= Efisiensi
= panjang gelombang
Atau:
G = X / (BW BW)
Dimana:
G = 1,4 LW
Dimana: G = Gain, L = Panjang (length) dalam cm, W = Lebar (width) dalam cm.
1
C. GAIN DARI SEBUAH ANTENA ISOTROPIK DALAM POLA
UNIFORM SPHERICAL (BOLA SERAGAM) ADALAH SATU (0DB).
D. ANTENA DENGAN BEAMWIDTH 200 MEMILIKI GAIN SEESAR
20DB.
E. BEAMWIDTH 3 DB ADALAH KURANG LEBIH SAMA DENGAN
SUDUT DARI PUNCAK POWER PADA NULL PERTAMA.
D. BEAMWIDTH ANTENA PARABOLIC:
BW = 70 / d
Dalam gambar diatas, BW adalah beamwidth azimut dan BW adalah beamwidth elevasi.
Beamwidth biasanya diukur di pertengahan daya atau -3 dB titik lobus utama kecuali ada ketentuan
lain.
Keuntungan atau disebut sebagai direktiviti sebuah antena adalah rasio intensitas radiasi dalam
arah tertentu dengan intensitas radiasi rata-rata ke semua arah.
Sering antara directivity dan gain digunakan secara bergantian. Perbedaannya adalah bahwa
directivity mengabaikan kerugian antena seperti dielektrik, resistensi, polarisasi dan kerugian
VSWR. Kerugian ini di sebagian besar jenis antena cukup kecil, directivity dan gain menjadi kurang
lebih sama dengan mengabaikan karakteristik pola yang tidak diinginkan.
Normalisasi pola radiasi dengan daya total terintegrasi menghasilkan directivity antena. Pemahaman
ini ditampilkan dalam bentuk rumus, yaitu:
0 < 360
0 < 180
Dimana:
D (0, ) adalah directivity dalam dB, dan kekuatan pola radiasi dalam arah tertentu adalah Pd (0,),
yang dinormalkan dengan total terintegrasi oleh daya pemancaran.
Konsep lain yang penting adalah bahwa ketika sudut dimana radiasi tersebut batasnya berkurang
maka directivity akan naik. Misalnya, menggunakan pemancar isotropik sebagai sumber, gain akan
menjadi 0 dB dengan definisi gambar dibawah ini:
2
Dan kerapatan daya (Pd) pada satu titik tertentu akan menjadi kekuatan (Pin) dibagi dengan luas
permukaan dalam lingkup imajiner R, jarak dari sumber.
Dari sudut area tersebut menjadi menurun pada salah satu hemisphere (belahan bumi) seperti
gambar berikut:
Daya yang terpancar (P) akan sama akan tetapi area akan menjadi setengah sehingga keuntungan
akan berlipat ganda dengan 3 dB. Demikian juga jika sudutnya adalah quartersphere (bola kuartal),
seperti gambar ini:
Gain akan menjadi 6 dB, sementara pada gambar berikut menunjukkan pencil beam. Gain
independen dari output aktual daya dan radius (jarak) dimana pengukuran dilakukan.
Bagaimanapun kenyataannya antena berbeda dan tidak memiliki distribusi radiasi yang ideal. Energi
menjadi bervariasi dengan perpindahan sudut sementara kerugian terjadi karena sidelobes. Namun
jika kita dapat mengukur pola dan menentukan beamwidth maka kita bisa menggunakan dua atau
lebih model antena yang ideal agar mendekati pola antena yang nyata, seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah ini:
3
Dengan asumsi pola antena uniform (seragam), gain adalah sama dengan luas lingkup isotropik
(4Br), 2 dibagi oleh sektor (cross section).
G = 4 / BWazBW0el (Rumus 3)
Atau:
G = 4 / (radians)
Dimana: BWaz = beamwidth azimut dalam radians, BW0el = beamwidth elevasi dalam radians.
Dari hal itu, dua model yang berbeda akan nampak, yaitu:
G = 16 / sin sin
G = 16 / sin sin
G = 16 / (radians)
G = 52525 / (derajat)
Atau:
Istilah kedua dalam rumus diatas adalah sangat dekat dengan rumus (3), untuk radar yang terarah
dengan beamwidth 1 dan efisiensi rata-rata 55%. Idealnya:
4
APROKSIMASI POLA ANTENA AREA PERSEGI (RECTANGULAR)
G = 4 / sin sin
G = 4 / sin sin
G = 4 / (radians)
G = 41253 / (derajat)
Atau:
Mengubah ke dB:
Untuk radar yang terarah dengan bemwidth 1 dan efisiensi rata-rata 70%, idealnya (dalam dB):