Anda di halaman 1dari 3

BAB II

Dasar Teori

Kalori meter merupakan suatu alat yang fungsinya untuk mengukur kalor jenis suatu zat.
Salah satu bentuk kalorimeter adalah kalorimeter campuran. Kalorimeter ini terdiri dari
sebuah bejana logam yang kalor jenisnya diketahui. Bejana ini biasanya ditempatkan didalam
bejana lain yang agak lebih besar. Kedua bejana dipisahkan oleh bahan penyekat misalkan
gabus atau wol. Kegunaan bejana luar adalah sebagai isolator agar perukaran kalor dengan
sekitar kalori meter dapat dikurangi.

(Keenan. 1980. Fisika untuk Universitas Jilid 1)

Gambar 2.1 kalorimeter

Prinsip kerja dari kalorimeter adalah mengalirkan arus listrik pada kumparan kawat
penghantar yang dimasukan ke dalam air suling. Pada waktu bergerak dalam kawat
penghantar (akibat perbedaan potenial) pembawa muatan bertumbukan dengan atom logam dan
kehilangan energi. Akibatnya pembawa muatan bertumbukan dengan kecepatan konstan yang
sebanding dengan kuat medan listriknya. Tumbukan oleh pembawa muatan akan menyebabkan
logam yang dialiri arus listrik memperoleh energi yaitu energi kalor / panas.

Diketahui bahwa semakin besar nilai tegangan listrik dan arus listrik pada suatu bahan
maka tara panas listrik yang dimiliki oleh bahan itu semakin kecil. Kita dapat melihat
seolah pengukuran dengan menggunakan arus kecil menghasilkan nilai yang kecil. Hal ini
merupakan suatu anggapan yang salah karena dalam pengukuran pertama perubahan suhu yang
digunakan sangatlah kecil berbeda dengan data yang menggunakan arus besar. Tapi jika
perubahan suhu itu sama besarnya maka yang berarus kecil yang mempunyai tara panas listrik
yang besar.

Kalorimeter juga dilengkapi dengan batang pengaduk. Pada waktu zat dicampurkan
didalam kalori meter, air dalam kalori meter perlu diaduk agar diperoleh suhu merata sebagai
akibat percampuran dua zat yang suhunya berbeda. Azas penggunaan kalori meter adalah azas
black. Setiap dua benda atau lebih dengan suhu berbeda dicampurkan maka benda yang
bersuhu lebih tinggi akan melepaskan kalornya, sedangkan benda yang bersuhu lebih rendah
akan menyerap kalor hingga mencapai keseimbangan, yaitu suhunya sama. Pelepasan dan
penyerapan kalor ini besarnya harus imbang. Kalor yang dilepaskan sama dengan kalor yang
diserap sehingga berlaku hukum kekekalan energi. Pada sistem tertutup, kekekalan energi
panas (kalor) ini dapat dituliskan sebagai berikut.

Qlepas = Qterima
Dengan Q = m . c . ∆t
keterangan:
Q = banyaknya kalor yang diperlukan (J)
m = massa suatu zat yang diberi kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/kgoC)
∆t = kenaikan/perubahan suhu zat (oC)
C = kapasitas kalor suatu zat (J/oC)
Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang dikenal dengan nama kalorimetri,
yang merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor. Untuk melakukan pengukuran
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat digunakan kalorimeter. Salah satu
kegunaan yang penting dari kalorimeter adalah dalam penentuan kalor jenis suatu zat. Pada
teknik yang dikenal sebagai “metode campuran”, satu sampel zat dipanaskan sampai
temperatur tinggi yang diukur dengan akurat, dan dengan cepat ditempatkan pada air dingin
kalorimeter. Kalor yang hilang pada sampel tersebut akan diterima oleh air dan kalorimeter.
Dengan mengukur suhu akhir campuran tersebut, maka dapat dihitung kalor jenis zat tersebut.
(Petrucci, Ralph H. 1987. Fisika Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid2)
Zat yang ditentukan kalor jenisnya dipanasi sampai suhu tertentu. Dengan cepat zat itu
dimasukkan kedalam kalori meter yang berisi air dengan suhu dan massanya sudah diketahui.
Kalori meter diaduk sampai suhunya tidak berubah lagi. Dengan menggunakan hukum
kekekalan energy, kalor jenis yang dimasukkan dapat dihitung.

(Syukri, S. 1999. Fisika Dasar 1)

Anda mungkin juga menyukai