Anda di halaman 1dari 2

TUHAN SELALU BERSAMAMU

Aku tak bisa mengerti dari mana dan bagaimana semua ini berawal. Bagaimana rasa takut tak wajarku
yang semakin membesar hingga meruntuhkan optimismeku.

Aku hanya gadis biasa, aku bahkan tidak tau apa yang bisa kusombongkan dari diriku. Aku bukanlah
murid terpintar atau anak dari keluarga yang berpengaruh. Tapi, bukan berarti aku orang yang suka
menggantungkan diriku pada orang lain. Tidak! Bahkan setiap punya masalahpun, aku memendamnya
sendiri.

Pertanyaanku, apakah orang seperti ini bisa dikatakan sombong? Apakah orang seperti ini bisa dikatakan
pengganggu? Apakah orang seperti ini. Bisa dikatakan penghina? Katakan ya dan dunia akan runtuh.
Tapi, aku akan percaya hampir seratus persen kalau kau bilang aku lemah dan penakut. Kenapa? Karena
sudah kukatakan dari awal kalau semakin lama, ketakutanku semakin membesar.

Apa yang kau pikirkan tentang orang yang memilih melamunkan kebersamaannya dengan keluarga yang
dicintainya atau dengan teman-teman yang selalu menemaninya dengan canda tawa, dibanding
melakukannya saat itu juga. Padahal dia tahu, teman-temannya ada di sekitarnya. Ada di sampingnya.
Keluarganya juga bersamanya, sedang berusaha meramaikan suasana dengan celotehan dan sahut
menyahut yang seakan tanpa akhir,Apa yang kau pikirkan tentang orang yang seperti itu? Jawablah dan
akan kutebak kau pasti bilang bodoh. Jika tidak, kuharap aku bisa bertemu denganmu dan mengobrol
lebih jauh. Lalu, kutanya lagi, apa yang kau pikirkan jika orang itu adalah aku? Jawab saja dalam hati dan
tak perlu diungkapkan. Aku belum siap mendengar jawabannya.

Sungguh, aku ingin bersenang-senang dengan mereka. Aku ingin bercanda tawa, aku ingin berceloteh ria
dan menampakkan senyum merekah yang tulus. Aku juga ingin melontarkan lelucon yang membuat
mereka semua tertawa terbahak-bahak, hingga melupakan bahwa mereka punya sejagat masalah. Aku
ingin melakukan itu semua.

Lalu, kenapa aku hanya bisa diam saja? Kenapa aku malah merasa cemas saat berada diantara mereka?
Tapi, bukankah aku sudah seperti itu?

Lalu, sebuah pertanyaan kembali muncul. Pertanyaan yang sepertinya lebih tepat kutujukan untuk
Tuhan dan diriku sendiri. “Apakah aku akan selamanya seperti itu?”

Dan sayangnya, aku tak bisa menjawab pertanyaan itu. Karena aku tak pernah yakin bahwa aku bisa,
meskipun seribu motivasi sudah kulahap habis.

Tapi, aku yakin seratus persen bahwa Tuhan pasti menjawabku lewat waktu dan semestanya milikNya.
Lalu, aku berpikir lagi, bukankah Tuhanku senantiasa memberikan petunjuk?Dan kenapa aku tak pernah
benar-benar menyadarinya? Bahkan aku semakin menjauh. Betapa buruknya diriku.

Jadi, aku mencoba mengingat. Aku mencoba mencari. Dan aku menemukannya. Beberapa ayat, yang
membuatku tersadar. Meskipun aku sudah tahu ayat itu sejak dulu, entah mengapa aku memilih tak
memikirkannya lebih jauh. Dan sungguh! Penyesalan tak pernah disiplin. Dia selalu datang terlambat.
Aku sangat-sangat menyesal.

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” Surah Al-Baqarah

Dari ayat itu, Tuhan selalu mengingatkanku lewat firman-Nya dan semesta milikNya. Tapi, ketika aku
memilih menutup mata hatiku, aku akan semakin terpuruk. Dan dimana aku akan diterima, ketika alam
semesta ini hanyalah milikNya? Ketika aku mengabaikan peringatan-Nya, semesta juga akan
mengabaikanku.

Setiap Aku ingin mernyarah, “Tuhan memberitahuku bahwa aku sanggup menyelesaikan masalahku.
Tuhan tahu sampai dimana batas kemampuanku.Jadi, ketika aku menyerah, aku kehilangan kemudahan.
Tuhan menyuruhku berusaha untuk meraih kemudahan yang ada dibalik kesulitan. Jadi, segera lawan.
Agar aku bisa segera bertemu dengan kemudahan.”

Untuk kamu yang seagama denganku, baca dan renungkanlah lagi. Kuharap kamu semakin sadar dan
semakin teguh keimananmu.

Untuk kamu yang berbeda keyakinan: Ingat, pikirkan, dan renungkanlah agama dan Tuhan yang kamu
yakini dan percayai! Aku percaya dan yakin kalau setiap orang percaya bahwa agama yang mereka pilih
adalah yang terbaik dan mengajarkan kebaikan.

Semenjak itu, aku berusaha melakukan sebisaku. Berusaha menyelesaikan tanggung jawabku. Dan aku
mulai merasakan perubahan dalam hidupku. Aku merasa, aku mulai mendapat perhatian, dan aku mulai
jarang merasa kesepian. Meskipun aku masih sering menangis.

Tuhan yang paling mengerti apa yang kurasakan. Tuhan selalu tahu apa yang kusembunyikan. Jadi,
kubiarkan air mataku mengalir. Aku menangis kepada Tuhan. Bukan karena Aku Marah. Aku hanya
berpasrah, menyerahkan seluruh Beban Dan rasa takutku. Berharap Dan berdoa. Mengikhlaskan apa
yang terjadi padaku. Karena hanya Dia Yang Maha Mengetahui apa yang tersembunyi. Jadi, Aku tak
perlu menyembunyikan rasa takutku. Aku akan menjadi apa adanya di depan Tuhan. Menjadi hamba
yang memohon pertolonganNya. Menjadi hamba yang meminta petunjuk dariNya. Karena, meskipun tak
ada bahu Untuk bersandar, masih ada lantai Untuk bersujud.

“Jadi, seberapapun besarnya masalah Kita, seberapapun besarnya Beban di pundak Kita, percayalah
pada Tuhan sebesar itulah kemampuan yang Kita miliki. Jangan menyerah Dan tetap bersemangat!!!
Tuhan selalu bersamamu.”

Anda mungkin juga menyukai