak kita akan m endapatkan hal-hal baru.”
“Ayolah,” sam but Candide, “serahkan saja diri kita ke pada
Tuhan.”
Mereka pun berlayarlah beberapa m il jauhnya m e nyusuri
tepi sungai, yang kadang-kadang penuh dengan bunga-bungaan,
kadang-kadang gersang, di tem pat lain teratur bentuknya, nam un
kem udian berlekak-lekuk. Sungai itu terus m elebar, akhirnya
hilang di bawah ter owongan gunung cadas yang m engerikan,
yang m enju lang ke langit. Kedua pengem bara itu m em beranikan
diri terhanyut di bawah terowongan itu. Sungai yang m e nyem pit

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 73

di bagian itu m enghanyutkan m ereka dengan kecepatan dan


bunyi yang m engerikan. Selang dua pu luh em pat jam kem udian
baru m ereka m elihat cahaya lagi, nam un perahu itu pecah
m em bentur dinding batu. Terpaksa m ereka terseok-seok dari
bukit cadas ke bukit cadas lainnya sejauh satu m il. Akhirnya
tiba lah m ereka di wilayah tem pat tinggal yang terbuka, dan di-
ke lilin gi pegun ungan yan g tak m un gkin didaki. Tam pakn ya
tem pat itu telah ditata dalam rangka m em peroleh tem pat yang
m e nye nangkan dan sekaligus berguna. Di m ana-m ana berlaku
prinsip: berguna dan enak dilihat. J alan-jalan dipenuhi atau
lebih tepat dihiasi kendaraan-kenda raan yang dibuat dari logam
yang bersinar-sinar. Kenda raan-kendaraan itu m engangkut pria
dan wanita yang kecantikannya sangat khas. Kam bing-kam bing
besar berwarna m erah m enarik kendaraan-kendaraan dengan
kecepatan tin ggi. Kecepatan n ya m elebihi kuda terbaik dari
Andalusia, Tetuan, dan Mequinez.
“Nah, inilah negeri yang lebih baik dari Westphalia,” kata
Candide. Dia turun bersam a Cacam bo dekat desa pertam a yang
m ereka tem ukan . Beberapa oran g an ak, yan g m en gen akan
pakaian dari bahan brukat keem asan yang sobek-sobek, m ain
lem par lem bing di pintu m asuk ke desa itu. Kedua orang yang
datang dari bagian dunia yang lain itu iseng-iseng m em perhatikan
m ereka. Lem bing m ereka itu m erupakan kepingan agak besar
berbentuk bulat, dan berwarna kuning, m erah, hijau. Cahayanya
aneh. Terbit keinginan kedua pengem bara itu untuk m em ungut
beberapa keping. Ternyata dibuat dari em as, zam rud, dan m irah
delim a. Kepingan yang paling kecil sekalipun m ungkin sam a
ukurannya dengan hias an terbesar yang ada pada singgasana
Mongolia.
“Mungkin anak-anak ini putra-putra raja negeri ini yang
sedang berm ain lem par lem bing,” ujar Cacam bo.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
74 Voltaire

Saat itu kepala sekolah wilayah itu m uncul untuk m e nyuruh


m ereka m asuk sekolah.
“Nah,” sam bun g Can dide, “dia m un gkin guru keluarga
kerajaan.”
Anak-anak itu segera m eninggalkan perm ainan m ereka.
Lem bing-lem bing m ereka dan sem ua alat perm ainan yang lain
dige letakkan begitu saja di tanah. Candide m e m ungutnya dan
berlari m enyusul guru itu. Dengan sega la kerendahan hati diso-
dor kannya lem bing-lem bing itu, seraya m em beritahukan dengan
bahasa isyarat bahwa Yang Mulia putra-putra raja lupa tidak
m em benahi em as dan perm ata m ereka. Sam bil tersenyum guru
itu m elem parkan barang- barang itu di tanah. Dipandangnya
seje nak wajah Candide dengan rasa heran, lalu dia m enerus kan
perjalanan.
Kedua pengem bara itu sigap m em unguti em as, m irah delim a,
dan zam rud itu kem bali. “Wah, ne geri apa gerangan ini?” seru
Candide. “Tentunya putra-putra raja negeri ini telah m endapat
didikan yang baik sekali karena m ereka tidak m em andang penting
em as dan perm ata.” Kali ini Cacam bo pun sam a herannya seperti
Candide. Akhirnya m ereka sam pai dekat rum ah pertam a yang ada
di desa itu. Bangunan itu m irip istana yang ada di Eropa. Sejum lah
besar orang berkum pul di depan pintu, dan lebih banyak lagi di
dalam nya. Terde ngar m usik yang sangat m erdu, serta arom a
m asakan yang lezat sem erbak tercium dari luar. Cacam bo m en-
dekati pintu dan m endengar bahwa m ereka bercakap-cakap dalam
bahasa Peru. Itu bahasa ibunya. Sebagaim ana telah diketahui,
Cacam bo lahir di Tucum an, di wilayah yang m enggunakan hanya
bahasa tersebut. “Saya akan bertindak sebagai juru bahasa bagi
Tu an,” katanya kepada Candide, “m ari kita m asuk, ba ngunan ini
sebuah kabaret.”
Segera dua orang pem uda dan dua orang gadis yang bekerja
di tem pat itu serta yang m engenakan pakaian keem asan, dengan

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 75

ram but diikat pita, m em persilakan m ereka duduk di m eja m akan


tuan rum ah. Dihidangkanlah em pat m angkuk sup, yang m asing-
m asing dihiasi dengan dua ekor burung beo, burung kondor re-
bus yang beratnya sekitar dua ratus pon, dua ekor kera panggang
yang lezat rasanya, tiga ratus ekor burung kolibri yang diletakkan
pada satu nam pan, serta enam ra tus lagi di nam pan yang lain.
Di sam ping itu ada pula ragout yang lezat, kue-kue yang enak.
Sem uanya itu dita ruh dalam peralatan yang dibuat dari sejenis
kristal da ri batu cadas. Para pem uda dan gadis-gadis pelayan itu
m enyuguhkan pula beberapa m acam m inum an yang terbuat dari
tebu.
Pengunjung kebanyakan para pedagang dan pengem udi.
Sikap m ereka sem ua luar biasa sopannya. Mere ka m engajukan
beberapa pertanyaan kepada Cacam bo secara bijaksana, dan
m enjawab pertanyaan-pertanya an yang ditujukan kepada m ereka
dengan penuh perha tian.
Setelah selesai m akan, Cacam bo m engira, dem ikian pula
Candide, bahwa m ereka telah m em bayar dengan baik m akanan
m ereka dengan m eletakkan di m eja m a kan itu dua keping em as
yang paling besar yang telah m ereka pungut. Tuan dan nyonya
rum ah tertawa terba hak-bahak, sam pai terpaksa m em egan g
perut lam a se kali karena geli. Akhirnya tawa m ereka m ereda.
“Tuan- Tuan,” kata tuan rum ah, “kam i tahu bahwa Tuan berdua
orang asing disini. Kam i tidak terbiasa m enerim a tam u asing.
Maafkan kam i tak dapat m enahan ketawa, ketika Tuan m em beri
kam i batu-batuan yang berserak di jalan-jalan di negeri ini.
Pasti Tuan tidak m em iliki uang yang berlaku di sini. Nam un
Tuan tidak m em erlukannya untuk m akan di sini. Sem ua rum ah
m akan yang dibangun untuk m akan di sini, sem ua rum ah m akan
yang dibangun untuk keperluan perdagangan, dibiayai oleh
pem erintah. Makanan di sini sederhana saja, na m un di tem pat-
tem pat lain Tuan akan diterim a secara sepantasnya.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
76 Voltaire

Cacam bo m enerjem ahkan uraian tuan rum ah itu ke pada


Candide. Majikannya m endengarkan dengan pe nuh kekagum an
serta kebingungan. “Negeri apa ini,” kata kedua-duanya.
“Tak dikenal oleh negeri-negeri lain di dunia ini, dan yang
keadaan alam nya sangat berbeda dari negeri kita? Mungkin
inilah negeri di m ana segala sesuatu berjalan baik, karena pasti
harus ada yang be gitu di dunia ini. Dan apa pun yang pernah
dikatakan oleh Tuan Guru Pangloss, saya sering m enyadari
bahwa sesungguhnya di Westphalen tak ada yang beres.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

18

APA YANG MEREKA LIHAT DI


ELDORADO

CACAMBO MENYAMPAIKAN rasa ingin tahunya kepada tuan


rum ahnya. Orang itu m engatakan, “Saya tidak tahu apa-apa,
nam un bagi saya tidak jadi soal. Di sekitar sini ada seorang
tua pensiunan pejabat istana. Dia orang terpintar di kerajaan
ini dan yang paling tepat untuk dim intai keterangan.” Segera
dia m engantar Cacam bo ke rum ah orang tua itu. Kini Candide
berperan sebagai orang kedua dan yang m endam pingi pelayannya.
Mereka m asuk ke sebuah rum ah yang sangat sederhana, karena
pin tun ya han ya terbuat dari perak, sedan gkan kusen -kusen
ruangannya pun hanya dari em as. Nam un selera penataannya
begitu baik, sehingga kusen-kusen yang lebih m ewah pun tidak
akan m am pu m engalahkan kesan indah yang ditam pilkannya.
Ruang tam unya sesungguhnya hanya dihiasi dengan m irah delim a

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
78 Voltaire

dan zam rud, tetapi penyusunannya sedem ikian rupa, sehingga


penam pilan yang terlalu bersahaja itu m em berikan kesan yang
sangat berlainan.
Orang tua itu m enerim a kedua tam u asing di atas dipan yang
beralaskan bulu burung kolibri. Mereka disu guhi m inum an dalam
gelas berlian. Setelah itu barulah tuan rum ah m em uaskan rasa
ingin tahu kedua tam u dengan kata-kata berikut:
“Usia saya seratus tujuh puluh dua tahun. Alm arhum ayahku,
bekas tukang kuda Raja, sering bercerita ke pada saya tentang
revolusi hebat yang pernah terjadi di Peru, dan yang telah disak-
sikannya sendiri. Kerajaan ka m i ini adalah bekas tanah air
bangsa Inca. Mereka telah m elakukan tindakan yang sangat ke-
liru, ketika keluar dari wilayah ini untuk m enaklukkan sebagian
dunia. Akibatnya m ereka dihancurkan oleh bangsa Spanyol. Para
pangeran dari keluarga tersebut, yang tetap tinggal di tanah air
m ereka, lebih bijaksana. Dengan persetujuan seluruh bangsa,
m ereka m em erintahkan, bah wa tak seorang pun dari penduduk
di sini yang diperbo lehkan keluar dari kerajaan ini sejak saat
itu. Itulah se babnya kam i dapat tetap m enjaga kem urnian dan
keba hagiaan kam i. Bangsa Spanyol hanyalah m engetahui sam ar-
sam ar tentang keberadaan kam i. Mereka m enam ai negeri kam i
Eldorado. Seorang perwira Inggris yang bernam a Raleigh pernah
m endekati negeri ini sekitar se ratus tahun yang lalu, nam un karena
wilayah ini dikelilingi pegunungan cadas yang sulit ditem bus
serta jurang-jurang, sam pai sekarang kam i selalu terlindung dari
ke serakahan bangsa-bangsa Eropa. Mereka sangat tergila-gila
pada batu-batuan dan lum pur yang dikandung tanah negeri ini,
sehingga untuk m endapatkannya, m ereka takkan segan-segan
m em binasakan kam i sem ua tanpa m e nyisakan satu jiwa pun.”
Percakapan itu berlan gsun g lam a, dan berkisar sekitar
m asalah bentuk pem erintahan, adat istiadat, wanita, tontonan,
dan kesenian. Akhirnya Candide, yang selalu menyukai metaisika,

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 79

m em inta kepada Cacam bo untuk m enanyakan apakah di negeri


itu ada agam a.
Wajah orang tua itu m em erah. “Bagaim ana Tuan bisa m eragu-
kannya? Apakah Tuan m enganggap kam i ini tidak tahu berterim a
kasih?” Dengan segala kerendahan hati Cacam bo m enanyakan
agam a apa yang dianut di Eldorado. Wajah orang tua itu m enjadi
m erah lagi. “Mungkinkah ada lebih dari satu agam a?” katanya.
“Saya rasa kam i di sini m enganut agam a sem ua orang. Kam i m e-
nyem bah Tuhan dari pagi sam pai m alam .”
“Apakah Tuan m em uja hanya satu Tuhan?” tanya Ca cam bo
yang tetap bertindak sebagai juru bahasa untuk m enyam paikan
keragu-raguan Candide.
“Rasanya,” sam bung orang tua itu, “kam i tidak pernah m em -
persoalkan adanya dua, tiga, ataupun em pat Tuh an. Terus terang,
bagi saya pertanyaan orang dari dunia Tuan ini aneh-aneh.”
Candide tak bosan-bosan m enyuruh Cacam bo m engajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada orang tua itu. Dia ingin m engetahui
bagaim ana cara orang m em o hon kepada Tuhan di Eldorado itu.
“Kam i tidak pernah m em ohon,” kata orang tua yang baik
dan bijaksana itu, “kam i tidak perlu m em inta apa-apa, Dia telah
m em berikan segala yang kam i perlukan. Kam i hanyalah terus-
m enerus berterim a kasih.”
Candide ingin m elihat para pastor, disuruhnya Ca cam bo
bertanya di m ana m ereka itu. Orang tua yang baik itu tersenyum .
“Sahabat-sahabatku,” katanya, “ka m i sem ua pastor. Raja dan
sem ua kepala keluarga m e nyanyikan lagu puji-pujian dengan
khid m at setiap pagi, diiringi lim a atau enam ribu pem ain m usik.”
“Wah! J adi Tuan tidak m em pun yai pastor-pastor yan g
m em berikan ajaran-ajaran, yang bertengkar, yang m e m erintah,
yang m em berontak, serta yang m em bakar orang-orang yang tidak
sependapat?”32
32 Deisme ala Voltaire: agama tanpa pendeta ataupun pastor.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
80 Voltaire

“Aduh, m em angnya kam i gila?” sahut orang tua itu. “Kam i


sem ua di sini sependapat dan kam i sam a sekali tidak m engerti
apa yang Tuan m aksud dengan istilah pas tor.”
Mendengar uraian itu Candide terpana dan berkata dalam
hati, Keadaan ini sangat berlainan dengan di W estphalen dan di
istana baron. Kalau guruku Pangloss pernah m elihat Eldorado,
dia tak akan m engatakan bah w a istana Thunder-ten-tronck
adalah istana terbaik di dunia. Mem ang betul bahw a kita m esti
m elihat-lihat negeri lain.
Setelah berbicara panjang lebar, orang tua yang baik itu m e-
m erintahkan agar sebuah kereta yang ditarik enam ekor kam bing
disiapkan, lalu dia m enyuruh dua be las orang pelayan agar
m engantar tam unya ke istana. “Maafkan saya,” ujarnya kepada
para tam u, “karena m a salah usia, saya tidak dapat m engguna-
kan kesem patan terhorm at ini untuk m engantar Tuan. Raja akan
m enerim a Tuan dengan cara yang pasti tidak akan m enge cewa-
kan. Saya rasa Tuan akan sudi m em aafkan apabila da lam adat
kebiasaan kam i ini, ada hal-hal yang tidak ber kenan di hati Tuan.”
Candide dan Cacam bo naik ke dalam kereta itu. Kee nam
kam bing itu pun m elejit. Dalam waktu kurang dari em pat jam
m ereka tiba di istana yang terletak di suatu tem pat di ibu kota.
Tinggi gerbangnya dua ratus kaki, dan lebarnya seratus kaki. Sulit
dikatakan dengan bahan apa gerbang itu dibuat. Nam un tam pak
jelas kelebihannya dari batu-batuan atau dari pasir yang kita
nam akan perm ata dan em as.
Ketika turun dari kereta, Candide dan Cacam bo disam but
oleh dua puluh orang gadis pengawal yang can tik-cantik. Mereka
dipersilakan m andi dulu, dan diberi pakaian dari bahan yang
terbuat dari bulu burung kolibri. Setelah itu para perwira tinggi
istana, pria dan wanita, m engawal m ereka ke ruangan tam u
Baginda, m ele wati dua barisan yang m asing-m asing terdiri dari
seribu pem ain m usik, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 81

Tatkala m ereka sudah berada dekat ruangan m ahligai, Cacam bo


bertanya bagaim ana caranya m em beri horm at kepada Baginda;
apakah dia harus berlutut atau m enyem bah dengan perut di
lantai, apakah harus m engacungkan tangan di atas atau di
belakang kepala, ataukah m enjilat debu lantai ruangan itu,
pendeknya, bagaim ana tata cara yang berlaku.
“Menurut kebiasaan yang berlaku di sini,” jawab per wira
tinggi itu, “Tuan harus m em eluk Raja serta m en cium kedua
pipinya.” Maka Candide dan Cacam bo pun m erangkul leher
Baginda, yang m enyam but m ereka de ngan sikap anggun, dan
yang m engun dang m ereka m akan m alam dengan sopan.
Sem entara m enunggu, m ereka diajak m elihat-lihat kota,
bangunan-bangunan um um yang m enjulang tinggi, tangga-tangga
yang dihiasi dengan ribuan tiang besar, kolam -kolam ber air m an-
cur yang m urni, kolam -kolam air m awar, juga kolam -kolam
m inum an sari tebu yang terus-m enerus m engalir di lapangan-
lapangan yang dialasi batu perm ata. Tercium harum sem er bak
yang m irip bau cengkih dan kayu m anis. Candide ingin m elihat
gedung pengadilan dan parlem en. Mereka m enjawab bahwa
bangunan itu tidak ada, karena di situ tak pernah ada perkara.
Pem uda itu m enanyakan juga apakah ada penjara, dan jawaban-
nya tidak ada. Yang paling m engagum kannya, serta yang sangat
disukain ya adalah lem baga sain s. Di dalam n ya dia m elihat
ruangan besar yang berukuran dua ribu langkah, penuh dengan
pera latan matematika dan isika.
Sesudah kunjungan sore itu, setelah m engelilingi se kitar
seperseribu bagian kota, m ereka diantar kem bali ke istana Raja.
Candide duduk di depan m eja m akan, di antara Baginda dan
pelayannya sendiri Cacam bo, serta beberapa orang wanita. Tak
pernah orang m akan see nak itu, dan tak pernah suasana begitu
m enyenangkan seperti yang dihadirkan Baginda dalam kesem -
patan itu. Cacam bo m enyam paikan kom entar Baginda yang ra-

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
82 Voltaire

m ah kepada Candide, dan walaupun diterjem ahkan, te tap saja


isinya terasa baik. Dari segala yang m engheran kan Candide,
kenyataan itulah yang paling m engheran kannya.33
Mereka m elewatkan waktu sebulan bersam a tuan ru m ah yang
begitu ram ah. Candide tak henti-hentinya m engatakan kepada
Cacam bo, “Mem ang betul, sahabat ku, bahwa negeri tem pat saya
dilahirkan lebih jelek dari tem pat kita berada sekarang. Nam un
Nona Cunegonde tidak ada di sini, dan engkau pun tentu punya
kekasih di Eropa. J ika kita tetap tinggal di sini, kita akan sam a
saja seperti penduduk di sini. Padahal kalau kita pulang ke dunia
kita, dengan dua belas kam bing saja yang dibeba ni batu-batuan
Eldorado, kita akan m enjadi lebih kaya dari sem ua raja. Kita tak
perlu lagi takut kepada para pendeta, dan dengan m udah kita
akan dapat m erebut kem bali Nona Cunegonde.”
Cacam bo senang m endengar pendapat Candide. Me m ang
orang yang suka sekali berkelana, sekali-sekali ingin m enunjukkan
kelebihannya di antara keluarga sendiri, m elaporkan apa yang
telah dilihatnya selam a perjalanan-perjalanan itu. Maka kedua
orang yang ber bahagia itu m em utuskan untuk m eninggalkan
kebaha giaan dan m inta diri kepada Baginda.
“Ini keputusan yang bodoh,” kom entar Baginda. “Saya tahu
bahwa negeri ini tidak ada artinya. Nam un kalau kita cukup
berba hagia di suatu tem pat, sebaiknya tinggal di situ saja. Tentu
saja saya tidak m em punyai hak untuk m enahan tam u asing. Itu
tindakan sewenang-wenang, yang tidak sesuai dengan adat istiadat
m aupun peratur an kam i. Sem ua orang bebas, berangkatlah kapan
Tuan hendaki. Nam un jalan keluar sulit ditem puh. Tidak m ungkin
m engarungi lagi sungai deras yang m enem bus gunung cadas dan
yang telah m engantar Tuan secara ajaib ke sini. Pegunungan

33 Voltaire pernah dikecewakan dalam hubungannya dengan Frederick II, Raja Prusia, yang
sebetulnya sangat mengaguminya. Di sini dia menyindir cara penerimaan raja itu terhadap tamu
asing.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 83

yang m engelilingi kerajaan saya tingginya sepuluh ribu kaki dan


m enjulang tinggi seperti dinding. Lebar m asing-m asing m eliputi
wilayah yang m em bentang lebih dari sepuluh m il. Orang hanya
dapat m enuruninya m elalui jurang-jurang. Nam un, kare na Tuan
berkeras hati ingin pergi, saya akan m em erin tahkan kepada
bagian m esin untuk m em buatkan alat yang dapat m engangkut
Tuan dengan m udah. Kalau Tu an sudah diantar sam pai di balik
pegunungan, tak ada la gi yang dapat m enem ani. Ham ba sahaya
saya telah ber sum pah tidak akan keluar dari wilayah ini. Mereka
terlalu bijaksan a un tuk m elan ggar sum pah m asin g-m asin g.
Mintalah segala yang Tuan sukai kepada saya.”
“Kam i m ohon diberi oleh Yang Mulia,” sam bung Ca cam bo,
“beberapa ekor kam bing saja yang dim uati m a kanan, batu-
batuan, dan lum pur negeri ini.”
Raja tertawa. “Sulit dipaham i,” ujarnya, “m engapa orang-
orang Eropa begitu suka akan lum pur kuning ka m i itu, nam un
am billah sebanyak Tuan suka, dan sem o ga segalanya berjalan
lancar.”
Dan Bagin da pun segera m em erin tahkan kepada para
insinyur untuk m em buat alat yang dapat m engangkut kedua tam u
yang istim ewa itu keluar kerajaan. Tiga ribu pakar perm esinan
m elaksanakan titah Baginda. Lim a belas hari kem udian alat itu
telah siap, harganya tak lebih dari dua juta ponsterling, yakni
uang yang berlaku di negeri itu. Candide dan Cacam bo dinaikkan
ke dalam alat itu, juga dua ekor kam bing m erah yang besar, yang
telah dipasangi pelana dan kendali. Kam bing itu akan diperlukan
sebagai tunggangan, setelah m ereka m elewati pegunungan. Di
sam ping itu ada lagi dua puluh ekor kam bing yang m engangkut
m akanan, tiga puluh m em bawa hadiah-hadiah berupa barang-
barang yang paling aneh yang ada di negeri itu, dan lim a puluh

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
84 Voltaire

lagi dibebani em as, perm ata, dan berlian. Raja m encium kedua
pengem bara itu dengan m esra.
Keberangkatan m ereka m enjadi tontonan yang m engasyik-
kan, terutam a karena kehebatan alat pengangkut m ereka dan
kam bin g-kam bin g, un tuk n aik m en daki pe gun un gan . Para
insinyur m inta diri, setelah yakin bahwa tak ada yang perlu
dikha watirkan. Candide tak m em pu nyai keinginan serta tujuan
lain selain m enunjukkan kam bing-kam bingnya itu kepada Nona
Cunegonde. “Kita m em punyai cukup kekayaan untuk m em bayar
Guber nur Buenos Aires,” ujarnya, “kalau saja Nona Cunegon-
de dapat dinilai dengan uang. Mari kita m enuju Cayenne untuk
m enum pang kapal. Kem udian kita lihat saja nanti kerajaan m ana
yang dapat kita beli.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

19

APA YANG TERJADI ATAS DIRI


MEREKA DI SURINAME DAN
BAGAIMANA CANDIDE BERKE-
NALAN DENGAN MARTIN

HARI PERTAMA yang dilalui oleh kedua pengem bara itu cukup
m enyenangkan. Mereka seolah-olah m endapat sem angat baru
karena m erasa m enjadi pem ilik kekayaan yang m elebihi jum lah
yang m ungkin dapat dikum pulkan di seluruh Asia, Eropa, dan
Afrika. H an yut dalam kegem biraan , Can dide m en ulis n am a
Cunegonde di sem ua pohon. Pada hari kedua, dua ekor kam bing
tenggelam di sebuah rawa dan terkubur di situ dengan m uatan
yang dibawanya. Dua ekor kam bing lagi m ati le m as beberapa hari
kem udian. Tujuh atau delapan ekor yang lain tak tertolong gara-
gara kelaparan di gurun, dan beberapa ekor lagi yang lainnya
jatuh ke jurang pada ha ri-hari berikutnya. Akhirnya, setelah

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
86 Voltaire

seratus hari berjalan, yang tinggal hanyalah dua ekor kam bing.
Candide berkata kepada Cacam bo, “Sahabatku, lihatlah betapa
kekayaan duniawi itu tidak langgeng. Tak ada yang lebih kekal
daripada kebenaran dan kebahagiaan dapat berte m u lagi dengan
Nona Cunegonde.”
“Mem ang saya pun m enyadarinya,” jawab Cacam bo, “nam un
m asih tersisa pada kita dua ekor kam bing lagi dengan perm ata-
perm ata yang nilainya lebih besar dari yang pernah dim iliki Raja
Spanyol. Dan sekarang, dari jauh saya lihat sebuah kota. Menurut
perkiraan saya m ungkin Surinam e, yang dikuasai oleh orang-
orang Be landa. Kita sudah sam pai di ujung penderitaan dan akan
m em ulai m asa bahagia.”
Ketika m endekati kota itu, m ereka bertem u dengan seorang
Negro. Dia tergolek di tanah. Pakaiannya tinggal sepotong, yakni
celana pendek dari kain kasar berwarna biru. Kaki kiri dan tangan
kanannya buntung. “Ya, Tuh an,” ujar Candide dalam bahasa
Belanda, “apa yang kau kerjakan di situ, Kawan, dalam keadaan
m engerikan se perti ini?”
“Saya sedang m enunggu m ajikan saya, Tuan Vanderdendur,
pedagang terkenal,” jawab si Negro.
“Apakah Tuan Vanderdendur itu yang m em buat kau jadi
begini?” tanya Candide.
“Ya, Tuan,” kata orang Negro itu, “sesuai dengan ke biasaan.
Kam i diberi celana pendek dari kain kasar dua kali setahun. Inilah
satu-satunya pakaian kam i. Kalau kam i sedang bekerja di pabrik
gula, dan jari kam i m asuk ke m esin, tangan kam i harus dipotong.
Kalau kam i ber usaha m elarikan diri, kaki kam i dipotong. Nah, saya
m engalam i kedua bencana itu. Berkat pengorbanan se perti inilah
Tuan sem ua dapat m enikm ati gula di Eropa. Padahal, tatkala ibu
saya m enjualku seharga sepuluh patagon di pantai Guinea, dia
m engatakan kepada saya, ‘Anakku sayang, berbaktilah kepada

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 87

para pastor yang m enjadi m ajikan-m ajikanm u itu, cintailah


m ereka, ber kat m ereka kau akan hidup bahagia. Kau beruntung
m enjadi budak m ajikan-rm yikan berkulit putih. Dengan cara itu
kau telah m em beri uang kepada ayah dan ibu m u.’ Yah! Saya tidak
tahu apakah m em ang saya telah m enghasilkan uang bagi m ereka,
yang pasti m ereka tidak m em buat saya bahagia. Anjing, m onyet,
dan burung- burung beo seribu kali lebih bahagia daripada kam i.
Pa da setiap hari Minggu para pastor, yang telah m em asuk kan
kam i ke dalam agam a Kristen, selalu m engatakan kepada saya
bahwa kita sem ua anak cucu Adam , baik putih m aupun hitam .
Saya tidak pernah m em pelajari ga ris keturunan, nam un kalau
para pem bawa khotbah itu dapat dipercaya, kita ini sem ua sau-
dara sepupu. Nah, padahal pasti Tuan pun sependapat dengan
saya, bahwa cara m em perlakukan saudara sepupu seperti ini
adalah keterlaluan.”34
“Aduh, Pangloss!” seru Candide. “Tuan tak pernah m em per-
kirakan kenyataan yang keji ini. Apa boleh buat, lam a-lam a ter-
paksa saya m eninggalkan prinsip optim is m e itu.”
“Apa sih optim ism e itu?” tanya Cacam bo.
“Yah,” jawab Candide, “optim ism e adalah kegilaan untuk
m em pertahan kan pen dapat bahwa segalan ya ber jalan baik,
padahal kenyataan adalah kebalikannya.” Air m atanya berderai
ketika ia m elihat orang Negro itu. Dia m em asuki Surinam e sam bil
m enangis.
Hal pertam a yang m ereka lakukan adalah m enanya kan apa-
kah di pelabuhan itu ada kapal yang akan ber layar ke Buenos
Aires. Yang m ereka tanyai kebetulan seorang juragan kapal
Spanyol, yang bersedia m enawar kan jasa baiknya secara jujur.
Dia m enawarkan pertem u an di sebuah kabaret. Candide dan
Cacam bo pergi ke sa na untuk m enunggunya.

34 Bagian ini mengingatkan tulisan Montesquieu yang terkenal karena menentang perbudakan
(Esprit des lois).

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
88 Voltaire

Candide, yang tidak dapat m enahan diri, m enceritakan ke-


pada orang Spanyol itu sem ua petualangannya. Diakuinya bahwa
dia ingin m erebut kem bali Nona Cunegonde. “Wah, saya tidak
akan berani lewat Buenos Aires,” kata orang itu, “saya akan
celaka dan Tu an juga. Cunegonde yang cantik adalah kekasih
Monseigneur yang paling disayangi.” Pernyataan itu bagaikan
petir yan g m en yam bar bagi Can dide. Lam a dia m en an gis.
Akhirnya ditariknya Cacam bo agak m enjauh dari m eja. “Dengar,
sahabatku,” katanya, “ini tugas yang harus kau lakukan. Di saku
m asing-m asing kita m em iliki lim a sam pai enam juta berlian. Kau
lebih lincah daripada aku. Pergilah jem put Nona Cunegonde di
Buenos Aires. J ika gubernur itu m enghalang-halangi, berilah
dia satu juta, kalau m asih belum m au m enyerahkan, beri dua
juta. Kau kan tidak m em bunuh Pendeta Agung, jadi kau tidak
akan dicurigai. Aku akan m engam bil kapal lain, kutunggu kau
di Venesia. Kota itu ada di negara bebas. Di situ kita tidak
perlu takut baik terhadap orang-orang Bulga ria, m aupun orang-
orang Abar, ataupun terhadap orang Yahudi dan pastor-pastor.”
Cacam bo m endukung keputusan yang bijaksana itu. Dia sendiri
sangat sedih harus berpisah dengan m ajikan baik yang telah m en-
jadi saha batnya itu. Nam un kegem biraan dapat berbuat sesuatu
untuknya m elebihi kesedihan karena harus berpisah. Mereka
ber pelukan sam bil berderai air m ata. Candide berpesan agar
Cacam bo tidak m elupakan si Nenek yang baik. Pelayannya itu
berangkat pada hari itu juga. Me m ang Cacam bo itu orang yang
baik sekali.
Candide m asih tinggal di Surinam e selam a beberapa hari
lagi. Dia m asih m encari pem ilik kapal lain, yang ber sedia m em -
bawanya ke Italia, bersam a kedua kam bing yang m asih tinggal.
Dia m engangkat pelayan-pelayan baru, dan m em beli segala yang
diperlukan untuk perjalan an panjang itu. Akhirnya Vanderdendur,

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 89

pem ilik kapal besar itu, datang m enem uinya. “Berapa Tuan
harus dibayar,” tanya Candide kepada orang itu, “untuk m em ba-
wa langsung ke Venesia, saya, anak buahku, bagasi, dan kedua
kam bing itu?” Pem ilik kapal itu sepakat un tuk harga sepuluh ribu
piastre. Candide tidak ragu-ragu.
Eh, eh, pikir Vanderdendur dalam hati, orang asing itu m au
m em berikan sepuluh ribu piastre begitu saja! Tentu ia kay a
sekali! Lalu ia kem bali m enem ui Candide. Ditandaskannya bahwa
dia tak m ungkin berlayar, kalau biayanya kurang dari dua puluh
ribu. “Yah, sudahlah! Tuan akan m endapatkannya,” kata Candide.
W ah! W ah! kata pem ilik kapal itu dalam hati, orang ini
m em berikan dua puluh ribu sam a m udahny a dengan sepuluh
ribu. Maka dia m engham piri Candide lagi dan berkata bahwa tak
m ungkin dia m engantarnya ke Vene sia, kalau biayanya kurang
dari tiga puluh ribu piastres. “Tuan akan dibayar tiga puluh ribu,”
jawab Candide.
Aduh! Tiga puluh ribu piastres tam pakny a tidak ber arti apa-
apa bagi orang ini. Pastilah kedua kam bing itu m em baw a harta
benda tak ternilai. Untuk sem entara tak perlu m em aksakan
dulu. Biarlah dia m em bay arku dulu tiga puluh ribu, urusan lain
m eny usul. Candide m enjual dua berlian kecil. Yang paling kecil
bernilai le bih dari jum lah uang yang dim inta pem ilik kapal. Ia
m em bayar di m uka. Kedua ekor kam bing itu dinaikkan ke kapal.
Dengan perahu kecil Candide m enyusul kapal yang berlabuh di
tengah laut. Pem ilik kapal tidak m ele watkan kesem patan itu,
segera layar dikem bangkannya dan m esin dijalankan. Angin
m em bantunya pula. Maka dalam sekejap m ata kapal itu hilang
dari pandangan Candide, yang terkejut dan kebingungan. “Aduh!”
teriak nya. “Sungguh suatu penipuan gaya kuno.” Dia kem bali ke
pantai, tenggelam dalam kesedihan, karena bagaim ana pun dia

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
90 Voltaire

telah kehilangan kekayaan yang jum lahnya sam a dengan yang


dim iliki dua puluh kepala negara.
Dia bergegas ke rum ah hakim Belanda. Karena dia se dang
m arah, diketuknya pintu dengan cara yang kasar. Dia m asuk, lalu
m enceritakan kem alangannya, seraya berteriak lebih keras dari
seharusnya. Pertam a-tam a ha kim itu m enyuruhnya m em bayar
sepuluh ribu piastre untuk kebisingan yang ditim bulkannya.
Kem udian dia m endengarkan Candide dengan sabar, serta ber-
janji akan m engurus perkara itu, begitu si pem ilik kapal kem bali
dari perjalanan. Dia m inta lagi bayaran untuk biaya konsultasi
sejum lah sepuluh ribu piastre.
Pengalam an terakhir itu benar-benar m em buat Can dide
putus asa. Tak jarang dalam hidupnya dia telah m engalam i
m alapetaka yang seratus kali lebih m enye dihkan. Nam un ke te-
nangan sang hakim , dan juga pem ilik kapal yang m encuri kam -
bingnya, betul-betul m em buat am arahnya m enggelegak, serta
m en je rum us kannya dalam kem urungan yang sangat pahit. Keja-
hatan m anusia tergam bar di kepalanya dalam kenyataan yang
paling buruk. Yang terpikirkan olehnya hanyalah kejadian-keja-
dian m enyedihkan saja. Akhirnya dia m enem ukan kapal Prancis
yang tengah bersiap-siap untuk berlayar ke Bordeaux. Karena dia
tidak m em punyai lagi kam bing pem bawa berlian untuk ditum -
pangkan di kapal, disewa nya sebuah kam ar saja dengan harga
yang wajar. Dia telah m em inta pula seseorang untuk m engu-
m um kan di kota itu bahwa dia bersedia m em bayar ongkos per-
jalan an, biaya m akan, dan uang saku dua puluh ribu piastre
kepa da seorang laki-laki baik-baik yan g m au m en em an in ya
dalam perjalanan, dengan syarat bahwa orang itu harus lah paling
jengkel kepada nasibnya sendiri, serta m erasa m enjadi m anusia
yang paling tidak bahagia di provinsi itu.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 91

Ternyata yang m uncul m elam ar jum lahnya banyak sekali,


seperti untuk m em bentuk satu tim awak kapal. Karena Candide
ingin m em ilih m ereka yang nyata ber ada dalam kondisi tersebut,
dipilih nya dua puluh orang yang tam pak bisa diajak bicara.
Sem uanya beranggapan bahwa keadaan m ereka patut m endapat
perhatian. Can dide m engum pulkan m ereka di sebuah restoran,
dan m enyuguhi m ereka m akan, dengan syarat bahwa m ereka
m au bersum pah akan m enceritakan secara jujur riwayat m asing-
m asing. Dia berjanji akan m em ilih seorang yang nasibnya paling
patut dikasihan i. Oran gn ya sen diri pun harus palin g tidak
puas dengan nasibnya sendiri. Untuk yang lain-lain dia akan
m em berikan hadiah.
Pertem uan itu berlangsung sam pai pukul em pat pagi. Sam bil
m endengarkan pengalam an orang-orang itu, Candide teringat
apa yang dikatakan si Nenek dalam perjalanan ke Buenos Aires,
serta taruhan yang dilontar kannya, karena dia yakin bahwa tidak
ada seorang pun di atas kapal yang belum pernah m engalam i
kem alangan besar. Setiap m endengar kisah yang disam paikan
kepa danya ia teringat kepada Pangloss.
“Wah, Tuan Pan gloss akan kebin gun gan kalau disu ruh
m enerapkan pola berpikirnya,” katanya. “Ingin aku rasanya dia
ada di sini. Seandainya segala sesuatu berjalan baik, pasti di
Eldorado-lah tem patnya, dan bukan di tem pat-tem pat lain di
m uka bum i ini.” Akhirnya dia m en jatuhkan pilihan pada seorang
ilm uwan m alang yang pernah bekerja selam a sepuluh tahun di
perpustakaan- perpustakaan Am sterdam . Dia berpendapat bahwa
tidak ada pekerjaan lain di dunia ini yang lebih m em bosankan
dari itu.
Ilm uwan itu, pada dasarnya adalah seorang lelaki yang baik,
pernah dicuri kekayaannya oleh istrinya, dipukul oleh anak-
nya, dan ditinggalkan oleh anak gadis nya yang m elarikan diri

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
92 Voltaire

dengan seorang Portugis. Dia ba ru saja kehilangan nafkah kecil


yang m enghidupinya. Tam bahan lagi para penegak hukum dari
Surinam e m engejar-ngejarnya karena dia dituduh m enganut
jansenism e.35 Mem ang patut diakui bahwa yang lain pun bo leh
dikatakan sam a m alangnya dengannya, nam un Candide berharap
bahwa selam a perjalanan ilm uwan itu akan m erintang waktunya.
Peserta-peserta yang lain berpendapat bahwa keputusan Candide
sangat tidak adil, nam un dia m enghibur m ereka dengan m em beri
sera tus piastre kepada m asing-m asing.

35 Pengikut Socin, ahli teologi Italia (1525-1562), aliran rasionalis.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

20

APA YANG TERJADI DI TENGAH


LAUT ATAS DIRI CANDIDE DAN
MARTIN

MAKA ILMUWAN tua itu, yang bernam a Martin, naik ke kapal


yang m enuju Bordeaux bersam a Candide. Kedua-duanya telah
banyak m elihat dan m enderita, dan seandainya kapal itu berlayar
dari Surinam e ke J e pang m elalui Tanjung Harapan, m ungkin
m ereka akan m em punyai cukup bahan pem bicaraan tentang
m asalah keburukan lahir dan batin, untuk didiskusikan sepanjang
pelayaran itu.
Nam un Candide m em punyai kelebihan jika diban dingkan
dengan Martin, yaitu bahwa dia m asih m em pu nyai harapan dapat
berjum pa kem bali dengan Nona Cu negonde, sedangkan Martin
sudah tidak berharap apa-apa lagi dalam hidupnya. Tam bahan
lagi Candide m em punyai em as dan berlian. Dan walaupun dia

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
94 Voltaire

telah kehilangan seratus kam bing m erah gem uk yang dim uati
kekayaan paling besar di seluruh m uka bum i ini, m eskipun dia
m em endam dendam kesum at atas penipu an yang dilakukan
pem ilik kapal Belanda, dia selalu cen derung m em ilih cara berpikir
Pangloss, kalau dia teringat pada berlian yang m asih tersisa di
saku bajunya, serta kalau sedang berbicara tentang Cunegonde,
terutam a pada waktu selesai m akan.
“Tetapi, Pak Martin,” tanyanya kepada ilm uwan itu, “apa
pendapat Tuan tentang hal itu? Apa pandangan Tuan ten tang ke-
burukan lahir dan batin?” J awab Martin, “Para pastor m enu duh
saya m enganut jansenism e, na m un sesungguhnya saya m enganut
m anicheism e.”
“Ah, Tuan berolok-olok,” sahut Candide, “di dunia ini tak ada
lagi m anicheism e.”36
“Saya kan masih ada,” kata Martin, “saya tak tahu apa yang
mesti saya lakukan, namun tak mungkin saya ber pikir secara lain.”
“Wah, Tuan m un gkin kerasukan setan n ya,” sam bun g
Candide.
“Mem ang setan sangat erat hubungannya de ngan segala
urusan di dunia ini,” kata Martin, “dia m e m ang bisa bercokol
da lam tubuhku atau di tem pat-tem pat lain. Terus-terang saya
akui bahwa dengan m e layangkan pandang di atas bola dunia,
atau lebih tepat di atas ‘kelereng’ ini, saya sering m endapat kesan
bah wa Tuhan telah sengaja m em biarkannya jatuh ke tangan pa ra
pen jahat. Tentu saja Eldorado adalah suatu perke cualian. Ham pir
tidak pernah saya m elihat kota yang tidak m engharapkan agar
kota tetangganya rusak, tak ada keluarga yang tidak tergoda ingin
m em bina sakan ke luarga lain. Di m ana-m ana rakyat kecil m em -
ben ci penguasa, nam un sam bil tetap m enyem bah-nyem bah di ha-
dapan m ereka, sedangkan para penguasa m em perlakukan m ereka

36 Manes, ahli ilsafat Persia (abad ke-3 SM) mengatakan bahwa di dunia ini selalu ada
pertentangan antara kebaikan dan keburukan.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 95

seperti ternak yang bulu dan dagingnya da pat dijual. Sejuta pem -
bunuh yang m enggerom bol dalam resim en-resim en, ber lari dari
ujung yang satu ke ujung Eropa yang lain, untuk m e lak sanakan
pem bunuhan dan penggarongan dengan disiplin ketat, karena
harus m en cari nafkah, berhubung tidak ada pekerjaan lain yang
le bih halal. Di kota-kota besar pun, yang tam paknya am an dan
dam ai dengan kesenian yang berkem bang, rasa iri, ke se rakahan,
serta kekhawatiran, m enggerogoti penduduknya lebih dari wabah
yang m enggerogoti kota yang terkepung dalam pe pe rangan.
Kepe dihan yang tersem bunyi lebih kejam dari bencana yang
nyata kelihatan. Pendeknya, saya telah terlalu banyak m engalam i
dan m elihat, sehingga saya m enjadi penganut m anicheism e.”
“Tapi kan yang baik juga ada,” sanggah Candide.
“Mungkin saja,” sam bung Martin, “nam un saya tidak pernah
m enem ukannya.”
Di tengah-tengah perdebatan itu terdengar bunyi m e riam .
Bunyi itu bertam bah keras dari saat ke saat. Mere ka m engam bil
teropong m asing-m asing. Tam pak dua buah kapal yang sedang
bertem pur pada jarak sekitar tiga m il. Angin m endorong kedua
kapal itu sam pai sangat dekat dengan kapal Prancis itu. Maka
para penum pang pun m endapat tontonan yang m enyenangkan,
karena pertem puran itu dapat dilihat dengan jelas. Akhirnya
salah satu kapal m enem bakkan pelurunya ke kapal yang satu
lagi dengan bidikan begitu rendah dan sedem ikian jitu, sehingga
lawannya itu langsung karam . Candide dan Martin m elihat
dengan jelas ratusan orang di atas geladak kapal yang tenggelam .
Mereka sem ua m engangkat tangan ke atas, dan m engeluarkan
teriakan yang m engerikan. Dalam sekejap m ata sem uanya lenyap
ditelan gelom bang.
“Tuh, lihatlah,” ujar Martin, “begitu cara m anusia saling
m em perlakukan.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
96 Voltaire

“Mem ang betul,” kata Candide, “m esti ada cam pur ta ngan
setan dalam peristiwa ini.” Sam bil berkata begitu dia m elihat entah
apa yang berwarna m erah m enyala, ber enang dekat kapalnya.
Maka diturunkanlah sebuah sam pan untuk m elihat benda apa
itu. Ternyata salah seekor kam bingnya. Kegem biraan Candide
m en em ukan kam bin g yan g seekor itu lebih besar daripada
kesedihan waktu kehilangan seratus ekor yang dim uati berlian
be sar dari Eldorado.
Kapten Prancis itu segera m engetahui bahwa kapten kapal
yang selam at berkebangsaan Spanyol, sedangkan yang tenggelam
adalah bajak laut Belanda, yakni yang telah m encuri kekayaan
Candide. Harta kekayaan ram pasan yang jum lahnya luar biasa
itu terkubur bersam a nya di dalam laut, hanyalah seekor kam bing
yang sela m at.”
“Nah, lihatlah,” kata Candide kepada Martin, “ke jahatan
m en da pat hukum an yang setim pal juga kadang-kadang, bajingan
pem ilik kapal itu telah m enerim a nasib yang sepantasnya dia
dapatkan.”
“Betul,” sahut Martin, “nam un haruskah penum pang lain
yang berada di atas kapalnya ikut m ati juga? Tuhan telah
m enghukum si jahat; setan telah m enengge lam kan penum pang-
penum pang lainnya.”
Sem entara itu kapal Prancis dan Spanyol itu m ene ruskan
pelayaran n ya. Can dide m elan jutkan percakap an n ya den gan
Martin. Mereka berdiskusi selam a lim a belas hari terus-m enerus,
nam un hasilnya tetap seperti pada hari pertam a.37 Pokoknya
m ereka terus berbicara, bertukar pikiran, saling m enghibur.
Candide m engelus- elus kam bingnya. “Karena kau bisa kutem ukan
lagi,” ujarnya, “tentu aku bisa juga bertem u lagi dengan Nona
Cunegonde.”

37 Dengan demikian, semua diskusi ilsafat idak ada gunanya.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

21

CANDIDE DAN MARTIN


MENDEKATI PANTAI PRANCIS
DAN BERDISKUSI

AKHIRNYA TAMPAKLAH pantai Prancis. “Apakah Tuan pernah


pergi ke Prancis, Pak Martin?”
“Ya, saya telah m engunjungi beberapa provinsi. Di be berapa
tem pat setengah penduduknya gila, di tem pat- tem pat lain m ereka
sangat licik, di daerah lain ada m em ang yang lem but nam un agak
tolol, sedangkan di beberapa provinsi lain banyak yang sok tahu.
Yang pasti di sem ua provinsi itu yang m enjadi kegiatan penting
pertam a-tam a adalah cinta, kedua pergunjingan, dan ke tiga
m em bicarakan yang tidak-tidak.”
“Sudahkah Tuan m elihat Paris?”
“Ya, saya pernah m elihatnya, kota itu pun seperti yang tadi
saya sebutkan: kota yang kacau, kerum unan m anu sia tem pat

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
98 Voltaire

setiap orang m encari kesenangan m asing-m asing, nam un tak


seo rang pun m enem ukannya, paling tidak m enurut pengam atan
saya. Tidak lam a saya tinggal di situ. Pada waktu saya baru da-
tang, di Pasar Malam Saint-Germ ain sem ua m ilik saya dicopet
oleh bajingan-bajingan. Konyolnya lagi saya sendiri dituduh
m en co pet, dan dipenjarakan selam a delapan hari. Setelah itu saya
be kerja sebagai tukang koreksi di sebuah percetakan, sekadar
untuk m endapatkan ongkos pulang de ngan jalan kaki ke Belanda.
J adi saya sem pat berkenalan dengan bajingan-bajingan dalam
bidang tulis-m enu lis, atau yang kerjanya ribut-ribut, m aupun
yang suka kejang-kejang seperti kesurupan. Kata orang, di kota
itu sebenarnya ada juga orang-orang yang tahu sopan santun,
yah, saya sih percaya saja.”
“Saya sendiri sebenarnya tidak m em punyai keinginan untuk
m elihat Prancis,” ujar Candide. “Tuan tentu m ak lum , karena saya
pernah m elihat Eldorado, saya tak pe duli lagi dengan hal-hal
lain di m uka bum i ini, kecuali Nona Cunegonde. Saya akan m e-
nunggunya di Venesia. Kita akan m elewati Prancis untuk pergi ke
Italia. Apa kah Tuan m au m enem ani saya?”
“Dengan senang hati,” sahut Martin. “Kata orang, Ve nesia
hanya m enyenangkan bagi penduduk Venesia, na m un m ereka
m enyam but baik pengunjung-pengunjung asing, kalau m ereka
m em punyai banyak uang. Saya tak m em punyai banyak uang,
tetapi Tuan m em ilikinya, m a ka saya akan m engikuti Tuan ke
m ana-m ana.”
“Ngom ong-n gom on g,” ujar Can dide, “apakah Tuan ju ga
sepen dapat bahwa bagian bum i ini asalnya laut, se perti yang
diuraikan dalam buku besar m ilik kapten ka pal ini?”
“Saya tidak percaya pada apa-apa,” sahut Martin, “ter utam a
pada khayalan-khayalan yang dijejalkan orang ke kepala kita pada
akhir-akhir ini.”
“Untuk apa dunia ini diciptakan?” tanya Candide.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 99

“Untuk m enjengkelkan kita,” jawab Martin.


“Apakah Tuan tidak heran m elihat percintaan antara dua
orang gadis dengan dua ekor kera di daerah Oreillon, dalam
penga lam an yang pernah saya ceritakan?”
“Sam a sekali tidak,” kata Martin, “saya tidak m elihat hal
yang aneh dalam percintaan tersebut. Saya telah m e lihat begitu
ba nyak hal luar biasa, sehingga kini tak ada yang luar biasa lagi
bagi saya.”
“Apakah m enurut pendapat Tuan m anusia selalu bu nuh-
m em bunuh, seperti yang telah kita lihat tadi, dan apakah m ereka
m em ang selam anya pendusta, jahat, ke ji, tak tahu terim a kasih,
bajingan, lem ah, gam pang ber ubah pikiran, pengecut, iri hati,
serakah, pemabuk, kikir, ambisius, pemarah, tukang itnah, royal,
fanatik, hipo krit, dan tolol?”
“Apakah m enurut Tuan burung elang selalu m em angsa
m erpati, bila m ereka m enem ukan korbannya itu?”
“Saya rasa begitu,” jawab Candide.
“Nah, jika dem ikian,” sam bung Martin, “m engapa Tuan
m engira bahwa m anusia dapat berubah watak?”
“Ah, m estinya ada perbedaan,” Candide m elanjutkan, “karena
m enurut teori kehendak m anusia yang bebas....” Sem entara
berdiskusi begitu, m ereka sam pai di Bordeaux.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

22

APA YANG TERJADI ATAS DIRI


CANDIDE DAN MARTIN DI
PRANCIS

CANDIDE BERH ENTI di Bordeaux h an ya un tuk m en jual


beberapa buah batu-batuan Eldorado saja, dan untuk m encari
kereta yang baik dengan dua tem pat duduk. Soalnya dia tidak
dapat berpisah lagi dengan ahli ilsafat Martin itu. Hanya saja dia
sangat sedih karena harus berpisah dengan kam bingnya, yang
dise rah kannya kepada Akadem i Sains. Untuk lom ba karya ilm iah
tahun itu lem baga tersebut m engusulkan tem a karangan tentang
m engapa wol kam bing itu m erah warnanya. Dan hadiahnya
diberikan kepada seorang ilm uwan dari wilayah utara, yang
m em buktikan, bahwa dengan a tam bah b dikurangi c dibagi

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 101

dengan z, kam bing itu m au tidak m au harus berwol m erah, dan


m ati gara-gara wabah cacar.38
Sem ua orang yang bertem u dengan Candide di rum ah-rum ah
m akan berkata, “Kam i akan pergi ke Paris.” Akhirnya karena
sem ua orang kelihatannya bersem a ngat m au m engunjungi kota
itu, Candide pun tertarik ingin m elihat ibu kota Prancis tersebut.
Toh jalannya tidak m enyim pang terlalu jauh dari yang m enuju
ke Vene sia.
Candide m asuk kota itu m elalui wilayah Saint-Marceau. Dia
m erasa berada di desa terjelek di Westphalen.
Baru saja Candide m asuk losm en, dia diserang penya kit
ringan yang disebabkan oleh rasa lelah. Karena di ja rinya ada
berlian besar, dan berhubung dalam bagasinya terlihat satu
peti yang beratnya bukan m ain, dia langsung didam pingi dua
orang dokter yang tidak dipanggilnya, dan dua orang sahabat
yan g terus-m en erus m en gun tit n ya, serta dua oran g wan ita
yang m enyiapkan kaldu pa nas untuknya. Martin berkata, “Saya
teringat dulu waktu jatuh sakit di Paris, pada perjalanan saya yang
pertam a. Saya sangat m iskin. J adi saya tidak m em punyai saha-
bat, m aupun pendam ping, ataupun dokter. Dan saya sem buh.”
Sem entara itu, karena terus-m enerus diurus dokter dan
m enga lam i pendarahan, penyakit Candide m enjadi gawat. Se-
orang pastor wilayah itu datang m enem uinya dengan penuh pe-
nger tian dan m em inta ongkos untuk biaya perpindahan tem pat
ke alam baka. Candide tidak m em edulikannya. Para wanita yang
m en dam pinginya m enjelaskan bahwa itu m ode baru. Candide
m en jawab bah wa dia tidak pernah m engikuti m ode. Martin ingin
m em ban ting pe tugas itu m elalui jendela. Pastor itu m enyum pah-
nyum pah bahwa dia tidak akan sudi m engu bur kan Candide.
Martin m enyum pah-nyum pah bahwa dia m au m engu burkan

38 Voltaire mengriik akademi sains yang ada di daerah karena menurut penilaiannya lembaga itu
sering mempersoalkan masalah-masalah yang “aneh”.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
102 Voltaire

pendeta itu, jika terus-m enerus m engganggu. Pertengkaran ber-


tam bah panas. Martin m encengkram bahu orang itu dan m engu-
sir nya dengan kasar. Peristiwa itu m enim bulkan skandal besar
dan dicatat dengan proses verbal.
Candide sem buh, dan sem entara m enunggu kesehat annya
pulih kem bali, dia selalu dikelilingi orang yang tu rut m akan
m alam bersam a. Mereka berm ain kartu. Candide sangat heran,
karena kartu as tidak pernah berada di tangannya. Nam un
Martin tidak heran.
Di antara m ereka yang m enyam butnya di kota itu, ada
seorang pastor dari daerah Perigord, yang term asuk je nis m anusia
yang selalu sibuk, cekatan, siap m elayani, keras hati, lem but,
dapat m enyesuaikan diri, yang selalu m engintip kedatangan
tam u asing, m enyam but m ereka dengan gosip-gosip yang sedang
m elan da kota itu, dan m en awarkan hiburan dari berbagai
tingkatan harga. Pertam a-tam a orang itu m engajak Candide dan
Martin ke Com edie Française. Di situ sedang dim ainkan suatu
dram a baru. Candide duduk dekat beberapa orang yang tam pak
terpelajar. Nam un dia tidak m erasa terhalang un tuk m enangis,
tat kala m elihat adegan-adegan yang dim ainkan dengan sem pur-
na. Pada waktu istirahat salah seorang cendekiawan yang du-
duk di sam pingnya itu berkata kepadanya, “Seyogyanya Tuan
tadi tidak m ena ngis. Aktris itu m ainnya jelek sekali. Yang aktor
m alah lebih jelek lagi. Sedangkan sandiwaranya sendiri lebih
jelek daripada para pem ainnya. Pengarangnya tidak bisa ber-
bahasa Arab, sedangkan adegannya berlangsung di Arab, tam -
bahan lagi orang-orang itu tidak m em percayai gagasan-gagasan
yang dibawa sejak lahir: besok akan saya bawakan bagi Tuan dua
puluh lem bar brosur yang m engritiknya.”39
“Tuan , ada berapa karya san diwara di Pran cis?” tan ya
Candide kepada pastor yang m engantarnya.

39 Voltaire menyindir “musuh-musuh”-nya, yang selalu gencar mengriik karya-karya serta dirinya
pribadi.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 103

Orang itu m enjawab, “Lim a atau enam ribu.”


“Wah, banyak ya,” kom entar Candide, “berapa banyak yang
baik?”
“Lim a atau enam belas,” sahut pengantarnya.
“Wah, banyak,” sam bung Martin.
Candide sangat senang m enonton perm ainan seorang aktris
yang m em egang peranan Ratu Elizabeth, dalam suatu dram a
yang agak datar, yang sekali-sekali dim ain kan orang. “Aktris
itu sangat saya sukai,” katanya kepa da Martin, “da m irip Nona
Cun egon de. Saya in gin m en ya lam in ya.” Pastor Perigord itu
m enawarkan diri untuk m engantarnya ke rum ah wanita itu.
Candide yang dibe sarkan di J erm an, m enanyakan tata cara
m enem uinya dan bagaim ana orang m em perlakukan Ratu Inggris
di Prancis.40 “Harus dibedakan,” jawab pastor itu, “di dae rah dia
akan diundang ke restoran, di Paris dia dihorm ati selagi cantik,
dan dibuang ke tem pat sam pah kalau su dah m eninggal.”41
“Wah, Ratu dibuang ke tem pat sam pah?” kata Candide.
“Ya, m em ang betul,” sam bung Martin, “Bapak Pastor benar.
Dulu saya sedang berada di Paris, ketika Nona Monim e pulang
ke alam baka. Dia tidak diperkenankan m em peroleh apa yang
disebut orang di sini upacara pe m akam an, yakni m em busuk
bersam a okn um -okn um yan g tin ggal di wilayah in i, dalam
kuburan yang jelek. Dia dim akam kan sendirian di sudut jalan
Bourgogn e. Alm arhum ah ten tu san gat berdukacita, karen a
sesungguhnya hatinya sangat lem but.”
“Itu benar-benar kurang ajar nam anya,” kata Candide.
“Tuan m au bilang apa,” ujar Martin, “orang-orang di sini
m em ang begitu. Lihat saja segala pertentangan, dan segala hal

40 Candide yang naif memandang aktris itu dalam peranannya di panggung.


41 Pada waktu itu para pemain sandiwara dikucilkan dari gereja. Pada waktu meninggal mereka
idak berhak dimakamkan dengan upacara agama serta dimakamkan di pekuburan umum.
Perlakuan semacam ini dialami oleh Adrienne Lecouvreur, aktris terkenal dan sahabat baik
Voltaire.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
104 Voltaire

yang ber tolak belakang, Tuan akan m elihat nya di pem erintahan, di
penga dilan, dalam gereja-gereja, dalam pertunjukan-pertunjukan
yang ada di negara yang brengsek ini.”
“Benarkah bahwa di Paris orang selalu tertawa?”
“Ya,” sahut pastor itu, “nam un sam bil m endongkol. Di
kota itu orang m engeluh tentang segala hal sam bil terta wa
terbahak-bahak, bahkan sam bil tertawa jugalah orang m elakukan
perbuatan yang paling keji.”
“Siapa m anusia angker yang m engkritik habis-habisan dram a
yang tadi m em buat saya m enangis,” tanya Candide, “term asuk
para aktor yang perm ainannya sangat m e nyenangkan hati saya?”
“Ah, m em ang sakit dia,” jawab pastor. “Dia m encari nafkah
dengan jalan m engkritik se m ua naskah dram a dan sem ua buku.
Dia m em benci se m ua orang yang m endapat sukses, seperti para
kasim m em benci orang yang dapat m em peroleh kenikm atan
badani. Dia adalah salah seorang ular di dunia sastra ka m i, yang
kerjanya m akan lum pur dan racun. Sungguh seorang folliculaire.”
“Apa yang Tuan m aksud dengan folliculaire?”
“Itu, tuh,” sahut pastor itu, “orang yang m enulis asal bunyi
saja, seorang Freron.”42
Dem ikianlah Candide, Martin, dan Pastor Perigord berdiskusi
di tangga gedung sandiwara itu, sam bil m em perhatikan orang
keluar dari ruangan untuk pulang. “Walaupun saya sangat ingin
bertem u lagi dengan Nona Cunegonde,” kata Candide, “saya ingin
m enyem patkan diri dulu untuk m akan m alam bersam a Nona
Clairon, karena saya kagum kepada aktris itu.”
Pastor itu tentu saja bukan orang yang biasa berkun jung
ke rum ah Nona Clairon, yang tam u-tam unya teruta m a orang-
orang terkem uka. “Malam ini dia sibuk,” ujarnya, “nam un saya
m endapat kehorm atan untuk m em perkenalkan Tuan dengan

42 Élie Catherine Fréron (1719-1776), kriikus sastra, pendiri L’année litéraire tahun 1754.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 105

seorang wanita berpengalam an. Bersam anya Tuan akan m erasa


seolah-olah telah berada di Paris selam a em pat tahun.”
Candide selalu penuh rasa ingin tahu. Dia m enurut diajak
ke rum ah wanita itu, yang letaknya di wilayah Faubourg Saint-
Honore. Penghuni rum ah bersam a tam u-ta m unya sedang m ain
kartu. Kedua belas pem ain m em e gang kartu m ereka m asing-
m asing, yang m enentukan nasib buruk m ereka. Suasana sunyi
senyap. Dahi para pem ain pucat pasi, sedangkan pada wajah
bandar ter gam bar kegelisahan. Nyonya rum ah duduk dekat
bandar yang bertam pang tidak m engenal belas kasihan itu. Dengan
m ata elangnya wanita itu m engawasi jalannya perm ainan. Dia di-
panggil orang Marquise de Parolignac. Putrinya, yang berum ur
lim a belas tahun, ikut m ain kartu, dan m em beri isyarat dengan
ke dipan m ata untuk m em beritahukan kelicikan-kelicikan para
pem ain, yang berusaha m em perbaiki nasib yang kejam . Pastor
Perigord, Candide, dan Martin m asuk. Tak ada yang m enyam but,
ataupun m em beri salam , bahkan tak ada yang m engacuhkan.
Sem ua orang asyik berm ain kartu. “Istri Baron Thunder-ten-
tronckh bisa dibilang lebih sopan,” kata Candide.
Sem entara itu Pastor m endekati telinga sang m arquise.
Wanita itu bangkit sedikit dari duduknya, m elon tarkan senyum
m anis kepada Candide, dan kepada Mar tin anggukan kepala yang
anggun. Lalu disuruhnya se seorang m em berikan tem pat duduk
dan satu set kartu kepada Candide. Pem uda itu kalah lim a puluh
ribu franc dalam dua putaran. Setelah itu hadirin m akan m alam
da lam suasana ceria, dan sem ua orang heran m elihat Can dide
tidak risau gara-gara kekalahannya. Para pelayan berbisik-bisik
di antara m ereka sendiri, dalam bahasa pelayan, “Kayaknya dia
seorang m ilord Inggris.”
Makan m alam itu seperti kebanyakan acara m akan di Paris.
Mula-m ula sunyi senyap, lalu terdengar suara ocehan yang tidak
jelas, kem udian senda gurauan yang kebanyakan m em bosankan,

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
106 Voltaire

berita-berita burun g, ga gasan -gagasan yan g keliru, sedikit


persoalan politik, dan banyak gunjingan. Bahkan dibicarakan
orang juga buku-buku yang baru terbit. “Apakah Tuan telah
membaca roman yang ditulis Gauchat, doktor ilsafat?” ta nya
Pastor Perigord.
“Ya,” sahut salah seorang tam u, “nam un saya tak sam pai
tam at m em bacanya. Banyak karya yang isinya kurang ajar, nam un
biarpun dijadikan satu sem ua yang pernah terbit itu takkan bisa
me nandingi kekonyolan Gauchat, penulis yang doktor ilsafat itu.
Saya begitu jenuh dengan sekian banyak buku m em bosan kan
yang m em banjiri kita, sehingga seka rang saya lebih suka m ain
kartu saja”.
“Apa pen dapat Nyon ya ten tan g kum pulan tulisan yan g
diterbitkan rohaniwan Trublet?” kata pastor itu.
“Aduh, sangat m em bosankan,” seru Marquise de Parolignac,
“betapa dia m enguraikan hal-hal yang telah kita ketahui dengan
cara sok tahu! Betapa rum itnya dia m endiskusikan m asalah
sepele yang tidak patut m enda pat perhatian sedikit pun! Alangkah
tenangnya dia m em bajak secara bodoh gagasan orang lain! Betapa
dia m engacaukan apa yang seolah-olah digalinya! Alangkah
m enyebalkannya tulisan itu bagiku! Nam un dia takkan per nah
m enjengkelkan saya lagi, sudah lebih dari cukup saya m em baca
beberapa halam an dari bukunya itu!”
Di meja makan itu ada seorang ilmuwan yang mempu nyai
selera baik, yang mendukung pendapat m arquise itu. Kemudian
dibicarakan orang m asalah tragedi. Wanita itu m enanyakan
mengapa kadangkala ada tragedi yang dapat dimainkan, namun
tak bisa dibaca? Orang yang berselera tinggi itu menjelaskan
dengan sangat baik bagaimana suatu naskah bisa menarik, namun
tidak mempunyai nilai tinggi. Tanpa banyak kata dia membuktikan
bahwa tidak cukup mengalihkan satu atau dua situasi yang terdapat
dalam semua roman, dan yang se lalu disenangi oleh para penonton.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 107

Isi tulisan haruslah selalu baru nam un tidak ganjil, bernilai


tinggi namun tetap wajar. Pengarang harus memahami perasaan
manusia dan menyuruhnya berbicara. Untuk menjadi penulis
besar tidak berarti harus melukiskan tokoh-tokoh yang penulis
besar pula. Dia harus menguasai bahasanya dengan sempurna,
mema kainya dalam percakapan secara murmi, dengan menjaga
kese larasan yang sinam bung, nam un hendaknya rim a yang
diguna kan tidak mengganggu makna. “Siapa pun,” tambahnya,
“yang tidak memperhatikan aturan-aturan itu, bisa saja menulis
satu atau dua tragedi, yang mendapat sambutan baik pada waktu
dipertunjukkan, namun tidak akan pernah terca tat dalam golongan
penulis besar. Hanya sedikit tragedi yang baik. Kebanyakan karya
yang ada hanyalah kisah-kisah percintaan dalam dialog yang ditulis
dan bersajak baik, atau isinya melulu gagasan-gagasan politik yang
menjadikan penonton mengantuk, atau masalah-masalah yang
dibesar-besarkan yang menimbulkan sa lah pengertian. Ada pula
yang merupakan khayalan gila-gilaan, dengan gaya kampungan,
atau uraian-uraian yang putus di tengah jalan, seruan-seruan yang
dilontar kan kepada dewa-dewa karena pengarangnya tidak bisa
berbicara dengan manusia, kata-kata mutiara yang keliru, atau
masalah-masalah sepele yang digembungkan.”
Candide m endengarkan uraian tersebut dengan pe nuh per-
hatian, serta m enyim pulkan bahwa pem bicara nya hebat. Karena
kebetulan duduk dekat Marquise, dia m em beranikan diri m e-
na nya kan siapa laki-laki yang berbicara begitu m engasyikkan
dengan berbisik di telinga wanita itu. “Dia ilm uwan,” sahut
wanita itu, “dia tidak pernah m ain kartu. Sekali-sekali pastor
m em ba wanya kem ari untuk m akan m alam . Pengetahuannya ten-
tang tragedi dan buku-buku baik sekali. Dia sendiri pernah m e-
nyu sun sebuah tragedi yang disam but dengan suitan m engejek
oleh penonton, serta sebuah buku yang tak pernah terlihat di luar
toko buku, kecuali sebuah yang dihadiahkannya kepada saya.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
108 Voltaire

“Wah, oran g hebat,” kom en tar Can dide, “dia seperti


Pangloss.”
Lalu seraya m elihat kepadanya, Candide bertanya, “Tuan,
m ungkin Tuan pun berpendapat bahwa segala sesuatu berjalan
sebaik mungkin di dunia isik, maupun moral, dan tak suatu pun
di dunia ini yang dapat berjalan secara lain?”
“Tidak dem ikian m enurut pendapat saya, Tuan,” ilm u wan
itu m enjawab, “saya rasa segala sesuatu m alahan berjalan secara
bertolak belakang di negeri kam i ini, tak seorang pun m engetahui
apa kedudukannya, apa tugas nya. Kecuali acara-acara m akan
m alam yang tam pak se lalu m enyenangkan dan m enam pilkan
suatu kesatuan pikiran, waktu tersisa lainnya dilewatkan untuk
per tengkaran-pertengkaran tolol: golongan penganut jansenism e
m elawan m olinism e, anggota parlem en m elawan anggota gereja,
sastrawan kontra sastrawan, pejabat is tana kontra pejabat istana,
pejabat keuangan bertengkar dengan rakyat, istri berkelahi m e-
lawan suam i, orang tua dengan orang tua. Sungguh suatu perang
yang tak ada habis-habisnya.”
Candide m enangkisnya, “Saya telah m elihat yang le bih jelek
dari itu. Nam un seorang guru yang bijaksana, yang karena nasib
sial telah digantung, telah m engajar kan kepada saya bahwa ke-
sem uanya itu berjalan de ngan cara m engagum kan. Kejadian-ke-
jadian buruk itu hanyalah sekadar bayangan hitam pada suatu
lukisan yang indah.”
“Yang dihukum gantung itu justru m engejek dunia ini,” sela
Martin, “bayangan-bayangan hitam itu sesungguhnya noda-noda
yang sangat buruk.”
“Yang m em buat noda-noda itu kan m anusia juga,” sanggah
Candide, “m ereka tidak bisa berbuat lain.”
“Kalau begitu tidak bisa dianggap sebagai kesalahan m ereka,”
kata Martin.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 109

Kebanyakan pem ain kartu itu, yang tidak m em aham i m asalah


yan g dipersoalkan , asyik m in um -m in um . Martin berdiskusi
den gan ilm uwan itu. Can dide m en gisah kan pen galam an n ya
kepada nyonya rum ah.
Setelah m akan m alam Marquise m engajak Candide ke ruang-
an kerjanya dan m enyuruhnya duduk di atas dipan. “Nah,” kata-
nya kepada pem uda itu, “jadi Tuan m a sih tetap m encintai se-
penuh hati Nona Cunegonde de Thunder-ten-tronckh itu?”
“Ya, Nyonya,” jawab Candide.
Marquise itu tersenyum lem but dan m elanjutkan, “Aduh,
jawaban Tuan itu m enunjukkan bahwa Tuan be nar-benar orang
Westphalen. Seorang pem uda Prancis m ungkin akan m enjawab:
‘Mem ang saya pernah m en cintai Nona Cunegonde, nam un setelah
bertem u dengan Nyonya, rasanya saya tidak m encintainya lagi.’”
“Yah, Nyonya,” sahut Candide, “saya akan m enjawab sesuai
dengan keinginan Nyonya sajalah!”
“Cin ta Tuan kepadan ya,” sam bun g Marquise, “ber m ula
ketika Tuan m em ungut saputangannya. Nah, seka rang com otlah
kaitan kaus kakiku.”
“Dengan senang hati,” kata Candide, dan dia pun m en com ot
kaitan kaus kaki tipis itu.
“Tetapi saya ingin agar Tuan m em asangkannya kem bali pada
kaki saya,” kata wanita itu. Dan Candide pun m em asangkannya.
“Ah, Tuan betul-betul m asih asing di sini,” ujar wanita itu,
“kadang-kadang saya m em biarkan para pem uja saya m erana se-
lam a lim a belas hari, nam un saya m enyerah kan diri kepada Tuan
sejak m alam pertam a, karena saya harus m enunjukkan penghor-
m atan negara saya kepada seorang pem uda Westphalen.” Ketika
wanita cantik itu m elihat dua berlian besar di kedua tangan tam u
asingnya itu, dia m em uji-m ujinya sedem ikian rupa, sehingga tak
lam a kem udian berlian itu pindah dari tangan Candide ke jari-
jem ari Marquise.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
110 Voltaire

Ketika pulang bersama Pastor Perigord, Candide me mendam


penyesalan dalam hati, karena telah m elanggar kesetiaannya
terhadap Nona Cunegonde. Pastor itu pun kecewa pula. Dia hanya
m en dapat bagian sedikit dari ke kalahan Candide yang lim a ribu
franc itu serta nilai ke dua berlian yang telah dihadiahkan, nam un
se tengah diram pas itu. Padahal tujuannya adalah m engam bil
ke un tungan sebanyak-banyaknya yang dapat ditarik dari per-
ke nalannya dengan Candide itu. Dia banyak berbicara tentang
Cun egon de. Malahan pem uda itu terus teran g m en gatakan
bahwa kalau bertem u di Venesia nanti, dia akan m em inta m aaf
kepada kekasihnya itu atas pelanggaran kesetiaan yang telah
dilakukannya.
Pastor itu bertam bah sopan dan penuh perhatian. Dia m em -
perhatikan baik-baik sem ua yang dikatakan Candide, sem ua yang
dikerjakan dan sem ua yang ingin diker jakannya.
“Oh, jadi, Tuan akan bertem u dengan kekasih Tuan itu di
Venesia?”
“Ya, Bapak Pastor,” jawab Candide, “apa pun yang ter jadi,
saya harus bertem u dengan Nona Cunegonde.” La lu, karena rasa
ba ha gia dapat m em bicarakan orang yang dicintainya, dia pun
m engisahkan lagi, seperti kebiasaanya, sebagian dari penga lam a-
nnya dengan wanita Westphalen itu.
“Saya rasa,” ujar pastor itu, “tentunya Nona Cunegon de itu
pintar dan suka m enulis surat-surat yang m anis.”
“Saya tak pernah m enerim a surat,” jawab Candide, “soalnya,
bayangkan saja, setelah diusir dari istana gara-gara m encintainya,
saya tidak m enulis surat kepadanya, karena segera sesudahnya
saya diberi tahu bahwa dia te lah m eninggal. Kem udian saya
bertem u lagi dengannya, tetapi tak lam a kem udian kehilangan
kekasihku itu lagi. Saya telah m engirim surat ekspres sejauh
dua ribu lim a ratus m il dari sini, yang jawabannya sedang saya
tunggu- tunggu.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 111

Pastor itu m en den garkan den gan pen uh perhatian dan


tam pak m elam un. Tak lam a kem udian dia m em inta diri dari
kedua orang asing itu, setelah m em eluk m ereka dengan m esra.
Keesokan harinya, pada waktu bangun tidur, Candide m enerim a
surat yang bunyinya sebagai berikut:

Kekasihku tercinta, sudah delapan hari say a sakit di kota


ini. Say a diberi tahu seseorang bahw a kau sedang berada di kota
ini. Rasany a ingin say a terbang ke pelukanm u, seandainy a say a
dapat bergerak. Say a pun tahu bahw a kau pergi ke Bordeaux,
m aka say a tinggalkan Cacam bo y ang setia dan si Nenek di situ.
Mereka segera akan m eny usul ke sini. Gubernur Buenos Aires
telah m eram pas segala m ilik say a, kecuali cintam u. Datanglah
segera. Pertem uan kita m ungkin akan m eny em buhkan say a
atau m em buat say a m ati karena bahagia.

Surat yang begitu m engharukan, dan sam a sekali tidak terduga


kedatangannya, m elam bungkan Candide karena kegem bira an.
Nam un penyakit kekasihnya itu m em buat hatinya sangat sedih.
Dalam keadaan kalang kabut karena dua perasaan itu, dia m eng-
angkut em as dan berliannya dan pergi dengan diantar oleh
Martin ke hotel tem pat Nona Cunegonde m enginapnya.
Dengan gem etar oleh rasa haru, hati berdebar-de bar, suara
ter sekat, dia berm aksud m em buka tirai tem pat tidur, agar kam ar
itu m enjadi terang.
“Awas, jangan buka tirai itu,” seorang pelayan m encegahnya,
“cahaya sangat m enyakitkan nona itu!”
Segera dia m enutupkannya kem bali. “Cunegonde sayang,”
ujar Candide sam bil m enangis, “apa kabar? Kalau kau tidak bisa
m elihat saya, paling tidak bicara lah”.
“Dia tidak bisa berbicara,” kata pelayan itu. Lalu, dari balik
tirai, dia m enarik sebuah tangan m ontok, yang la m a dibanjiri air

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
112 Voltaire

m ata oleh Candide. Kem udian diisinya tangan itu dengan berlian,
dan ditaruhnya sebuah kan tung penuh em as dekat kursi.
Dalam suasana penuh haru itu datanglah seorang pe tugas
hukum diantar Pastor Perigord dan sepasukan serdadu. “Oh,
jadi inilah orang asing yang m encurigakan itu?” Lalu dia segera
m enyuruh kepada anak buahnya agar kedua orang itu ditangkap,
dan diseret ke penjara.
“Tidak dem ikian orang asing diperlakukan di Eldorado,” kata
Candide.
“Wah, saya m enjadi lebih m anicheis lagi,” ujar Martin.
“Lho, Tuan,” kata Candide, “kam i akan dibawa ke m a na?”
“Ke kurungan,” sahut si petugas hukum .
Setelah tenang kem bali, Martin curiga bahwa wanita yang
berpura-pura m enjadi Cunegonde itu orang jahat, dan pastor
itu bajingan yang telah m enyalahgunakan se cepatnya keluguan
Candide. Petugas hukum itu pun m estinya penjahat juga yang
dengan gam pang pasti da pat disingkirkan.
Berkat nasihatnya, Candide tidak bersedia m engikuti prose-
dur pengadilan, terutam a karena dia tetap tidak sa bar ingin se-
gera m e nem ui Cunegonde yang sebenarnya. Dia m enawarkan
kepada petugas hukum itu tiga butir berlian yang m asing-m asing
bernilai tiga ribu pistole. “Wah, Tuan!” sam but petugas yang m e-
m e gang tongkat gading itu, “kejahatan apa pun yang m ungkin
telah Tuan lakukan, Tuan pastilah orang yang paling terpandang
di dunia ini. Tiga butir berlian! Dan m asing-m asing berhar ga tiga
ribu pistolel Wah, Tuan! Saya sekarang m alahan bersedia m ati-
m atian m em bela Tuan, daripada m em biarkan Tuan dibawa ke
penjara. Mem ang orang-orang asing sem uanya ditangkapi, tetapi
percayalah, akan saya bantu! Saya m em punyai saudara di Dieppe
yang letak nya di Norm andia. Saya akan m engantar Tuan ke sana.
Kalau Tuan dapat m em berinya sebuah berlian juga, dia akan
m engurus Tuan seperti saya sendiri.”
“Mengapa orang-orang asing ditangkapi?” tanya Can dide.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 113

Pastor Perigord itu m en gam bil kesem patan berbi cara,


“Karena ada oknum yang berasal dari Artois yang telah m endengar
hasutan, sehingga dia m elakukan pem bunuh an, bukan seperti
yang terjadi pada tahun 1610 di bulan Mei, nam un seperti pada
tahun 1594 di bulan De sem ber, dan seperti yang dilakukan
pada tahun-tahun berikutnya serta bulan-bulan berikutnya oleh
oknum -oknum yang telah m endengar hasutan-hasutan.”43
Maka petugas hukum itu m enjelaskan latar belakang perintah
itu. “Wah, alangkah jahatnya!” seru Candide. “Bagaim ana bisa
terjadi! Kejadian-kejadian begitu keji di lingkungan orang-orang
yang pandai m enyanyi dan m e nari! Apakah aku tidak bisa keluar
secepatnya dari nege ri ini, tem pat m onyet-m onyet bertengkar
den gan harim au-harim au? Di n egaraku aku han ya m elihat
beruang- beruang, hanya Eldorado rupanya tem pat m anusia
yang se sungguh nya hidup. Dem i Tuhan, Bapak Petugas Hu kum ,
bawalah saya ke Venesia tem pat saya akan m e nunggu kedatangan
Nona Cunegonde.”
“Saya hanya sanggup m engantar Tuan sam pai ke wilayah
Norm andia,” sahut orang itu. Dia segera m em buka borgol-bor-
golnya, seraya m engatakan bahwa dia keliru. Anak buahnya
pun disuruh pulang. Lalu dia m engantar Candide dan Martin ke
Dieppe, serta m enyerahkan m e reka di bawah lindungan adiknya.
Di pelabuhan ada se buah kapal kecil m ilik orang Belanda. Berkat
tiga butir berlian lagi orang Norm andia itu m em berikan bantuan
dengan sepenuh hati. Dia m enaikkan Candide dan pengiringnya
ke atas kapal yang akan m enuju ke Portsm outh di Inggris.
Mem ang tidak m enuju ke Venesia, nam un Candide m erasa
terlepas dari cengkram an neraka, se hingga dia tidak peduli dan
m erencanakan akan segera m eneruskan perjalanan ke Venesia,
begitu ada kesem patan lain.

43 Pada tahun 1757 pernah ada percobaan pembunuhan terhadap Louis XV. Akibatnya banyak
penduduk ditangkapi. Henri IV mengalami percobaan pembunuhan pada bulan Desember 1594,
kemudian terbunuh pada tahun 1610. Menurut Voltaire perisiwa-perisiwa itu disebabkan oleh
kefanaikan.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

23

CANDIDE DAN MARTIN PERGI


KE PANTAI INGGRIS APA YANG
MEREKA LIHAT DI SITU

“ADUH, PAK Pangloss, Pak Pangloss! Aduh, Pak Martin, Pak


Martin! Aduhai, Cunegonde sayang! Dunia m acam apakah ge-
rangan ini?” kata Candide, sete lah dia berada di atas kapal
Belanda.
“Sesuatu yang kelewat gila dan keji,” sahut Martin. “Tuan
kan sudah pernah ke Inggris, apakah di situ orang-orangnya sam a
gila nya dengan di Prancis?”
“Gilanya term asuk jenis lain,” kata Martin, “Tuan tahu bahwa
kedua bangsa ini sedang berperang m em pere butkan beberapa
jengkal ham paran salju dekat Kanada,44 dan bahwa untuk m em -
biayai perang yang hebat ini kedua-duanya harus m enge luarkan
44 Yang dimaksud sebenarnya peperangan memperebutkan lembah Ohio dan Illinois. Baru pada
tahun 1763 Prancis kehilangan kanada dan Louisiana.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 115

uang lebih banyak dari nilai seluruh wilayah Kanada itu sendiri.
Untuk m engatakan secara tepat apakah di negeri yang satu ini
lebih banyak orang yang pantas diikat daripada di nega ra tetang-
ganya, rasanya itu berada di luar jangkauan pikiran saya. Yang
saya tahu hanyalah bahwa orang-orang yang akan kita tem ukan
pada um um nya sangat m urung sifatnya.”
Sam bil berbin can g-bin can g dem ikian tibalah m ereka di
Portsm outh. Banyak orang berkerum un di tepi pantai. Dengan
penuh perhatian m ereka m em perhatikan seo rang laki-laki gem uk
yang sedang berlutut dengan m ata ditutup kain pengikat, di atas
geladak salah sebuah ka pal angkatan laut. Em pat orang tentara
berdiri di hadap an orang itu, dan m asing-m asing m enem bakkan
tiga bu tir peluru ke kepalanya dengan sikap sangat santai. Para
penonton pun pulang dengan rasa puas.
“Apa pula artinya sem ua ini,” tanya Candide,” dan set an apa
yang gentayangan m em perluas kerajaannya ke m ana-m ana?” Dia
m enanyakan siapa laki-laki gem uk yang dibunuh dalam upacara
yang baru selesai dilaksa nakan itu.
“Dia laksam ana,” jawab seseorang.
“Lalu m engapa lak sam ana itu dibunuh?”
“Soalnya,” sahut orang itu lagi, “dia tidak m em erintahkan
m em bunuh cukup banyak orang. Dalam perang m e lawan laksa-
m ana Prancis, dia dinilai tidak cukup dekat dengan m usuh.”
“Lho,” kata Candide, “jarak antara laksam ana Prancis dan
lak sam ana Inggris, sam a saja jauhnya seperti jarak antara laksa-
m ana Inggris dengan m usuhnya itu, bu kan?”
“Itu m em ang tidak bisa dim ungkiri,” sam bung orang itu lagi,
“nam un di negeri ini sekali-sekali laksam ana per lu dibunuh, agar
yang lain m enjadi lebih berani.”45 Candide begitu bingung dan
terkejut oleh apa yang dilihat dan didengarnya, sehingga dia tak

45 Alasan ini memang dipakai sebagai alasan oleh keriyaan Inggris untuk menjatuhkan hukuman
mai atas diri Laksamana Byng, yang pada tahun 1756 dikalahkan oleh La Gallissoniere di
Minorque.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
116 Voltaire

berm inat sedikit pun m em ijakkan kaki di negara itu. Maka dia
tawar-m enawar dengan pem ilik kapal (walaupun m ungkin dia
juga pencuri seperti yang di Surinam e), agar dia dapat diantar
secepat m ungkin ke Venesia.
Pem ilik kapal itu siap dua hari kem udian. Mereka m e nyusuri
pantai Prancis, lalu m elewati Lisabon di kejauh an. Dan Candide
pun m enggigil. Kem udian m ereka m e m asuki selat dan tiba di
Laut Tengah. Akhirnya m ereka pun sam pai di Venesia. “Puji
syukur kepada Tuhan,” ka ta Candide sam bil m em eluk Martin, “di
kota inilah saya akan bertem u kem bali dengan Nona Cunegonde.
Saya dapat m engandalkan Cacam bo seperti diri saya sendiri.
Sem uanya baik, segalanya berjalan baik, segalanya ber jalan
sebaik m ungkin.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

24

KISAH PAQUETTE DAN BRUDER


GIROFLEE

SETIBANYA DI Venesia, Candide segera m enyuruh orang m encari


Cacam bo di setiap rum ah m akan, di sem ua kafe, di rum ah-rum ah
bordil, nam un pelayan nya itu tak ditem ukan. Maka disu ruhnya
orang ke pela buhan m enungggu kedatangan sem ua kapal dan
pera hu. Tak ada berita dari Cacam bo! “Bagaim ana ini,” kata
Candide kepada Martin, “saya sendiri sem pat pergi ke Surinam e
dan Bordeaux, dari Bordeaux ke Paris, dari Paris ke Dieppe,
dari Dieppe ke Portsm outh, lalu m e nyusuri pantai Portugal
dan Spanyol, m enyeberang Laut Tengah, tinggal di Venesia ini
sudah beberapa bulan, na m un Nona Cunegonde tak kun jung
tiba! Bukannya ber tem u dengan kekasih, saya m alahan diha-
dang perem pu an penipu dan Pastor Perigord yang bajingan itu!
Mungkin Cunegonde telah m eninggal. Kalau begitu tak ada alasan

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
118 Voltaire

lagi bagiku untuk terus hidup. Oh, m estinya saya tetap saja tinggal
di surga Eldorado, daripada pulang ke Eropa yang brengsek ini.
Alangkah tepatnya pendapat Tuan, Pak Martin yang baik! Yang
terjadi di dunia ini rupanya hanyalah ilusi dan bencana!”
Candide tenggelam dalam suasana murung yang pa ling mene-
kan, dan sama sekali tidak mengacuhkan pertunjukan opera yang
sedang alla m oda, ataupun pesta ria karnaval. Tak seorang wanita
pun berhasil meman cing gairahnya. Martin berkata kepadanya,
“Ternyata pikiran Tuan ini naif sekali. Bagaimana Tuan bisa meng-
ha rapkan bahwa seorang pelayan m etis, dengan lima sam pai enam
juta dalam kantungnya, bersedia menjemput kekasih Tuan di
ujung dunia dan mengantarkannya ke Venesia. Seandainya wanita
itu berhasil dijumpai, pa ling-paling dia akan mengambilnya untuk
diri sendiri. J ika tidak ditemukan, dia akan mengambil yang lain.
Menu rut pendapat saya sebaiknya Tuan melupakan saja pe layan
Tuan Cacambo dan kekasih Tuan Cunegonde itu.” Martin memang
tidak berniat menghibur. Candide ber tambah sedih, sedangkan
Martin tak henti-hentinya membuktikan bahwa di muka bumi ini
hanya ada sedikit kebenaran dan kebahagiaan, kecuali mungkin di
Eldorado yang tak mungkin dikunjungi orang itu.
Tatkala m ereka sedang berdiskusi tentang m asalah penting
itu, dan tetap sam bil m enunggu kedatangan Cu negonde, Candide
m elihat seorang rohaniwan m uda aliran Theatin di Lapang Saint-
Marc, yang sedang m enggandeng seorang perem puan. Rohaniwan
itu tam pak se gar, m ontok, dan berbadan kokoh. Matanya ber-
sinar-sinar, air m uka yakin, pandangan tegas, dan langkahnya
anggun. Si perem puan sangat m anis. Dia m enyanyi, sam bil m e-
m an dang dengan m esra pasangannya itu, seraya m encubit pipi-
nya yang tem bam sekali-sekali. “Nah, akuilah sekarang,” kata
Candide kepada Martin, “bahwa paling tidak sepasang m erpati
itu sangat berbahagia. Sam pai sekarang yang saya lihat hanyalah
orang-orang m alang belaka. Nam un kalau m elihat perem puan

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 119

dan agam awan itu rasanya saya dapat bertaruh bahwa m ere ka
m akhluk-m akhluk yang sangat berbahagia.”
“Saya berani bertaruh bahwa tidak,” sahut Martin.
“Untuk m engetahuinya gam pang, undang saja m ere ka m akan
m alam ,” sam bung Candide, “kita lihat nanti apakah saya keliru.”
Dia langsung m enyapa pasangan tersebut, lalu berbasa-basi,
serta m engundang m ereka agar datang di penginapan untuk
m akan m akaroni, m asakan burung m enu rut resep Lom bardi,
telur ikan esturgeon, dan m inum anggur Montepulciano, Lacrym a
Christi, Chypre, dan Sam os. Wajah gadis itu m em erah, sedangkan
yang pem uda langsung m enyatakan kesediaannya. Gadis itu
m engiku ti m ereka sam bil terus m enerus m em perhatikan Candide
dengan pandangan heran dan ragu, yang digenangi air m ata. Baru
saja m ereka m asuk ke kam ar Candide, perem puan itu berkata
kepadanya, “Aduh! Tuan Candide ini rupanya tidak m engenali
lagi Paquette!” Sam pai saat itu Candide belum m em perhatikan
perem puan itu dengan baik, karena pikirannya hanya tertuju
kepada Cun egon de. Maka tatkala dia m en den gar perkataan
perem puan itu, dia berseru, “Aduh, benarkah ini Paquette, yang
telah m em buat Doktor Pangloss m enjadi setam p an itu?”
“Ya, Tuan, m em ang sayalah yang berdosa,” jawab Paquette,
“rupanya Tuan telah m endengar sem uanya. Saya juga telah
m engetahui segala bencana yang m enim pa keluarga baron dan
Cunegonde yang jelita itu. Saya ber sum pah bahwa nasib saya
pun tidak kurang m enyedih kan dari itu. Pada waktu kita bertem u
untuk pertam a ka linya dulu, sesungguhnya saya m asih sangat
lugu. Seo rang pastor, yang pada waktu itu bertindak sebagai
ba pak pengakuan saya, telah m enodai saya dengan m udah.
Akibatnya sungguh m engerikan. Saya diusir dari istana, tak lam a
setelah Tuan ditendang keluar dari situ. Sean dainya tidak ada
dokter yang kasihan kepada saya, m ungkin saya sudah m ati.
Karena m erasa berutang bu di, selam a beberapa waktu lam anya

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
120 Voltaire

saya m enjadi gun dik dokter itu. Karena sangat cem buru istrinya
m em u kul saya tanpa belas kasihan sam a sekali setiap hari. Dia
m elakukannya dengan m em babi buta. Dokter itu bertam pang
paling jelek jika dibandingkan dengan lelaki lain, dan saya
m enjadi perem puan yang paling m enderita, karena dipukul
terus-m enerus gara-gara laki-laki yang tidak saya cintai. Tuan
m aklum , berbahaya sekali bagi seorang perem puan yang galak
seperti itu m enjadi istri dokter. Karena jengkel oleh ulah istrinya,
untuk m engobati sakit selesm a yang sepele, pada suatu hari sang
suam i m em berinya obat yang sangat am puh se hingga dalam
waktu dua jam saja perem puan itu m e ninggal setelah kejang-
kejang m engerikan. Keluarga si istri m engadukan dokter itu ke
pengadilan. Dia m elarikan diri, sedangkan saya dipenjarakan.
Walaupun tak bersa lah, m ungkin saya tak akan dilepaskan, sean-
dainya saya tidak cantik. Hakim m au m em bebaskan saya dengan
syarat dia dapat m enggantikan kedudukan dokter itu. Tak lam a
ke m udian saya digeser oleh seorang saingan, lalu diusir tanpa
balas jasa, dan terpaksa m eneruskan pekerjaan kotor yang bagi
laki-laki sangat m enyenangkan ini, padahal bagi kam i m eru-
pa kan neraka yang pe nuh penderitaan. Saya pergi m encari
nafkah dalam pe kerjaan ini di Venesia. Aduh, Tuan! Seandainya
Tuan dapat m em bayangkan apa artinya m em aksakan diri untuk
m en gelus-elus tan pa perasaan pedagan g yan g tua ban gka,
pengacara, berbagai tingkatan pastor; m em biarkan diri dihina
terus-m enerus, ditipu, atau terpaksa m em in jam baju untuk di-
singkap kan oleh seorang laki-laki yang m em uakkan, dicuri oleh
seseorang apa yang saya per oleh dari yang lain, ditahan sebagai
sandera oleh petu gas pengadilan, sedangkan m asa depan hanya
m enjanjikan usia tua yang m engerikan, rum ah sakit, atau tem pat
sam pah. Tentunya Tuan dapat m enyim pulkan bahwa saya ini
adalah m ahluk yang paling m enderita di dunia!”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 121

Dem ikianlah Paquette m enum pahkan seluruh isi hatinya


kepada Candide yang baik itu, dengan disaksikan oleh Martin,
yang berkata kepada Candide, “Nah, seka rang saja Tuan telah
m elihat bahwa saya telah m em e nangkan setengah taruhan kita!”
Bruder Girolee tetap tinggal di ruangan makan, sambil
m in um -m in um , sem en tara m en un ggu saat m akan m alam .
“Tetapi,” kata Candide, “wajahm u tam pak begitu gem bira, begitu
puas, ketika saya bertem u dengan kau tadi. Engkau sedang
m enya nyi, dan m engelus-ngelus bruder itu dengan cara yang
begitu wajar. Tam pak nya engkau sangat berbahagia, walaupun
m enganggap diri begitu m enderita.”
“Aduh, Tuan!” jawab Paquette, “itulah justru risiko pekerjaan
ini. Kem arin saya telah dipukul dan dicolong oleh seorang per-
wira, nam un hari ini saya harus kelihat an gem bira agar dapat
m e narik perhatian seorang roha niwan.”
Candide tidak ingin m engetahui lebih banyak, dan dia m eng-
akui bahwa pendapat Martin benar. Mereka pun segera duduk
di depan m eja m akan dengan Paquette dan bruder itu. Suasana
cukup m enyenangkan. Menjelang akhir m ereka m engo brol dalam
suasana saling m em percayai.
“Bruder,” ujar Candide kepada rohaniwan m uda itu, “tam pak-
nya Tuan sedang m enikm ati hidup yang patut m em buat orang
lain iri hati. Wajah Tuan m em ancarkan kesehatan jasm ani, air
m uka Tuan m enunjukkan keba hagiaan batin. Untuk m enghibur
hati Tuan dapat m enggandeng perem puan yang sangat cantik
ini. Tam paknya Tuan sungguh puas dengan kedudukan Tuan
sekarang.”
“Aduh, Tuan,” kata Bruder Girolee, “sesungguhnya ingin
rasa nya saya m enceburkan sem ua bruder Theatin itu ke dasar
laut. Sudah seratus kali saya tergoda keinginan untuk m em bakar
biara, atau m engganti kewarganegaraan m enjadi orang Turki.
Dulu orangtua saya te lah m em aksa saya, pada usia lim a belas

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
122 Voltaire

tahun, untuk m engenakan jubah yang m enyebalkan ini, agar


kakak sulung saya dapat m em peroleh lebih banyak warisan.
Sem oga Tuhan m engam puni saya! Rasa cem buru, per tentangan,
dan kedengkian m erajalela di biara. Mem ang benar bahwa saya
telah m em buat beberapa khotbah yang m enghasilkan sedikit
uang, yang sebagian dico long oleh kepala biara, sisanya untuk
m em beli perem pu an. Nam un setiap saya pulang pada m alam hari
ke biara, rasanya saya ingin m enubrukkan kepala ini ke dinding
asram a. Rekan-rekan saya yang lain pun berada dalam kondisi
yang sam a.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

25

KUNJUNGAN KE ISTANA
SENATOR POCCOCURANTE,
BANGSAWAN VENESIA

DENGAN MENUMPANG perahu gondola yang m elayari Sungai


Brenta, Candide dan Martin berangkat. Mereka tiba di istana
bangsawan Poccocurante. Tam an-tam annya terawat baik, dan
dihiasi dengan patung-pa tung m arm er, sedangkan istananya
sendiri m erupakan bangunan yang bagus penataannya. Pem ilik
istana itu seorang laki-laki yang berusia enam puluh tahun, sangat
kaya. Dia m enyam but kedua tam u yang penuh rasa ingin tahu
itu dengan sangat sopan, nam un tak begitu berse m angat. Sikap
itu m em buat Candide m erasa kikuk, na m un tidak m enjadikan
Martin kecewa.
Mula-m ula dua orang gadis cantik yang berdandan rapih
m em bawakan m ereka cokelat yang telah diaduk sa ngat baik

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
124 Voltaire

sehingga berbusa. Candide tidak bisa m enah an diri untuk m em uji


kecantikan, serta sikap anggun dan ketram pilan m ereka. “Mem ang
m ereka cukup m e n yen an gkan ,” kata sen ator Poccocuran te,
“sekali-sekali saya ajak m ereka ke tem pat tidur, karena saya sudah
m uak dengan perem puan-perem puan kota, oleh kege nitan, rasa
cem buru, pertengkaran-pertengkaran, tingkah laku, kepicikan,
kesom bongan, dan kebodohan m e reka, serta oleh soneta-soneta
yang harus digubah atau dipesan untuk m ereka. Nam un walaupun
bagaim ana, kedua gadis itu pun m ulai m em bosankan saya juga.”
Setelah m akan siang, pada waktu berjalan-jalan di suatu
ruangan yang panjang, Candide sangat terpesona oleh keindahan
lukisan-lukisan yang dipajang di situ. Dia bertanya siapa pem buat
kedua lukisan yang pertam a. “Pelukisnya Raphael,” kata sang
senator, “saya telah m em belinya sangat m ahal, dem i gengsi saya,
beberapa tahun yang lalu. Kata orang lukisan itu paling bagus
di seluruh Italia, nam un saya sam a sekali tidak m enyukainya.
Warnanya sudah m enjadi terlalu cokelat, wajah-wa jah tidak begitu
alam iah serta m enonjol. Pakaian yang dilukiskan tidak kelihatan
sebagai bahan yang sesungguhnya. Pendeknya, apa pun kom entar
orang, saya ber pendapat bahwa lukisan itu tidak berhasil m eniru
alam yang sebenarnya. Saya hanya m enyukai lukisan kalau di situ
saya m erasa m elihat alam yang sebenarnya. Tak ada yang berhasil
m enam pilkannya. Saya m em ang m em punyai banyak lukisan,
nam un tak pernah m engacuhkan nya lagi.”
Sem entara m enunggu m akan m alam , Poccocurante m em inta
agar sebuah concerto dim ainkan. Candide ber anggapan bahwa
m usiknya sangat indah. “Bunyi-bunyian itu,” ujar Poccocurante,
“m em ang dapat dinikm ati se lam a setengah jam . Tetapi, apabila
diperden garkan ter lalu lam a, sem ua oran g m en jadi bosan ,
walaupun tidak berani m engakui. Musik m asa kini hanyalah
sekedar se ni m em ainkan karya-karya yang sukar, padahal kalau
hanya sulit saja lam a-lam a tidak akan disukai.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 125

“Mun gkin saya akan lebih m en yukai opera, sean dain ya


penulis nya tidak berulah m enciptakan karya ko nyol yang m en-
jengkelkan saya. Siapa pun boleh saja m e nonton tragedi-tragedi
m usik dengan adegan-adegan yang diciptakan hanya sekadar
untuk m em perdengar kan dua-tiga buah nyanyian yang sangat
tidak jelas m aksudnya, dem i m em beri kesem patan kepada seo-
ran g aktris un tuk m en un jukkan kebolehan ten ggorokan n ya.
Siapa yang m au atau bersedia boleh saja kagum m e nyaksikan
seo rang kasim bersenandung dalam peran Cesar atau Caton, dan
berjalan-jalan dengan kikuk di atas panggung. Sedangkan saya
sendiri, sudah lam a saya m eninggalkan karya-karya sam pah,
yang m elam bungkan nam a Italia, dan yang telah dibiayai begitu
m ahal oleh para kepala negara itu.” Candide m endebat penda pat
itu sedikit, nam un dengan sopan. Martin sepenuhnya setuju atas
pendapat senator itu.
Mereka m akan m alam . Setelah m enyantap hidangan lezat,
m ereka m asuk ke ruang perpustakaan. Candide m elihat koleksi
karya Hom erus yang dijilid m ewah. Dia m em uji selera bangsawan
itu. “Itulah dia,” katanya, “bu ku yang sangat disukai Pangloss
yang hebat, ahli ilsafat terbesar di Jerman.”
“Tidak begitu bagiku,” sam but Poccocurante dengan nada
dingin, “dulu m em ang saya per nah m engira bahwa saya m en-
dapat kenikm atan waktu m em bacanya. Nam un uraian yang terus-
m enerus diulang-ulang tentang peperangan-peperangan yang
m irip satu sam a lain, dewa-dewa yang bertindak tanpa m enun-
jukkan sikap yang tegas, Helena yang diperebutkan, padahal
ham pir tidak dapat dipandang sebagai tokoh utam a dalam karya
itu, negeri Troya yang dikepung, na m un tidak direbut, sem uanya
itu am at sangat m em bo sankan saya. Kadangkala saya bertanya
kepada para ilm uwan apakah m ereka pun sam a bosannya dengan
saya pada waktu m em baca karya tersebut. Sem ua yang m au
berterus terang m engakui bahwa buku itu sering terjatuh dari

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
126 Voltaire

tangan m ereka, nam un harus selalu ada da lam koleksi sebagai


m onum en m asa lalu, dan sebagai m edali karatan yang tak m ung-
kin dijual lagi.”
“Tentu Yang Mulia tidak berpendapat seperti itu un tuk
Virgilius?” tanya Candide.
“Saya m engakui,” ujar Poccocurante, “bahwa buku kedua,
keem pat, dan keenam dari Eneide bagus sekali, nam un m enurut
saya tak ada yang lebih ham bar dan m enjem ukan selain pelukisan
tokoh alim Enee, si kuat Cloanthe, dan sahabatnya Achate, serta si
kecil Ascanius, dan si tolol Raja Latinus, juga borjuis Am ata, serta
Lavinia yang m em bosankan. Saya lebih suka Tasso dan dongeng-
dongeng picisan karya Arioste.”
“Bolehkah saya bertanya,” sam bung Candide lagi, “apakah
Tuan senang m em baca karya Horatius?”
“Ada rangkaian kata-kata m utiara yang ditulisnya,” sahut
Poccocurante, “yang dapat dinikm ati para pem ba ca terpelajar.
Karena karyanya itu disusun dengan rim a yang ketat, m aka
lebih m udah untuk dihafal. Nam un saya tidak tertarik oleh
kisah per ja lan an nya di Brindes, oleh deskripsinya tentang acara
m akan m alam yang tidak m enyenangkan 46 serta pertengkaran
antara entah Papilus yang m ana, yang kata-katanya, m enurut
dia, penuh dengan kutu, dan yang lain dengan kata-kata penuh
cuka.47 Saya pun m uak sekali m em baca sanjak-sanjak kasarnya
yang m engkritik perem puan-perem puan tua dan tukang-tukang
sihir. Dan saya pun tidak m engerti m engapa dia dikagum i gara-
gara m en gatakan kepada sahabatn ya Mecen as bahwa kalau
dia ditem patkan di de retan penyair-penyair lirik, m aka akan
dipukulnya bin tang gem intang pada dahinya yang indah. Orang-
orang tolol selalu m engagum i segala sesuatu yang ditulis oleh
seorang pengarang terkenal. Saya hanya m em baca un tuk diri
sendiri, saya hanya m enyukai apa yang sesuai dengan kebiasaan
46 Yang dimaksud karya Horaius yang berjudul Saire.
47 Yang dimaksud karya Horaius yang berjudul Epodes.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 127

saya.” Dulu Candide dibesarkan de ngan ajaran bahwa dia tidak


boleh m enilai sesuatu de ngan pendapat sendiri. Maka dia sangat
heran oleh apa yang didengarnya, sedangkan Martin berpendapat
bah wa cara berpikir Poccocurante cukup m asuk akal.
“Nah, itu karya Cicero,” kata Candide, “tentu Tuan tidak
bosan-bosannya m em baca karya pengarang besar itu.”
“Saya tidak pernah m em bacanya,” jawab bangsawan Venesia
itu. “Apa peduliku kalau dia pernah m em bela Rabirius atau
Cluentius? Saya sendiri m em pu nyai cukup banyak perkara untuk
dipecahkan. Mungkin saya akan lebih bisa m enerim a karya-karya
ilsafatnya, tetapi setelah saya melihat bahwa dia meragukan se-
gala nya, saya m enyim pulkan bahwa pengetahuan saya sam a ba-
nyak nya dengan dia, dan saya tidak m em erlukan siapa pun yang
harus m enyadarkan bahwa saya tidak m engetahui apa-apa.”
“Wah! Ada delapan puluh jilid kum pulan karya sebuah
akadem i sains!” ujar Martin. “Mungkin di situ ada yang m enarik.”
“Mestinya begitu,” sahut Poccocu rante, “kalau saja salah satu
penulis karya om ong ko song itu ada yang pernah m enem ukan
cara m em buat pe niti saja. Sem ua buku yang berderet ini nyatanya
hanya m enguraikan sistem -sistem yang sia-sia dan tak ada satu
pun yang berguna.”
“Betapa banyaknya karya sandiwara yang saya lihat dalam
koleksi Tuan!” kata Candide, “dalam bahasa Italia, Spanyol,
Prancis.”
“Ya,” jawab Senator, “ada tiga ribu, nam un tak sam pai tiga
lusin yang baik. Dan Tuan tentu m aklum , bahwa saya tidak pernah
m em buka-buka kum pulan khotbah itu, yang keseluruhnya tidak
setaraf jika dibandingkan dengan satu halam an saja dari tulis an
Seneca.48 Dem ikian juga sem ua buku tebal tentang teologi ini.
Saya tidak pernah m em bukanya, begitu juga orang lain.”

48 Seneca adalah ahli ilsafat yang hidup di Roma pada abad pertama Masehi. Dia guru Nero.
Karyanya tentang moral antara lain La Clemenee, Les Bienfaits.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
128 Voltaire

Martin m elihat rak-rak penuh buku-buku dalam baha sa


Inggris. “Saya rasa,” katanya, “seorang penganut re publik akan
senang m em baca sebagian besar karya yang ditulis dengan begitu
bebas.”
“Ya,” jawab Poccocurante, “m em ang bagus sekali kalau kita
dapat m enulis apa yang kita pikirkan. Itulah keuntungan kita
sebagai m anusia. Di seluruh Italia orang hanya m enulis apa yang
tidak dipikirkannya. Mereka yang m enghuni tanah air Cesar
dan Antonius ini tidak berani m em punyai gagasan tanpa seizin
seorang anggota J acobin. Saya m ungkin akan m erasa senang
dengan gagasan kem erdekaan yang dicetuskan oleh para genius
Inggris itu, seandainya nafsu serakah dan sikap m em ihak tidak
m erusak segala yang patut dihorm ati dalam kem erdekaan yang
tinggi nilainya itu.”
Ketika m elihat karya Milton,49 Candide m enanyakan apakah
senator itu tidak m enganggapnya sebagai seo rang pengarang
besar. “Siapa?” tanya Poccocurante. “Si biadab yang telah m enulis
kom entar begitu panjang ten tang bab pertam a Perjanjian Lam a,
dalam sepuluh buku yang terdiri dari sanjak-sanjak dengan rim a
yang kasar, penjiplak m urahan para pengarang Yunani, yang
m enya lahartikan penciptaan m anusia. Kalau Musa m enggam -
barkan Tuhan Yang Mahaabadi dengan kata-kata, dia m alahan
m enyu ruh Tuhan m engam bil kom pas besar da lam lem ari langit
untuk m enelusuri karyanya? Bagaim a na saya harus m enghargai
orang yang telah m engacau kan lukisan Tasso tentang neraka dan
setan, yang m e nyam arkan Lucifer kadang-kadang sebagai kadal,
kadan g-kadan g sebagai ular, yan g m en yuruhn ya m en gulan g
seratus kali pidato-pidato yang sam a, yang m enyuruhnya berdiskusi
tentang teologi, yang, dengan gaya se rius, m eniru penem uan lucu
senjata api dalam karya Arioste 50 , dan m em buat setan-setan itu

49 Voltaire sangat idak menyukai Milton, penyair Inggris yang menulis Lost Paradise.
50 Arioste adalah penyair sairis dari zaman Renaissance Italia.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 129

m enem bakkan m eriam ke langit? Baik saya atau siapa pun di


Italia ini tidak m ungkin m enyukai kekonyolan-kekonyolan yang
keterlaluan itu. Perkawinan antara dosa dan kem atian, serta
kadal yang dilahirkan dosa itu, sungguh m em uak kan orang-orang
yang berselera cukup halus. Gam baran panjang tentang rum ah
sakit hanya baik untuk penggali kuburan. Puisi yang kabur, aneh,
dan m em uakkan, sudah diserang orang sejak penerbitannya yang
pertam a. Se karang saya pun m em perlakukannya seperti dulu
dia diperlakukan di tanah airnya sendiri. Pokoknya, saya te lah
m enga takan apa yang ada dalam pikiran saya, dan saya tidak
m enggubris apakah orang lain sependapat dengan saya.” Candide
sangat sedih m endengar uraian itu. Dia m enghorm ati Hom erus,
dan agak m enyukai Milton.
“Wah,” bisikn ya san gat perlahan kepada Martin , “saya
khawatir oran g in i m em pun yai pen dapat yan g sa n gat jelek
tentang penyair-penyair J erm an.”
“Ah, itu tidak m enjadi m asalah,” sahut Martin.
“Sungguh luar biasa dia!” kata Candide sam bil tetap m eng-
gum am . “Genius sekali Poccocurante ini! Tak ada yang bisa
m enye nangkan hatinya.”
Setelah selesai m em bicarakan sem ua buku satu per satu,
m ereka turun ke tam an. Candide m em uji-m uji keindahannya.
“Saya justru tidak pernah m elihat tam an dengan selera sejelek
ini,” kata tuan rum ah, “di sini ha nya ada tanam an-tanam an m u-
rahan saja. Nam un tak la m a lagi saya akan m enyuruh orang agar
m enanam inya lagi dengan perencanaan yang lebih bagus.”
Kem udian kedua orang yang selalu ingin tahu itu m e m inta
diri dari senator itu. “Nah, berdasarkan pengalam an tadi,” kata
Candide kepada Martin, “apakah Tuan se pendapat bahwa dialah
yang paling bahagia di antara se m ua orang, karena dia berada di
atas segala yang dim ilikinya?”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
130 Voltaire

“Apakah Tuan tidak m elihat,” ujar Martin, “bahwa dia justru


m uak oleh segala yang dim ilikinya? Dulu sekali Plato pernah
m engatakan bahwa perut terbaik bukan lah yang dapat m enolak
sem ua m akanan.”
“Tetapi,” sanggah Candide, “bukankah nikm at sekali dapat
m engkritik sem ua? Dapat m erasakan cacat cela un tuk hal-hal
yang bagi orang lain hanya m enunjukkan keindahan?”
“Dengan kata lain,” kata Martin, “ada kenikm atan yang
ditim bulkan oleh tidak adanya kenikm atan?”
“Ya, kalau begitu,” kata Candide, “hanya saya yang berbahagia,
kalau bertem u lagi dengan Nona Cunegon de nanti.”
“Tetap m em punyai harapan m em ang baik,” kata Mar tin.
Sem entara itu hari-hari berlalu, dan m inggu dem i m inggu
pun lewat. Cacam bo tetap tidak m uncul. Candide begitu teng-
gelam dalam kesedihan, sehingga tidak ingat bahwa Paquette
dan Bruder Girolee tidak pernah kembali untuk menyampaikan
sekadar ucapan terim a kasih.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

26

TENTANG PENGALAMAN
CANDIDE DAN MARTIN WAKTU
MAKAN BERSAMA ENAM ORANG
ASING SERTA PENJELASAN
SIAPA MEREKA ITU

PADA SUATU m alam , ketika Candide disertai Martin sedang


bersiap-siap hendak m akan m alam dengan tam u-tam u asing
yang m enginap di hotel itu ju ga, seorang laki-laki berkulit
cokelat m enegurnya dari be lakang. Seraya m enggam it lengannya,
dia berkata, “Ber siap-siaplah berangkat dengan kam i, jangan
sam pai ke tinggalan.” Candide m enoleh, dan dilihatnya Cacam bo.
Seandainya dilihatnya pula Cunegonde, m ungkin dia akan lebih
terkejut dan gem bira lagi. Waktu itu pun dia ham pir m elonjak
karena sangat bahagia. Dipeluknya sa habatnya itu. “Cunegonde

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
132 Voltaire

ada pula di sini, bukan? Di m ana dia? Ayo, cepat antar saya ke
sana, biar saya m ati bersam anya karena bahagia!”
“Cunegonde tidak ada di sini,” jawab Cacam bo, “dia ada di
Istanbul.”
“Ya,Tuhan! Di Istanbul! Tetapi saya tak peduli di m ana dia
berada, bahkan di Tiongkok sekalipun, aku akan ter bang ke
sana.... Ayo, kita pergi.”
“Kita pergi setelah m akan m alam ,” Cacam bo m elan jutkan,
“saya tidak bisa m engatakan apa-apa lagi. Seka rang saya m enjadi
budak belian, m ajikan saya sedang m enunggu saya. Saya harus
m elayaninya di m eja m akan.... J angan bilang apa-apa lagi, silakan
m akan, lalu bersiap-siaplah.”
Candide terom bang-am bing oleh rasa gem bira dan sedih seka-
ligus. Dia senang karena telah berjum pa lagi dengan pelayannya
yang setia, nam un heran ketika dilihatnya bahwa Cacam bo telah
m en jadi budak belian . Be n akn ya dipen uhi kein gin an un tuk
bertem u kem bali de ngan kekasihnya, hatinya berdebar-debar, dan
jiwanya terguncang. Lalu dia duduk di depan m eja m akan bersa-
m a Martin, yang tetap tenang m enghadapi peristiwa itu, serta
enam orang asing, yang datang berkunjung untuk m enyaksikan
karnaval Venesia.
Cacam bo, yang sedang m enghidangkan m inum an ba gi salah
seorang asing itu, m endekati telinga m ajikannya m enjelang selesai
m akan, dan berkata, “Yang Mulia, Ba ginda dapat berangkat setiap
waktu, kapal telah siap.” Setelah berkata begitu, dia keluar. Orang-
orang yang du duk di m eja m akan itu terkejut dan berpan dangan
tanpa m engucapkan sepatah kata pun. Seorang pelayan lain m en-
dekati m ajikannya, dan berkata, “Yang Mulia, kere ta Baginda ada
di Padoua, dan perahu telah siap.” Sang m ajikan m engangguk,
dan si pelayan pergi. Sem ua yang duduk depan m eja m akan itu
ber pandangan lagi, dan m ereka bertam bah heran. Setelah m en-
dekati orang asing ketiga, pelayan ketiga berkata pula, “Yang

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 133

Mulia, harap Baginda percaya bahwa pasti tidak perlu m enunggu


lam a-lam a, saya akan m em persiapkan segalanya,” dan langsung
dia m enghilang.
Pada waktu itu Candide dan Martin m erasa yakin bah wa pasti
m ereka sedang m enyam ar untuk karnaval itu. Pelayan keem pat
berkata kepada m ajikan keem pat, “Baginda dapat berangkat setiap
saat yang dikehendaki,” dan dia keluar seperti yang sebelum nya.
Pelayan kelim a m engatakan hal itu juga kepada m ajikan kelim a.
Tetapi pelayan keenam m engatakan hal yang berbeda kepada
m ajikan keenam , yang duduk di sam ping Candide. Dia berkata
kepadanya, “Aduh, Yang Mulia, rupanya orang tidak m em punyai
kepercayaan lagi terhadap Baginda, juga tidak terhadap saya.
Malam ini m ungkin saja Bagin da dan saya akan ditangkap. Saya
akan m engurus nasib saya sendiri. Selam at tinggal.”
Setelah pelayan pergi, keenam orang asing, Candide, dan
Martin, duduk dalam suasana hening. Akhirnya Can dide m em ecah
kesunyian. “Tuan-tuan,” katanya, “ini betul-betul gurauan yang
luar-biasa. Mengapa Tuan se m uanya m enjadi raja? Terus-terang
saja kam i ini, baik saya m aupun Martin ini, kam i bukan raja.”
Maka m ajikan Cacam bo m ulai berbicara den gan se dih,
dan berkata dalam bahasa Italia, “Saya tidak m ain-m ain, saya
bernam a Ahm ed III. Selam a beberapa tahun saya adalah sultan
besar. Saya telah m enurunkan kakak saya dari takhta, lalu
saya sendiri dim akzulkan oleh kem anakan saya. Para pem bantu
saya telah dipenggal kepala nya. Saya m engakhiri hidup saya
di sebuah istana tua. Kem anakan saya, Sultan Mahm ud yang
Agung, m em beri izin kepada saya untuk m elakukan perjalanan
seka li-sekali dem i kesehatan saya. Dan saya datang ke sini untuk
m enyaksikan karnaval Venesia.”
Sesudah Ahm ed, seorang pem uda yang duduk di de katnya
berkata, “Saya bernam a Ivan, saya sem pat m en jadi kaisar untuk
seluruh wilayah Rusia. Nam un sejak saya bayi, takhta itu telah

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
134 Voltaire

direbut orang. Ayah dan ibu saya dipenjarakan. Saya dibesarkan


di penjara. Kadang-kadang saya m endapat izin untuk pergi ke
luar negeri, diantar oleh para penjaga, dan saya kem ari untuk
m enyak sikan karnaval Venesia.”
Yang ketiga berbicara, “Saya Charles-Edward, Raja Inggris.
Ayah saya telah m enyerahkan hak atas takhta ke pada saya. Saya
pun telah berjuang untuk m em perta hankannya. Para pengikut
saya telah dibunuh. Saya dipenjarakan. Saya berkunjung ke Rom a
untuk m enengok ayah saya, yang telah diturunkan dari takhta
seperti saya sendiri dan juga kakek saya. Sekarang saya datang
ke m ari untuk m enonton karnaval.”
Maka yang keem pat pun berkata. “Saya Raja Polandia. Saya
telah kehilangan kerajaan sebanyak dua kali, na m un Tuhan
berkenan m em beri saya suatu negara lain. Di situ saya berhasil
m em buat lebih banyak kebajikan, jika dibandingkan dengan apa
yang dikerjakan para raja Eropa Tim ur selam a ini di tepi Sungai
Vistul itu. Saya berserah diri kepada Tuhan. Dan saya ke sini
untuk m e nonton karnaval Venesia.”
Sekarang tinggallah raja yang keenam angkat bicara, “Tuan-
tuan,” katanya, “saya bukan raja besar se perti Tuan-tuan sekalian,
nam un bagaim anapun saya raja juga. Nam a saya Theodore,
saya telah dipilih m enja di Raja Korsika. Saya pernah dipanggil
Yang Mulia, na m un sekarang dipanggil Tuan saja ham pir tidak
pernah. Saya pernah m em erintahkan pencetakan uang, nam un
sekarang sepeser saya saya tak punya. Dulu saya m em punyai
m enteri negara, nam un kini pelayan yang hanya seorang pun
baru saja lari. Saya berpengalam an duduk di atas singgasana,
nam un untuk sekian lam a di London saya pernah m endekam di
penjara beralaskan jeram i. Saya khawatir di sini pun saya akan
diperlakukan sam a, walaupun seperti para Yang Mulia ini saya
datang untuk m enyaksikan karnaval Venesia.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 135

Kelim a raja yang lain m endengarkan dengan penuh penger-


tian. Masing-m asing m em berikan dua puluh sequin kepada Raja
Theodore, untuk m em beli pakaian. Candide m enghadiahkan
sebutir berlian yang bernilai dua ribu sequin. “Wah, siapa orang
ini?” tanya kelim a ra ja, “yang m am pu m em berikan hadiah seratus
kali lebih besar dari kita, dan yang m au m em berikannya?”
Pada saat m ereka keluar dari m eja m akan itu, ke hotel itu
juga berdatangan pula em pat orang Yang Mulia, yang juga telah
kehilangan negara m asing-m asing gara-gara perang, dan yang
datang m enonton sisa karnaval Vene sia. Nam un Candide tidak
m engacuhkan tam u-tam u yang baru datang itu, dia hanya sibuk
m em ikirkan renca nanya m encari Cunegonde kekasihnya tercinta
di Istan bul.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

27

PERJALANAN CANDIDE KE
ISTANBUL

CACAMBO YANG setia itu telah m endapat izin dari pem ilik kapal
bangsa Turki yang akan m engantar kem bali Sultan Ahm ed ke
Istanbul bahwa dia boleh m engajak Candide dan Martin untuk
turut m enum pang kapal itu. Kedua-duanya naik ke kapal, setelah
berlutut di hadapan Yang Mulia sultan sengsara itu. Dalam
perjalanan Candide berkata kepada Martin, “Kita telah berjum pa
dengan enam orang raja yang diturunkan dari takhta. Kita telah
m akan m alam bersam a m ereka, m alahan saya telah m em beri
sum bangan kepada salah seorang di antara m ereka. Mungkin ada
banyak pangeran lain yang nasibnya jauh lebih jelek. Untunglah
saya hanya kehilangan seratus kam bing, dan kini saya sedang
terbang ke pelukan Cunegonde. Martin yang baik, sekali lagi
terbukti bahwa Pangloss benar, segalanya berjalan baik.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 137

“Mudah-m udahan,” sahut Martin.


“Om ong-om ong,” kata Candide, “pengalam an kita di Venesia
itu ham pir tidak m asuk akal. Tidak pernah orang m elihat atau
m endengar bahwa enam orang raja yang diturunkan dari takhta
m akan m alam berbarengan di sebuah restoran.”
“Ah, tidak ada yang luar biasa,” jawab Martin, “jika diban-
dingkan dengan sebagian besar kejadian yang te lah kita alam i.
Bahwa raja dapat diturunkan dari takhta itu soal biasa. Mengenai
kehorm atan yang telah kita da pat untuk m akan m alam bersam a
m ereka, itu persoalan sepele yang tidak perlu dibesar-besarkan.”
Begitu m asuk di kapal, Candide m elom pat m em eluk bekas
pelayannya, sahabatnya Cacam bo. “Ayo ceritakan,” katanya, “apa
yang dilakukan Cunegonde seka rang? Apakah dia m asih tetap
cantik jelita? Masih cinta kah dia kepadaku? Dia sehat-sehat saja?
Mungkin kau telah m em belikannya istana di Istanbul?”
“Tuanku yang baik,” jawab Cacam bo, “kini Cunegon de m en-
jadi tukang cuci piring di tepi Sungai Propontide, di istana pange-
ran yang m em punyai sedikit sekali piring. Dia m enjadi budak
belian di rum ah bekas penguasa yang bernam a Ragotski. Dalam
penga singannya, pa ngeran itu m endapat tiga ecu setiap hari.
Nam un, satu hal yang lebih m enyedihkan lagi, adalah bahwa
dia telah kehilangan kecantikannya, dan m enjadi bukan m ain
jeleknya.”
“Ah, cantik atau jelek,” sam bung Candide, “saya kan pem uda
baik-baik. Sudah m enjadi kewajibanku untuk tetap m encintainya.
Tetapi dengan lim a atau enam ju ta yang kuberikan kepadam u,
nasib buruk apakah yang telah m enjadikannya begitu jelek?”
“Baiklah,” kata Cacam bo, “bukankah saya harus m em be-
rikan dua juta kepada Senor don Fem ando d’Ibaraa, y Figueora, y
Mascarenes, y Lam pourdos, y Souza, Gubernur Buenos Aires itu,
agar m em peroleh izin untuk m engajak Cunegonde pergi? Dan
ketahuilah bahwa per om pak telah m eram pas sisanya seluruhnya

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
138 Voltaire

dari kam i secara gagah berani? Ketahuilah pula bahwa para


perom pak itu telah m em bawa kam i ke tanjung Matapan, ke Milo,
ke Nicarie, ke Sam os, ke Petra, ke Dardanella, ke Marm ara, ke
Scutari? Cunegonde dan si Nenek m enjadi pelayan pangeran yang
tadi telah saya ceritakan dan saya m enjadi budak sultan yang
diturunkan dari takhta itu.”
“Aduh betapa banyaknya peristiwa m engerikan yang terjadi
begitu berentetan!” kata Candide. “Nam un bagaim anapun, karena
saya m asih m em punyai beberapa butir berlian, pasti dengan
m udah saya akan dapat m em bebaskan Cunegonde. Sayang sekali
dia telah m enjadi be gitu jelek.”
Kemudian, seraya menoleh kepada Martin, “Bagaima na pen-
da pat Tuan,” tanyanya, “mana yang paling patut dikasihani di an-
ta ra Sultan Ahmed, Kaisar Ivan, Raja Charles-Edward, atau saya?”
“Saya tidak tahu,” kata Martin, “saya harus m engeta hui kea-
daan hati Tuan m asing-m asing untuk m engeta huinya.”
“Ah, seandainya Pangloss ada di sini,” kata Candide, “dia
pasti m engetahuinya, dan akan ditunjukkannya ke pada kita.”
“Saya tidak dapat m em bayangkan,” Martin m elanjut kan,
“dengan tim bangan apa dia m ungkin akan m engukur kem alangan
m anusia, dan m enilai dukacita m asing-m asing. Apa yang dapat
saya sim pulkan hanyalah bahwa di m uka bum i ini ada jutaan
m anusia yang seratus kali le bih patut dikasihani daripada Raja
Charles-Edward, Kaisar Ivan, dan Sultan Ahm ed.”
“Itu m ungkin benar,” kata Candide.
Dalam waktu beberapa hari saja mereka sampai di ka nal Laut
Hitam. Mula-mula Candide menebus Cacambo dengan harga
sangat mahal. Lalu tanpa membuang- buang waktu dia menumpang
sebuah perahu dayung ber sama dengan sahabat-sahabatnya, untuk
pergi ke pantai Propontide, mencari Cunegonde, bagaimanapun
jeleknya wanita itu.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 139

Dalam rom bongan pendayung itu, ada dua orang bu dak yang
cara m endayungnya jelek sekali. Sekali-sekali juragan perahu
m enyabetkan cam buk kulit kerbau be berapa kali pada bahu
m ereka yang telanjang. Secara spontan Candide m em perhatikan
lebih saksam a serta m en dekati m ereka den gan pen uh rasa
kasihan. Bebera pa garis wajah yang telah berubah bentuk itu
tam pak m irip dengan Pangloss dan dengan pastor J esuit yang
m a lang, yakni baron m uda, kakak Cunegonde. Kem iripan itu
m em buat hatinya terharu dan sedih. Dia m em andang m ereka
dengan lebih teliti. “Sesungguhnya,” katanya ke pada Cacam bo,
“sean dainya saya tidak m elihat dengan m ata kepala sendiri Tuan
Guru Pangloss digantung, dan jika saya tidak pernah sial sam pai
m em bunuh baron m u da itu, saya betul-betul akan m engira bahwa
m erekalah yang m endayung perahu ini.”
Mendengar kata “baron” dan “Pangloss”, kedua pe kerja pak-
sa itu berteriak keras-keras, terhenyak di bangku m ereka dan
m em biar kan dayung m asing-m asing ja tuh. J uragan perahu ber-
la ri m engham piri m ereka, dan sabetan kulit kerbau itu m enjadi
berlipat ganda.
“Hentikan! Hentikan! Tuan,” seru Candide, “saya akan m em -
berikan berapa saja uang yang Tuan inginkan.”
“Aduh, Candide-kah ini?” kata salah seorang pekerja paksa
itu.
“Betulkah ini Candide?” kata yang satu lagi.
“Mim pikah aku?” kata Candide, “apakah aku benar-be nar
se dang bangun? Be narkah aku berada dalam perahu ini? Apakah
orang ini betul baron yang telah saya bu nuh? Apakah yang
satunya lagi m em ang Tuan Guru Pangloss yang telah kulihat
sendiri digantung?”
“Mem ang betul, kam ilah ini, kam ilah ini,” jawab m ere ka.
“Wah! Inikah ahli ilsafat terbesar itu?” kata Martin.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
140 Voltaire

“Hei, Tuan Pem ilik kapal,” kata Candide, “berapa jum lah
yang Tuan inginkan sebagai tebusan Tuan de Thunder-ten-
tronckh, salah seorang baron terbesar di seluruh ke kaisaran, dan
sebagai tebusan Tuan Guru Pangloss, ahli metaisika yang paling
m endalam di J erm an?”
“Anjing Kristen,” jawab juragan kapal, “m engingat ke dua
budak yang anjing Kristen adalah baron dan ahli me taisika, yang
m ungkin di negeri m ereka m erupakan ja batan m ulia, beri aku
lim a puluh ribu sequin.”
“Tuan akan m endapatkannya. Bawalah saya secepat kilat ke
Istanbul, dan Tuan akan langsung saya bayar. Oh, tidak, bawalah
saya ke tem pat Nona Cune gonde.” Pada tawaran Candide yang
pertam a juragan perahu itu telah m engarahkan perahu ke arah
kota itu, dan dia m enyuruh orang-orang itu m endayung secepat
burung m enem bus udara.
Candide m em eluk baron dan Pangloss berulang kali. “Aduh,
ternyata saya tidak m em bunuh Tuan, bagaim ana m ungkin? Dan
Tuan Guru tercinta, bagaim ana m ungkin Tuan m asih tetap hidup,
padahal dulu sem pat digan tung? Dan m engapa Tuan berdua
berada dalam perahu dayung di wilayah Turki ini?”
“Betulkah bahwa adikku tercinta ada di negeri ini?”
“Ya,” jawab Cacam bo.
“J adi saya bisa bertem u lagi dengan Candide yang baik ini!”
seru Pangloss.
Can dide m em perken alkan Martin dan Cacam bo ke pada
m ereka. Mereka berangkulan dan berbicara berba rengan. Perahu
itu seakan-akan terbang. Mereka sudah m asuk pelabuhan. Seorang
Yahudi dim inta datang. Can dide m enjual dengan harga lim a puluh
ribu sequin sebu tir berlian yang bernilai seratus ribu sequin.
Orang Ya hudi itu bersum pah dem i Nabi Ibrahim bahwa dia tidak
sanggup m em berikan lebih dari itu. Candide langsung m em bayar
uang tebusan baron dan Pangloss. Gurunya itu m enyem bah

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 141

kaki orang yang m em bebaskannya dan m em banjirinya dengan


air m ata. Baron m engucapkan terim a kasih dengan anggukan
kepala, dan berjanji akan m engem balikan uang itu begitu ada
kesem patan.
“Betulkah adikku ada di Turki?” tanyanya.
“Tak ada yang lebih m ungkin dari itu,” sam bung Cacam bo,
“karena dia m e m ang sedang m enjadi tukang cuci piring pangeran
Transylvania.”
Tak lam a kem udian dua orang Yahudi dida tangkan lagi. Lalu
Candide m enjual dua butir berlian la gi. Dan m ereka m enum pang
perahu lain untuk m em be baskan Cunegonde.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

28

APA YANG TERJADI ATAS


DIRI CANDIDE, CUNEGONDE,
PANGLOSS, DAN LAIN-LAIN

“MAAF, SEKALI lagi,” kata Candide kepada baron, “m aafkan


saya, Bapak Pastor, karena telah m e nancapkan pisau pada tubuh
Bapak.”
“Sudahlah, lupakan saja,” kata baron, “kuakui bahwa saya pun
terlalu lekas m arah. Karena engkau ingin m engetahui m engapa
secara kebetulan sekali saya ber ada di perahu dayung ini, akan
saya ceritakan pengalam an saya. Setelah luka saya disem buhkan
oleh pas tor kesehatan dari kolese itu, saya diserang dan diculik
oleh pasukan Spanyol. Saya dipenjarakan di Buenos Aires, pada
saat ketika adikku baru saja pergi dari kota itu. Saya m em ohon
agar diperbolehkan kem bali ke Rom a, untuk diperbantukan lagi
kepada kepala gereja di sana. Saya kem udian ditunjuk m enjadi

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 143

pastor tentara di Is tanbul, diperbantukan kepada Duta Besar


Prancis. Ke tika baru delapan hari saya m em angku jabatan itu,
pada suatu sore saya bertem u dengan seorang pengawal ista na
yang sangat tam pan. Hawa bukan m ain panasnya. Anak m uda
itu ingin m andi. Saya m engam bil kesem pat an untuk m andi juga.
Saya tidak tahu bahwa seorang la ki-laki Kristen tidak boleh
berada dekat seorang pem u da Islam dalam keadaan telanjang,
karena perbuatan tersebut dianggap sebagai kejahatan besar.
Seorang ka di m enjatuhkan hukum an atas diriku dengan didera
se ratus kali pada telapak kaki, serta hukum kerja paksa di atas
perahu dayung. Rasanya tak ada perlakuan tidak adil yang
lebih m engerikan daripada hukum an itu. Om ong-om ong, saya
ingin tahu m engapa adikku kini berada di dapur kepala negara
Transylvania yang se dang m engungsi itu.”
“Dan Tuan, Tuan Pangloss.” tanya Candide, “bagaim a na
kisah nya, sehingga saya dapat bertem u dengan Tuan kem bali?”
“Yah, m em ang benar engkau telah m elihat saya digantung.
Se be tulnya rencananya saya akan diba kar. Tetapi engkau m asih
ingat, ketika saya akan dipanggang, hujan turun dengan lebatnya.
Angin bertiup sangat kencang, sehingga m ereka putus asa tidak
dapat m e nyalakan api. Maka saya digantung, karena m ereka
tidak bisa berbuat lain. Seorang dokter bedah m em beli tu buh
saya, m em bawaku ke rum ahnya, dan m em bedahku. Mula-m ula
dibuatnya goresan silang antara pusar dan tulang selangka.
Pasti tidak pernah ada korban hukum gantung yang sedem ikian
m en derita seperti itu. Pelak sana keputusan agung Mahkam ah
Agam a, waktu itu berpangkat subdiakon, sebetulnya sangat m ahir
m em bakar orang, nam un dia tidak terbiasa m enggantung orang.
Talinya basah dan tidak dapat m elorot, lalu ter sim pul sendiri.
J adinya saya m asih bisa bernapas. Pada waktu m endapat goresan
silang itu, saya berteriak ke ras-keras, sehingga dokter bedah itu
terjengkang. Dia m engira telah m em bedah tubuh setan. Lalu

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
144 Voltaire

dia m elarikan diri sam bil ketakutan setengah m ati, m alahan


sam pai terjatuh-jatuh di tangga gara-gara terlalu kencang larinya.
Men den gar teriakan ku, istrin ya bergegas m en gham piri dari
kam ar kerja sebelahnya. Perem puan itu m elihatku terbaring
dengan goresan silang. Dia lebih ke takutan daripada suam inya,
lalu m elarikan diri, dan ja tuh m enim pa tubuh laki-laki itu. Setelah
m ereka tenang kem bali, kudengar perem puan itu berkata kepada
suam inya, ‘Mengapa pula engkau m em bedah tubuh seo rang
bidah? Apakah engkau tidak tahu bahwa setan se lalu bercokol
di tubuh orang-orang itu? Saya akan sege ra m enjem put pastor,
agar setan itu diusir.’ Mendengar kata-kata itu saya m enggigil,
dan dengan sisa kekuatan yang ada saya berteriak, ‘Kasihanilah
saya!’ Akhirnya ke beranian tukang bedah tubuh orang itu m uncul
kem bali. Dijahitnya kem bali kulit saya. Bahkan istrinya pun
m engurus saya. Lim a belas hari kem udian saya sem buh kem bali.
Dokter bedah itu m encarikan saya pekerjaan, dan m enem patkan
saya sebagai pelayan di rum ah Per wira Malta yang akan pergi
ke Venesia. Karena tidak bisa m em bayar, m ajikan m enyuruhku
bekerja pada seo rang pedagang Venesia, dan saya m engikutinya
ke Is tanbul.
“Pada suatu hari saya iseng-iseng m asuk ke sebuah m asjid.
Di dalam nya hanya ada seorang im am tua dan seorang santri
wanita yang sangat cantik yang sedang berdoa. Dadanya setengah
terbuka. Di antara kedua ujung payudaranya ada karangan
bunga tulip, m awar, anem on, renoncule, hy acinthe, dan kuping
beruang. Dijatuhkannya karangan bunga itu. Saya m em u ngutnya,
serta m engem balikannya kepada wanita itu de ngan cepat dan
sikap horm at. Saya berlam a-lam a waktu m engulurkan bunga
itu, sehingga sang im am m arah be sar. Ketika m engetahui bahwa
saya beragam a Kristen, dia berteriak m inta tolong. Saya dibawa
m enghadap kadi. Saya didera seratus kali pada telapak kaki, dan
dikirim untuk bekerja paksa di atas perahu dayung. Saya diran tai

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 145

tepat dalam perahu dan bangku yang sam a dengan baron m uda
ini. Di atas perahu ini hanya ada em pat orang dari Marseille,
lim a orang pastor Napoli, dua orang rohaniwan lagi dari Corfou.
Mereka m engatakan bahwa peristiwa-peristiwa seperti itu terjadi
setiap hari. Baron itu beranggapan bahwa penderitaan yang
diala m inya lebih tidak adil jika dibandingkan den gan yan g
terjadi atas diriku. Sedangkan saya sendiri berpendapat bahwa
perbuatan m engem balikan satu karangan bunga ke dada seorang
wanita m estinya lebih ringan hukum an nya daripada yang telah
dijatuhkan atas orang yang m andi telanjang bersam a seorang
pengawal istana. Ka m i berdebat terus-m enerus, sehingga selalu
dihukum dengan dua puluh cam bukan kulit kerbau setiap hari.
Untunglah rangkaian peristiwa di dunia ini telah m enggiringm u
ke dalam perahu kam i, sehingga kam i dapat kau tebus.”
“Nah, Tuan Guru yang baik,” kata Candide, “setelah Tuan
digantung, dibedah, dicam buk, dan dipaksa m enja di pendayung
perahu ini, apakah Tuan tetap berpenda pat bahwa segala sesuatu
berjalan sebaik m ungkin?”
“Saya tetap berpegang pada pendapat saya yang per tam a,”
sahut gurunya itu. “Bukankah saya ini ahli ilsa fat, tidak pantaslah
kalau saya m enjilat ludah sendiri, m engingat bahwa Leibniz tidak
m ungkin keliru, serta keselarasan yang telah ditakdirkan adalah
hal yang pa ling indah di dunia, sebagaim ana juga m ateri yang
abs trak dan konkret.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

29

BAGAIMANA CANDIDE BERTEMU


KEMBALI DENGAN CUNEGONDE
DAN SI NENEK

CANDIDE, BARON, Pangloss, Martin, dan Cacam bo bergiliran


m enceritakan pengalam an m ereka m asing m asing. Mereka pun
m em persoalkan apakah peristiwa-peristiwa itu m erupakan suatu
rangkaian yang saling bergantung atau tidak di dunia ini. Mereka
m em perdebatkan m asalah sebab dan akibat, tentang keburukan
lahir dan batin, tentang kem erdekaan dan kebutuhan, tentang
kedam aian yang dapat dirasakan apabila orang dikerjapaksakan
di atas perahu di Turki. Sem entara itu perahu m endekati pantai
Propontide, dekat rum ah pangeran Transylvania. Pem andangan
pertam a yang terlihat adalah Cunegonde dan si Nenek, yang
sedang m enyangkutkan kain-kain lap pada tali jem uran.
Baron pucat pasi m elihat pem andangan itu. Kekasih yang
lem but, Candide, m undur tiga langkah karena ter kejut m e lihat

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 147

Cunegonde-nya yang jelita telah berganti rupa m enjadi perem -


puan berkulit kecokelatan, m ata berkerut m erut, dada kem pis,
pipi bergaris-garis, lengan m erah-m erah dan terkelupas. Nam un
secara kesatria dia segera m aju m engham piri. Perem puan itu m e-
m eluk Candide dan kakaknya. Mereka pun m erangkul si Nenek.
Candide segera m enebus kedua orang itu.
Di wilayah yang dekat ke sana ada tanah-tanah perta nian.
Si Nenek m engusulkan kepada Candide agar m e netap di situ,
sem entara m enunggu nasib yang lebih baik bagi sem ua anggota
rom bongan itu. Cunegonde tidak m enyadari bahwa rupanya
telah m enjadi jelek, karena tak pernah ada yang m em beritahukan
hal itu kepada nya. Dia m engingatkan Candide akan janjinya.
Nadanya begitu m em erintah, sehingga Candide yang baik itu
tidak berani m enolaknya. Maka disam paikannya kepada baron
bahwa dia akan m enikah dengan adiknya.
“Tak bakal saya m em biarkan dia m erendahkan dera jatnya
sen diri seperti itu,” kata baron, “juga kekurangajaranm u. Saya
tidak m au disesali nanti karena dianggap bertanggung jawab
atas pencem aran nam a baik ke luarga kam i, gara-gara hal itu
anak-anak adikku nanti tidak akan bisa tercatat sebagai anggota
ke luar ga bangsa wan J erm an. Tidak, adikku hanya boleh m enikah
de ngan seorang baron di lingkungan kekaisaran J erm an.”
Cun egon de bersim puh di kakin ya, dan m em ban jirin ya
dengan air m ata, nam un kakaknya tak tergoyahkan.
“Baron gila,” kata Candide, “saya telah m em bebaskanm u dari
kerja paksa, telah m em bayar uang tebusanm u, juga untuk adikm u.
Di sini adikm u itu m enjadi pencuci piring, dia jelek rupanya,
nam un saya berbaik hati akan m enjadikannya istriku. Dan kau
tetap punya ke som bongan untuk m enolak perm intaanku! Kalau
saya tidak bisa m enahan m arahku, m ungkin akan kubunuh kau
sekali lagi!”51
“Bunuh lagi kalau kau m au,” kata baron, “yang pasti, kau
tidak akan bisa m engawini Cunegonde, selagi saya m asih hidup!”
51 Candide yang lembut ternyata akhirnya tak bisa menahan amarahnya.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

30

PENUTUP

J AUH DI lubuk hatinya sebenarnya Candide tidak m em punyai


keinginan sam a sekali untuk m enikah dengan Cunegonde. Nam un
sikap baron yang keterlaluan som bongnya itu m endorongnya untuk
m elaksanakan pernikahan tersebut. Tam bahan lagi Cunegonde
m endesak terus-m enerus, sehingga dia tak dapat m enghindar.
Dim intanya nasihat-nasihat Pangloss, Martin, dan Cacam bo yang
setia. Pangloss m enyusun sebuah laporan, yang m em buktikan
bahwa baron tidak m em iliki hak apa-apa atas adiknya, dan
m en urut un dan g-un dan g m an a pun di seluruh kekaisaran ,
Cunegonde bisa saja m enikahi Candide setiap saat. Nam un
Martin m em buat usul yang khas: dia ingin m enceburkan baron
itu ke dalam laut. Cacam bo m em utuskan akan m engem balikan
baron itu kepada juragan perahu dan m em biarkannya m elakukan

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 149

kerja paksa lagi, setelah itu m engirim dia kepada kepala gereja
di Rom a dengan kapal pertam a. Pendapat itu diterim a baik. Si
Nenek pun m enyetujuinya. Adik nya tidak diberi tahu. Rencana itu
dapat dilaksanakan dengan bant uan sedikit uang. Yang m enerim a
upah m erasa senang karena m endapat kesem patan m enangkap
seorang J esuit, dan m enghukum kesom bongan seorang baron
J erm an.
Kemudian Candide menikah dengan kekasihnya, dan hidup
dikelilingi ahli ilsafat Pangloss, ahli ilsafat Mar tin, Cacambo yang
hati-hati, dan si Nenek. Wajar saja ka lau orang membayangkan
bahwa setelah mengalami se kian banyak bencana, dan berkat
begitu banyak berlian yang telah diangkutnya dari tanah air
orang-orang Inca kuno, mereka akhirnya dapat menikmati hidup
yang pa ling menyenangkan. Namun mereka seringkali ditipu
orang-orang Yahudi, sehingga yang tersisa hanyalah se bidang
lahan pertanian yang kecil. Setiap hari istrinya bertambah jelek,
judes, dan banyak tingkah. Si Nenek telah menjadi lumpuh,
sifatnya lebih sulit lagi da ri Cunegonde. Cacambo mengerjakan
kebun, dan sekali-sekali pergi m enjual sayuran ke Istanbul.
Dia terlalu lelah bekerja dan sering m engom eli nasibnya.
Pangloss putus asa, karena tidak mendapat kesempatan untuk
memamerkan kehebatannya di universitas-universitas J erm an.
Sedangkan Martin merasa yakin bahwa di mana pun orang sama
sengsaranya, m aka dia m enghadapi sem ua nya dengan sabar.
Candide, Martin, dan Pangloss kadangkala bertengkar gara-
gara masalah metaisika dan moral. Di bawah jendela mereka
sering terlihat lewat perahu-perahu yang ditumpangi para efendi,
bacha, kadi yang akan diasingkan ke Mytilene, di Erzeroum.
Kemudian terlihat berdatangan kadi lain, bacha lain, dan efendi52
yang m enggantikan m ereka yang diasingkan, sam pai datang
giliran m ereka sendiri untuk dibuang. Terlihat pula kepala-
52 Pejabat-pejabat inggi Turki.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
150 Voltaire

kepala yang dijejali jerami53 yang akan dipersembahkan kepada


Baginda Yang Mulia. Tontonan-tontonan itu menambah bahan
pembicaraan. Kalau tidak bertengkar, mereka merasa sedemikian
bos an, sehingga pada suatu hari si Nenek berani berkata, “Saya
merasa penasaran ingin mengetahui mana yang lebih menderita:
diperkosa seratus kali oleh perompak Negro, mempunyai pantat
yang dikerat, dipukuli dengan tongkat oleh serdadu Bulgaria,
dicambuk dan digantung dalam upacara auto-da-fe, dibedah, atau
melakukan ker ja paksa mendayung perahu, pokoknya menjalani
segala macam bencana yang kita semua telah alami, ataukah
tinggal tenang-tenang di sini tanpa mengerjakan apa- apa?”
“Mem ang itu pertanyaan penting,” kata Candide.
Pem bicaraan itu m em un culkan gagasan -gagasan baru,
terutam a Martin m enyim pulkan bahwa m anusia dilahirkan
untuk hidup dalam guncangan-guncangan ser ta kekhawatiran-
kekhawatiran, atau dalam kelesuan menekan yang ditimbulkan
rasa bosan. Candide tidak begitu setuju, namun tidak berkata
apa-apa. Pangloss mengakui bahwa dia selalu menderita, namun
ber hubung pernah mengemukakan bahwa segala sesuatu berjalan
sebaik-baiknya, dia akan selalu mendukung ga gasan itu, walaupun
tanpa mempercayainya.
Akhirnya terjadi suatu peristiwa yang bertambah meyakinkan
Martin tentang prinsip-prinsipnya yang su ram itu, yang membuat
Candide menjadi lebih terom bang-ambing lagi dan yang cukup
mem buat Pangloss merasa kikuk. Pada suatu hari mereka mene-
rima keda tangan Paquette dan Bruder Girolee di kebun mereka.
Keadaan mereka sangat sengsara. Rupanya dulu dengan cepat
mereka menghabiskan uangnya yang tiga ribu piastre itu. Mereka
pernah berpisah, lalu akur lagi, ber tengkar lagi, lalu m asuk
penjara, terus melarikan diri, dan akhirnya Bruder Girolee men-

53 Kepala pejabat yang dipenggal. Kalau datang dari jauh, otaknya dikeluar kan dulu, lalu dijejali
jerami.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 151

jadi orang Turki. Paquette masih melanjutkan profesinya di mana-


mana, na mun tidak pernah mendapat hasil apa-apa lagi. “Dulu
saya telah memperkirakan,” kata Martin kepada Candide, “bahwa
hadiah Tuan itu akan segera habis, bahkan akan mem buat mereka
lebih menderita lagi. Tuan pun telah mengeruk juta an piastre,
Tuan dan Cacambo, na mun Tuan pun tidak lebih ber bahagia dari-
pada Bruder Girolee dan Paquette.”
“Wah, wah, rupanya Tuhan m enggiringm u ke tem pat kam i,
anakku yang m alang,” ujar Pangloss kepada Paquette. “Tahukah
engkau bahwa gara-gara engkau, saya telah kehilangan ujung
hidung, satu m ata dan satu telinga? Nam un kau pun telah m en-
dapat ganjaran yang sa m a pula! Dunia ini apa sebenarnya?”
Kejadian itu telah mendorong mereka untuk berilsa fat lebih
gencar lagi dari sebelum nya.
Di sekitar wilayah itu ada seorang kiai yang sangat terkenal,
yang dianggap sebagai ahli ilsafat terhebat di seluruh Turki.
Mereka pergi m engunjunginya untuk m e m inta nasihat. Pangloss
m en jadi juru bicara. Dia berta n ya, “Pak Kiai, kam i datan g
untuk m inta penjelasan, m engapa m akhluk aneh yang bernam a
m anusia diciptakan?”
“Untuk apa kau turut cam pur?” jawab kiai itu. “Itu kan bukan
urusanm u.”
“Tetapi, Kiai,” sanggah Candide, “soalnya di m uka bum i ini
selalu terjadi begitu banyak keburukan.”
“Apa pedulim u,” sahut Kiai, “peduli am at tentang ke baikan
dan keburukan! Manakala Yang Mulia m engirim kan kapal ke
Mesir, apakah Baginda akan am bil pusing bahwa tikus-tikus yang
ada di kapal hidup senang atau tidak?”
“J adi kita harus berbuat apa?” tanya Pangloss.
“Tutup m ulut,” jawab Kiai.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
152 Voltaire

“Rasanya saya akan merasa bangga dapat berdiskusi dengan


Kiai tentang sebab dan akibat,” sambung Pangloss, “juga tentang
masalah dunia terbaik yang mungkin diciptakan, tentang asal mula
keburukan, hakikat jiwa, dan keselarasan yang telah ditakdirkan.”
Mendengar kata-katanya itu, Kiai membanting pintu di depan
hidung mereka.
Sementara mereka berbincang-bincang, beredar berita bahwa
di Istanbul dua orang hakim dan seorang m uf ti baru dicekik orang
dan beberapa orang teman mereka telah dipenggal kepalanya.
Bencana itu menjadi berita besar di mana-mana selama beberapa
jam. Ketika pu lang, Pangloss, Candide, dan Martin bertemu dengan
seorang tua, yang sedang makan angin di pintu rumahnya, di
bawah naungan pohon jeruk. Pangloss, yang se lain selalu berpikir
juga selalu ingin tahu, bertanya kepa danya siapa nama m ufti yang
baru dicekik orang itu. “Saya tidak tahu sama sekali,” jawab kakek
itu, “saya tidak pernah mengetahui nama m ufti ataupun perdana
menteri. Saya pun tidak mendengar sama sekali peristiwa yang
Tuan ceriterakan. Saya berpendapat bahwa pa da umumnya mereka
yang turut campur urusan-urusan umum kadangkala meninggal
dalam keadaan sengsara, dan itu sudah sepantasnya. Saya sendiri
tidak pernah mencari keterangan tentang apa yang terjadi di
Istanbul. Saya cukup puas mengirimkan buah-buahan dari kebun
yang kutanami untuk dijual di sana.” Setelah berkata demikian,
orang-orang asing itu dipersilakan nya masuk ke rumahnya. Dua
orang anak gadis nya dan dua orang putranya menghidangkan
beberapa jenis sorbet buatan sendiri, kaim ak dengan selai jeruk,
buah jeruk, sitrun, lemon, nanas, kurma, kenari, dan ko pi dari
Moka yang sama sekali tidak dicampur dengan kopi kualitas buruk
dari Batavia dan kepulauan sekitarnya. Setelah itu kedua anak
gadis orang Islam yang baik itu mencipratkan wangi-wangian ke
janggut Candide, Pangloss, dan Martin.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
CANDIDE 153

“Tentunya Tuan m em iliki tanah luas yang subur,” ka ta


Candide kepada orang Turki itu.
“Saya hanya m em punyai dua puluh are saja,” jawab orang
Turki itu, “saya m en gerjakan n ya bersam a an ak-an ak saya.
Pekerjaan m enjauhkan kita dari tiga keburu kan: rasa bosan, dosa,
dan kem iskinan.”
Pada waktu pulang ke lahan pertaniannya, Candide m e re-
nungkan kata-kata orang Turki itu. Dia berkata ke pada Pangloss
dan Martin, “Saya rasa orang tua tadi te lah ber hasil m em buat
nasibnya lebih baik daripada kee nam raja yang ditu run kan dari
takhta, yang telah m em be ri penghorm atan kepada kita dengan
m akan m alam ber sam a-sam a.”
“Mem ang kebesaran pada hakikatnya sangat berba haya,”
jawab Pangloss, “dem ikian m enurut laporan-laporan sem ua ahli
ilsafat. Karena pada akhirnya Eglon, raja bangsa Moabites, telah
dibu nuh oleh Aod; Absalon digantung pada ram butnya dan di-
tusuk dengan tiga tom bak; Raja Nadab, putra J eroboam , dibu nuh
oleh Baza; Raja Ela oleh Zam bri; Ochosias oleh J ehu; Athalie oleh
J oiada; raja-raja J oachim , J echonias, Sedecias terpaksa m en jadi
budak belian. Engkau pun tahu bagaim ana m e ninggalnya Cresus,
Astyage, Darius, Denys dari Siracusa, Pyrrhus, Persee, Annibal,
J ugurtha, Arioviste, Cesar, Pom peius, Nero, Othon, Vitellius,
Dom itien, Richard H. dari Inggris, Edward II, Henry VI, Richard
III, Marie Stuart, Charles I, ketiga Raja Henri dari Prancis, Kaisar
Henri IV? Kau tahu....”
“Saya tahu juga,” kata Candide, “bahwa kita harus mengerjakan
kebun.”
“Kau benar,” kata Pangloss, “karena, tatkala manusia berada
di taman Eden di surga, dia ditempatkan di situ ut operatur eum ,
untuk bekerja di situ. Hal itu membuktikan bahwa manusia tidak
dilahirkan untuk bermalas-malasan.”

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com
154 Voltaire

“Mari kita bekerja tanpa banyak berdiskusi,” usul Martin,


“itulah satu-satunya cara agar hidup kita ini le bih tertanggungkan.”
Seluruh anggota kelompok itu pun segera melaksana kan tu-
juan terpuji itu. Setiap orang merealisasikan ba kat masing-masing.
Lahan itu banyak menghasilkan. Pa da kenyataannya Cunegonde
memang jelek sekali rupa nya, namun dia berhasil menjadi tukang
kue yang mahir. Paquette bisa menyulam. Si Nenek mengurus
cucian. Bahkan sampai-sampai Bruder Girolee pun tak keting-
galan berpartisipasi; dia menjadi tukang yang sangat trampil,
dan bahkan menjadi orang baik-baik. Kadang- kadang Pangloss
berkata kepada Candide, “Semua per istiwa saling terkait dalam
dunia terbaik yang mungkin diciptakan, karena kan seandainya
engkau tidak diusir dari istana yang indah dengan tendangan di
pantat gara-gara cintamu untuk Nona Cunegonde, seandainya eng-
kau tidak dijatuhi hukuman oleh Mahkamah Agama, seandainya
engkau tidak menjelajahi Amerika dengan jalan kaki, seandainya
engkau tidak menusuk baron de ngan pedang, seandainya engkau
tidak kehilangan se mua kambing Eldorado itu, engkau mungkin
tidak akan mengalami makan selai jeruk dan kenari di sini.”
“Mem ang benar sekali,” jawab Candide, “nam un kita harus
m engerjakan kebun kita.”54

54 Dalam ari sebenarnya Voltaire sendiri telah melaksanakannya di Les Délices, kemudian di
Ferney. Dalam ari kiasan kita dapat memahaminya sebagai berikut: untuk mengimbangi
kesengsaraan yang diimbulkan kondisi manusia, apabila perbuatan idak dapat dianggap
sebagai “obat”, paling idak sebagai “hiburan” untuk melupakannya. Kesimpulan ini
menunjukkan sikap pesimisme yang membangun, yang sangat berbeda dengan opimisme yang
mengakhiri hikayat Voltaire lainnya, Zadig.

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

pustaka-indo.blogspot.com
http://pustaka-indo.blogspot.com

VO LT A I R E
CANDIDE

andide, dongeng ilsafat sair yang ditulis oleh Voltaire,

C bercerita tentang seorang pemuda dari Westphalia bernama


Candide dan kisahnya bertualang keliling dunia untuk
menyelamatkan kekasihnya, Cunegonde. Candide merupakan
seorang yang sangat opimisis meskipun dalam perjalanannya
ia selalu menghadapi bencana dan musibah. Sifatnya itu didapat
dari gurunya, Pangloss. Melalui novel ini, secara idak langsung
Voltaire menyatakan bahwa dunia merupakan sebuah distopia
dan kekejaman manusialah yang membuat dunia ini menjadi idak
sempurna.

SASTRA

KPG: 59 16 01248

KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA)


Gedung Kompas Gramedia, Blok 1 Lt. 3, Jl. Palmerah Barat 29-37, Jakarta 10270
Telp. 021-53650110, 53650111 ext. 3359; Fax. 53698044, www.penerbitkpg.id
KepustakaanPopulerGramedia; @penerbitkpg; penerbitkpg
pustaka-indo.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai