Kalorimeter

Kalorimeter umumnya digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Kalorimeter
menggunakan teknik pencampuran dua zat di dalam suatu wadah. Jika kalor jenis suatu zat
diketahui, kalor jenis zat yang lain yang dicampur dengan zat tersebut dapat dihitung. Pada
dasarnya kalorimeter didesain agar pertukaran kalor hanya terjadi di dalam bejana kalorimeter
dan menghindari pertukaran kalor ke lingkungan sekitarnya. Kalorimeter juga dilengkapi dengan
pengaduk. Pada waktu sampel logam dimasukkan ke dalam kalorimeter, air di dalam kalorimeter
perlu diaduk sehingga sistem dapat mencapai kesetimbangan termal dengan segera. Batang
pengaduk ini biasanya dibuat dari bahan yang sama seperti bejana kalorimeter.

(Ruwanto, 2007:79)

Gambar . Kalorimeter aluminium

Prinsip kerja dari kalorimeter ini yaitu bahan yang akan ditentukan kalor jenisnya
dipanaskan sampai suhu tertentu. Selanjutnya zat itu segera dimasukkan ke dalam kalorimeter
berisi air yang massa dan suhunya sudah diketahui. Kalorimeter kemudian diaduk sampai sistem
mencapai kesetimbangan termal. Dengan menggunakan asas Black, kalor jenis dapat ditentukan.

Pada kalorimeter aluminium, dinding dalam kedua bejana (bejana dalam dan bejana luar)
dibuat mengilap untuk mengurangi radiasi kalor dan kehilangan kalor karena penyerapan dinding
bejana. Cincin serat (fiber) yang memisahkan kedua bejana dengan tutup kayu adalah penghantar
kalor yang buruk. Ruang antara kedua dinding bejana berisi udara yang berfungsi sebagai
isolator kalor, karena udara adalah penghantar kalor yang buruk.

Asas Black

Q lepas =Q terima

Jika pertukaran kalor hanya terjadi antara air panas dan air dingin (tidak ada kehilangan
kalor ke udara sekitar dan ke cangkir), sesuai dengan prinsip kekekalan energi, yaitu kalor yang
dilepaskan oleh air panas (Q lepas) sama dengan kalor yang diterima air dingin (Qterima).

(Kanginan, 2017: 218-220)

Kanginan, M. (2017). Fisika untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Ruwanto, B. (2007). Asas-asas Fisika 1B. Jakarta: Yudhistira.