Anda di halaman 1dari 19

LABORATORIUM PENGUKURAN HF

NOMOR PERCOBAAN : 01
JUDUL PERCOBAAN : RECEIVE SIGNAL LEVEL VIA SPECTRUM ANALYZER
KONFIGURASI ANTENA OMNI VS ANTENA DIPOL

KELAS / GROUP
:TT-5D / 02
NAMA KELOMPOK
:1.
KURNIAWAN FINSA
ARDIANTO
(1315030054)

2. LELLO NELLA ROSSA (1315030103)


3. MAULIDIA WIDHAH AZMAL (1315030059)
4. MIKHA LIBERT (1315030060)
5. NADIAH NUR ATIKAH (1315030066)
6. NISRINA PUSPITA SARI (1315030110)
7. RAHMAH FADILLAH SEPTIANI (1315030072)
8. RIZA FAHLEVI (1315030076)
9. SARAH FADILLAH (1315030078)
TANGGAL PERCOBAAN :13SEPTEMBER 2017& 20SEPTEMBER 2017
TGL. PENYERAHAN LAP :27 SEPTEMBER 2017
NILAI :
DOSEN : SUKMA WIBOWO
PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2017

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL . . . . . . . 1
DAFTAR ISI . . . . . . . 2
PERCOBAAN 1 . . . . . . . 3
1. TUJUAN . . . . . . . 3
2. DASAR TEORI . . . . . . . 3
3. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN . . . . . 7
4. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN . . . . 8
5. DATA HASIL PERCOBAAN . . . . . 9
6. ANALISA DAN PEMBAHASAN . . . . . 11

KESIMPULAN . . . . . . . 12
LAMPIRAN . . . . . . . 13

2
PERCOBAAN I
RECEIVE SIGNAL LEVEL VIA SPECTRUM ANALYZER
KONFIGURASI ANTENA OMNI VS ANTENA DIPOL

1. TUJUAN
Tujuan percobaan ini adalah :
Mengenal teori tentang Receive Signal Level (RSL)
Mampu membaca sinyal yang diterima melalui spectrum analyzer

Menganalisa RSL dari konfigurasi antena omni dan antena dipole


Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi nilai RSL

2. DASAR TEORI
2.1. LOS (Line Of Sight)
Line Of Sight (LOS) merupakan jalur ruang bebas langsung yang berada diantara dua
titik.Dengan menggunakan gelombang radio di atas frekuensi 1 GHz dan merupakan
transmisi point to point.

3
Suatu sistem transmisi Radio Link dapat berupa sebuah hop dengan jarak maksimum
50km atau sebuah backbone yang berupa multiplehop, dengan jarak sampai ratusan
atau ribuankilometer. Secara garis besar, tujuan darisistem komunikasi radio link
adalah untuk mentransmisikan informasi dari satu tempat ketempat lain tanpa
gangguan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, diperlukan suatu kondisi dimana
antena pengirim dan penerima dapat saling melihat tanpa ada halangan (LineOf
Sight) dalam batas-batas tertentu. Oleh karena itu propagasi yang digunakan adalah
line of sight.

2.2. Path Calculation Transmisi Radio Link


Path calculation Radio Link merupakan perhitungan daya pancar sinyal dari
pemancar sampai ke penerima, sehingga Informasi yang ada di dalam sinyal tersebut
dapat diterima dengan baik dengan adanya sinyal gangguan (noise) dan pelemahan
sinyal (absorbtion dan attenuation). Parameter-parameter yang mempengaruhi
kondisi propagasi suatu kanal Radio Link adalah sebagai berikut:
2.2.1. Daya Pemancar ( Tx Power )
Semua radio akan mempunyai daya pancar tertentu. Daya pancar ini
menentukan energi yang ada sepanjang lebar bandwidth tertentu. Biasanya di
ukur dengan salah satuan berikut:
dBm : daya relatif terhadap satu (1) milliwatt
W : daya linier sebagai Watts
Hubungan antara dBm dan Watts dapat dihitung melalui persamaan berikut:
Daya (dBm) = 10 x log[Daya (W) /0.001W]
Daya (W) = 0.001 x 10^[Daya (dBm) /10 dBm]
2.2.2. Penguatan Antena ( Gain )
Penguatan antenna adalah besarnya penguatan energi yang dapat dilakukan
oleh antena pada saat memancarkan dan menerima sinyal.Gain antena
parabolik sangat bervariasi tergantung dari diameternya, kaitan antara
besarnya gain dengan diameter parabola dituliskan pada persamaan berikut
ini:

4
5
Keterangan :
G = Gain (penguatan)
= 3,14
D = Diameter (meter)
F = Fokus (meter)
= Panjang gelombang (meter)
Untuk menghitung
panjang gelombang digunakan persamaan berikut :

= panjang
gelombang
(meter)
f = frekuensi (MHz)
Untuk menentukan jarak titik fokus yaitu darititik nol ke f (dimana driven
antena diletakkan) ditentukan oleh persamaan berikut:

F = jarak titik F
dari titik nol
(meter)
Q = faktor kualitas berkisar antara 2-4 (ambil2,6)
D = diameter parabola (meter)
2.2.3. Rugi-Rugi Propagasi
Perambatan gelombang radio di ruangbebas dari stasiun pemancar ke stasiun
penerima akan mengalami penyebaran energidi sepanjang lintasannya, yang
mengakibatkan kehilangan energi yang disebut rugi (redaman)propagasi. Rugi
propagasi adalah akumulasidari redaman saluran transmisi, redaman ruang
bebas(free space loss), redaman oleh gas(atmosfer), dan redaman hujan.
a. Redaman saluran transmisi
Redaman saluran transmisi ditentukanoleh loss feeder dan branching.
Redaman feeder terjadi karena hilangnya daya sinyal sepanjang feeder,
sehingga redaman feeder identik dengan panjang dari feeder
tersebut.Sedangkan redaman branching terjadi pada percabangan antara
perangkat transmisi radioTx/Rx.
b. Redaman ruang bebas (free space loss)
Redaman ruang bebas merupakan redaman sinyal yang terjadi akibat dari
mediaudara yang dilalui oleh gelombang radio antara pemancar dan

6
penerima. Perambatan gelombang radio di ruang bebas akan menghalangi
penyebaran energi di sepanjang lintasannya sehingga terjadi kehilangan
energi. Untuk mengetahui kondisi point to point dengan saluran transmisi,
maka perhitungan redaman ruang bebasnya menggunakan rumus model
propagasi umum (Free Space Loss)sebagai berikut:
FSL (dB) = 20 log (d) + 20 log (f) + 92,44
Dimana:
f = frekuensi kerja (GHz)
d = panjang lintasan propagasi (Km)
2.2.4. Sensitivitas Penerima Radio
Rx adalah kependekan dari Receiveatau penerima.Semua radio mempunyai
titik minimal, dimana jika sinyal yang diterima lebih rendah dari titik minimal
tersebut maka data yang dikirim tidak dapat di terima.Titik minimal
sensitifitas Rx didefinisikan dalam dBm atau W.
Bagi sebagian besar radio, sensitifita sRx di definisikan sebagai level dari Bit
ErrorRate (BER). Biasanya digunakan standard Bit Error Rate (BER) sama
dengan 10-5(99.999%).
2.2.5. Perhitungan EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)
EIRP merupakan besaran yang menyatakan kekuatan daya pancar suatu
antena di bumi, dapat dihitung dengan rumus :
EIRP = PTX + GTX LTX
dimana :
PTX = daya pancar (dBm)
GTX = penguatan antena pemancar (dB)
LTX =rugi-rugi pada pemancar/feeder loss (dB)
2.2.6. Perhitungan RSL (Receive Signal Level)
RSL (Receive Signal Level) adalah leve lsinyal yang diterima di penerima dan
nilainya harus lebih besar dari sensitivitas perangkat penerima (RSL _ Rth).
Sensitivitas perangka tpenerima merupakan kepekaan suatu perangkat pada
sisi penerima yang dijadikan ukuran threshold. Nilai RSL dapat dihitung
dengan persamaan berikut :
RSL = EIRP Lpropagasi + GRX LRX
Dimana :
EIRP = Effective Isotropic Radiated Power (dBm)
Lpropagasi = rugi-rugi gelombang saat berpropagasi (dB)
GRX = penguatan antena penerima(dB)
LRX = rugi-rugi pada pemancar/feederloss (dB)
2.3. Fading Margin
Fading margin adalah level daya yangharus dicadangkan yang besarnya merupakan
selisih antara daya rata-rata yang sampai dipenerima dan level sensitivitas penerima.
F = RSL Rth
Dimana :

7
RSL = level daya terima (dBm atau dBw)
Rth = level sensitivitas penerima / treshold(dB)

2.4. Antenna Omnidirectional

Antena omnidirectional yaitu jenis antena yang memiliki pola pancaran sinyal ke
segala arah dengan daya sama. Untuk menghasilkan cakupan area yang luas, gain dari
antena omnidirectional harus memfokuskan dayanya secara horizontal (mendatar,dengan
mengabaikan pola pemancaran ke atas dan ke bawah,sehingga antean dapat di letakan di
tengah-tengah base station. Dengan demikian, keuntungannya dari antena jenis ini adalah
dapat melayani jumlah pengguna yang lebih banyak. Namun kesulitannya adalah pada
pengalokasian frequensi untuk setiap sel agar tidak terjadi interferensi. Antena jenis ini
biasanya di gunakan pada lingkup yang mempunyai base station terbatas dan cenderung
untuk posisi pelanggan yang melebar.
Antena ini mempunyai sudut pancaran yang besar (wide beamwidth) yaitu 3600;
dengan daya lebih meluas, jarak yang lebih pendek tetapi dapat melayani area yang luas
Omni antena tidak dianjurkan pemakaian-nya, karena sifatnya yang terlalu luas se-hingga
ada kemungkinan mengumpulkan sinyal lain yang akan menyebabkan interferensi. antena
omnidirectional mengirim atau menerima sinyal radio dari semua arah secara sama,
biasanya digunakan untuk koneksi multiple point atau hotspot.

2.5. 1. Antenna Dipol

8
Antena dipole tunggal adalah suatu antena resonan yang mempunyai
panjang total nominal pada frekuensi pembawa, biasanya disebut antena
dipole setengah gelombang atau antena dipole tunggal. Antena dipole
sebenarnya merupakan sebuah antena yang dibuat dari kawat tembaga dan
dipotong sesuai ukuran agar beresonansi pada frekwensi kerja yang
diinginkan. Antena dipole bisa terdiri hanya satu kawat saja disebut single
wire dipole, bisa juga dengan dua kawat yang ujung-ujungnya dihubungkan
dinamakan two wire folded dipole, bisa juga terdiri atas 3 kawat yang ujung-
ujungnya disambung dinamakan three wire folded dipole.

2.5. 2. Antenna Dipol

Antena dipole reflektor adalah antena direksional yaitu antena dalam


bentuk satu arah sebagai pengembangan dari antena dipole, dengan
menggunakan reflektor yang dapat digunakan sebagai antena penerima
pada sistem komunikasi. Setiap antena didesain dengan menentukan daerah
panjang gelombang antena tersebut. Panjang gelombang () antena dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.1.

9
Dimana c adalah kecepatan cahaya pada ruang hampa yang bernilai 3.10 8
m/det dan f adalah frekuensi kerja antena dalam Hz. Selanjutnya panjang
elemen peradiasi antena (L) adalah :

Selanjutnya untuk menentukan jarak antara antena (S) dengan reflektornya


adalah: S = 0,5
.................. (2.3)

Menghitung tinggi reflektor antena (H) menggunakan rumus :

H = 0,6
.................... (2.4)
Panjang reflektor antena (L) adalah :

L = 2S ................... (2.5)

3. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

No Alat Yang Digunakan Jumlah


1 Antena Omni 1 buah
2 Antena Dipol 1 buah
3 Signal Generator 1 buah
4 Spectrum Analyzer 1 buah
5 Set kabel penghubung Secukupnya

10
4. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN
Langkah-langkah dalam melakukan percobaan adalah sebagai berikut :
5.1. Hubungkan signal generator pada antena dipol sebagai transmitter dan spectrum
analyzer pada antena omni sebagai receiver.
5.2. Atur frekuensi center pada signal generator sebesar 144 MHz.
5.3. Atur daya input pada 0 dBm, kemudian naikkan daya input menjadi 5 dBm, 10
dBm, dan 15 dBm.
5.4. Amati hasil yang ditampilkan (daya output) pada spectrum analyzer saat:

1) Antena dipol diarahkan pada posisi vertikal dengan jarak antara transmitter
(dipol ) dan receiver (omni) adalah 3m dan 6m.

2) Antena dipol diarahkan pada posisi Horizontal dengan jarak antara


transmitter (dipol ) dan receiver (omni) adalah 3m dan 6m.

3) Posisi antena dipol di swing pada 0o, 90o,180o,dan 270o.

5.5. Catatlah hasil yang didapatkan dalam bentuk tabel.


5.6. Ulangi percobaan diatas dengan mengubah transmitter dan receiver nya yaitu antena
omni sebagai transmitter dan antena dipol sebagai receiver.

5. DATA HASIL PERCOBAAN


Tabel 1.Tx (dipol) vertikal Rx (omni) dengan jarak 3m

11
Tx (Dipol) Rx (Omni)
0o 90o 180o 270o 0o 90o 180o 270o
0 dBm 0 dBm 0 dBm 0 dBm -40 dBm -55 dBm -40 dBm -45 dBm
5 dBm 5 dBm 5 dBm 5 dBm -35 dBm -50 dBm -35 dBm -40 dBm
10 dBm 10 dBm 10 dBm 10 dBm -30 dBm -40 dBm -30 dBm -35 dBm
15 dBm 15 dBm 15 dBm 15 dBm -25 dBm -35 dBm -25 dBm -30 dBm

Tabel 2.Tx (dipol) vertikal Rx (omni) dengan jarak 6m


Tx (Dipol) Rx (Omni)
o
0 90o 180o 270 o
0o
90o 180o 270o
0 dBm 0 dBm 0 dBm 0 dBm -55 dBm -50 dBm -48 dBm -50 dBm
5 dBm 5 dBm 5 dBm 5 dBm -45 dBm -45 dBm -45 dBm -45 dBm
10 dBm 10 dBm 10 dBm 10 dBm -42 dBm -40 dBm -38 dBm -40 dBm
15 dBm 15 dBm 15 dBm 15 dBm -40 dBm -35 dBm -32 dBm -35 dBm

Tabel 3.Tx (dipol) horizontal Rx (omni) dengan jarak 3m


Tx (Dipol) Rx (Omni)
o
0 90o 180o 270 o
0o
90o 180o 270o
0 dBm 0 dBm 0 dBm 0 dBm -35 dBm -40 dBm -40 dBm -40 dBm
5 dBm 5 dBm 5 dBm 5 dBm -32 dBm -35 dBm -45 dBm -35 dBm
10 dBm 10 dBm 10 dBm 10 dBm -25 dBm -30 dBm -35 dBm -30 dBm
15 dBm 15 dBm 15 dBm 15 dBm -23 dBm -25 dBm -30 dBm -25 dBm

Tabel 4.Tx (dipol) horizontal Rx (omni) dengan jarak 6m


Tx (Dipol) Rx (Omni)
0o 90o 180o 270o 0o 90o 180o 270o
0 dBm 0 dBm 0 dBm 0 dBm -40 dBm -40 dBm -45 dBm -45 dBm
5 dBm 5 dBm 5 dBm 5 dBm -35 dBm -35 dBm -40 dBm -40 dBm
10 dBm 10 dBm 10 dBm 10 dBm -35 dBm -30 dBm -35 dBm -35 dBm
15 dBm 15 dBm 15 dBm 15 dBm -30 dBm -25 dBm -30 dBm -30 dBm

12
Tabel 5.Tx (omni) Rx (dipol) vertikal dengan jarak 3m
Tx (Omni) Rx (Dipol)
o
0 90o 180o 270 o
0o
90o 180o 270o
0 dBm 0 dBm 0 dBm 0 dBm -45 dBm -45 dBm -40 dBm -40 dBm
5 dBm 5 dBm 5 dBm 5 dBm -40 dBm -40 dBm -35 dBm -35 dBm
10 dBm 10 dBm 10 dBm 10 dBm -35 dBm -35 dBm -30 dBm -30 dBm
15 dBm 15 dBm 15 dBm 15 dBm -25 dBm -30 dBm -25 dBm -25 dBm

Tabel 6.Tx (omni) Rx (dipol) vertikal dengan jarak 6m


Tx (Omni) Rx (Dipol)
0o 90o 180o 270o 0o 90o 180o 270o
0 dBm 0 dBm 0 dBm 0 dBm -45 dBm -30 dBm -50 dBm -50 dBm
5 dBm 5 dBm 5 dBm 5 dBm -40 dBm -45 dBm -45 dBm -45 dBm
10 dBm 10 dBm 10 dBm 10 dBm -35 dBm -40 dBm -40 dBm -35 dBm
15 dBm 15 dBm 15 dBm 15 dBm -25 dBm -35 dBm -35 dBm -35 dBm

Tabel 7.Tx (omni) Rx (dipol) horizontal dengan jarak 3m


Tx (Omni) Rx (Dipol)
o
0 90o 180o 270 o
0o
90o 180o 270o
0 dBm 0 dBm 0 dBm 0 dBm -35 dBm -40 dBm -45 dBm -45 dBm
5 dBm 5 dBm 5 dBm 5 dBm -30 dBm -35 dBm -30 dBm -40 dBm
10 dBm 10 dBm 10 dBm 10 dBm -25 dBm -25 dBm -30 dBm -35 dBm
15 dBm 15 dBm 15 dBm 15 dBm -25 dBm -20 dBm -25 dBm -30 dBm

Tabel 8.Tx (omni) Rx (dipol) horizontal dengan jarak 6m


Tx (Omni) Rx (Dipol)
o
0 90o 180o 270 o
0o
90o 180o 270o
0 dBm 0 dBm 0 dBm 0 dBm -70 dBm -70 dBm -50 dBm -40 dBm
5 dBm 5 dBm 5 dBm 5 dBm -70 dBm -65 dBm -45 dBm -35 dBm
10 dBm 10 dBm 10 dBm 10 dBm -65 dBm -60 dBm -40 dBm -30 dBm
15 dBm 15 dBm 15 dBm 15 dBm -60 dBm -60 dBm -35 dBm -25 dBm

13
6. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada praktik kali ini dilakukan percobaan mengenai analisa sinyal level receive atau biasa
disebut dengan Receive Signal Level (RSL). RSL adalah level sinyal yang diterima di
penerima dan nilainya harus lebih besar dari sensitivitas perangkat penerima. Sensitivitas
perangkat penerima merupakan kepekaan suatu perangkat pada sisi penerima yang
dijadikan ukuran threshold.
Analisa RSL pada praktik ini dilakukan melalui spectrum analyzer dengan konfigurasi
antara antena omni dan antena dipole.Pertama dilakukan percobaan dimana antena dipole
dijadikan sebagai transmitter dan antena omni sebagai receiver. Jarak antar transmitter
dan receiver adalah 3 meter dan 6 meter. Antena dipole diposisikan pada 4 putaran yaitu
0o, 90o, 180o dan 270o. Antena transmitter diberikan daya 0 dBm, 5 dBm, 10 dBm dan 15
dBm. Untuk posisi 0o dan 180o memiliki nilai yang hampir sama, begitupun untuk posisi
90o dan 270o juga memiliki nilai yang hampir sama. Saat transmitter diberikan daya
semakin besar maka nilai RSL yang dihasilkan pun semakin besar.
Pada saat jarak antara transmitter dan receiver sebesar 6 meter, nilai RSL yang dihasilkan
lebih kecil.Hal ini dikarenakan jarak antar antena mempengaruhi nilai RSL.Pertama
posisi antena dipole yang diberlakukan adalah vertical.Selanjutnya posisi antena dipole
diberlakukan secara horizontal.Saat antena dipole horizontal, nilai RSL yang dihasilkan
lebih besar dibandingkan antena dipole vertical.
Kedua, antena omni dijadikan sebagai transmitter dan antena dipole dijadikan sebagai
receiver.Dilakukan hal yang ssam seperti percobaan pertama yaitu dengan mengubah
posisi antena dipole vertical atau horizontal serta mengubah posisi antena dipole
sebanyak 4 putaran derajat.Selain itu diubah pula jarak antar antena 3 meter atau 6 meter.
Antena transmitter juga diberikan daya input antara 0 dBm sampai 15 dBm dengan
mengubah nilai masukan pada signal generator. Saat antena omni djadikan sebagai
transmitter dan antena dipole dijadikan receiver nilai RSL yang didapatkan lebih kecil.
Dari praktik ini dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi
nilai RSL, diantaranya yaitu jarak antena, posisi derajat antena (0 o, 90o, 180o dan 270o),
posisi antena (vertical atau horizontal) serta daya input yang diberikan pada transmitter.

14
KESIMPULAN

Dari praktik ini dapat disimpulkan bahwa :


1. Nilai RSL dipengaruhi oleh jarak antar antena. Saat jarak semakin jauh maka nilai
RSL yang dihasilkan semakin kecil.
2. Posisi derajat antena dipole mempengaruhi nilai RSL.Saat antena dipole berada pada
posisi 0o dan 180o nilai yang dihasilkan lebih besar dibandingkan pada posisi 90o dan
270o. Hal ini dikarenakan antena dipole memiliki pola radiasi unidirectional atau satu
arah.
3. Posisi antena dipole horizontal memiliki nilai RSL yang lebih besar dibandingkan
posisi antena dipole vertical.
4. Semakin besar daya input yang dikirimkan oleh transmitter maka nilai RSL yang
dihasilkan semakin besar.
5. Antena omni lebih cocok dijadikan sebagai receiver dan antena dipole lebih cocok
dijadikan sebagai transmitter. Hal ini dikarenakan saat antena omni sebagai
transmitter dan antena dipole sebagai receiver, nilai RSL yang dihasilkan lebih kecil
dibandingkan sebaliknya.

15
LAMPIRAN

Gambar 1.
Sinyal
yang
diterima
pada
spectrum
analyzer

Gambar 2.
Sinyal
yang
diterima
pada
spectrum
analyzer

16
17
18
19

Anda mungkin juga menyukai