Tapi bila kau merasa nyaman dengannya, kau merasa bahwa dia benar yang
menurutmu tepat, apa salahnya belajar memberi kepercayaan. Walau pada
nyatanya itu sama saja mematahkan harapan saya, duh, maaf, saya malah jujur.
Emmm
Udah segitu saja yak, kalau diterusin nanti malah saya yang curhat.
Lakukan saja sesuatu yang benar menurut kepercayaan dan nurani yang kau yakini.
Bila dilakukan karena-Nya, dilakukan dengan cara yang dianjurkan-Nya, InshaAllah
hasilnya pun akan luar biasa.
Mari sama-sama kembali lebih belajar mengenal-Nya, dan mari sama-sama kembali
lebih fokus menuju apa yang sebenarnya kita ingin tuju.
Ssst . aku tetap nanana padamu. Selamat malam, Nona, selamat rehat, semoga
mimpimu aku. :)
*****
Jangan Suka Sok Tahu
Kamu tidak akan pernah benar-benar tahu apa yang ada di hati saya, sebelum saya
sendiri yang rela menceritakan.
Kamu hanya bisa menerka-nerka, menilai-nilai dari apa yang bisa kamu lihat.
Sebatas itu saja, tanpa pernah benar tahu kebenarannya bila hanya hasil analisamu
semata.
Jangan suka sok tahu, nanti kalau saya sakit hati, kan kamu malah nambah dosa.
Hayoo ndak mau kan?
Urusan membagikan isi hati itu bukan perkara mudah bagi sebagian orang.
Terkadang justru kita lebih berminat menceritakannya pada orang yang tidak benarbenar ingin tahu urusan hidup kita. Karena orang yang sekadar ingin tahu tak tentu
pasti benar-benar peduli. Hanya ingin saja, semacam dahaga bagi seseorang yang
haus, sekadar dahaga saja.
Barangkali kita harus lebih pandai belajar bagaimana caranya membuat orang
bercerita, bukan belajar meminta orang bercerita
Jangan, sungguh jangan kau bagikan gelisahmu pada lelaki selainku. Jangan,
sungguh, jangan kau curahkan resahmu pada sembarang orang.
Pulanglah, lekaslah pulang, benamkan segala gelisahmu di dadaku. Sekalipun aku
tak bisa mengubah yang sudah terjadi, sekalipun aku tak sanggup menarik waktu
yang telah terlewatiberilah kesempatan tanganku ini yang menghapus lelehan air
matamu.
Sekalipun aku tak bisa serta merta memboyong bahagia. Sekalipun aku tak kuasa
sekejap menyajikan lega. Paling tidak, berilah kesempatan kedua lenganku
melingkar lembut di tubuhmuizikanlah aku turut serta berada dalam
kegelisahanmu.
Kau terlalu pintar untuk berpura-pura bodoh, kau hanya takut untuk belajar
menerima kenyataan.
Bila esok tak kau jumpai lagi aku yang duduk di beranda rumahmu untuk melihat
kau kembali khilaf membuka jendela, itu tak sepenuhnya karena aku telah pasrah,
tapi karena aku menghormati setiap ketakutan yang kau sendiri tak mau berupaya
lebih keras untuk menjinakkan.
Aku selalu memimpikan, bahwa pada masa yang entah, kita bisa duduk bersama
dalam satu meja, berbicara dengan kesadaran dan pemahaman yang mendalam.
Mengukuhkan keberanian untuk sama-sama menyisihkan terani masa lalu. Tapi
sudahlah, kau tetap berhak memilih seperti apa jalan hidupmu.
Mendobrak paksa pintu rumahmu adalah kegaduhan yang paling anti aku lalukan.
Biarlah bila ada orang lain yang ingin melakukannya, menjadikannya super hero di
matamu yang serba pilu. Tapi tidak denganku, aku lebih percaya, bahwa keberanian
yang berumur panjang adalah keberanian yang lahir dari kesadaran bersikap, bukan
karena sekadar tindakan heroisme yang memikat. Aku di luar saja, menunggu kau
berani membuka pintu.
Kau sangat cukup dewasa untuk lebih tahu apa yang kau butuhkan. Karena aku
percaya, kau masih punya kehebatan yang tanpa sadar telah kau timbun paksa di
balik runtuhan kepercayaan dirimu.
Tersenyumlah, karena kau masih sangat berharga di hadapan orang-orang yang
barangkali tak kau ketahui. Jika pun kau tak sanggup mengenali mereka, sungguh
kau tetap tak boleh lupa, bahwa Tuhan tidak menciptakan keajaiban yang ada pada
dirimu untuk kau sia-siakan pada kekalahan, yang sebenarnya sangat mungkin bisa
kau jadikan batu loncatan. Kau masih bisa melihat cakrawala yang lebih luas.
Saranku sederhana, berhentilah mengurung diri, entah pada akhirnya kau bisa
mempercayai orang lain atau tidak, kau selalu layak untuk belajar beranjak. Kenali
kembali kehidupan.
Aku di beranda rumahmu saja, hingga kau benar sadar dan berani kembali percaya,
bahwa di luar sana masih begitu banyak keajaiban yang belum sempat kita kenali.
Aku ingin kita memulai dengan penuh kesadaran.
Aku tak bisa menjamin bahwa bersamaku kau akan senantiasa bahagia, aku juga
tak bisa menjamin bahwa aku akan lebih baik dari masa lalumu. Sungguh, aku
hanya punya keberanian untuk berjanji mengajakmu sama-sama belajar
membangun bahagia.
Awalnya kau akan resah dengan diksi-diksi yang sembrono aku sematkan. Lamalama kau mulai terbiasa, lama-lama kau mulai ketagihan, lama-lama kau mulai
merindukan, lama-lama kau bisa muntah. Begitulah caraku meracuni otak bawah
sadarmu dengan manis tapi bengis. Sudah sering kubilang aku jahat, mulai
sekarang percayalah.
Pada detik-detik pergantian hari, saya temukan diri saya yang lebih hebat dari
segala lara yang pernah melekat. Padanya saya memahami, terus melanjutkan
perjalanan adalah cara sederhana untuk kembali menemukan asa. Padanya pula
saya pahami, bahwa hari-hari yang berat akan ada kedaluarsanya
seakan itu engkau. Mungkinkah aku terlalu dini menerjemahkanmu pada rupa yang
nyata?
Sungguh bila kau marah akan hal itu, aku bisa memaklumi. Tapi, bukankah aku
harus selalu berani mencoba agar kelak aku tahu siapa kau sebenarnya?
Atau sebenarnya kau kelewat khawatir aku tak bisa menghadapi sakitku. Untuk
yang ini, kau tak perlu khawatir, aku pernah mengalami yang lebih dari itu, dan
nyatanya aku bisa kembali menemukan diriku.
Kali ini izinkan aku kembali menanak harapan, membiarkannya tetap hanyat agar
nikmat untuk disantap. Aku minta maaf atas segala kekeliruan dan kegegabahan
pada hari-hari sebelumnya. Semoga hati ini kian bijak dalam mengelolah harapan,
begitu pula kau di sana.
Kau tak perlu sungkan, kau pun boleh menerjemahkanku sesuai kemampuanmu.
Bukankah dengan itu kita bisa saling menemukan? Jangan pernah biarkan harapan
itu membeku, hingga membuatmu tersungkur terlalu lama. Tanaklah, biarkan ia
tetap hangat, peluklah erat bila dingin menerjang. Biarkan ia tetap hidup pada
langkahmu yang dihujani kegairahan.
Selamat malam, Nona, selamat terus kembali merapikan prasangka. Selamat rehat,
semoga mimpimu aku. :)
Ssstt aku nanana padamu.
Kita sama-sama tengah beranjak dari kenangan, meski tubuh masih kuyup oleh
guyurnya, tetaplah berjalan. Biarlah orang memandang dengan tatapannya yang
penuh tanda tanya, biarkan saja.
kudoakan kau senantiasa pandai menjaga apa yang semestinyaa kau jaga.
Sebagimana pula aku tengah belajar melakukannya
Sebelum ini, kita pernah menjadi dua tuli yang abai bisikan rasa. Setelah ini,
semoga kita bisa mentertawakan kecerobohan itu bersama.
gak semua yang didengar it benar, gak semua yang diliat itu nyata, gak semua yg
dirasa itu ada.
Untuk setiap resah yang kau sungkan membaginya dengan yang lain, menolehkan
ke arahku; aku siap menadahnya
*aku tidak merengek, ini doa untuk yang aku semogakan ..
Semoga aku bukan menjadi penghalang. Semoga hatinya bertambah lapang.
Saya tak pernah tahu bagaimana caranya kau bisa hidup di hati saya yang begitu
kering kerontang. Entah bagaimana kau menghidupi dirimu dari dahaganya kasih
sayang.
Maaf, saya begitu kaku untuk disebut makhluk penyayang. Sering saya membaca
buku-buku tentang cinta, bahkan tak jarang membaca tips-tips jitu menaklukkan
wanita. Tapi sayang, setiap bertemu kau, saya kalah lebih dulubegitu mudahnya
saya takluk dengan caramu memaknai hidup.
Saya tak pernah menemukan hidup sesederhana apa yang ada dalam kepalamu.
Saya takluk pada bagaimana caranya kau menertawakan keadaan. Saya takluk
pada bagaimana caranya kau membahasakan bisikan semestabegitu sederhana,
tanpa perlu terlalu ruet mengait-ngaitkan pada roda-roda kehidupan yang masih
dirahasiakan Tuhan.
Kau menyumbang begitu besar pada pola pandang hidup saya. Kali ini, izinkan saya
kembali mengucap terima kasih sekaligus selamat. Terima kasih untuk
pembelajaran yang kau beri tanpa begitu kau sadari, dan selamat berjuang lebih
hebat menuju usia barumu.
Selamat menikmati Maret-mu.
"akan ada hari dimana melihat senyummu tak lagi sebatas pada layar maya.
Kamu adalah aku dalam tubuh yang berbeda. Bila kau ingin turut menjagaku,
jagalah dirimu baik-baik di sana.
Sebagai yang tak tahu apa yang benar terbaik untukmu, saya berharap semoga kau
senantiasa menemukan kebaikan atas apapun yang kau upayakan.
Hubungan jarak jauh kan bukan buat orang-orang yang manjanya ndak ketulungan.
***