Anda di halaman 1dari 18

Yenniwarti Rafsyam

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan


prinsip kerja antena sebagai bagian dari sistem
komunikasi dan parameter-parameter antena yang
diperlukan dalam perancangan dan pengujian
sebuah antena
Metode Pengukuran Gain
Gain antena (Gt) dapat dihitung dengan menggunakan antena lain sebagai
antena standar atau sudah memiliki gain yang standar (Gs), dengan
membandingkan daya yang diterima antara antena standar/referensi (Ps) dan
antena yang diukur (Pt).
Hasil pengukuran Gain diatas dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

Pada satuan desibel dapat dituliskan menjadi:

Gt (dB) = Pt (dBm) – Ps (dBm) + Gs (dB).


Contoh:
AUT
AUT

Gambar 2.7a Set Up Antena Double Gambar 2.7b Set Up Antena Double
Cross Dipole saat menjadi Penerima Cross Dipole saat menjadi Pemancar

Hasilpengujian Gain, saat posisi antena double cross dipole berfungsi


sebagai penerima diperoleh daya sebesar -30.41 dBm, dan saat posisi
antena double cross dipole berfungsi sebagai pengirim diperoleh daya
sebesar -29.58 dBm. Maka Gain dapat dihitung:
2.3.4. Polarisasi
Polarisasi dari sebuah antena menginformasikan
ke arah mana medan listrik (E) memiliki orientasi
dalam perambatannya.
Jenis-jenis Polarisasi: Linier, Circular (RHCP,
LHCP), Ellips

Right Hand Circular Polarization ( RHCP


Left Hand Circular Polarization (LHCP)
CW= Clockwise (searah jarum jam)
CCW = counter clockwise (berlawanan arah jarum jam)
Polarisasi
Polarisasi Linier
Pada polarisasi linier, arah medan listrik tidak berubah dengan
waktu, yang berubah hanya orientasinya saja (positif-negatif).

Pada Gambar 2.10 menujukkan sebuah gelombang yang memiliki


polarisasi linier yang vertikal. Arah medan listrik selalu menunjuk
ke arah sumbu x positif atau negatif dan arah medan magnetnya
selalu ke sumbu y positif atau negatif.

Gambar 2.10 Polarisasi Linier (ke arah x/vertical)


Polarisasi
Aplikasi pemancar radio AM dan telepon seluler menggunakan
gelombang yang dihasilkan dengan polarisasi vertikal, sedangkan
aplikasi televisi menggunakan polarisasi horizontal.

Polarisasi Circular
Medan listrik dari Gelombang itu melakukan putaran dengan ujung-
ujung dari vektor tersebut terletak pada sebuah selinder dengan
penampang ellips yang merambat sepanjang sumbu propagasi.

Polarisasi circular digunakan dengan tujuan mengantisipasi


kemungkinan penerimaan sinyal yang tidak diketahui polarisasinya.
Polarisasi (lanjutan)
Aplikasi Polarisasi circular:
• Pada satelit, sinyal akan mengalami depolarisasi ketika menembus
awan. Polarisasi gelombang akan berubah ke arah yang tidak bisa
diprediksikan, bagi yang berpolarisasi circular hal ini tidak
berpengaruh.

• Pada Aplikasi pada Radio Frequency Identification (RFID) biasanya


pemancar/reader menggunakan antena yang berpolarisasi circular
/ellips untuk mengantisipasi posisi dan orientasi bebas dari tag yang
akan di deteksi.

• Polarisasi Ellips.
contoh berpolarisasi ellips:
* Antena helix
* Dua buah antena dipole yang diletakkan saling tegak lurus dan
arus/tegangan yang mencatunya berbeda fasa 90o
Simulasi Polarisasi antena Mikrostrip Yagi-Array 3 Elemen

Gambar 2.11 Polarisasi antena Yagi


Simulasi Polarisasi antenna Antena Helix

Gambar 2.12 Polarisasi antena helix


2.3.5 Impedansi Antena
Impedansi antena adalah impedansi pada terminal antena
atau rasio tegangan terhadap arus pada terminal antena.

Radiation resistance proportional adalah besarnya daya yang di radiasikan oleh


antena. Loss resistance/Ohmic resistance proportional adalah besarnya daya
yang diserap oleh bahan antena dan diubah menjadi panas.
Impedansi antena (lanjutan)
• Impedansi masukan penting untuk mencapai
kondisi matching pada saat antena
dihubungkan dengan sumber tegangan,
sehingga semua sinyal yang dikirimkan ke
antena akan terpancarkan. Atau pada antena
penerima, jika kondisi matching tercapai,
energi yang diterima antena akan bisa
dikirimkan ke receiver.
2.3. 6 Koefisien Refleksi (pantul)
• Untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke
penerima, maka impedansi antena haruslah conjugate match
(besarnya resistansi dan reaktansi sama tetapi berlawanan
tanda).
• Jika hal ini tidak terpenuhi maka akan terjadi pemantulan
energi yang dipancarkan atau diterima, sesuai dengan
persamaan berikut:

Z in − Z o
 = Dengan : Zin = Impedansi beban (antena)
Z in + Z o Zo = Impedansi input (sumber)

• Yang secara logaritmik di hitung dengan formula berikut:


dB = 20 log  , yang di sebut dengan Return Loss
Contoh

Hasil simulasi CST

Hasil pengukuran
2.3.7 Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)
Untuk memahami lebih lanjut mengenai besaran refleksi bisa digunakan
rasio gelombang tegangan berdiri yang dikenal dengan VSWR.

VSWR adalah perbandingan antara tegangan maksimum dan minimum


pada suatu gelombang berdiri akibat adanya pantulan gelombang yang
disebabkan tidak matching-nya impedansi input antena dengan saluran
feeder, dengan rumus sebagai berikut:
1+ 
VSWR =
1− 
Dalam aplikasinya sebuah antena sering di anggap telah memiliki kinerja
yang bagus, jika faktor refleksinya ᴦ𝑑𝐵 ≤ - 10 dB atau │ᴦ│≤ 0,316 (10%
energinya direfleksikan kembali ke pemancar ) dan VSWR < 1,92.
Contoh

Hasil simulasi cst

Hasil pengukuran
2.3.8 Bandwidth
BANDWIDTH adalah rentang frekuensi antara frekuensi bawah
dengan frekuensi atas pada suatu gelombang termodulasi yang
dibatasi oleh VSWR atau Return Loss tertentu.
Rumus untuk menentukan besar Bandwidth adalah sebagai
berikut:

𝐵𝑊 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ = 𝑓𝐻 − 𝑓𝐿

f h − fl
BW = 100 %
fc
….untuk jalur sempit / untuk Bandwidth ≤ 100%
𝑓𝐻 − 𝑓𝐿
𝐵𝑊 = × 100%
𝑓𝐻 + 𝑓𝐿 Τ2

fH
BW = ……….untuk jalur lebar/untuk Bandwidth ≥ 100%
fL
Contoh

𝐵𝑊 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ = 𝑓𝐻 − 𝑓𝐿 = 0,059 𝐺𝐻𝑧 = 59 𝑀𝐻𝑧

𝑓𝐻 − 𝑓𝐿 2,4388 − 2,3798
𝐵𝑊 = × 100% = × 100% = 2,5%
𝑓𝐻 + 𝑓𝐿 Τ2 2,4388 + 2,3798 Τ2

Anda mungkin juga menyukai