Anda di halaman 1dari 2

JANJI

Tidak terlalu mudah bagiku untuk mengungkapkan semua yang aku rasa. Aku bukan lah orang
yang bisa terang terangan mengatakan kalau aku sayang. Banyak kekuranganku yang mungkin nantinya
tak kau sukai. Tapi semua tentangmu tak akan pernah untuk tidak kusuka.

Masih ingat saat pertama kali ku genggam tanganmu? Apakah sama yang kita rasa? Hangatkah
sentuhan tanganku ditelapak tanganku? Apakah tanganku adalah salah satu tangan yang kau rindukan
untuk mendekapmu kelak? Jika iya, bersabarlah. Jika iya tunggulah. Jika iya, tetaplah denganku. Jika iya,
menikahlah denganku.

Perlu kamu tau, perasaanku amatlah tulus, mungkin takkan kau temukan yang setulus ini nanti.
Dan jika memang kau temukan seseorang yang lebih tulus daripadaku, paling tidak aku bisa mati dengan
tenang, tanpa perlu mengira-ngira apakah kau bahagia, apakah kau diperlakukan dengan semestinya.

Pernahkah kau lihat pesawat diudara yang menggoreskan awan putih dijalur terbangnya? Jika
kau lihat lebih dekat, kan kau temukan dua garis vertical yang sangat dekat. Tau apa yang menurutku
lucu? Garis itu saling bersebelahan tapi tak pernah saling menyentuh, tak pernah benar benar bertemu.
Ku bayangkan kita ibarat garis itu, tapi tak pernah sanggup untuk terbayangkan. Bukankah akan menjadi
sebuah ironi jika itu adalah kita bukan?

Dulu aku berpikir jikalah jarak yang akan begitu kejam memisahkan dua orang yang ingin
bersama, tapi yang ku tau nyatanya jarak itu tak pernah memaksa kita berpisah. Dia mengajarkanku
cara, bagaimana aku menghargai setiap detik waktu yang aku habiskan dengan orang yang ku cinta.
Bahkan aku yakin semakin lama dipisahkan jarak, maka semakin kuat jua kita berlari untuk saling
bertemu kembali.

Kasih, akankah kau rindukan sosokku disetiap hari yang kau lalui tanpaku? Adakah namaku
didalam doa disetiap sujudmu? Atau aku hanyalah satu diantara pilihan yang kau selipkan dalam doamu.
Mungkin aku yang terlalu egois pada tuhanku yang meminta engkau disetiap sujudku. Mungkinkah
tuhan marah jika aku tidak menginginkan selain kau? Aku takut tuhan marah dengan rengekanku selama
ini, dengan caraku meminta,dengan caraku memohon. Aku takut tuhan cemburu dengan perasaanku
padamu.

Pernah aku bayangkan hidupku kulalui tanpamu kelak, namun yang ku lihat bukanlah suatu
kehidupan. Tak mungkin ada kehidupan kalau tidak ada cinta, dan cintaku telah kuberikan seluruhnya
padamu. Pernah kudengar dari motivator, ‘jangan mencintai 100%, paling tidak sisakan 10% nya untuk
kau bangkit nanti’. Lucu, apakah itu cinta jika tidak diberikan seutuhnya? Apakah bisa orang mengatur
berapa persen mereka mencintai seseorang? Jikapun bisa,aku tetap memilih dengan keputusanku saat
ini, karena cinta akan kehilangan ketulusannya jika kau mulai berhitung.

Aku dibesarkan dengan penuh cinta oleh ayahku. Dan dia mengekspresikan semua rasa cintanya
kepada kami. Akankah kecewanya ayahku jika tau anaknya tidak dapat memberikan 100% untuk orang
yang dicintainya. kalau ada ayah, mungkin sekarang dia sudah datang menemui orangtua mu dan
memintamu langsung. Namun apa gunanya aku berangan angan, yang bisa aku lakukan sekarang
hanyalah berjuang sendirian dengan semua yang ku bisa, tanpa harus berpikir seberapa dalam aku akan
tersakiti nantinya. Paling tidak ayah pasti bangga aku telah berjuang demi apa yang aku anggap benar.
Dan setiap usaha tidak akan mengkhianati hasilnya bukan.

Hangat rasanya jika ku ingat tentangmu, tentangmu yang tak bercela bagiku, tentangmu yang
telah berhasil membuatku lupa bahwa aku hanya sebuah titik kecil didunia ini. Kau membuatku berani
bermimpi tentang sebuah ikatan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Tentang niat seorang
lelaki untuk menyempurnakan sebagian dari ibadahnya. Dan tentang membahagiakan seorang wanita
hingga akhir hayatnya.

Sekarang aku mengerti, sehebat apapun kita berencana tentang suatu hal . tak ada hal yang bisa
berjalan lancar sesuai dengan keinginan. Seseorang akan tetap mencoba membunuh rencanamu dengan
rencananya sendiri. Kadang aku marah tiap kali teringat hal itu, marah karena aku tak cukup layak untuk
jadi pilihan pertama keluargamu. Tapi bukankah aku tetaplah sebuah pilihan, setidaknya aku masih bisa
berjuang demi engkau, dan aku bahagia tentang hal itu.

Hai cinta, bisakah kau yakinkan aku jika aku tidaklah berjuang sendirian? Bisakah kau kuatkan
aku jika aku sangat sangat terpuruk kelak? Karena aku Cuma lelaki biasa yang mencoba jadi luar biasa
untukmu, ada kalanya aku menangis,ada kalanya aku takut, dan ada kalanya aku ingin ditenangkan. Dan
sekarang aku tidak sedang memperjuangkan sesuatu yang tidak bisa aku menangkan kan,sayang?

Aku masih akan tetap bertahan pada pendirianku, dan semoga tekadmu pun tak berubah
untukku. Untuk sekarang aku tak lagi iri pada kisah mereka yang terlihat dengan mudahnya melalui
kebersamaan dan menghilang ketika mereka bosan. Justru mereka yang harusnya iri pada kisah kita,
bagaimana cara kita menghargai sebuah kesempatan, bagaimana cara kita berjuang demi kebahagiaan
kita dan bagaimana kita tetap bertahan disetiap situasi yang rasanya tidak mungkin.

Dan kembali terngiang ngiang dikepalaku kalimat ‘cinta tak harus memiliki’. Bayangkan betapa
pengecutnya seseorang yang membuat sebuah kalimat klise seperti itu, yang menginspirasi para
pengecut lainnya untuk membenarkan tindakan mereka melepaskan orang yang mereka sayangi, hanya
karena akan menarik simpati jika diucap. Dan bagiku cinta itu harus memiliki, memiliki jiwa dan raga
orang yang kita cintai adalah sebuah keharusan, karena cinta membawa kebahagiaan,bukan kesedihan.

Sayang, untuk sekarang tenangkanlah dirimu, aku tau betapa beratnya ini bagimu. Rebahkan
tubuhmu dalam cita dan asa mu, panggil aku jika kau rindu, ingat aku jika kau lelah, dan berbahagialah
denganku kelak, disaat semuanya sudah benar benar siap, dan ketika saksi mengatakan “sah” di akad
kita nantinya.

Salam dari suamimu kelak

A.P

Anda mungkin juga menyukai