Anda di halaman 1dari 115

Nikmati Malammu

yang Seksi

PRESS

1
Nikmati Malammu yang Seksi

Penulis:

Miswari

Layout:

Yazid Qulbuddin

Desain Cover:

Muhammad Halim

Cet. I:

September, 2011

Penerbit:

Pelajar Islam Indonesia (PII) Press

Jl. Menteng Raya No. 58 Jakarta Pusat

Telp./Fax. (021) 3153572

ISBN:

978-602-99420-1-9

Dilarang memperbanyak sebagian maupun keseluruhan isi buku

tanpa izin tertulis dari penulis dan penerbit.

2
Kata Pengantar

Literatur dalam maknanya yang luas adalah segala macam karya tulis.
Selanjutnya semakin hari berbagai macam karya tulis diberikan pembagian
tersendiri. Setiap karya tulis diteliti lalu diberikan ruangnya masing-masing.
Dua pembagian besar adalah kategori karya ilmiah dan fiksi. Fiksi lalu
dikategorikan dalam bentuk novel, cerita pendek, puisi dan lainnya. Karya
ilmiah adalah karya yang berdasarkan laporan faktual yang mencamtumkan
kutipan-kutiban bertanggungjawab.
Pengelompokan ini mambantu para pembaca dan peneliti untuk
mudah menemukan pembagian kelompok literasi yang mereka butuhkan.
Namun seringkali pengelompokan ini membingungkan mereka yang baru
melangkahkan kaki di dunia penulisan. Banyak penulis pemula terlebih
dahulu memikirkan karya yang akan dia tulis akan masuk kelompok mana.
Hal ini sering mengendurkan semangat calon penulis sehingga sering
membuat ide dan gagasan besar mereka terkubur dalam kebingungan.
Padahal pengelompokan itu tidaklah terlalu baik, bahkan di
perpustakaan besar sekalipun mereka sering keliru mengelompokkan literasi-
literasi. Ambil contoh karya Annemarie Shimmel yang berjudul
“Menyingkap yang Tersembunyi”, jelas-jelas karya itu adalah tulisan ilmiah
yang mengkaji tentang puisi-puisi para mistikus muslim abad pertengahan,
namun kita hanya bias menemukannya pad arak buku fiksi. Kemudia kita
menemukan karya-karya Friedrick Nietzsche, “Zarathustra‟‟ di ruang
Filsafat. Padahal bentuk tulisan itu adalah fiksi yang harus diletakan bersama
buku-buku novel.
Kalau memang ingin memberikan kategori yang ketat pada setiap
literasi, seharusnya yang perlu diperhatikan adalah model karyanya, bukan isi
yang dibahas di dalamnya.
Sarjana Kesusastraan telah berhasil melaporkan latar belakang serta
penulisan ketiap karya yang digolongkan ke dalam jenis fiksi. Laporan-
laporan mereka misalnya tentang hal-hal lazim dalam sebuah novel sering
memudahkan calon novelis menggerakkan tangan karena telah menemukan
panduan yang baik. Namun seringkali pula laporan-laporan sarjana itu
dijadikan pedoman wajib dimana bila tidak memenuhi laporan tadi tidak
dianggap bagian dari kategori tertentu. Misalnya novel mengandung plot,
tokoh, setting dan sebagainya. Bila salah satu dari kriteria novel itu tidak
terpenuhi maka segera sebuah karya dicampakkan dari rak novel.
3
Kita harus memahami dan menerima bahwa laporan para sarjana itu
adalah laporan atas karakter karya-karya di masa sebelum mereka
melaporkannya. Laporan-laporan itu tidak boleh dijadikan standar atas suatu
karya. Penulis karya yang mereka teliti itu tidak mengikuti aturan-aturan
apapun. Mereka hanya menulis dan menulis. Namun selanjutnya sarjana
sastra itulah yang memberi nama simbol dan istilah seperti setting, plot,
karakter dan lainnya.
Seperti ingin menjadi seorang filsuf dosen atau sarjana Filsafat bukan
guru yang baik, menjadi sastrawa dosen dan sarjana Sastra juga bukanlah
guru yang baik. Guru yang baik bagi filsuf dan sastrawan adalah alam.
Keduanya adalah otrang yang paling peka terhadap alam dan manusia.
Kepekaan seorang filsuf diekspresikan dalam karya tulis yang
mendetail dan rumit, sementara seorang sastrawan mengekspresikannya
dalam karya tulis yang indah dan menyentuh.
Buku yang ada di tangan anda saat ini adalah laporan dari sebuah
kepekaan atas realitas yang diamati dan dialami penulisnya. Meskipun tak
seindah dan sebaik yang kita harapkan, setidaknya untaian-untaian di
dalamnya dapat ikut menyentu kepekaan kita. Harapan kami adalah kepekaan
itu dapat pembaca ekspresikan dalam karya-karya nyata yang positif.

September 2011, PII PRESS

4
Daftar Isi

Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Taman Para Pecinta 1
Aforisme 5
Datang, Kasih dan Pergi 6
Masih ada Perempuan Jam 11 Malam 7
Biasa 11
Puasa Tukang Bergadang 15
Aku Punya Seperti itu 18
"Apa yang Tersisa Bagiku" 19
Mimpi tentang Terbang 21
Ketua 25
penyembah kaki-kaki 26
Aku, Dewa Matahari dan Mimpi Seekor Bayi Elang 29
Aku 32
Kamu Segalanya Bagiku 35
Katakan Begini 36
Kau Inspirasi Cinta Sejati 38
Cinta yang Tinggi 40
Samudera Hati 41
Daging Babi Syari'ah 43
Nikmati Malammu yang Seksi 45
For Your Eyes Only 47
Engkaulah Rembulanku, Terangi Rumah Gulitaku 49
Ya Allah Mudahkan Jalan Hamba 51
kemana-mana suka-suka berdua-dua 52
Mati sebagai Syuhada atau Hidup di Dalam Perut Babi 53
Biar Bait-bait Indah Kembali 54
Abu tidak Menulis Lagi? 56
Perempuan Mencintai seperti Tuhan 57
Hidup adalah Bermain Rasa 58
Minang 60
Biarkan kenangan pergi 63
Cinta bukan Bunga 64
Kukira itu bukan Tuhan 65
Kota Tua 66
5
Dalam Sedu-sedan Ingat Dirimu 68
Jam malam 69
Aku tidak Ingin Menjadi Manusia 70
Karena tak Ada Lagi Wajahmu 71
Sekarung Tepung untuk Nabi 72
Tidak Ada Pohon Lagi 73
Sebatang Pohon, Untukmu! 74
Cinta Biasa 75
Sepi Sendiri 76
Kau lihat bintang-bintang yang indah bila malam cerah? 77
Cinta Bedebah 78
Si Manis dan Susu Kental Manis 79
Cermatilah Tempat Jatuhnya Airmatamu, Disanalah Harta karunmu 80
Bingung 82
Mata 83
Menolehlah Sekali Lagi 84
Malam Ini Tak ada Puisi 86
Rusak Peradaban... 87
Darah Menyimpan Gairah 88
Wanita, Siapa Peduli! 89
Cintaku Emas Murni 91
Kita Wayang, Mereka Dalang 92
Malam Ini Tak Ada Bintang 93
Seniman yang Malang 94
Tanah Jeumpa 95
Kaplat 96
Sampai Bertanduk Kepala Kucing 97
Semua yang Kumiliki 98
Sabang: Begitu Sejuk, Begitu Damai 100
Menjelang Berbuka 101
Pada Senja di Tamiang 103
Celaka 104
Juli 105
Dualitas Tidak Ada 106
Dijajah 107
Taman Bintang 108
Semarak Kuning 109

6
Taman Para Pecinta

Allah karena kesuciannya membuat hijab bagi wajahNya.


Manusia karena kezalimannya semakin mempertebal hijab itu.
**
Pemberani matinya hanya satu kali.
***
sampai kapanpun aku takkan percaya dualisme
Tidak ada tembok pemisah antara jiwa dan raga, antara ruh dan tubuh.

Maka aku duduk termenung, memikirkan tentang hati yang terbuat dari
lempung. Bagaimana bisa ada Tuhan di dalam tanah yang hina-dina ini.
Kalau bukan karena Tuhan yang turun ke dalam hati
Pasti karena hati yang naik ke tempat yang Tinggi.
***
Alam, dengan segala keindahannya, dia polos
Manusia, sesuatu yang ganas
Celakalah manusia yang merusakkan alam.
Maka kemuliaan bagi yang memakmurkannya
***
Jiwa yang kaya memandang dunia sebagai persinggahan saja
Jiwa yang papa melihat dunia sebagai segalanya
Jiwa yang kaya menyambut kematian dengan suka cita
Jiwa yang papa mencurahkan segenap tenaga menghindarinya
***
Kematian seorang yang mulia ditangisi mawar dan sejuta makhluk bumi
lainnya
Disambut gembira para malaikat dan sejuta makhluk langit
Kematian seorang perusak adalah berita gembira bagi tetumbuhan obat dan
sejuta tumbuhan hutan
Disesali kehadirannya oleh sejuta makhluk langit
***
Hanya yang turut bangun pada pagi hari
berkeringat di siang hari karena penat bekerja
dan pulang sore hari yang patut merenungkan indahnya rembulan pada
malam hari
Hanya mereka yang layak larut bersama indahnya irama kehidupan.
Selain itu adalah benalu bagi semesta.
***
Bagaimana pentingnya pemikiran dalam agama?
Seperti ikan yang harus terus bergerak.
7
Sedikit saja berhenti, dia mati
Dapat disantap tanpa disenbelih
Itulah Islam kini
***
Cinta pada Tuhan adalah cinta yang aneh
Bukan untuk dipertanyakan, tapi untuk dipatuhi
***
Nusantara, Sejuta candi
Tak ada satu jiwa Brahmanapun di sana
Biarkan garuda lambang negara
Tak satu jiwa pun dirasukinya
Islam adalah isi, bukan bentuk
***
Allah tidak pernah mempertanyakan banyaknya ibadahmu
Allah hanya menilai kualitas dan kontinyuitas ibadahmu
***
Sebanyak apapun dosamu, sebesar apapun maksiat yang kaulakukan
Tidak ada apa-apanya dibandingkan rahmat dan ampunan Allah yang tidak
ada batas
***
Allah, karena kecintaannya dan kepercayaannya yang terlalu besar bai
manusia mengutuskannya ke muka bumi.
Manusia, karena ketololan dan kebiadabannya mengkhianati cinta dan
kepercayaan.
***
Meski kebenaran hanya ada ketika Tuhan sendiri turun menafsirkan Al-
Qur'an
namun setidaknya filsuf mampu menentramkan untuk sejenak hati yang
menggejolak karena 'apa', 'bagaimana' dan 'ke mana'.
***
Usahakan manusia-manusia mulia saja yang tercipta karena bila ingin
menjadi tinggi kau harus dilihat dari kacamata-kacamata kemuliaan
manusia-manusia adalah cermin pribadimu dari merekalah kamu dinilai.
***
Salah satu usaha mencapai derajat Muttaqin adalah berpuasa dengan
melibatkan seluruh anggota tubuh.
Tiga kebaikan diperoleh oleh Muttaqin yaitu husnul khatimah, kelapangan di
Barzakh dan kemenangan saat berbangkit.
***
Tak perlu bersusah payah mengejar dunia untuk mencari bahagia
Nyalakan cahaya hati dan reguk kebahhagiaan sejati
8
***
Bila tidak tinggal puasa, tiap malam tarawih dan tidak melakukan dosa besar
selama Ramadhan
Juga kamu telah membayar zakit fitra, telah shalat Hari Raya dan telah saling
bermaaf-maafan dengan siapa saja yang pernah kamu kenal, maka bersiaplah
memasuki surga.
***
Berhentinya hembusan nafas
Berakhirnya detakan jantung bukan akhir segalanya
Justru sebenarnya awal dari semua
***
kebahagiaan itu ada di dalam diri, pada hati
Singgasana raja dan tikar lusuh tiada beda
Bagi sesiapa yang mampu menghidupkan hati
***
Tidak ada yang melebihkan sufi-sufi dari para filsuf selain mereka melihat
Tuhan dengan mata hati dan filosof melihatNya dengan mata pikiran dan
pikiran itu sering keliru
***
Cintai dunia dan jasad sebaik-baiknya agar ruhmu menjadi saksimu di akhirat
***
Apa itu sedekah? Hanyalah bagian dari sekian pembuktian bahwa kamu
beriman.
***
Kalau sudah cukup ilmu bolehlah berjihad untuk diri sendiri, tapi jangan
rakan . membuat hukum dalam perkara agama.
***
Hari esokmu kau tentukan hari ini
detik ini
***
Jangan kau caci bentuk sains sementara kamu buta dan tidak mampu meraba.
***
Janganlah menjadi ayam yang mencari makan dengan mengais tanah
Jadilah elang yang gagah dan mencari makan di angkasa lepas
Temukan sayapmu
Dan, kau hidup
***
Mujahid bukanlah mereka yang membenci dunia
Mujahid adalah mereka yang mencintai dunia namun rela mengorbankannya.
***
Semua yang terlihat mata kita mempunyai jiwa
9
Semua jiwa melahirkan jasad
Jiwa kitalah yang paling mulia
Dengan bukti jasad kitalah yang paling indah. 8
Kita punya kebebasan sebesar-besarnya menentukan kehendak secara bebas
merdeka
Namun kehendak kita adalah kehendak-Nya.

10
Aforisme

Aku menemukan kesamaan antara wanita yang sedang mastirbasi dengan


seorang pesuluk saat sedang berada pada puncak pengalaman tertinggi.
***
Cinta yang menggelora di hati sedikit saja alirannya ke ujung jari membuat
aku kejang-kejang sendiri.
***
Peusangan, selain mampu menghasilkan aneka buah, dari rahimnya gadis-
gadis tercantik se-Asia Tenggara lahir.
***
Kenapa kita sulit bersama? Karena kita tidak pernah terbang bersama.
***
Tanpa syarat, yang baru semuanya ketat.
***
Saat menciumnya matamu kau tutup.
Wajah siapa yang tampak?

Saat akad mengucap namanya.


Nama siapa yang kau ingingnkan?
***

Sunni masih tidur padahal sudah zuhur.


Sambil tidur mereka memaki.
"Celaka kau syi'i".
***
Jam tangan baru terdengar berdetik bila telah tiba sunyi
Istri sendiri baru terlihat cantik bila semua wanita di atas dunia ini telah mati

11
Datang, Kasih dan Pergi

Kita datang masing-masing

Berkasih-kasih bersama

Pergi sendiri-sendiri

12
Masih ada Perempuan Jam 11 Malam

Masih ada perempuan.


Jam 11 malam.
Pulang dari bekerja.
Jam 11 malam?
Jam 11 Malam.
Mungkin dia lembur.
Itu artinya dia sedang butuh banyak uang.
Mungkin ibunya sedang dirawat di rumah sakit.
Mungkin dia bukan pulang kerja.
Tapi bajunya rapi.
Seragam.
Berarti dia memang baru pulang kerja.
Dan pasti dia lembur?
Mungkin bukan karena mengharap uang tambah.
Mungkin dia dipaksa lembur atasan karena hukuman.
Sering bolos.
Tidak disiplin.
Atau mengganti kawannya yang sedang cuti melahirkan.

Kasihan dia.
Mana suaminya.
Mungkin dia belum bersuami.
Wajah menunjukkan usianya tidak muda lagi.
Suaminya di rumah.
Suaminya belum sampai di rumah.
Suaminya minggat.
Diusir.
Melarikan diri.
Dilempar tutup panci.

Tidur
Jam 2 pagi terbangun.

Ada dua orang wanita trotoar.


Cantik.
Baru selesai mandi.
Lipstik tebal.
Mek ap tebal.
13
Pelacur.
Kata santun!
Wanita malam?
Belum sopan.
Wanita penghibur?
Lebih kasar.
Lonte.
Plook.

Di halte sedang berbincang seorang kupu-kupu malam dengan seorang pria.

Negosiasi.
Tepat sekali.
Kok lama sekali?
Tarifnya terlalu tinggi.
Kalau tak punya uang ke kamar mandi aja.
sudah bosan.
Mungkin pacarnya.
Pacar pelacur malam tidur.
mungkin temannya.
Teman takkan mengganggu saat cari makan.
Mungkin langganan.
Tidak mungkin lama-lamaan.
Pasien baru.
Kemungkinan.

Jam tiga

Mobil-mobil sudah mulai berlalu-lalang.


Semua memasang kecepatan tinggi.
Semuanya taksi.
Semua kosong.
Mau ke mana?

Lama berfikir.
Tak menemukan jawaban.
Baiknya ke taman.
Mencari inspirasi.

Di taman.
14
Tak ada.
Ramainya orang.
Tak peduli.
Ramai gadis remaja.
Semua cantik.
Paha semuanya terlihat.
Semua cantik.
Semua bersih.
Anak orang kaya.
Pasti tidak jual diri.
Kenapa?
Karena punya uang.
Tidak menjualkan.
Pasti.
Tidak berhubungan.
Tidak juga.
Tidak tahu juga.
Nampaknya iya.
Gratis.
Gratis?
Bagi-bagi.
Tidak bagi-bagi.
Tapi kasih.
Tidak dijual.
Gratis.
Di bawah lonte.
Tepat sekali.
Tapi anak orang kaya.
Pasti berbudaya.
Jual budaya.
Gratis budaya.
Tidak diobral?
Obral terbatas.
Sembunyi-sembunyi.
Bukan obral.

Pulang.

Buka TV.
Manchaster United versus Manchaster City.
15
Menjerit bola belum masuk kotak penalti.
Diusir.

Ke Masjid.

Tahajjud.
Tertidur.
Azan.
Dibangunkan.
Pindah ke serambi.
Terbangun.
Shalat dhuha.

16
Biasa

Mata memandang berlaksa fenomena.


Hati hening tak bergeming.
Biasa.
Dalam biasa.
Bebas leluasa.
Karena biasa.
Selalu bahagia.

Itu puisi orang.


Punya siapa?
Tidak ingat.
Orang Barat?
Orang Cina.
Yakin?
Mungkin.

Buat sendiri.
Buat sendiri?
Puisi.
Lebih baik.
Tidak bisa.
Coba saja.
Kalau jelek?
Bukan soal.
Bukan soal?
Yang penting otentik.
Otentik?
Otentik.
Otentik.
Asli.

Aku mencintaimu.
Benar-benar cinta.
Kan kubuatkan kau rumah.
Dari tulang rusukku.
Kuberi kau makan.
Dari buah yang pohonnya kusiram dengan keringatku.
Kuberimu minum dari cahaya mataku.
17
Kupintakan kau pakaian dari benang nadiku.

Malu sedikit.
Itu osensik.
Otentik.
Otentik.
Tidak otentik.
Murni.
Tidak murni.
Punya Orang Cina?
Orang Barat.
Timur Tengah.
Orang Barat

Malam.

Membakar.
Membakar?
Kertas-kertas.
Kedinginan?
Kepanasan.
Kepanasan?
Kehangatan.
Kehangatan?
Mereka.
Mereka?
Yang berdekap.
Bukan karena apimu.
Karena apiku!
Karena didekap.
Karena apiku.
Dekapan.
Terbakar.
Kehangatan.
Berbeda?
Beda.
Penyesalan.
Bukan cinta?
Bukan cinta.

Lebih beruntung.
18
beruntung?
Daripada dikepung
Dikepung?
Angin malam.
Kertas.
Sebagai tameng.
Angin malam.
Menipu diri.
Menjaga harga diri.
Menjaga egosentri.
Menjaga cinta.
Cinta berbatas pada ejakulasi.
Cinta tak bertepi.
Cinta tak bertepi?
Bahkan tak berkait ruang.
Ah, guyon.
Bahkan tak berurusan dengan waktu.
Bisa jatuh cinta kapan saja?
Cinta telah ada sebelum bulan, matahari dan arloji tercipta.
Kenapa baru terasa setelah berjumpa?
Saat berjumpa.
Pertama kali.
Akal mampu.
Untuk?
Merespon.
Merespon?
Merespon cinta.
Melalui nada.
Dengan getaran.
Jantung.
Berdetak.
Kencang.
Mata?
Sendu.
Darah?
Seperti aliran.
Aliran air?
Listrik.
Panas?
Cepat.

19
Kalau tak datang?
Siapa?
Cinta.
Pandangan pertama?
Pandangan pertama.
Tak akan.
Selamanya?
Selamanya.

20
Puasa Tukang Bergadang

Putra,
Tidur saja
Usah kau berpuasa
Kumelihat ini kebohongan semata
Tidur mulai matahari tiba
Bangun diakhir senja
Alasanmu sunnah namanya

Abu, mari puasa


Ah, kalian saja
Seharian kalian tidur saja
Kaukatakan itu puasa
Orang mau bergadang memang banyak alasannya
Lagi pula makan sambil tidur mana ada

Ah, kalian ada-ada saja


Malam berpesta bersama
Ada pula kawan saya
Di Medan tinggalnya
Tidak shalat ada alasannya
Katanya berpuasa
Bagaimana menegakkan agama
Sementara tiangnya tiada
Puasanya sunnat pula

Manusia aneh-aneh tingkahnya


Menabungnya di Bank Syaria
Katanya bebas riba
Tapi ternyata itu daging babi juga
Daging babi syaria
Mana ada
Mana ada babi halal dagingnya
Bank Syaria Bukan sekerdar jilbab saja
Dikenakan para pegawainya
Eh ternyata, ada juga ada bunga
Bagaimana Mendapatkan Ridha Allah Ta'ala
Hukum Tuhan dipermainkan adanya

21
Maria, what do you doing
Whay dont you sleeping
Wow, you are cooking
You say you wanna fasting
But how it can call fasting
You are sleeping

Don't kiding
Imposible eating in sleeping
You not fasting
You are sleeping
Stop what do you doing
Tomorrow there is no fasting
Please get sleeping
You can wake up in the morning
Get up in the morning
You can do something
That is interesting

If now you don't sleeping


Tomorronw you most sleeping
And you say it fasting
Sleeping start in the morning
Dzuhur it most passing
Afternoon you wake up and taking
Taking praying
Its not interesting

Listen what I saying


You are smiling
You stay cleaning
Floor you washing
Up on fire rice Boouling

Aa Lain lagi
Dia suka nonton tivi
Semua film tak ada yang dia lewati
Mulai dari dari drama hingga komedi
Semua dia putari
Kadang-kadang aku ingin usil sekali
Visidinya kukasih sembunyi
22
Ternyata dia simpan banyak yang lain lagi
Dia mengoleksi banyak visidi
Dia juga menyimpan dividi
Tapi kuyakin tidak ada vidio bertali
medol begitu sudah lama sakali

Aa, Hendak nonton apa malam ini


Kisah orang bunuh diri
Atau yang bertema religi
kusarankan menonton Juumanji
Filmnya enak sekali
Jawabannya membuatku terkejut sekali
Dia telah menontonnya belasan kali

Lain lagi dengan yang namanya Kide


Setiap malam main gaple
Kadang-kadang sudah mulai sejak sore
Saket ulee bak tapikee

Rakan meutuah pat manteng gata lahe


Rupa peukateun ngen geutanyuo bek ta hireun lee
Chit ka meunan seujak ban lahee
Peurangui nyan han jeut tabeh lee
Baroe meu akhee sapee an matee

23
Aku Punya Seperti itu

Aku Punya Seperti itu


Tapi gila
Kutinggalkan

Aku Punya Seperti itu


Tapi tiada cinta
Kutinggalkan

Aku Punya Seperti itu


Tapi membuat sengsara
Kutinggalkan

Aku Punya Seperti itu


Tapi melahirkan sengsara
Kutinggalkan

Aku Punya Seperti itu


Tapi menghilangkan 'Aku'
Kutinggalkan

Karena bukan cinta


'Aku' harus terus ada
'Aku' tidak boleh sirna

Duhai kalau cinta


Lenyapkanlah 'aku'
Ambil semua dariku

Walau tulangku remuk-redam


Meski sayap-sayapku lumpuh
Meski tiada lagi yang namanya 'Aku'
Aku rela
Duhai kalau cinta

24
"Apa yang Tersisa Bagiku"

Apa yang kau cari dalam hidup ini


Kekasih
Bukan untuk menyemai sayang
Kukira semuanya berakhir saat ejakulasi

Apa yang kau cari dalam hidup ini


Rumah
Hanya untuk menegur dunia bahwa engkau kaya
Semuanya akan berakhir dan kau akan dilemparkan anak dan istrimu dari
rumahmu ke lubang kubur

Apa yang kau cari dalam hidup ini


Mobil mewah
Sebagai bangker melarikan diri dari realitas yang seharusnya kau lalui
Kau lebih memilih kulit dan jantungmu yang tergores

Apa yang kau cari dalam hidup ini


Pangkat
Adalah untuk membersihkan kacamatamu dan menyadarkan egomu bahwa
kau berkuasa

Apa yang kau cari dalam hidup ini


Jabatan
Adalah sebagai beban yang kaupikul dan aku melihatmu persis seperti
pengembara yang memikul unta

Apa yang kau cari dalam hidup ini


Gelar
Adalah untuk mengkhabarkan pada dunia bahwa engkaulah manusia paling
cerdas dan wajib diikuti

Apa yang kau cari dalam hidup ini

Hingga aku menemukanmu di suatu lorong sudut kota, gelandangan dan


berucap, melalui lisan Zarathustra:

Apa yang tersisa baguku?


Satu hati yang letih dan pemberang
25
Kehendak yang gelisah
Sayap-sayap yang lemah
Tulang punggung yang patah

26
Mimpi tentang Terbang

Tak boleh ke nisan


Mereka bajingan
Tak boleh mendoakan yang telah mendahului
Agama iblis
Mereka punya otak tapi tak punya pikiran
Mereka punya jantung tapi tak punya rasa
Mereka punya paru-paru tapi tak punya udara
Mereka miliki jasat tapi nihil jiwa

Oh, biarkan mereka mati seperti debu


Tidak dikenang

Aku tak bisa lari bahwa cinta itu emosi


Ah, lagi-lagi aku salah

Kawan, maukah kamu,


bersamaku malam ini
Kita tinggalkan ahli-ahli bidah pembual itu
Mereka adalah manusia-manusia rendah
Penyembah kebenciah biarkan mereka mati
seperti bangkai
Takkan seorangpun sudi mendekati
bangkai mereka
Mereka adalah penyembah dualisme sejati
Mereka membanggakan matahari dan mengaku diri terang
Duhai mereka masih kegelapan
Tidak menemukan kesamaan jasad dan jiwa

Tinggalkan para penyembah gelar itu


Mari bersamaku malam ini
Mari kubawa bersamaku
Mari menyusup kedalam mimpiku
Mimpiku adalah mimpi yang tinggi
Mimpiku tinggi-tinggi
Mimpiku tentang terbang

Kutahu kau tak mau beranjak karena takut ketinggian


Lalu Iblis membisiki relung jiwamu
27
Dia membisikkan tipudaya tentangku
Duhai kalau kau ikut bersamaku

Bahwa terbang adalah nyata


Bahwa terbang adalah manusia
Hanya manusia yang mampu terbang
Sesungguhnya terbang hanya untuk kita
Untuk manusia

Kawan, masihkah kau bersembunyi dibalik matahari palsu tukang bidah


Masihkahkau bersembunyi dibalik jubah penyembah berhala
Janganlah kau menyerahkan diri pada Iblis

Duniamu dunia tinggi


Mimpimu adalah mimpi tentang terbang
Duhai bila sayap-sayapmu masih kaku
Naiklah kepundakku
Bersama selalu

Mari kita menyongsong sebuah negri yang bestari


Sebuah mimpi yang tiada beda air dan udara
Di sana ikan bisa beterbangan di angkasa
Di sana burung bisa menyusup ke dasar kedalaman laut

Kawan, disana lumba-lumba bayak berenang di air sungai


Mari kuperlihatkan padamu

Mari kita ke sebuah tempat dimana cinta bisa kau pahami dengan seksama

O, kau tak bisa kesana


Kumohon padaku kau percaya saja
Kumenemukan sebuah arti daripada cinta

Kita tidak mengetahui cinta karena kita sendiri adalah cinta

Tak boleh ke nisan


Mereka bajingan
Tak boleh mendoakan yang telah mendahului
Agama iblis
Mereka punya otak tapi tak punya pikiran
28
Mereka punya jantung tapi tak punya rasa
Mereka punya paru-paru tapi tak punya udara
Mereka miliki jasat tapi nihil jiwa

Oh, biarkan mereka mati seperti debu


Tidak dikenang

Aku tak bisa lari bahwa cinta itu emosi


Ah, lagi-lagi aku salah

Kawan, maukah kamu,


bersamaku malam ini
Kita tinggalkan ahli-ahli bidah pembual itu
Mereka adalah manusia-manusia rendah
Penyembah kebenciah biarkan mereka mati seperti bangkai dan takkan
seorangpun sudi mendekati
bangkai mereka
Mereka adalah penyembah dualisme sejati
Mereka membanggakan matahari dan mengaku diri terang
Duhai mereka masih kegelapan
Tidak menemukan kesamaan jasad dan jiwa

Tinggalkan para penyembah gelar itu


Mari bersamaku malam ini
Mari kubawa bersamaku
Mari menyusup kedalam mimpiku
Mimpiku adalah mimpi yang tinggi
Mimpiku tinggi-tinggi
Mimpiku tentang terbang

Kutahu kau tak mau beranjak karena takut ketinggian


Lalu Iblis membisiki relung jiwamu
Dia membisikkan tipudaya tentangku
Duhai kalau kau ikut bersamaku

Bahwa terbang adalah nyata


Bahwa terbang adalah manusia
Hanya manusia yang mampu terbang
Sesungguhnya terbang hanya untuk kita
Untuk manusia

29
Kawan, masihkah kau bersembunyik dibalik matahari palsu tukang bidah
Masihkahkau bersembunyi dabalik jubah penyembah berhala
Janganlahkau menyerahkan diri pada Iblis

Duniamu dunia tinggi


Mimpimu adalah mimpi tentang terbang
Duhai bila sayap-sayapmu masih kaku
Naiklah kepundakku
Bersama selalu

Mari kita menyongsong sebuah negri yang bestari


Sebuah mimpi yang tiada beda air dan udara
Di sana ikan bisa beterbangan di angkasa
Di san burung bisa menyusup ke dasar kedalaman laut

Kawan, disana lumba-lumba bayak berenang di air sungai


Mari kuperlihatkan padamu

Mari kita ke sebuah tempat dimana cinta bisa kau pahami dengan seksama

O, kau tak bisa kesana


Kumohon padaku kau percaya saja
kumenemukan sesuatu, katakan itu 'makna' daripada cinta

Kita tidak mengetahui cinta karena kita adalah cinta.

30
Ketua

Ketua, kemana kau pergi


Begitu lama kami nanti
Kapan pula kau kembali
Hampir saja kami menyembah patung anak sapi

Mentra 58, 23 Nov.2010

31
penyembah kaki-kaki

dari berbagai penjuru bumi


manusia-manusia datang
ada yang mengendarai unta kurus
ada pula yang menunggang garuda indonesia

datangnya ada yang dari asia


hadir pula yang dari afrika
asalnya boleh dari mana saja
tujuannya satu
bersujud di hadapan sebuah batu
sejatinya bukan
konon demikian pengakuan

Di sini di menteng ini


lain lagi ceritanya
datangnya juga dari mana-mana
guna melengkapkan cerita
kusebutkan beberapa saja

ada yang yang datang dari papua


berkendara cenderawasih dia bertengger di menteng raya
ada yang datang dari kalimanatan melalui jalan bawah laut dia berkendara
lumba-lumba mahakam
tetangga dekat dari jawa berkendara badak, culanya satu saja
dari nusa tenggara tiba dengan komodo
yang di ujung sumatera turun dari secabang pohon diantar orangutan

ah, lupakan saja dari mana-mana mereka


di menteng raya mereka jadi penyembah setia

kalau di arab sujud pada batu tapi mengaku sembah yang maha kuasa
disini mah beda

yang dipujanya dembahnya


yang dikagumi itu sesembahannya
yang siang malam ditatap pada itu dia mendedikasikan diri
kuberitahu saja saja apa itu yang disembah pelajar islam se-indonesia
pastinya bukan batu, bukan kayu
32
kaki-kaki istri-istri yang muda-muda disembah mereka
kaki-kaki membuat mereka terpana siang dan malam
akupun mulai betah berlama-lama di menteng raya
sesembahan mereka membuatku kagum

pernah mereka tidak mau mengaku kaki-kaki itu sesembahannya


tapi kutanya kenepa mereka membiarkannya begitu saja

ah, mau mengurus manusia dari sabang sampai merauke


kaki-kaki itu telah memperhambakan kamu
malulah aku melihat perangai kamu-kamu
ada yang buncit-buncit ada yang seperti lidi
hitam-putih
mulus-bersih
kaki-kaki terus disembah

malu aku menceritakan dedikasimu pada kampungku


tapi kaki-kaki itu menjadi sesembahanmu
kaki-kaki sesembahan pelajar islam di menteng raya

kaki-kaki kuserukan padamu


teruslah memperlihatkan diri
jangan pernah menutup diri
jangan pernah bersembunyi dibali li maupun katun
runtuhkan moral semua personil aktivis
duh, aktivis penyembah kaki-kaki

duh, penyakit gagal menimpa mereka


bukan gagal ginjal
bukan gagal panen
bukan gagal landing
bukan gagal jantung
bukan pula gagal kawil

mereka gagal otak


kronis sekali
virusnya kaki-kaki istri-istri muda-muda
duh, yang mengaku aktivis pelajar
biarkan aku menertawakanmu sejadi-jadinya

33
"sempurnakan pendidikan dan kebudayaan manusia" teriak mereka secara
serentak setiap harinya.

malam-malamnya kala mereka terlelap masing-masingnya berucap


"kaki-kaki itu cita-cita tertinggiku."

34
Aku, Dewa Matahari dan Mimpi Seekor Bayi Elang

Aku tidak mudah jatuh cinta


Tapi saat getar-getar cinta itu mulai terasa
Aku seperti jejaka yang setiap harinya bangun jam lima senja, di mata dara-
dara

Hina-dina
Dibenci
Diasingkan
Tak dihargai
Terbuang
Merana seperti bayi elang yang ditinggal mati induknya di sarang yang
teletak tinggi di bukit terjal jauh di angkasa

Menunggu sesuatu yang tidak akan kembali


Mengarapkan hidup berlanjut dan terbang tinggi menyongsong langit yang
tinggi
Menembus awan dan menjadikan bukit tertinggi hanya sebagai persinggahan

Tapi dia tidak menyadari setan maut akan segera bertepi kepuncak bukit
terjal itu dan segera membawa bayi elang malang itu pergi

Duh, bayi elang yang malang

Maka cintaku adalah harapan yang membumbung tinggi


Cintaku adalah seluruh jiwaku
Terletak diantara daging dan darah jauh di dalam sumsum tulang
Cintaku punya imajinasi yang tinggi

Setiap senja tiba cintaku duduk munum kopi di atas permadani awan tebal
sembari menyaksikan indahya matahari senja

Matahari senja adalah gagah perkasa


Tapi dia tidak bisa berlama-lama
Sinar perkasa itu harus tundunk pada kekuatan raksasa sang waktu

Aku merenungkan pengorbanan sang matahari


Gagah perkasa namun tunduk pada sang waktu cinta
35
Aku membayangkan pengorbanan matahari demi cintanya pada sang waktu
Harus mengurungkan sinarnya
Meredamkan cahaya
Berkorban demi bersemainya cinta-cinta yang lain di bawah awan

Pengorbanan matahari harus direnungkan semua pemain cinta pada malam


hari

Aku memandangi sepasang srigala di hutan belantara yang mengurungkan


taring dan cakarnya demi bermain cinta

Di sebuah lorong di satu sudut kota: sepi, angin mendesir


Kutemukan seorang pria yang siangnya menjadi tukang tambal ban sepeda
dan seorang perempuan yang kala matahari tersenyum berperan sebagai guru
mengaji
Mereka berdua sedang larut dalam cinta
Cinta yang sepi dan tersembunyi namun akan melahirkan seorang ksatria
Hanoman

Duhai segala jiwa yang bercinta setiap malam-malamnya,


menyembahlah kamu sekalian pada matahari setiap tibanya di pagi
hari

Kalau bukan karena pengorbanan cinta sang matahari,


kalau bukan karena sang raja cahaya mengurungkan sinarnya,
aku menduga kalian takkan mengenal yang namanya cinta

Berterimakasihlah kalian semua pada sang surya


Dialah pecinta sejati

Pecinta sejati adalah yang mengorbankan cinta dan rela menghancurleburkan


jiwanya demi bersemainya cinta-cinta di muka bumi

Aku yang tinggi


Aku yang sepi
Telah melihat bagaimana pengkhianatan kalian yang banyak pada cinta-cinta
kalian

Kalian menyakiti hati sang dewa matahari


Dia bahkan telah mengutus bulan agar kalian tetap dapat menari
36
Disini dengan gerak yang syahdu sekali,
aku berdiri dan merunduk sedikit pada sang matahari
Sebelah tanganku di dada dan satunya lagi terlentang kesamping Sebagai
hormatku pada sang pecinta sejati

Aku dan matahari punya sejarah yang tidak jauh beda

37
Aku

Ketika kamu ditanyai


Siapa paling mencintaimu
Katakan:
Aku

Ketika kamu diberitahu hanya seorang


Selalu merindikanmu
Itu aku

Ketika kamu ditanya siapa


Selalu berduka kala kau menitikkan air mata
Katakan:
Aku

Ketika kamu diberitahu


Siapa mampu merubah musim gugurmu menjadi musim semi
Itu aku

Ketika kau ditanya siapa


Menyeka air matamu mengganti ceria
Katakan:
Aku

Ketika kau diberitahu


Siapa merubah sepimu menjadi taman ria
Itu aku

Inilah aku
Sang Biasa
Dengan cinta biasa

Inilah aku pemuda sederhana


Dengan harapan sederhana

Aku tidak menuntut apapun darimu


Cintaku sunyi
Anganku dirimu

38
Mari bersamaku
Kubawa engkau ke tempat yang sederhana
Kusimpan sepimu dalam senyapku

Kemarilah
Mari bersamaku
Bahu-membahu di bawah kolong langit
Membangun rumah cinta sederhana dengan dengan kayu cendana apa adanya

Akulah gitar tanpa senar


Aku senyap
Namun aku terus menari
Tanpa lagu

Aku sanggup membawamu terbang membumbung angkasa


Bermodalkan asa sederhana mengantarkanmu ke langit terakhir

Akulah bumi
Engkau air hujan
Tanpamu aku kering dan tandus
Namun biarlah, kan kutumbuhkan kaktus

Biarkan ular-ular bermandi pasir saharaku


Biarkan tiada seorang musafir melintasi gurunku
Tidak kini, tidak nanti
Tidak pernah pula dimasa lalu

Biarkan langit menertawaiku


Sebelum tawanya berubah murung
Aku telah terbang

Biarkan saja mereka menghinaku


Gunungku gunung tinggi
Kokoh menancap ke bumi
Puncakku pasir, di sana angin melantunkan azan

Aku sang gurun


Buruk dan murung
Sekejap lagi
Sebelum matamu terbuka dalam satu kedipan
Sejenak, sebelum cahaya petir menjilat bumi
39
Kau akan datang kepadaku

Tidak lama lagi


Sejenak
Hanya sejenak
Kepalamu akan berada di kakiku

Kukatakan padamu:
Lautku kering
Mataku buta
Sungaiku kuning
Kakiku lumpuh
Matahariku tak mengapi
Sayapku lumpuh
Anginku beku
Lidahku kelu

Tak ada pemuas hati disini


Tak ada bintang penunjuk arah di sisiku
Tak awan peneduh di dalamku
Tidak ada air penawar gersang dari cahaya mataku

Tidak ada "aku" tak ada pula obat penawar hati yang luka
Duhai senyummu
Ibu sejatiku
Tanpamu aku ini pasir
Aku mengeluarkan butir-butir terakhirku

Agar kau berhenti tersenyum


Agar kerinduan ini menepi
Agar duniaku bersih darimu
kaulah segalanya bagiku:

Aku mencintaimu

40
Kamu Segalanya Bagiku

Saya tidak bisa mendiskripsikan kamu


Kamu segalanya bagiku
Dalam mimpiku selalu hadir kamu
Kamu segalanya bagiku

Dalam khayalku selalu tentang kamu


Kamu segalanya bagiku
Dalam bayangku selalu jelas wajahmu
Kamu segalanya bagiku

Pernah aku mencoba melukiskan kamu


melalui kata-kataku
Aku tak mampu
Aku kaku
Aku keliru

Kau hanya dalam khayalku


Dalam mimpiku
Aku mencintaimu
Hanya itu yang kutahu
Hanya itu kumampu

Kusenyapkan kata-kataku
Kulenyapkan sintaksisku
Aku merenungkan kamu

41
Katakan Begini

Ketika ditanyakan betapa hebatnya berita akan betemu kekasih


Katakan: Begini
Ketika ditanya betapa hebatnya perjalanan menuju kekasih
Katakan: Begini

Ketika ditanya betapa luarbiasa pemandangan sepanjang jalan menuju


kekasih
Katakan: Begini
Ketika ditanya betapa agungnya pintu menuju istana kekasih
Ketikan: Begini

Ketika ditanya betapa asrinya taman mengitari istana kekasih


Katakan: Begini
Ketika ditanya betapa anggunnya istana kekasih
Katakan: Begini

Ketika ditanya betapa lentiknya pilar-pilar istana kekasi


Katakan: Begini
Ketika ditanya petapa eloknya lukisan dinding tembok istana kekasih
Katakan: begini

Ketika ditanya betapa harunya sejenak lagi bertemu kekasih


Katakan: Begini
Ketika ditanya betapa debar jantung sejenak lagi disapa kekasih
Katakan Begini

Ketika ditanya bagaimana menawan selendang tabir sang kekasih saat


disingkap
Katakan: Begini
Ketika ditanya betapa gemetar saat itu
Katakan: Begini

Ketika ditanya begaimana rasa memandang wajah kekasih


Katakan: Begini
Ketika ditanya Betapa bahagianya menatap bolamata kekasih
Katanan: Begini

Ketika ditanya betapa dawai asmara cinta


42
Katakan: Begini
Ketika ditanya betapa indahnya lagu
Katakan: Begini

Ketika ditanya begaimana darah mengalir dalam raga saat bergerak


mendekati kekasih
Katakan: Begini
Ketika ditanya begaimana getaran dada saat menyentuh kulit kekasih yang
putih bersih
Katakan: Begini

Ketika ditanya rasa didekap kekasih...

Ketika ditanya betapa pesona malam itu:


Malamnya malam baik
Bulannya bulan baik
Tahunnya tahun yang ganjil namun penuh harapan

Sejahteralah yang hilang bersama kekasih;


Sejahteralah malam mulia ini
Sejahterakan langit dan bumi
Sejahtera pula yang menulis cerita

Sejahtera hingga terbesit cahaya di ufuk timur

Kalau saja cinta itu kecil.


Kalau saja cinta itu rapuh,
Kalau saja cinta itu palsu:
Maka hilanglah dia bersama kekasih

"Duh, dia kembali" kata bumi saat matahari mulai menjalarkan sinar.

43
Kau Inspirasi Cinta Sejati

Cinta pernah memukulku.


Dia tak henti mencambuk dadakuPernah cinta meremukkan tulang rusukku
mencabut jantungkuMelemparkannya
ke dinding dan menghantamnya dengan martil

Pernah cinta memperbudak dirikuMenjadikan jiwaku


seperti Yahudi dipaksa Fir'aun membangun Piramida

Piramuda itu dua gunakan sebagai penghubungcintanya ke langit.


Cinta manusia yang padanya kucemburui dalam hidupku

Kau datang menyelamatkankuMengangkat tubuhku dari selokanKau


singkirkan tikus-tikus got dankau bawaku pulang ke singgahsana hatimi

Kau baringkan tulang-tulangku yang remuk di atas


dipan PenghormatanmuKau infus nadiku dengan energi cita terakhirmu

Saat aku terbangun aku melihat Sesosok mayat tergelatak di atas lantai Aku
menyadari bahwa kau telah memberikannyawamu padakuTak kau harap
pamrih Meski aku tak mengenalmu

Aku yakin kau tak pula mengenalkuInilah cinta. Pengornanan


tanpapengharapan

Kalau kau cinta jangan takutkan emas dan intanmu hilang

Kau sebagai inspirasi cinta sejati Di atas timbunan tanah makamnya aku
menaburkan bunga-bungaKe atas langit aku memanjatkan doa

Di batu nisanmu aku menuliskan seuntai kata:

Untukmu yang memberikan cinta Akan kubalas dengan cinta

Namun aku menemukan diriku tak menyadariapa yang telah kutulis.


Tak mungkin rasanya aku mampu membalas cinta itu.

Sebuah surat yang kutemukan tergeletakdi atas dadamu membuat aku merasa
tak mampu
44
"Berikan surat ini pada Ferry"

Di bawah surat itu aku menemukan sebuah amplop yang telah tertutup rapi:

Kepada,
Bintang Jauhku,
Ferry

Kukira inilah sebabnya kau rela memberikan darahmu dan kau


memaksa meskipun dokter tak setuju.

Tapi aku telah bertekad mengantarkan amanah ini pada alamatnya.

Ada seribu Ferry, sejuta mungkin.

Aku berdiri. Kebingungan. Berbalik hendak meninggalkan makam. Berat.

Aku berbalik kembali.

>>>

Aku terus menggali timbunan itu. Terus menggali. Terus.. Seperti


kesetanan.Kembali kutemukan jasad itu, telah terbungkus kaku.Tapi masih
terlihat segar wajahnya.Senyumnya manis. Terlalu manis. Aliran darah dari
mataku tidak stabil ke otak. Jantungku memberi irama detak yang berbeda.

Mayat itu dibaringkan di atas sebuah meja. Petugas menutup pintu ruangan
itu. Dua minggu kemudian polisi melaporkan bahwa jasad itu tidak mati
karena kehabisan darah.

Bersambung...???

45
Cinta yang Tinggi

“Siapa
itupenyair?”
Penyair adalah manusia-manusia sepi. Dalam sepi mereka mengajak diri
sendiri berinteraksi
“Dan filosof?” Filosof adalah orang yang menguasai lebih dari satu bidang
ilmu secara mantap. Melihat sistem pendidikan di negriku yang mewajibkan
linearisasi strata-strata, filosof takkan pernah lahir di sini, di tanah ini.
“Bagaimana bilaingin mengenal Islam?” Bila ingin mengetahui Islam jangan
melihat muslimnya tapi lihat nabinya, jiwa Muhammad Saw.

“Bagaimana mengenal Tuhan?” Orang yang mempelajari manusia dan alam


untuk membuktikan Tuhan melakukan kebodohan agung.

"Dan apa itu cinta?" Cinta adalah subjektif. Dalam pengalamannya di dunia
materi dia berusaha mencari bentuk.

"Dan bagaimana cintamu?" Cintaku bukanlah cinta seorang bayi pada ibunya
yang memahami cinta ketika dipertemukan dengan pelukan dan buah dada.

Cintaku cinta yang agung, cinta yang tinggi. Cintaku tak boleh tinggal di
rumah hati bernama hatiku.

Karena cintaku suci maka tak mengenal pamrih.

Cinta bayi sebatas pelukan dan susu. Cintaku terbang ke angkasa jauh,
melampaui dan menjadikan lapisan-lapisan langit seperti kedai minuman di
pinggir jalan.

"Apa itu pekerjaan?" Adalah usaha menjadi manusia, menjadi bagian dari
alam.

"Bagaimana cara mencintai pekerjaan?" kerjakan yang kau cintai.

46
Samudera Hati

Kawan, engkau letih di samudera dunia, aku tau itu


Kutahu kalian lelah dengan di samudera akal pikiran
Mari merdeka,
Mari lepaskan segalanya

Mari menuju samudera sunyi


Mari mendekat, dan tenggelamlah
Mari menuju samudera hati

Mari menuju samudera hati


Di sana ada kemenangan tanpa peperangan

Mari menuju samudera hati


Di sana ada tarian tanpa iring-iringan musik

Mari menuju samudera hati


Di sana ada nalar tanpa akal

Mari menuju samudera hati


Di sana ada bahagia tanpa pengorbanan

Mari menuju samudera jiwa


Di sana ada cinta tanpa sengsara

Mari menuju samudera jiwa


Di sana ada rasa tanpa sentuhan

Duhai mari,

Akarmu menancap bumi


Rantingmu langit-langit
Buahmu adalah surga
Engkau lebih tinggi dari ratusan galaksi

Jiwamu suci hingga malaikat-malaikat suci merunduk padamu


Engkau tinggi hingga Jibril tinggal terpaku di sana

47
Duhai manusia-manusia suci
Kenapa Intanmu kau ganti arang

Duhai ciptaan tertinggi


Mengapa berlianmu kau rubah karang

Duhai mengapa,

Tahukah engkau hargamu?


Engkau adalah cermin Tuhan

Mendekatlah kemari
Kemari lebih dekat lagi
Mari, duhai kemari
Masuklah samudera hati

Kau tahu siapa dirimu?


Engkau tinggi, dirimu suci
Kamulah rahasia Tuhan
Pada dunia kau abaikan

Jangan ganti madumu dengan racun


Jangan ubah lagumu menjadi teriakan
Jangan, tahukah siapa dirimu
Engkaulah lengking seruling yang ditiupkan Tuhan pada suatu malam yang
syahdu,
jauh sebelum langit dan bumi tegak berdiri

48
Daging Babi Syari'ah

Apa yang dipikirkan manusia waktu menikah?


Apa yang mereka pikirkan saat bercerai?
Aku curiga mereka memikirkan keduanya sekaligus secara bersamaan?
Jangan-jangan...

Apa yang menyebabkan banyak perceraian belakangan ini?


Adakah semua wanita telah menjadi gila?
Ataukah semua pria tidak ada lagi yang lelaki?
Atau memang pernikahan itu tidak enak untuk dinikmati?

Aku curiga rumah tangga indahnya sebatas untuk imajinasi?


Untuk apa manusia buat anak banyak-banyak?
Bukankah mencari uang begitu payah!
Ah, karena riba di mana-mana

Bayak daging berkembang dari riba


Banyak serat saraf terbentuk oleh riba
Banyak sel otak terus bertambah dari riba
Jakarta dan kota-kota besar lainnya megah karena gedung-gedung gudang
riba

Banyak uang dikantong semuanya riba


Banyak hutang-piutang karena riba
Banyak nyawa melayang sebab riba
Banyak amal Almarhum-almarhum tergantung karena riba

Banyak Doktor diwisuda dari beasiswa perusahaan riba


Ini zamar riba
Ini era riba
Ini Millenium riba

Riba
Riba
Riba

Banyak riba berlaber "Syariah"


Hahaha "riba Syariah"
Hahaha daging babi syariah
49
Hahaha babi berkalung sorban

Hahaha
Hahaha
Mari berpesta pora
Hahaha bau busuk di mana-mana
Tapi tak tercium sebab getaran listrik yang dihasilkan hidung ke otak juga
dibentuk oleh riba
Hahaha

50
Nikmati Malammu yang Seksi

Ketika malam tiba, Tuhan menyuruhmu tidur cepat


Bukan berarti Tuhan ingin memisahkanmu dari malammu
Kau dan malam tak dapat dipisahkan
Manusia dan malam adalah satu

Dan harus bersatu


Menyatu

Tuhan mengingintkan malam yang benar-benar malam untukmu


Malam yang pekat, gelap, sunyi
Malam yang sepi
Itulah malam yang seksi

Maka cepatlah tidur


Cepat-cepat menghindar
Agar kau dapatkan malam yang seksi, malam yang sunyi
Bangunlah, nikmati malammu yang seksi

Jangan kembali tidur


Jangan kau menghindar
Bersunyi-sunyilah bersama sepi
Rasakan kenikmatan malam yang seksi

Hanya untukmu
Maka ketika malam itu menghampirimu,
Mendekatlah
Rasakan malammu yang seksi

Jangan kembali tidur


Nikmatilah, nikmati hingga pagi
Berderai airmatalah
Karena itu lebih indah

Bermunajatlah
Katakan semua keinginanmu
Berderai airmatalah
Karena airmata akan membuat malammu terlihat lebih seksi

51
Berdua-dualah
Ungkapkan semua keinginanmu
Berderai airmatalah
Biarkan siang cemburu padamu

52
For Your Eyes Only

tak perlu lama


jangan tanya
sedetik menatap matamu
kutemukan satu milyar pesan
karena cahaya matamu
buatku...
Buatku....
ah, sudahlah
kau takkan mengerti
biarkan saja
nikmati saja
hanya untukmu
itu milikmu
aku hanya merangkaikan saja dalam kata

itu semua dari matamu

sebantar?
tahukah kamu
kecepatan cahaya itu satu milyar kilometer per detik
satu detik mata menatap
satu milyar informasi kudapat
tahukah kamu Yuni? Yuli? Yanti?
ah, bagiku namamu tak perlu
matamu...
tapi matamu
matamuuu...
aku menemukan diriku dalam matamu
aku menemukannya
Biarkan aku terus melihat diriku dalam matamu'
kumohon
jangan tutup matamu
biarkan aku
aku menemukan diriku dalam matamu
...

jangan lakukan itu


aku akan melakun apapun untuk itu
53
hanya untuk itu
untuk matamu saja...
for your eyes only...

54
Engkaulah Rembulanku, Terangi Rumah Gulitaku

merapatkan aku keningku ke ujung depan sajadah


menengadah wajahku ke langit
berdiri aku di sebuah padang gersang
aku mengharap cintaku hadir

oh, terbukalah langit itu


pujaan hati menyapaku
mengucap salam dan pujian aku akan pujaan hati
mengadu aku akan nasib bangsaku

duh nasib bangsaku


aku tak mau bangkit dari sujud
duhai pujaan hati tak mengibakah dirimu akan nasib bangsa kami
duhai yang namamu kunyanyikan sepanjang laguku

duhai sayangku kasihku


pada siapa aku mengadu kalau enggan padamu
oh, yang jiwaku dalam genggamanmu
aku merindu padamu aku mengadu padamu

berikan sesuatu dari langitmu


tolonglah, demi indonesia

aku tidak menduakan cinta


cintaku adalah untukmu saja
garudaku adalah bukti kesadaran kami
pancasila adalah lambang cinta kami

sayang, tidakkah kau lihat garuda


bukti kesadaran akan akan keterbatasan kami
kami sadar tidak ada oleh kami yang sempurna
yang kami lakukan adalah terus usaha mewujudkan mimpi

kasih, lihatlah pancasila adalah


tafir terbaik kami akan pesanmu
pesan suci yang dahannya senantiasa menjulang menembis langit
lalu kami tancapkan akarnya ke dasar bumimu
55
tolonglah duhai cahaya mataku
penerang rumah gulita
pembimbing jalan yang sunyi namun pasti
tolonglah, demi indonesia kami

malu aku melihat senyum pesut


tak mampu aku menahan cibiran lidah komodo
tak mampu kami membalas tatapan harimau sumatera
dari ujung dahan orangutan menertawakan kami

kami terpuruk
kami lemah
kami layu
kami lumpuh

bahkan anjing kurapan di pasar ikut mencela kami


katanya bahkan dia lebih baik dari kami
sebutnyanya makanannya lebih bersih dari kami
ucapnya kulitnya lebih indah daripada pakaian-pakaian kami

Dan sang kekasih berpesan tegas dalam ucapannya yang lembut:

tidak ada kebangkitan tanpa kejatuhan


tidak ada perjuangan tanpa kekalahan
sebantar lagu
tunggulah sekejap lagi

samudera pasifik adalah milikmu


samudera hindia demikian juga
sebagian australia bersamamu
sebagian cina dalam genggaman

56
Ya Allah Mudahkan Jalan Hamba

Ya Allah
Hamba sadar akan keterbatasan Hamba
Hamba sadar menulis ini tidak mudah

Menulis puisi adalah mudah bagi hamba


dianya umpama mi'raj yang nikmat, mudah dan cepat
Tapi menulis ini, ya Allah
Hambarasakan laksana hijrah, dibenci, dicaci, damaki dan disakiti

Ya Allah
Hamba pahami Hamba butuh strategi, perlu metodologi,
harus ada kejelian dan penelitian
Hamba sadari, ya Allah
Maka mudahkanlah jalan hamba. Amin.

57
kemana-mana suka-suka berdua-dua

Apa yang kau inginkan


Bayangkan kau mendapatkan semua
Bayangkan diberikan semua
Lebih dari itu kau diberikan surga

Mendapatkan tanpa ucapan


Melihat keindahan tanpa terpesona
Menemukan tanpa mencari
Menikmati tanpa kepuasan

Ini bukan hidup


Ini bukan kenikmatan
Ini bukan pencarian
Ini kepalsuan

Punya lidah tanpa telinga mendengarkan


Punya telinga tiada lidah yang berkata
Punya hati tidak untuk dibagi
Punya kenikmatan tapi untuk sendiri

Kau mengingkari semua


Kau membutuhkan belaian
Merindukan kawan bersenda-ria
Menginginkan satu ciuman

Maka darimu diambil sebagian


Kepadamu diberikan teman
Lepas gundahmu
Lenyaplah sepi

tertawa bersama
bercanda-ria
menikmati berdua
kemana-mana suka-suka berdua-dua

duhai indahnya

58
Mati sebagai Syuhada atau Hidup di Dalam Perut Babi

Sukakah kau mencium bau lusuh anak anak gembel, pengemis,


gelandangan yang mengganggu penciuman hingga menusuk hidung naik ke
otak.
Atau kau memilih wangi semerbak kasturi yang dipercik bidadari
dari surgawi melalui darah sang suami yang baru tumpah di medan juang
Elokkah matamu setiap hari melihat anak gelandangan yang
memadati segenap pelosok negeri
Atau indah sinar mentari yang baru terbit di pagi hari menjemput mujahid di
siang hari dan sore hari tersenyum anggun indah berseri membawa syuhada
kepangkuan bidadari
Masih betahkah jantungmu mencap di dekat parumu melihat setiap
malam para gelandangan tidak berumah menginap di sembarang tempat dan
hanya dengan bayaran sesuap nasi saudara yang lain menyekap mulut
mengantarkannya ke rumah sakit untuk dikuras seluruh organ berharga dari
tubuhnya untuk dijual pada saudagar kaya yang telah berusia renta
Atau indahnya malammu diisi silaturrahmu di bumi dan di langit sana
senantiasa para syuhada mengirimkan doa pada malam yang sepi lalu
melailui desir angin tersampaikan pada pohon munajah para auliya
Belum bosankah kamu mendengar berita ibu tiduri anak hingga
melahirkan cucunya dari rahimnya atau ahak pekosa putrihingga
mengandung adik di dalam rahimnya sendiri atau paman cabuli keponakan
dan anak masih ingusan pecah perawan kaarena tontonan
Atau bertebarannya rahmat dan cinta laksana air surga mengalir dari setiap
tebingnya memberi minum para kesatria yang baru gugur di medan laga

Jika jenuh melihat saudara makan daging saudara melalui riba yang
disebutnya perbankan syaria

Mari lawan; mari hancurkan; mari runtuhkan


Kita bisa; kita tidak lemah; kita ramai laksana gelombang pasang menyapu
daratan; memecah tebing
Mari songsong Ilahi Rabbi;
Mari kepelukan bidadari yang telah lama menanti
Karena kita bisa;
Karena kita mampu

59
Biar Bait-bait Indah Kembali

Kemarilah
Aku menyeru padamu
Aku membutuhkan wajahmu
Aku merindu kehadiranmu

Aku membutuhkan wajahmu


karena aku akan menulis seribu puisi
Tanpamu tintaku kering
rasaku mati

Aku membutuhkan senyummu


biar bait-bait indah kembali
Aku merinduimu
dan hatiku lumpuh

Sayang
kau tak tau betapa rindunya aku
Seharusnya kau dikabari agar semakin besar jiwamu
Layaknya dirimu melihatku
Di tengah ramai kau tetap kurindui

Harusnya kau tau itu


Kaulah cintaku
Harusnya kau memaklumi
Aku membutuhkanmu

Jangan beranjak
Jangan Pergi
Jangan berlari
Jangan bersembunyi

Aku tidak mengusik


Takkan dirimu kupaksa memiliki
Cintaku bukan sangkar
Duhai, kau bayan cintaku

Jangan takut
kutakkan merangkulmu lalu membawa ke gubukku
Aku hanya seorang penyair
60
yang merindukan kepak sayapmu

Baiar merekah semangatku


Biar indah nuraniku
Biar megah suaraku
Biar indah untaian bait-bait kutulis

61
Abu tidak Menulis Lagi?

“Abu kenapa tidak menulis lagi?”


“Penaku patah”
„Iya, kah?”
“Dia tidak hadir, hatiku sepi”
“Benarkah?”
“Tidak ada inspirasi tanpanya”
“Ya, Allah. Duka seorang penyair”
“Aku membutuhkannya.
Aku merindukannya.
Tanpanya hatiku mati.
Jiwaku rapuh.
Ada yang hancut berkeping-keping tanpa dia”
“Subhanallah”
“Aku hancur tanpanya.
Hadirkan dia padaku.
Aku membutuhkannya.
Satu senyumnya seribu nafas kehidupan bagiku.
Menatap wajahnya meraut penaku:
Tintaku kan mengalir kembali di atas kanvas.
Warna-warna indah, kan berpadu dalam sebuah lukisan.
Sebuah lukisan tentang mimpi,
tentang cinta,
tentang rindu.
Tentang sesuatu dari dalam sini;
dari dalam dada.
Tolong bawalah dia padaku.
Nafasku akan berhenti.
Dukaku kan membawa mati”
“Kasihan sang penyair kita‟
“Kasihan pahlawan jiwa kita”
“Karena itu hadurkan dia padaku.
Hadirkan dia untuk seribu nafas bagiku dan sejuta harapan untuk kalian”

62
Perempuan Mencintai seperti Tuhan

Dalam semua literatur agama, perempuan tampaknya adalah manusia


kedua.

Mereka hilang dalam banyaknya peran yang dimainkan laki-laki.


Dalam kacamata pemegang otoritas hukum agama, perempuan
adalah sumber masalah.
Dalam kacamata pihak yang sama pula, setelah kemenangan dicapai dan
kejayaan diraih, perempuan adalah yang pertama dilupakan.
Perempuan punya mimpi, yang dalam imajinasi terliar laki-laki
sekalipun tak pernah terlintas.
Tapi perempuan dengan mudah mengumpulkan dan membuang semua
angannya untuk kebahagiaan sang kekasih.
Cintailah sebagaimana cintanya perempuan.
Meski aku tau kau tidak akan mampu.
Seperti Tuhan, perempuan berkenan turun dari singgasana harapan
menuju permainan sekumpulan bocah.
Persis seperti Tuhan yang berkenan mengulurkan tangan bagi hamba yang
terbenam dalam lumpur kemaksiatan.
LakI-laki? Mencintai dan berkorban karena dua alasan.
Pertama karena tidak tahu dan kedua karena mengharapkan sejenak
kenikmatan.
Seperti keledai yang memikul apa saja yang tidak diketahui di pundaknya.
Dan di depan, di persinggahan atau di akhir perjalanan, hanya mengharapkan
seikat rumput.

63
Hidup adalah Bermain Rasa

“Aku harus menulismu agar aku tidak lagi mengingat kamu.”


“Kenapa?”
„Tapi sayang, aku tidak bisa menulis dirimu. Kenapa?”
Mengangkatkan ia akan kedua bahunya sambil menurunkan kedua sisi
bibirnya dan menengadah kedua telapak tangannya hingga perut.
“Aku harus menulismu. Aku harus melupakan kamu”
“Kenapa begitu?”
“Itu yang selalu kulakukan bila timbul sedikit saja rasa dalam perjuangan ini.
Pulang dari Medan Juang, begitu saja aku melupakan dia.
Jadi perjuanganku suci tanpa bermain rasa.
Tidak ada, dan tidak boleh ada rasa sedikitpun.
Perjuangan ini harus suci.
Tapi kamu, kamu tak bisa menghadirkan inspirasiku:
meskipun ada rasa.
Aku takut aku takkan bisa melupakanmu.
Aku takut harus bermain rasa.
Aku tidak mau.
“Baguslah kalau begitu.
Jadi, kamu akan selalu mengingat aku.
Kenapa kawan sendiri ingin dilupakan begitu saja!”
Aku membatin:
Kawan?
Tidak!
Tidak boleh ada kawan perempuan, apa lagi aku memiliki rasa.
Ini berbahaya; akan selalu bermain rasa.
Ini akan sangat menyakitkan.
Kalau tidak segera ditulis rasa akan membesar.
Rasa-rasa yang dulu-dulu telah kubunuh semua, telah kubunuh dengan
penaku.
Tintaku sangat ampuh membubunuh rasa.
Kalau rasa-rasa lalu-lalu coba-coba tumbuh lagi:
kubunuh lagi; hingga bersih dari rasa.
Alangkah indahnya perjuangan ini tanpa rasa.
Tapi rasa ini, rasa padamu, tak melahirkan inspirasi.
Tak ada inspirasi artinya tak ada menulis.
Tak menulis artinya rasa akan semakin membesar.
64
Aku tidak mau, aku tidak ingin.
Aku tidak boleh bermain rasa.
Awalnya kuduga rasa melahirkan inspirasi.
Kehadiranmu membantah teori ini.
Setiap di medan juang selalu ada rasa.
Selalu kubunuh dengan pena.
Perjuangan adalah bermain rasa.

Aku memutuskan berwudhu‟.


Aku telah pulang dari Medan Juang.
Selesai membaca doa wudhu‟, seorang gadis yang bukan pasukan perjuangan
melintas di hadapanku.
Dia tinggi, langsing, manis, kemayu.
Melamparkan sebiji senyum ke mataku, hatiku bergetar.
Ada rasa.
Aku mengira rasa-rasa hanya bisa ada dalam Medan Juang.
Tapi ini kehidupan biasa.
Ternyata juga ada rasa.
Aku mengira bermain rasa hanya ada pada Medan juang.
Tapi ini kehidupan biasa.
Ternyata di kehidupan biasa juga ada rasa.
Hidup memang bermain rasa.

65
minang

tak ada yang memikat hatiku


tak ada yang kusukai dari mereka
aku tak menyukainya
tak ada pula alasanku membencinya
ini membuat sakit

tapi kau catat baik-baik dalam ingatanmu


aku diciptakan tuhan bukan untuk berkelahi
tapi demi sesuatu yang membuatku bergairah sekaligus merasa teduh aku
harus membelanya meski nyawaku taruhannya

aku berkelahi demi sesuatu yang membuat jiwaku bergairah sekaligus


menjadikan hatiku teduh
dan inilah perkelahian pertamaku
waktu itu aku kelas empat madrasah ibtidaiyah

karena butuh uang aku menjual salah satu kaset lagu minangku
namun ketika kutahu yang terjual olehku adalah lagu minang yang paling
kusukai aku mati-matian mencari tiga ribu menebus kaset itu

upah menjual ganja belum mencukupi


demi yang membuat jiwaku bergairah sekaligus menjadikan hatiku teduh itu
dosa pertamaku berlaku
aku mencuri uang ayahku dari kantongnya saat beliau mandi

sakitnya kawan itu tidak mau mengembalikannya meskipun coba kutebus


empat ribu
lebih seribu
Aku meminta
lalu memaksa
lalu merampas
dia marah
aku emosi
kami berkelahi
lenganku mengeluarkan darah
jarinya patah
ibunya marah
66
ibuku marah padaku
sebulan dipangkas uang jajan

tak apalah
kenapa tidak ambil saja nyawaku
lalu kubur aku bersama kaset lagu minang itu
duhai yang membuat jiwaku bergairah sekaligus menjadikan hatiku teduh

oh, yang membuat jiwaku bergairah sekaligus menjadikan hatiku teduh


setiap dirimu mengalun ke telingaku yang tampak adalah bayangan
kekasihku
waktu itu cintaku pertamaku sedang tumbuh lebat di relung hati
entah kenapa hanya lagu minang itu yang membuat bayangan kekasih hatiku
bermain di dalam kepalaku
aku mampu menghayalkan dialah yang menyanyikan lagu itu
di tempat yang indah asri alami
pakaiannya warna cerah polos
lain waktu kuputar lain tempat indah asri alami
pakaiannya polos lain lagi warnanya terkhayalku
kekasihku

suatu hari kutanya dia apakah orang minang


sama sekali bukan, katanya
aceh asli
aku pusing yang sangat menyesal kenapa dia bukan orang minang
kenapa pula seluruh jiwa dan ragaku bergetar padanya
demi sebuah imajinasi kupelihara terus getaran itu

ketika menemukan seorang minang yang membuat seluruh jiwa ragaku


bergetar kenapa aku harus menunggu satu detik lagi

duhai yang membuat seluruh jiwa dan ragaku bergetar kaulah yang membuat
jiwaku bergairah sekaligus menjadikan hatiku teduh

duhai minang
tanahmu indah asri alami
pakaianmu warna cerah polos

duhai, pemudanya yang gagah berani


wah, pemudinya anggun penuh budi pekerti

67
terimakasih atas yang membuat jiwa dan ragaku bergetar

terimakasih atas yang membuat jiwaku bergairah sekaligus menjadikan


hatiku teduh

terimakasih minang

68
Biarkan kenangan pergi

Untuk apa menantti


Dia takkan kembali
Buat apa merindui
Dia bukan milikmu lagi

Carilah pahlawan hati


Biar hilang rasa sepi
Temukan sahabat nurani
Padanya engkau kembali

Biarkan kenangan pergi


Tiada guna menyesali
iKarena kau elang bukan nuri
Langit tujuanmu kau susuri

69
Cinta bukan Bunga

Di JCC aku mempersembahkan setangkai bunga pada seorang gadis.


Dia mengambil bungaku dan menghempaskan ke lantai keramik abu-abu-
putih.
Sejurus menghadapkan muka ke wajahku.
Tersenyum si manis itu.
"Aku tidak membutuhkan bungamu sama sekali".
Dia merangkul bahuku dengan kedua tangannya.
"Aku membutuhkan cintamu."
Dia berkata dengan mantap.
Lalu perlahan mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Semakan dekat...
Dia memejamkan matanya.
"Karena cinta bukan bunga"
Lalu...
(Sensor)

70
Kukira itu bukan Tuhan

Aku mengharapkan langit terbelah


Kemudian muncullah wajah TuhanAku ingin bertanya padanya:
Adakah cinta lagi untukku
Cinta sejati
Cinta yang suci
Cinta yang bisa membuat mataku basah
Cinta yang selalu menimbulkan rindu saat berpisah
Cinta yang merekah gairah saat bertemu
Cinta yang membuatku bergetar saat mendekat
Cinta yang menerbangkan roh

Saat menyentuhLalu aku tidur dan bermimpi


Dalam mimpi itu aku bertemu Tuhan
Dia berkata padaku:

Semuanya telah usai


Tidak ada langit terbelah
Telah kusaimapikan pesan tersurat: Al-Qur'an: Patuhilah
Telah kuutuskan pemandu jalan: Muhammad:Ikutilah
Telah kuberikan bekal Akal: Pergunakanlah
Telah kuhamparkan pesan tersirat: Alam Semesta: Renungkanlah

Setelah terbangun, aku ragu itu adalah Tuhan.


Kukira itu bukan Tuhan.Tapi yang disampaikannya adalah kebenaran.
Mungkin itu adalah kata hatiku.
Aku tidak yakin.
Sampai saat ini aku mengira itu adalah ruh para pahlawan Ampera yang
lukisan mereka masih tersangkut di dinding markas PII.
Aku katakukan besok akan kututurkan ideku untuk menurunkan lukisan-
lukisansan itu.
Aku menghadap lukisan-lukisan itu.
Segera bulu kudukku berdiri semua: Seolah-olah aku seperti singa jantan.
Mereka berkata:Itu adalah Tuhan.
Jangan turunkan kami.
Aku menjerit ketakukan; terpontang-panting tak tentu tujuan

71
Kota Tua

Tertangkap mata
Memandang mata
Di Kota Tua
***
Melapas tas
Seperti melepas
Celana dalam
***
Payudara
Satu saja
Dikeluarkannya
Menyusu bayinyaBerkulit hitam
***
Sepeda Tua
Muda warnanya
Di Kota Tua
Berdua-dua
***
Seminggu lalu
Disini juga:
Kota tua
Begini juga:
Menulis
***
Tidak ada yang bisa dilihat
Selain aurat
***
Tidak ada yang menarik
Banyak yang bisa dilihat
Sedikit yang mampu merubah
menjadi pemandangan
***
Memegang topi unik dengan tangan kiri
Merentangkan tangan kanan ke depan dengan HP di jari-jari tangan
Tersenyum lalu menjepret
Kliik
Diam-diam dari belakang kujepret "kliik"Si penjepret "kliik" diri sendir
iHihihi
Jangan menjeprep diri sendiri, nanti dijepret orang
72
***
Sulap Dayak dipertunjukkan
Orang-orang mengerumuni
Ondel-ondel ditinggalkan
Buya krueng teudeng-deng
Buya tameng meuraseuki
***
Sudah diabadikan
Melalui kata-kata
Melalui gambar-gambar

73
Dalam Sedu-sedan Ingat Dirimu

Aku bertanya pada mereka yang tidur


Apakah engkau menikmati tidurmu
Aku bertanya pada suami-istri
Bagaimanakah nikmatnya cinta

Aku bertanya pada hati


Sedalam manakah kau merindui
Dalam sedu-sedan Ingat dirimu

Aku bertanya pada bintang


Membawa pesan apa dalam kerlipan
Aku bertanya pada bulan
Kenapa tidak muncul malam ini

Aku adalah orang gila yang kalau siang merundu bulan


Bila malam menanti matahariItu lebih baik
Aku benci laki-laki yang sering kujumpai
Bila malam telah lanjut tangan kanan menggenggam pita jarak jauh dan
tangan kiri meremas-jepit sesuatu di selangkangan

74
Jam Malam

Jam Malam
Ketika Suparto menjadi Rani
Ketika Sulaiman tersentak dan bangkit berwudhu

'Jam Malam
Ketika Bobby melenturkan kepala mengikuti irama musik keras dengan
warna lampu bergonta-ganti dengan cepat
Ketika Ibrahim mulai menghentakkan kepala ke kanan: Laa; ke bawah:
ilaaha; ke kiri: illaa... ke bawah ...(A)llah!
Mereka berdua hilang dalam diri

Jam malam
Ketika truk berukuran besar dibolehkan masuk jalan Ibu Kota
Ketika doa sangat mudah dikabulkanJam malam Ketika para pengecut larut
dalam lelap
Adalah waktunya para pujangga menelurkan karya

Jam malam Ketika para pelacur bertenggeran di jalan raya


Waktunya tiba taubat diterima

75
Aku tidak Ingin Menjadi Manusia

Aku datang untuk mengagumi keindahanmu


Berhari-hari aku di sini hanya karena ingin kau menjadi teman sepi
Pesona keindahanmu tiada yang bisa menandingi
Jernih airmu sebagai rahasia para bidadari

Lebat hutanmu benar-benar membuatku hilang


Kokohnya pepohonanmu membuatku yakin
Tidak ada manusia di sini, jadi tidak ada dosa
Duhai kalau aku manusia, jadikan aku rusa saja

Kala aku memetik tangkai dedaunanmu


Saat aku memamah rumput-rumputmu
Bahkan aku bisa memberi sedikit bagimu melalui kotoranku
Dan biarkan dagingku mengenyangkan harimaumu

Tidak ada tempat yang terjaga bila ada manusia


Semua bisa selaras dengan memberi dan membagi kecuali manusia
Manusia adalah wabah, manusia adalah virus, manusia adalah penyakit
Betapa tidak inginnya aku jadi manusia agar aku dicintai alam semesta

76
Karena tak Ada Lagi Wajahmu

Karena tak ada lagi wajahmu


Aku menyalakan api
Mencari inspirasi

"Kenapa kau bakar kertas-kertas itu,


padahal dia kalau dijual akan laku."

Bahkan kalau kertas terakhir telah terbakar


Aku membakar ijazah-ijazahku
Tidak ada yang tau
Bagiku inspirasi adalah segalanya

77
Sekarung Tepung untuk Nabi

Sekarung tepung digendong seekor unta jantan


Mengarungi malam kelam dan hitam
Seorang laki-laki dengan hati yang suci terus menyusuri
Tangan Tuhan adalah dia

Dihadang dia akan musuh Tuhan


Dia melawan meski tau tak mampu
Karena sadar dia tangan Tuhan
Perlawanannya jangan kau heran

Sekarung tepung untuk Nabi


Menyusuri malam seorang diri
Seekor unta kurus melintasi gurun
Nabi menanti dengan senyum
Duhai senangnya hati
Nanti di langit karung akan bersaksi
Malam akan menjadi bukti
Sekarung tepung untuk Nabi

78
Tidak Ada Pohon Lagi

Tidak ada lagi pohon, cuma tinggal satu, itupun sudah dibawa arus.
Arus sungai, yang kemarin sore masih kukagumi kejernihan airnya.
Kemarin sore aku masih setia mengunjunginya untuk membasuh muka dan
mencuci kaki.
Kemarin sore dia masih setia memberikan ikannya untukku dan airnya masih
setia mengairi sawah dan ladangku.
Tadi malam aku tidur, dan terlelap.
Sungai menjadi ganas, bendungan patah.
Dia menyapu habis padi dan sayuran di kebun.
Dia memberi serta ikan-ikan yang masih bersedia kumakan.
Sungai itu pada malam itu menumbangkan pohonku dan menyeretnya entah
kemana.
Paginya kucari dia di samudra, tidak ada.
Seorang petani garam yang seluruh tambaknya berubah rawa mendekatiku
dan berkata:
Selamatkan dirimu, tadi malam kulihat dia menumbangkan pohonmu dan
membawanya entah kemana.
Aku khawatir dia akan semakin ganas nenti malam dan akan segera
menenggelamkan diri bersama impianmu pula.
Sorenya dengan ragu-ragu aku mendekati sungai, airnya tidak lagi terlihat
jernih, alirannya tidak lagi tenang.
Aku teringat pesan petani garam.
Aku menjemputnya untuk pergi bersama dan dia berkata:
Selamatkan dirimu.
Aku sudah tidak punya mimpi.

79
Sebatang Pohon, Untukmu!

Aku melukis sebatang pohon,untukmu!


Melukis dengan hati,irama kubawa bernyayi
Aku melukis karena sepi,melukis dalam malam
Malam ramai, aku kesepian!Karena dirimu, dalam kurindu

Aku melukis sebatang pohon, dalam duka,dengan tinta air mata


Kenangan kembali terbayang:dalam tenang, ada resah
Dalam rindu, ada luka

Aku melukis sebatang pohon!


Tumbuh juga pohon yang lain, pelangkap rindu: "kita"
Aku melukis sebatang pohon,dunia ini milik "kita"

80
Cinta Biasa

Kalau ada masalah yang perasaanku mengatakan bahwa aku tidak akan
mampu mengatsinya, aku memilih menciptakan sebuah masalah baru yang
komposisinya lebih ringan.
Lalu aku bergelut dengan masalah itu.
Maka jadilah masalah terbesarku adalah bukan masalah yang tak sanggup
kuatasi.
Tapi sayang, kebiasaan ini merambat ke dalam masalah cinta.
Ketika aku jatuh cinta dan takut cinta itu tak berbalas, maka aku memilih
cinta yang lain yang sanggup kutahan.
Cintaku adalah cinta yang tinggi.
Karenanya aku yakin bila larut dengannya aku takkan sanggup menahan
perasaan.
Aku menahan cinta bukan karena tidak mau bersyukur akan sebuah anugerah.
Aku melakukannya karena aku sadar bahwa jiwaku rapuh, jiwaku resah dan
jantungku lemah.
Aku tak sanggup bermain rasa: rasa yang tajam, dalam dan menusuk seperti
itu.
Aku memilih cinta biasa.
Aku memilih cinta biasa, dengan kesan yang biasa.
Kerinduannya, rindu biasa.
Candanya, canda biasa.
Sentuhannya: biasa.
Pelukannya, pelukan biasa.
Pengorbannya adalah pengorbanan biasa.
Dengan izin Allah hasilnya akan luar biasa.

81
Sepi Sendiri

Malam ini aku duduk merenung dalam sepi sendiri, tidak ada puisi
.Aku masih menyimpan rindu tentang cintaku padamu.
Cintaku masih tetap utuh padamu meskipun bahkan kau telah melupakan
namaku.
Aku membayangkan tentang dirimu.

Aku memimpikan akan kebahagiaanmu, selalu.


Duhai bintang jauh-ku, sedang apa kau sekarang.
Pasti anakmu sedang lucu-lucunya.
Suamimu sudah naik pangkat?
Apakah rumah baru kalian sudah punya taman bermain?

82
Kau lihat bintang-bintang yang indah bila malam cerah?

"Melihat akhwat-akhwat di Islamic Book Fair, tak tahan lagi awak rasanya.
Ingin segera cepat-cepat menikah." kata Kawan I.

"Karena itulah saya membeli buku 'Jangan Takut menikah di Usia Muda'"
sambut Kawan II.

"Tak tau kau hakikat menikah? Jelakan Abu, kata Kawan III.
"Kau lihat bintang-bintang yang indah bila malam cerah?" kataku "bila
menikah kau harus segera tidur."

Bukankah langit yang dipenuhi cahaya bintang akan selalu memenambah


pengetahuan dan pemahaman kita dengan segala sesuatu yang baru dan
semakin baik.

Aku juga berfikir: Tahajjud akan sangat sangat berat.

"Kalau kau menikah karena persoalan 'kemaluan', kau akan berpisah karena
urusan 'begituan'" aku pernah memperingatkan seorang kawan.

83
Cinta Bedebah

Kamu tidak adil.


Betapa aku mencintaimu.
Tapi kau sama sekali tidak mempedulikanku.
Setiap malam mulai kelam, aku selalu sepi: melamun sendiri.
Sementara kau tertidur lelap bersama suamimu.
Setiap malam menghampiri, aku mencari kertas-kertas bekas, membakar api
dan di sana wajahmu kucari.
Sementara kamu sedang senang mendakap anak-anakmu.
Setiap pagi menghampiri, aku bangun dengan ketakutan, melihat hari yang
setiap hari suram, hampa, harapan tiada.Sementara kamu menyambut pagi
secerah matahari, harapanmu penuh, hidupmu indah, pagi-pagimu cerah.
Siang menjelang, kau bermain-main dengan anak-anakmu: berbagi ceria,
tertawa bersama.
Sementara aku masih belum terang, masih laksana malam, walau terik
membakar jantung.
Cinta memang sial, penuh penderitaan, setiap detiknya menghujam jantung
laksana seribu pisau.
Cinta bedebah, selamanya memberi resah, setiap saatnya aku dalam susah.
Kau pernah berkata padaku: cinta seperti salju, indah, putih, menimbulkan
gairah dan membuang gundah.
Hari ini kutau pasti, cinta memang salju, membuatku beku, dinginnya
menyayat hati, laksana tusukan seribu belati.

84
Si Manis dan Susu Kental Manis

Aku memang suka susu kental manis


Setiap pagi aku sudah duduk manis
Menikmati susu kental manistapi belakangan susu kental manisjadi tidak
terlalu manis
Mungkin susu kental manis dikalahkan dia punya manisoleh si Hitam manis
Si hitam manis penjual susu kental manis
Dia punya wajah terlalu manisMeskipun dia bukan Gadis tak ada wanita yang
bisa menyaingi dia punya manis
Duh, sihitam manisAku rela mengorbankan seribu gelas susu kental manis
Demi si dia yang hitam manis

85
Cermatilah Tempat Jatuhnya Airmatamu, Disanalah Harta karunmu

Lama sudah kita bersama.Takmungkin kita selalu bersama.Engkau punya


kesibukan yang lain.Tak mungkin aku tahan.

***
Raja Tua meminta jatah Sepuluh Domba adalah agar Si Alkemis semakin
mantap mengembara.Bukan seperti orang gipsi yang hanya semakin
membuanya hanyut dalam mimpi. Lalu Alkemis akan duduk berpangku
tangan.
***
Kita hadir ke dunia untuk mengenal alam dengan baik.Lalu memposisikannya
dengan layak.Jangan pula kita lupa alasan sebenarnya kita berada di sini.
***
Pada hakikatnya kita ini lemah.Maka lakukan yang penting-penting
saja.Hidup di dunia ini terbatas.Maka pergi dan jangan abaikan sedetikpun
waktumu untuk lebih mengenal dirimu dan dunia ini.
***
Agar engkau dapat mengenal dunia dengan baik, maka lihat dan
perlakukanlah dunia sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang kamu
inginkan
***
Pergilah, dan lihatlah sudut-sudut dunia yang lain. Lalui gurunnya, lampaui
padang ilalang, renangi samudra dan telusuri setiap sudut kota. Maka kamu
akan melihat dunia sebagaimana dunia itu ada. Bukan seperti yang kamu
duga sebelumnya.
***
Raihlah mimpimu dan kau akan bermimpi tentang sesuatu yang lain. Sebab
hidupmu menanjak seperti anak tangga.
***
Pengembala mengalami saat-saat yang sulit untuk meyakinkan kakasih
mereka bahwa mereka harus pergi ke ladang-ladang yang jauh. Cinta
menuntut mereka untuk tinggal bersama orang yang mereka cintai. Mereka
tidak selalu kembali. Gurun mengambil mereka. Mereka yang tidak lagi
kembali menjadi bagian dari awan dan air-air yang keluar dari bumi. Mereka
menjadi bagian dari semuanya, mereka menjadi bagian dari Jiwa Buana, kata
seorang penunggang kuda.
***
86
Laki-laki selalu melihat dan berbicara tentang masa depan dan perempuan
tidak pernah memiliki masa depan, tidak pula mereka pernah sadar bahwa
sedang hidup di masa kini. Sebab akal mereka selalu diselimuti masa lalu.
Peramal adalah si peka masa kini. Dengan itu dia mengetahui rahasia
masalalu dan dapat menentukan apa yang akan tejadi dimasa depan.
***
Awalnya tropis, lalu melampaui batas, angin guruh merubah hutan menjadi
gurun. Kemudian hanya mengharapkan seteguk air dengan sebiji korma saja.
keinginan untuk ditahan, dibatasi: bukan untuk dituruti karana dia akan terus
meminta.
***
Bila dirimu mencintai, cukup katakan "cinta" saja. Cinta yang diberi alasan
adalah kebohongan.
***
Kalau kau tau segala yang kau pikirkan dan yang kau lakukan akan dicatan
oleh waktu dan menjadi bagian dari sejarah, maka aku yakin kamu akan lebih
serius lagi.
***
"Cermatilah tempat jatuhnya airmatamu. Disitulah tempat harta karunmu"
kata Alkemis.

87
Bingung

Semua pertanyaan mereka bisa kujawab.


Tapi waktu ditanya "apa pekerjaanmu" aku bingung.
Kalau kujawab "aktivis gerakan Islam" seperti yang sudah-sudah, pasti akan
ditanya "gajinga berapa".
Kalau jujawab "Mahasiswa pascasarjana" mereka akan tertawa.
Sambil melirik pakaianku dari ujing topi hingga ujung celana, mereka
nyengir.
Waktu mereka tanya "makan sehari-hari dari mana?" kujawab "dari Allah
segalanya".
Maka ketidakpercayaan tingkat tinggi mendera mereka.
Aku binging.
Merekapun bingung.

88
Mata

Mataku
Jangan takut
Akalku manusia

Matamu
Harus kuawasi
Keduanya
aku panik
titikku satu

antara dua alismu


kalau kau lembu
lubang hidungmu

Tak boleh lekang


Terabaikan wajahmu

Aku bingung
Kulepas pandangan
Aku mati dalam terkamanmu
Karena lena dalam cantikmu

Biarkan
Aku puas

89
Menolehlah Sekali Lagi

Menolehlah sekali lagi


Wajah Ibu
keanggunannya ditukarnya dengan cinta padamu
Pengorbanannya yang tiada cara membalas

Menolehlah sekali lagi


Dalam diam wajah Ayah terdapat cita-cita yang menggantung di pucuk langit
Wajah teduhnya telah membuatmu terbang menjemput mimpi

Menolehlah sekali lagi


Kampung halaman tempatmu jadi
Pohon-pohonnya rindang tapi diam
Tanahnya memberimu inspirasi

Menolehlah sekali lagi


Wajah setia teman-teman bermain dulu
Senda-guraunya telah menjadi karang di sudut kenangan

Menolehlah sekali lagi


Abdi guru-guru mengaji yang kini telah tua renta
Masih ingatkah kamu ujung lidinya menunjuk 'alif'
Hingga kini kamu menjadi alim ulama

Menolehlah sekali lagi


Wajah ibu guru yang mengajarkanmu huruf 'A'
Hingga kini kamu telah menjadi cerdik cendikia

Menolehlah sekali lagi


Cinta pertama yang begitu polos
Hingga selalu terkenang dan selalu menjatuhkan air mata
"Duhai nanti di surga kita abadi bersama selamanya"

Menolehlah sekali lagi


Gapura masuk ke kampungmu senantiasa merindu
"Duhai kapan kembali pahlawan jantung kami"

Menolehlah sekali lagi


90
Pilar-pilar masjid di kotamu yang berduka karena kehilangan si cilik yang
memakai peci

Menolehlah sekali lagi


Gedung-gedung kota kita yang kini telah menjadi sarang riba
Duhai betapa merananya dia

Menolehlah sekali lagi


Sebagai tanda kau masih setia
"Kami yakin kamu takkan kembali
tapi jasadmu kuburlah di sudut desamu
tempat tanah pertama kau tapaki"

91
Malam Ini Tak ada Puisi

Malam ini tak ada puisi


Biar remuk raga ini
Aku ingin merenungkanmu sampai pagi
Karena cinta tak boleh berhenti pada ejakulasi

Bila ragamu kumiliki


Pasti cinta menjadi distorsi
Bila yang sejati telah dimiliki
Maka untuk melanjutkan hidup tak ada alasan lagi

Jauh berjalan sampai badan letih tak terpatri


Kuharap dirimu ada di ujung mimpi
Saat tiba tak jumpa yang dicari
Rupanya perjalanannya adalah arti

Biarkan kusendiri
Sepi
Tiada arti
Menunggu mati

92
Rusak Peradaban...

bicara apa kawan


semuanya telah terselesaikan
apa mau bangun peradaban
atau hanya bicara guyonan

retorika lupakan
tak ada kebenaran
hanya pembenaran
Ingat panji kebesaran
begitu lebih dekat akan kebenaran

jangan kau segan


marah aku tak akan
bukankah wajahku terlalu tampan
hingga tak ada wanita yang sepadan

ini nyata bukan guyonan


bukan juga sekedar lisan
bila ingin membuktikan
mari tiba ke hadapan
pasti kau sua aku yang lebih tampan
dari shahrukh khan
atau salman khan
apa lagi amitabh Bachan

93
Darah Menyimpan Gairah

Dalam mimpi terindahku engkaulah kekasihku


Dalam khayal terbaikku engkaulah pasanganku
Dalam imajinasiku kita berdua menyusuri lembah dan bukit ini
Bermain bersama indahnya panorama alam
Di sana kita bernyanyi bersama burung-burung

Duhai darah punya kekuatan


Alangkah darah merangsang mimpi
Benarlah darah menyimpan gairah yang indah direlung sanubari

Masa di alam azali kita sunyi


Kanak-kanak kita bermain bersama
Saat itu kita belajar berimajinasi,merajut mimpi
Betapa banyak kesalahan Bangji, mohon maafkan Cut Abang ini.

Kini kita sama-sama telah mendapat mimpi kita


Di tengah-tengah kesibukan kita, apakah masih ada sedikit waktu menoleh
kepada dua anak kecil bermain masak-masakan di dekat sumur
Menolehlah sekali lagi di mana sepasang bocah bermain perang-perangan

Kini kau harus menyusuri jalanmu sendiri


Mengabdilah pada suami
Bila ada penyembahan pada sesama makhluk
itulah suami

Saat penikahannya aku melekatkan tangan kananku pada pipi kanannya


Pada momen itu tersiarkanlah semua gambar tentang masa lalu kami berdua
Seketika itu terasa sepi, sunyi, sendiri, merana, rasanya lebih baik mati
Aku lari menyusuri orang-orang yang sedang ramai di pesta yang memilukan
itu
Saat benar-benar dapat kupastikan bahwa aku sendiri, aku menangis sejadi-
jadinya

94
Wanita, Siapa Peduli!

Kalau Adam tau Hawa merasa ada tanda-tanda kehidupan abadi di balik
Khuldi
dia akan menelannya jauh sebelum Iblis masuk ke dalam surga

"Karena rahimku takkan takkan berguna tanpa Khuldi di dalam usus" jerit
Hawa dalam diam

"Karena aku putri Pompei asli mengakar hingga sum-sum dan kau pria
pengembara
Mana kusanggup menahan untuk tidak menoleh untuk terakhir kalinya

Di bawah langit itu aku menghabiskan masa kecil


aku ingin melihat wajah-wajah yang telah mengisi hidupku sejak kecil untuk
terakhir kali
aku harus melalukan itu meski tubuhku gunung pasir bertebaran laksana
patung garam"

Sementara dia adalah pengembara


Tanahnya tiada
Setiap meninggalkan suatu kawasan tiada menyimpan kesan
Semua biasa baginya
Dia tidak akan menoleh bukan karena perintah Tuhannya tapi karena dia
pengembara

Siapa yang peduli usaha Hajar berlari-lari di tengah padang gurun yang
menyengat
Semua hanya memperhatikan kaki kecil Ismail yang mengayun-ayun
Mereka hanya mabuk menikmati zam-zam dan berterimakasih pada putra
Ibrahim pada setiap teguk

Kalau bukan Asiyah siapa lagi yang bisa menyelamatkan Musa yang
mengantarkan Bani Israil ke tanah yang dijanjikan

Silahkan mengenang perjuangan Musa dan melaknat kekejaman Fir'aun

Setelah tragedi berujung Zulaikha terluka dilupakan dan hanya


membicarakan happy ending Yusuf bersama keluarga

95
"Lupakan saja Aisyah yang mengorbankan semua harta dan pelayanannya
dan nikmati kisah kemenangan Islam atas dunia"

Siapa peduli Malahayati yang tidak ada wanita sebelum dan sesudahnya
takkan ada lagi keberanian setanding
Mari kisahkan keagungan Iskandar Muda

96
Cintaku Emas Murni

Ketika aku menanjak di tempat yang tinggi


aku menemukan cintaku hanyalah debu
Buru-buru aku turun merangkulnya
Kata Tuhan "Cintailah sewajarnya"
"Cintaku adalah emas murni"
Sebelumnya Tuhan telah memberitahukan
karena aku menggunakan kaca mata debu

97
Kita Wayang, Mereka Dalang

Dalam pertarungan yang tak seimbang ini, pasti kita akan kalah.
Bahkan orang yang kita anggap sakti dan tangguh yang kita utus sebagai
mewakili kita, ketika sampai di sana berubah menjadi mereka.

Mereka yang dahulu membungkam segala keinginan kita mungkin karena


mereka tahu keinginan kita tak ada habisnya.
Mereka yang sekarang terus-menerus memancing kita untuk terus-menerus
menimbulkan segala hasrat dan keinginan-keinginan untuk diraih.
Lalu memotong tangan-tangan kita.

Semuanya atom, kita dan mereka percaya.


Karena itu kita diberi makan sampah.
Sampahpun tak apa.
Tapi perut tak bisa menerima.

Kita laksana pemeran dalam drama.


Mereka sebagai pengatur cerita.
Kita terlihat turut andil dalam menegakkan demokrasi.
Padahal tak lebih kita sebagai wayang yang sedang mereka mainkan.
Kita lakon, mereka dalang.

98
Malam Ini Tak Ada Bintang

Rai, malam ini tidak ada bintang.


Kulit otakku penuh wajahmu.
Malam ini begitu dingin.
Tidak ada satupun bunyi kendaraan.
Tahukah kamu aku mendengar suara burung-burung.

Gedung-gedung di sini senyap seolah menunggu sesuatu.


Aku tak tau apa itu.
Tapi pepohonan di depan rumahmu kelihatan lebih ramah.
Mereka menari-nari dengan perlahan mengikuti hembusan angin.

Rai, rumahmu adalah taman surga.


Biarkan saja semuanya menuju Firdaus.
Aku ingin tetap di sini, di taman halaman rumahmu.
Menunggumu keluar dengan baju pengantin bewarna putih.
Kunanti wajahmu hadir kembali di hadapanku.

Rai, mataku rindu menatapmu kembali.


Rai, aku sepi sendiri di sini.
Aku tidak sanggup.
Tidak sanggup saat membayang kan engkau sedang lelap bersama anak-anak
dan suamimu di sebuah rumah bahagia.

Aku di sini seperti cacing yang dilumuri abu dapur.


Setiap malam aku keluar menantang ganasnya udara malam yang menikam
hingga sela-sela rusuk.
Aku mencari wajahmu di atas langit yang kelihatan hampa.
Bila ke laut aku menungu-nunggu bila-bila wajahmu timbul dari dasar
samudera.

Rai, aku sengsara.


Pada siapa aku mengadu kalau bukan pada namamu yang telah menyatu
bersama segala ingatanku.
Namamu telah menguasai seluruh memori pikiranku.

99
Seniman yang Malang

Seniman dahulu saking pekanya pada realitas alam dan sosial serta
merenungkan kebenaran dan nilai-nilai sampai-sampai tak sempat
memikirkan dirinya sendiri. Bajunya sampai compang-camping. Rambitnya
sampai kerawal-keriwil.

"Seniman" kini hanya sibuk mengurus fashion pakaian agar compang-


camping. Pekerjaan mereka keluar masuk-salon menata rambut keriwal-
keriwil. Mereka selalu sibut dengan pekerjaan-pekerjaan demikia supaya
mirip seniman. Mereka seniman yang malang.

100
Tanah Jeumpa

Mendayung sampan lewati samudra


Mencari cinta di Tanah Jawa salah alamat namanya
Cinta hanya ada di Negeri Jempa
Takkan berpindah ke mana-mana

Kau katakan cintaku adalah cinta yang unik


Tapi perlu kau ketahui bahwa kebahagiaanku adalah ketika aku mampu
membuat yang murung kembali tersenyum
Mengenai keputusanku yang membuat yang sedang tersenyum menjadi
murung
kiraku itu urusan kamu semua

101
Kaplat

Rakta, rakyat, rakyat


O, rakyat bangsaku...

Aku lihat janda yang kehabisan beras


Anak mereka putus sekolah

Aku mencium bau alkohol dari mulut laki-laki yang kehabisan nafas pulang
berzina dengan pelacur

Aku mendengar berita seorang dara menjual mahkota demi sebuah harga
bangku kuliah

Semua karena penguasa


Dengan sukarela tanah air bangsa diberikan cuma-cuma
Direlakan marwah bangsa dan keringat rakyat pada korporar
Mereka semua laknat
Neraka jahannam juga masih belum tepat
Mereka bangsat, laknat, kaplat

102
Sampai Bertanduk Kepala Kucing

Sampai menangis darah kamu memohon sebuah cinta dari seseorang, sampai
bertanduk kepala kucing takkan kesampaian. Sebab setiap yang kau cintai
sama sekali tak mencintaimu. Mengharap diperhatikan
***
Ingin sekali aku menjadi pelukis. Kalau aku menjadi pelukis segera kulikis
wanita-wanita cantik yang sedang mandi, baik di sungai, disumur dan di
mana saja. Melihat lukisan yang lebih indah dari roduk Kodak di Jakarta
kota.
***

Kenapa bisa ada kreatifitas-kreatifitas baru yang unik dan menarik setiap
saatnya? Karena setiap saat ada kesilapan-kesilapan dari orang-orang cerdas
yang mana hasil-hasil dari kesilapan-kesilapan itu mereka siasati sehingga
menjadi kreativitas-kreativitas baru yang unik dan menarik.
***
Sudah lama saya kehilangan buku tabungan. Kemarin ATM hilang pula.
Nomor rekening tak dihapal sejak awal.

103
Semua yang Kumiliki

Ya, atau tidak sama sekali.

Dalam mimpi terindah yang lahir dari dasar kedalaman hati dan jiwaku:
engkau.

Tapi mana mungkin kita bisa bersama meski dalam imajinasi terliarku
engkaulah tempatku bersandar.

Dalam khayal tertinggiku hanya jiwamu yang ingin kulindungi. Tapi sayang
angin kemarin petang yang datang dari semak-semak belakang rumah kita
berhembus ketelingaku menyampaikan suara: malulah dengan dunia!

Oh, aku tak kuasa. Tak sanggup otot kakiku berdiri menatap lalu keyataan
ini.

Kemarin kudengan kau tak jadi menikah dengan seorang pria. Di satu sudut
hatiku: senang bahagia mendengar berita ini.

Tapi alam dan dunia menampar wajahku. Mengingatkan kembali tentang


realita: Duhai kenapa kita dari silsilah yang sama.

Tengah malam tadi turun suara dari langit: Pilihlah temanmu yang baik itu
mendampingi hidupnya. Duhai Tuhan, kenapa begini pelik derita hati.

Setelah aku menjadi pahlawan haruskah aku kembali menjadi ular iblis yang
mengharap kematian suamimu lalu menyambar janda-mu.

Aduh, lalu-lalu aku telah menjadi ular derik yang selalu menghayal sepotong
bangkai. Aku telah lama begini. hatiku telah busuk, busuk karena setiap hela
nafas menunggu kematian seseorang. Wangi Kehidupan selalu kuharapkan
jadi janda segera.

Kenapa jadi begini. Nanti bila mati kita pasti berada di tanah makam yang
sama. Kenapa Tuhan Maha Baik tidak menghimpun saja kita di satu rumah
panggung kayu dekat dua batang pohon durian itu.

104
Tuhan biarkan aku bersamanya. Aku ingin melimpahkan segenap cinta
kepadanya saat berada di dalam rumah kayu kami. Tuhan, aku ingin
menamam bunga mengelilingi rumah kami.

Aku ingin berbagi, aku rindu memberi, memberi semua yang kumiliki. Hanya
kepada dia. Atau, tidak sama sekali!

105
Sabang: Begitu Sejuk, Begitu Damai

Sebuah pasar yang lenggang.


Sebuah taman dipinggir pantai lengkap dengan lesehan.
Sebuah taman berbukit dekat kota lengkap mainan anak-anak.
Sebatang pohon luar biasa besar sangat kokoh begitu rindang.
Sebuah tanah lapang dekat sebuah danau. Tersimpan sebuah kenangan di
sana.
Di sebuah dermaga bersandar sebuah kapal.
Pada lebat hutan di sebuah puncak bukit disirami terang rembulan.
Pada rumput-rumput hijau yang besemangat tempat sebuah tenda didirikan.
Atau,
pada jalan aspal kering yang terjal
atau pada jalan aspal ditepi bukut dengan hutan lebat.
Sebelah kanannya adalah sebuah masjid dibuat dari kayu. Begitu sejuk,
begitu damai.
Rumah-rumah warga dari kayu tanpa dinodai cat bbegitu membuat pikiran
terpikat hingga sampai bila-bila saat terus diingat.
Pada dermaga tempat perahu-perahu mengapung berjajar.
Ketika seorang pria 40 tahun melompat dari satu geladak ke geladak lainnya.
Dia mengapir seorang bocang umur lima tahun.
Seorang lagi laki-laki 13 tahun.
Air itu begitu tenang, sama tenangnya dengan angin malam itu, setenang
perahu-perahu itu.

106
Menjelang Berbuka

Semua yang ada di sini segalanya indah.


Segala yang tampak mata, akan abadi di dalam ingatan.
karena setiap kejadiannya
tak ada yang sia-sia.

Ada rasa yang memberi nikmat di dada


Ada bahagia yang menggelembung di dalam jantung.
Indahnya tak terucap lidah,
niknatnya tak tertulis kata

Ada warna merah jambu


tapi bukan es bandung menjelang berbuka
di tepi rel kota Bireuen
Ada alunan indah di pinggir sungai peusangan yang manis
Tapi bukan rujak manis di Kuta Blang

Ada kesunyian dalam keramaian sore menjelang berbuka di persimpangan


Kuala Simpang

Ada irama indah tik-tik-tik dekat sungai Samalanga


Perajin batu hias sedang mencintai seni yang indah

Ada para pemuda berpeci hitam tapi bukan peci pejabat


Mengendara motor menyusuri pinggiran trotoar yang padat penjual jajanan
berbuka
Itu ada di kota Banda

Perajin peci tersenyum manis di depan mesin jahit dengan pipi mereka yang
manis lebat bulu tipis sepenuh pipi
Sungai Pasai yang sepi di belakang mereka menambah semarak menunggu
waktu berbuka
Hanya ada di bawah jembatan Geudong Pasai

Penjuang sawo duduk tersipu di atas sepeda tinggi menatap biawak yang
sedang berebut kulit ikan dekat pasar ikan di sungai Peureulak di
pasar keude Peureulak

Setiap titik dari tanah ini ada kisah yang berarti


107
semuanya tersimpan dalam ingatan
semuanya terpatri dalam memori

Semuanya indah
Semoga semua diberi kemuliaan
Semoga segala beroleh barakah

108
Pada Senja di Tamiang

Telah tinggal pada senja bulan Ramadhan di tengah keramaian pengguna


jalan, penjual dan pembeli tepat di alun-alun kota Kuala Simpang.

Selama keruh sungai Tamiang, demi Allah semua pemimpin negara dari
walikota hingga hingga kepala negara tempatnya harus di neraka.

Negara tidak ada ketika seorang istri dicabuli orang. Negara tiba ketika suami
menebas leher pria yang meniduri istrinya.

Negara tidak ada ketika seorang bayi kelaparan dan sakit. Negara hadir ketika
ayah si bayi mencuri untuk memberi makan anaknya yang kelaparan.

Negara ini diurus oleh para bangsat dan bajingan.

Tanggal tujuh belas bulan Ramadhan kalender Hijrah dan bulan delapan
kalender Masehi negara lintah ini berdiri.
Hari ini pada tanggal yang sama kalender, bulan yang sama Hijrah dan
Masehi kusumpahi para pengelola negara yang makan selain dia punya gaji,

tidak diterima amalnya dan tidak diampuni dosanya selama-lamanya.


Ini suara rakyat, laknat Allah bagi pemegang hajat hidup orang banyak yang
makan gaji dari uang rakyat.
Laknat Allah bagi mereka siang dan malam selama-lamanya.

Laknat bagi Muh. Ilyas dan Ilyas Hamid


Barakah bagi Irwandi Yusuf, Bukhari Daud dan Mawardi Nurdin
Selebihnya adalah kaplat.

109
Celaka

Saat menciumnya matamu kau tutup.


Wajah siapa yang tampak?

Saat akad mengucap namanya.


Nama siapa yang kau ingingnkan?
***

Sunni masih tidur padahal sudah zuhur.


Sambil tidur mereka memaki.
"Celaka kau syi'i".
***
Jam tangan baru terdengar berdetik bila telah tiba sunyi
Istri sendiri baru terlihat cantik bila semua wanita di atas dunia ini telah mati

110
Juli

Juli. Merah dan kuning buah rambutan menggantung di pucuk dahan.


Sekelilingnya lebat biru daun. Sepi.
Daun padi hijau membentang dari hadapan kaki ke ujung pandang. Di
sana hijau bukit menganga sendiri. Sunyi.
Meunasah berdiri ragu-ragu penuh rasa takut. Pilar-pilarnya gemetar
seperti sapi kurus menunggu leher ditebas besok subuh.
Jembatan kayu penuh lubang ketakutan dilewati seorang kakek tua
bersama sepeda tua. Senyap. Tak ada yang istimewa.
Jalanan lenggang menjelang berbuka seolah semua warga pergi ke
gunung sedang bertapa.
Semua terlihat berdekap. Terlambat. Tak ada ekspresi. Tak bergeming.
Kalau saja ada PKP di Juli. Semua akan berbeda. Dahan rambutan
akan bergoyang. Tangkai buah menari-nari menunggu dimasukkan ke goni
oleh anak-anak PII.
Di sepanjang jalan setapak di antara tumbuh indah daun padi penuh
semarak kaki-kaki anak PII membawa pulang nasi ummat dalam bungkusan
yang diambil dari desa sebarang bukit ujung pandang yang terlihat tersenyum
dengan wajah berseri-seri.
Meunasah berdiri gagah tanpa goyah menanti jamaah anak pelajar yang
datang dari rumah-rumah dan dari luar kampung berjalan berjajar rapi dengan
buku dan kitab suci Al-Qur'an di tangan.
Jembatan kayu malu-malu campun senang dilewati seorang ibu beserta
seorang anak gadis mengantar nasi beberapa bungkus ke meunasah untuk
diberikan kepada anak PII yang sedang mengikuti training di kampung
sebarang.
Jalanan padat penuh sesak para panitia berlalu lalang Juli-kota Bireuen
dengan segala kesibukan, dengan berbagai kepentingan.
Mudah saja menghapus Jogja dengan PII. Bagaimana bisa
memisahkan PII dengan Juli.
Semua bahagia, penuh suka. Semarak semuanya. Semua dalam
gembira. Dan itu semua, akan menjadi kenangan yang mustahil dilupa meski
terkena amnesia.

111
Dualitas Tidak Ada

Kalau ada dualitas antara ruh dan jasad maka shalat tak memerlukan gerakan
Puasa cukup dengan mengekang nafsu
tidak perlu menahan lapar dan dahaga
zakat tidak perlu bayar uang atau barang
haji cukup dengan mengelilingi rumah sendiri kala thawaf
Wukuf cukup di tanah lapang belakang rumah
Melempar Monas cukup sebagai jumrah

112
Dijajah

Dijajah
diperbudak
ditipu
dijadikan seperti binatang

Kekeringan
Berjalan jauh mencari air
Telaga kering
Sungai kering
Sumur apa lagi

Sengsara
merana

Kasihan rakyat bangsaku


rahmat Allah atas kalian semua

113
Taman Bintang

Allah menciptakan bintang-bintang pasti punya maksud dan tujuan.


Bebintang punya jarak yang berbeda-beda dari kita,
satu dengan yang lain masing-masing amat berjauhan.
Indahnya menikmati bintang-bintang kala malam.

Bila terbit pagi dan tiba siang kemana bintang-bintang?


Siang-siang bintang-bintang tetap berada di sana
Bila siang gilinran bintang menikmati kita
Mereka memperhatikan siapa-siapa yang tadi malam mengagumi
keindahannya.

Untuk mereka bintang-bintang berdoa "Semoga karunia Allah senantiasa


berlimpah bagi semua yang bila malam tiba menyempatkan diri mengunjungi
taman bintang".

114
Semarak Kuning

Mari cepat bangun pagi ini


Mari bangun menuju padang luas sawah kita
Hari ini padi kita telah menguning
Mari ajak kawan kawan
Mari memanen padi kita

Lihatlah daun daun bambu pinggir pematang


menguning karena matahari memantul warna kuning ke segala ufuk
Memantulkan warna kuning padi kita

Sisa air pada waduk jadi kuning


Ikan gabus di dalam air tertimpa pancaran kuning pada badannya yang unik

Tetumbuhan dan pohon di semak semak yang mengelilingi sawah kita


menjadi kuning
Ujung timur dan barat langit ikut kuning

Kuning adalah semarak bagi kita para petani


Karena kuning adalah penantian kita selama satu musim
Sebab kuning adalah kilatan terindah yang terpancar dari aras rumah abadi
Tuhan
Kala senja kita telah memanen padi kita
Tuhanpun tersenyum bangga atas pengabdian kita

Sejahteralah para petani


Rahmat dan lindung Tuhan senatiasa menyerta
Damai abadi dalam Tuhan

115

Anda mungkin juga menyukai