Anda di halaman 1dari 7

Langkah Kaki Adam

(Part 1)

“Cit-cit-cuit, cit-cit-cuit, cit-cit-cuit!” Suara lantang burung pipit di dahan pohon manga
depan rumahku pun berbunyi merdu.
“Tringgg-tringgg-tringg!” Tak kalah merdunga suara alarm dari hp ku berbunyi,
bersaut-sahutan dengan suara burung pipit itu.
“Ish, berisik sekali sih!” ucapku mendegus kesal. Aku pun mengambil hp itu dan
membuka kunci gemboknya. Tanpa ku buka mataku terlebih dahulu, akupun memainkan jari
tanganku mematikan alarm itu. Sudah hafal letak dan fungsinya dari benda mugil itu.
“Akhirnya, suara itu pun berhenti” Batinku mulai terseyum nakal. Aku melanjutkan
tidurku kembali, menarik selimut merah bermotif pantai dan tentunya sangat sejuk untuk
dibawa tidur. Ku pedamkan kembali kepalaku ke dalam bantal, bersiap berlayar di samudera
mimpi.
“Cit-cit-cuit, cit-cit-cuit, cit-cit-cuit!”
“Tringgg-tringgg-tringg!”
“Cit-cit-cuit, cit-cit-cuit, cit-cit-cuit!”
“Tringgg-tringgg-tringg!” Kembali nyanyian itu bergema dalam benakku.
Aku yang mulai kesal dengan nyanyian burung pipit dan suara alarmku itu, bergegas
melemparkan selimut yang menutupi badanku dan membangunkan tubuhku dengan malas ini.
“Astaga, jam berapa ini. Burung darimana sih datangnya! Gak tau apa! Aku capek, baru
tidur jam 4 dini tadi. Kenapa sih mereka gak mengerti.” ucapku sambil menagisi diri sendiri,
berharap mereka mengerti apa yang aku rasakan. Kepalaku mendongak kearah kanan, tepat
sejajar dengan ranjang kasurku ada jam dinding disana. Ku gosok-gosok mataku yang
sebenarnya masih menerawang jam berapakah ini.
“Apa..! Jam 6. Serius, Ya Allah, aku belum sholat subuh. Gimana ini.” Seketika aku
pun meloncat dari kasurku, bergegas kearah kamar mandi yang terletak di luar kamarku. Aku
yang masih setengah sadar, linglung dan dug suara kakiku bersentuhan dengan dinding kamar
mandi.
“Ahhh, sakit, astaqfirullah,” teriakanku membangunkan orang tuaku yang sedang asyik
di halaman rumah, berkebun, mereka berlari menemui suara yang berasal dari mulutku.
“Innalillahi, kenapa ndok. Ya Allah, berdarah. Kenapa bisa sampai seperti ini.” Ucap
bunda ditemani wajah panik sang ayah. Ayah yang memapahku kembali ke kamarku dan bunda
mengambil kotak P3K untuk mengobatiku.
Luka di kakiku cukup besar, sobek, karna benturannya mengenai dinding kamar mandi
yang sudah berpisah dengan semen perekatnya. Perih, namun harus aku tahan hingga bunda
mengobati seluruh luka itu. Setelah lukaku dibasuh dengan air mengalir, diberi obat merah,
didiamkan sebentar hingga meresap obatnya dan diperban dengan kasa. Akupun terdiam dan
teringat bahwa aku belum sholat subuh.
“Innalillahi.” ucapku mengangetkan diriku sendiri dan kedua orang tuaku.
“Ayah Bunda, aku belum sholat subuh.” Seketika aku bangun dari kasurku dan
bergegas kembali ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Ayahku sangat peka, seketika dia memapahku kembali ke kamar mandi, dan
mengantarkanku hingga kembali ke kamar untuk sholat subuh. Bunda hanya geleng-gelang
kepala melihatku, antara khawatir dengan kondisi lukaku, tapi juga tak mau jika anaknya
meninggalkan sholat, apalagi sholat wajib.
Aku menyesal karna tidak menghiraukan seruannya, mengabaikan isyarat cintaNya
ketika datang menjemputku. Lewat suara burung pipit itu yang entah dari mana datangnya, tak
pernah aku mendengar sebelumnya. Harusnya aku paham akan panggilan cintaNya, namun
keabaianku dan tidak menghiraukan suara alarmku pun, membuatku terlena dengan rayuan
makhlukNya yaitu syaitan.
Siapa yang tak kesal ketika kita telah mencurahkan sepenuhnya kasih sayang,
memberikan dengan setulus-tulusnya kepadanya, dan yang pasti mengharapkan umpan balik
dari apa yang telah diberikannya. Tapi kita abai dengan semua yang telah dia berikan. Pasti dia
akan pergi, ilfee, meninggalkan semua yang telah diberikannya dan tak akan berharap kembali
dengan apa yang akan kita lakukan untuknya.
Jelas banget itu adalah sifat makhlukNya yang berbeda dengan sifat Allah ya. Allah
SWT tak akan membiarkan hambaNya terlunta-lunta, tanpa arah. Tidak, Dia tidak akan
membiarkanmu menghadapinya dengan sendiri. Dia yang Maha Penyayang bagi setiap
makhlukNya, Maha Pemaaf untuk setiap makhluknya dan Maha Pemberi ampunan. Tak akan
pernah membiarkan hambaNya untuk bersedih. Allah sangat menyukai orang-orang yang selalu
meminta maaf, meminta ampunan, selalu berusaha mendekatkan diri kepadaNya.
Aku memang telah mengabaikan pesan cintaNya, mengabaikan setiap kode yang Dia
berikan. Padahal Dia ingin kita mendekat. Dia merindukan kita setiap waktu. Namun apa yang
telah aku lakukan tadi adalah contoh yang salah ya. Jangan pernah diikuti. Kadang Allah
mengirimkan pesan memanggil kita dengan apa saja, bisa dengan suara burung tadi yang
berbunyi sangat lantang, hingga mengganggu pendengaranku. Atau bahkan mengirimkan
nyamuk untuk menganggu kenyamanan tidurmu. Parahnya lagi kita mungkin pernah merasakan
gelisah dalam tidur kita. Hai kawan, itu tanda kita disuruh mendekat lho hehe
Kadang apa yang menurut kita baik belum tentu baik menurutNya, ataupun sebaliknya.
Temen-temen pasti udah tau kan terkait hal ini. Cuman ingin sharing saja ya. Apa yang kita
inginkan pastinya dong, ingin segera dikabulkan olehNya. Tapi apa yang sudah kita usahakan
untuk mendapatkannya? Apa yang sudah kita lakukan untuk merayunya, dan apa yang telah kita
ikhtiarkan agar Dia memang layak memberikannya pada kita? Jika ditanya seperti ini, maka kita
hanya diminta untuk merenung.
Kenapa harus merenung? Sebenarnya ketika kita merenung dan bermunahajat
kepadaNya, pasti segala hal yang kita inginkan akan kita mimpikan kembali. Nah disaat inilah
seharusnya kita memperbanyak rayuan kita dan kode kita kepadaNya. Akan banyak cara untuk
meranyuNya kawan. Terlebih kita telah dibekali dengan lengkap panduan dari teladan kita,
Rasulullah SAW dalam mengarungi samudra kehidupan, membersamai untuk selalu
dicintaiNya.
Ada puasa sunnah, sholat sunnah, membantu orang tua kita, sedekah, memudahkan
urusan orang lain dan segenap aktivitas penting lainnya yang berbau kebaikan. Dengan
banyaknya aktivitas kita dalam kebaikan, semoga jalan kita untuk menggapai segala hal yang
kita inginkan segera tercapat. Namun jangan selalu mengharapkan untuk disegerakan ya,
meskipun sebenarnya kita ingin disegerakan. Yuk dibuka kembali Qs. Al Baqarah ; 216
(“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.”)
MerayuNya memang susah-susah gampang ya kawan. Dalam konteks ini aku
memahaminya untuk selalu ikhlas dalam usaha mendapatkan apa yang kita inginkan. Tahapan
pertama Allah akan secara langsung mengabulkan doa kita, bahkan saat kita memintanya. Apa
yang kita inginkan, Allah akan mengabulkannya saat itu juga. Pernah merasakan pengen makan
durian? Tapi saat itu tidak dalam situasi yang mendukung. Misalnya ketika kita lagi mendaki
gunung, tiba-tiba mendengar temen kita membicarakan durian, maka kita langsung tergerak
hatinya untuk merasakan durian juga. Qadarullah saat pendakian terakhir, Allah memberikan
kita pohon durian yang dimana ada buah yang matang dan menggoda untuk dinikmati. Betapa
bahagianya ketika mendapatkan apa yang kita inginkan telah tersedia secara langsung. Pasti kita
akan langsung mengucapkan syukur kepadanya.
Tahapan kedua, Allah menunda mengabulkan doa yang kita inginkan. Saat Allah
menunda memberikan apa yang kita inginkan, bukan berarti Allah tidak sayang kepada kita.
Bahkan karna Allah sayang dengan kita, beliau ingin kita berusaha terlebih dahulu dengan
sebaik-baiknya usaha. Allah ingin melihat kesungguhan kita untuk mendapatkan apa yang kita
inginkan. Allah ingin melihat kesabaran kita untuk terus menunggu datangnya pemberian dan
pertolongan Allah kepada kita.
Nah, tahapan terakhir ini adalah tahapan kesungguhan kita. Kecintaan Allah kepada kita
ditunjukan secara langsung. Ketika kita berdoa mengharapkan sesuatu, namun Allah
menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik. Inilah kenapa Allah sangat sayang kepada
kita dengan cara menggantikan sesuatu yang kita minta dengan sesuatu yang lebih baik. Sebagai
contoh, saat menghadapi ujian semester misalnya, kita sudah belajar dengan sangat serius,
bahkan sampai bergadang. Namun saat kita ujian malah apa yang telah kita pelajari, menguap
dengan sendirinya, tegang saat mengerjakan soal, terburu-buru dalam menjawabnya dan segala
hal yang kita rasakan saat mengerjakan soal tersebut. Lalu ketika pengumuman, kita dinyatakan
tidak lulus dimata pelajaran tersebut. Rasanya malu atau bahkan kita tidak ingin bertemu
kembali dengan dosen tersebut lagi misalnya.
Tak ada pilihan lain selain kita harus mengulang mata pelajaran tersebut dan lulus tepat
waktu. Alhasil kita terus berusaha untuk dapat menuntaskan mata pelajaran tersebut dengan
sebaik-baiknya. Di sisi lain Allah telah mempersiapkan hikmah untuk ujian yang akan kita
jalani dan Allah sendiri yang memperhatikan usaha kita. Lalu kita mendengar kabar bahwa
temen-teman kita yang lulus di mata pelajaran tersebut, nilainya tidak dianggap oleh institusi
karna ketahuan mencontek. Alhasil semua yang lulus diberikan nilai merah dan tidak ada kata
mengulang dalam pelajaran tersebut.
Nah kawan, sudah jelas kan sekarang dan sudah mengerti ya kenapa Allah selalu
memberikan kode kepada kita untuk kita mendekat kepadaNya, selalu memberikan kasih
sayangNya kepada kita, tinggal bagaimana kita untuk mengambilnya atau tidak. Karna segala
hal itu perlu diusahakan dan diperjuangkan, begitu juga dengan apa yang telah Allah berikan
untuk kita. Jangan sampai kita menyia-nyiakan kehidupan kita atau bahkan malah berburuk
sangka kepadaNya. Naudzubillah
Oke kawan, nikmatilah apa yang sudah kita terima, masalah hasil bukan menjadi
tanggung jawab kita ya. Berproseslah selalu, karna Allah membersamai orang-orang yang sabar.
Dan berterima kasihlah ketika ujian datang kepadamu, karna dibalik kesulitan pasti ada
kemudahan. Sesuai dengan janjiNya “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Qs. Al-Insyirah : 5-6).
Selamat berjuang kawan.
Barakallahu fiikum.
Langkah Kaki Adam
(Part 2)

“Raisya, ayo bangun ndok!” Teriak ibu dari dapur membangunkan diriku yang
masih terlelap dalam mimpi panjangku.
“Jangan sampai ibu masuk ke kamarmu ya!” ucap ibu selanjutnya
“Iya bu, Icha bangun!” teriakku padanya dari atas ranjang bermotif pulkadot.
“Hmm, tadi aku mimpi apa ya, ketemu jodoh, tapi kok mirip Rehan sih,
kayaknya salah deh alurnya gak kayak gitu. Sebentar-sebentar aku mau meluruskan
mimpi ini, ada yang aneh sepertinya.” Gumamku sambil tertidur kembali, melanjutkan
potongan mimpi yang baru saja terjadi. Akupun mulai terlelap dalam buaian mimpi
yang sengaja aku merangkainya kembali.
Temen-temen pasti pernah mengalami peristiwa seperti yang terjadi padaku
bukan? Terbangun karna sesuatu misalnya panggilan, sentuhan dan lain sebainya,
hingga melanjutkan kisah mimpi sebelumnya. Dan itulah yang terjadi padaku saat ini.
“Ya Allah ndok, bangun ihh, Raisyaaa, nak wedok bengi angel tangi ya Allah!”
perintah bunda dengan Bahasa Jawanya seketika membuyarkan semua mimpiku itu.
“Iya bunda, Icha bangun.” jawabku menghentikan langkah bunda untuk masuk
ke kamarku lebih dalam. Ledakan bom atom akan terjadi kalau bunda masuk ke
kamarku. Bunda paling tidak suka dengan kamar yang berantakan. Syukurlah bunda
hanya membuka pintu kamarku saja.
Akupun langsung bangun dan beranjak ke pintu kamar menemui bunda yang
berteriak memanggil namaku. Menyakinkannya kalau aku sudah bangun. Namaku
memang Raisya, tapi sejak kecil aku kesulitan mengucapkan huruf r. Namaku saja aku
hilangkan huruf r nya menjadi Icha hehe.
“Cepet sholat subuh, mandi dan bergegas ke meja makan, sarapan sudah siap.
Nanti bisa telat ke sekolahnya. Kasian Pak Maman dan temen-temenmu kalau disuruh
menunggu kamu terus-menerus.” perintah bunda mendiktekannya. Tanpa perintah,
tubuhku langsung menoleh kearah jam dinding yang masih bertengger di kanan
ranjangku.
“Hebat! Bunda terbaik! Jam 4 sudah membangunku dan sarapan sudah siap.
Masya Allah, hari apa ini, kenapa cepat banget bunda membangunku?” batinku masih
bertanya-tanya, sekaligus menetralkan seluruh indra untuk sadar kembali.
Seolah mengerti anaknya sedang kebingungan, bunda pun angkat bicara.
“Hari senin sayang, kamu harus berangkat pagi biar gak telat upacara dan
sekolahnya.” ucapnya sambil mengelus kepalaku.
Bismillahirrahmanirrahim. Langkah kakiku mantap untuk bersekolah hari ini.
Senin pagi yang cerah, penuh semangat 45. Semuanya bergegas menjemput rezeki pagi
hari. Ku susuri jalan setapak gang rumahku, penuh dengan aktivitas masing-masing. Ini
adalah pertama kalinya aku menunggu jemputan Pak Maman untuk berangkat ke
sekolah.
“Tidak buruk juga menunggunya.” gumamku dalam hati
“Selamat pagi Pak Maman. Selamat pagi teman-teman.” ucapku dengan senyum
sumriahnya.
“Selamat pagi Icha. Semangat pagi untukmu. Tumben sudah menunggu,
biasanya ditunggu.” ucap Pak Maman sambil tersenyum melihatku.
Akupun melangkahkan kaki dengan percaya diri menuju kursi bus yang masih
kosong. Rupanya enak juga ketika kita bisa mempersiapkan diri dengan baik. Banyak
hal yang dapat aku lakukan saat ini. Rasanya nikmat, khidmat dan dapat dengan leluasa
mensyukuri nikmatNya. Langkah baik dimulai ketika kita dapat mempersiapkan pagi
kita dengan sebaik-baiknya.
Bahkan para malaikat turun saat pagi untuk mendoakan makhluk Allah, terlebih
manusia. Dan aku merasakannya itu, merasakan kedamaian pagi ini. Tidak berkelahi
dengan waktu kembali. Aku akan berusaha menjadi manusia yang lebih baik dari
kemarin terkait waktu. Teringat sebuah kalimat yang berkaitan dengan waktu.
“Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang
malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan
tersibukkan dalam hal yang sia-sia.”
Pernyataan diatas pernah diungkapkan oleh Imam Syafi’I ketika mendapatkan
pelajaran dari orang sufi. Waktu yang diibarat dengan pedang memang terkesan sangat
penting dan menakutkan. Ketika kita tidak menggunakannya dengan sebaik-baiknya
maka akan menjadi kesia-siaan. Bahkan ada sebagian orang yang menggunakan
waktunya dengan sebaik-baiknya, masih terkesan menyianyiakannya. Lantas apakah
kita telah menggunakan waktu kita dengan sebaik-baiknya? Jawabannya ada pada diri
kita masing-masing. Diri kita lah kunci dari segala aktivitas yang akan kita lakukan.
Tapi perlu digarisbawahi ya temen-temen, ketika kita ingin seluruh aktivitas kita
bernilai kebaikan, bukan berarti kita harus beribadah terus menerus di dalam masjid,
berpuasa seharian penuh, atau melaksanakan qiyamul lail sampai tidak tidur misalnya.
Naudzubillah. Bukan itu ya maksudnya.
Kita memang diwajibkan untuk selalu berbuat baik, melaksanakan perintahNya
dan menjauhi laranganNya. Namun jangan lupa dengan hak badan kita ya, hak keluarga
kita, dan hak lingkungan kita yang juga mempunyai hak atas tubuh kita. Jangan sampai
karna keasyikannya kita beribadah puasa misalnya, sampai-sampai kita melupakan
makan sahur dan berbuka puasa.
Padahal pahala puasa dimulai saat kita berniat, makan sahur dan berbuka puasa.
Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW “Sahurlah kalian semua. Sesungguhnya
sahur itu mengandung keberkahan.” (HR. Bukhari 1923). Sedangkan untuk berbuka
puasa Rasulullah SAW pernah menjelaskan dalam HR Bukhari dan Muslim bahwa
“Manusia senantiasa berada di atas kebaikan selama mereka senantiasa menyegerakan
berbuka.”
Nah temen-temen meskipun waktu adalah pedang, maka kita harus bijak dalam
menggunakannya. Jangan sampai ada hak orang lain yang kita lupakan atau bahkan kita
melupakan hak tubuh kita sendiri. Naudzubillahi min dzalik. Semoga kita dapat
menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya dan memohon pertolongannya atas apa
yang akan kita lakukan.
Barakallahu fiikum

Anda mungkin juga menyukai