Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kalor termasuk salah satu bentuk energi yang dimiliki oleh suatu zat.

Kalor biasanya dinyatakan dalam joule atau kalori. Satu kalori didefinisikan

sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan sebanyak 1 kg air

sebesar 1 Cº, sehingga 1 kalori = 4,2 joule atau 1 joule =0,24 kalori. Kalor dalam

suatu zat memiliki kemampuan untuk berpindah atau mengalir dari suatu benda

yang bersuhu tinggi menuju benda lain yang bersuhu rendah (Safitri, 2018: 43).

Pertukaran kalor menjadi dasar teknik yang dikenal dengan nama

kalorimeter. Kalorimeter termasuk pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor.

Secara umum, untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh benda dilakukan

pengukuran terhadap suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi, maka kalor yang

dimiliki oleh benda (yang sama) akan lebih besar. Begitupun sebaliknya, jika

suhunya rendah maka kalor yang dimiliki oleh benda bernilai sedikit. Pengukuran

suhu untuk mendeteksi kalor dapat dilakukan dengan pengujian menggunakan

kalorimeter (Safitri, 2018: 44).

Kalorimeter digunakan untuk mengukur kalor atau energi panas. Jenis

kalorimeter meliputi kalorimeter bomb dan kalorimeter sederhana. Cara kerja

kalorimeter dilandasi oleh teori Asas Black yang menyatakan bahwa jumlah kalor

yang dilepas oleh materi bersuhu tinggi akan sama dengan jumlah kalor yang

diterima oleh materi bersuhu rendah. Jenis kalorimeter bomb digunakan untuk

mengukur jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran sempurna. Cara

kerjanya sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam

medium penyerap kalor (kalorimeter) dan sampel akan terbakar oleh api listrik

dari kawat logam terpasang dalam tabung. Bahan/sampel yang dapat ditentukan
nilai kalornya meliputi bahan yang bisa terbakar, misalnya bahan bakar dan bahan

makanan (Lestari, 2013: 14).

Salah satu bahan bakar yang dapat ditentukan nilai panas pembakarannya

menggunakan kalorimeter bomb adalah briket. Briket termasuk bahan bakar padat

sebagai sumber energi alternatif yang mempunyai bentuk tertentu. Briket ini

digunakan untuk memulai atau mempertahankan nyala api. Beberapa briket yang

umum digunakan antara lain adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut

dan briket biomassa. Briket dapat dibuat dari berbagai macam bahan baku yang

mengandung selulosa di dalamnya, misalnya dari tandan kelapa sawit. Tandan

kelapa sawit tergolong salah satu jenis biomassa dengan kandungan terbesar

berupa selulosa (Amalia, dkk., 2020: 2). Berdasarkan latar belakang tersebut maka

dilakukan percobaan penentuan nilai panas pembakaran dengan tujuan untuk

menentukan nilai panas pembakaran dari suatu sampel.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana menentukan nilai

panas pembakaran dari suatu sampel menggunakan kalorimeter bomb?

C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah untuk menentukan nilai panas

pembakaran dari suatu sampel menggunakan kalorimeter bomb?


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kalorimeter
Kalor adalah energi mekanik akibat gerakan partikel materi dan dapat

dipindah dari satu tempat ke tempat lain. Pengukuran jumlah kalor reaksi yang

diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia dengan eksperimen disebut

kalorimetri. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai

kalori) yang dibebaskan adalah kalorimeter. Dengan menggunakan hukum Hess,

kalor reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan

entalpi pembentukan standar, energi ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam

kalorimeter berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada energi yang lepas atau

masuk dari luar ke dalam kalorimeter. Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan

suhu kalorimeter sebesar 1º C pada air dengan massa 1 gram disebut tetapan

kalorimetri (Almu, dkk., 2014: 117).

Hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi disebut

termodinamika. Termodinamika dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang

menangani hubungan kalor, kerja, dan bentuk lain energi dengan kesetimbangan

dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan. Hukum pertama

termodinamika disebut juga hukum kekekalan energi. Isi hukum tersebut ialah

energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, dengan kata lain bila suatu tenaga

hilang akan timbul tenaga dalam bentuk lain, yang jumlahnya sama. Hukum kedua

termodinamika dapat berisi tentang proses-proses reversibel selalu berjalan sangat

lama. Ini berarti bahwa proses-proses yang terjadi pada waktu yang pendek,

berupa proses irevesibel dan tentu saja diikuti dengan kenaikan entropi dari

sistemnya sendiri atau sistem dan sekitarnya (Almu, dkk., 2014: 118).
B. Jenis Kalorimeter
Menurut Lestari (2013:8), kalorimeter dapat dibedakan menjadi dua jenis

yaitu kalorimeter bomb dan kalorimeter sederhana.

1. Kalorimeter bomb

Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah

kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2

berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel

ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor

(kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam

terpasang dalam tabung.

Gambar 2.1 Kalorimeter Bomb


Sumber : Lestari, 2013:8
Kalorimeter ini terdiri dari sebuah sebuah bom (tempat berlangsungnya

reaksi pembakaran, terbuat dari bahan stainless steel dan diisi dengan gas oksigen

pada tekanan tinggi) dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah yang kedap

panas. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam

medim penyerap kalor (kalorimeter) , dan sampel akan terbakar oleh api listrik

dari kawat logam terpasang dalam tabung. Reaksi pembakaran yang terjadi di

dalam bom, akan menghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom.

Salah satu contoh kalorimeter bomb adalah kalorimeter makanan.

Kalorimeter makanan adalah alat untuk menentukan nilai klaor zat makanan

karbohidrat, protein, atau lemak. Alat ini terdiri dari sebuah tabung kaca yang

tingginya kurang lebih 19 cm dan garis menengahnya kurang lebih 7,5 cm.
Bagian dasarnya melengkung ke atas membentuk sebuah penyungkup.

Penyungkup ini disumbat dengan sebuah sumbat karet yang berlubang di bagian

tengah. Bagian atas tabung kaca ini ditutup dengan lempeng ebonit yang bndar. Di

dalam tabung kaca itu terdpat sebuah pipa spiral dari tembaga. Ujung bawah pipa

spiral itu menembus lubang sumbat karet pada penyungkup dan ujung atasnya

menembus tutup ebonit bagian tengah. Pada tutup ebonit itu masih terdapat lagi

sebuah lubang, tempat untuk memasukkan sebuah kaping asbes dan ditahan oleh 3

buah keping. Keping itu berbentuk bujur sangkar yang sisinya kurang lebih 9,5

cm. Di bawah keping asbes itu terdapat itu terdapat sebuah cawan aluminium.

2. Kalorimeter Sederhana

Pengukuran kalor reaksi selain kalor reaksi pembakaran dapat dilakukan

dengan menggunakan kalorimeter pada tekanan tetap yaitu dengan kalorimeter

sederhana yang dibuat dari gelas stirofoam.Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk

mengukur kalor reaksi yang reaksinya berlangsung dalam fase larutan (misalnya

reaksi netralisasi asam basa/netralisasi, pelarutan dan pengendapan). Pada

kalorimeter ini, kalor reaksi sama degan jumlah kalor yang diserap/dilepaskan

larutan sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan diabaikan.

Gambar 2.2 Kalorimeter sederhana


Sumber : Lestari, 2013: 9

Prinsip kerja kalorimeter sederhana dikenal dengan nama metoda

campuran, yaitu satu sampel zat dipanaskan sampai temperatur tinggi yang diukur
menggunakan termometer, kemudian ditempatkan air dingin dalam kalorimeter.

Kalor yang hilang pada sampel akan diterima oleh air dan kalorimeter.

Kalorimeter sederhana dapat dibuat dari gelas atau wadah yang bersifat isolator.

Dengan demikian, selama reaksi berlangsung dianggap tidak ada kalor yang

diserap maupun dilepaskan oleh sistem ke lingkungan.

C. Nilai Panas Pembakaran


Nilai kalor atau heating value adalah jumlah energi yang dilepaskan pada

proses pembakaran persatuan volume atau persatuan massanya. Nilai kalor bahan

bakar menentukan jumlah konsumsi bahan tiap satuan waktu. Makin tinggi nilai

kalor bahan bakar menunjukkan bahan bakar tersebut semakin sedikit pemakaian

bahan bakar. Nilai kalor bahan bakar ditentukan berdasarkan hasil pengukuran

dengan kalorimeter dilakukan dengan membakar bahan bakar dan udara pada

temperatur normal, sementara itu dilakukan pengukuran jumlah kaloryang terjadi

sampai temperatur dari gas hasil pembakaran turun kembali ke temperatur

normal (Aljarwi, dkk., 2020: 201).

Tahun 1850 untuk pertama kalinya Joule menggunakan sebuah alat yang

di dalamnya terdapat beban-beban yang jatuh yang merotasikan sekumpulan

pengaduk di dalam sebuah wadah air yang diisolasi. Di dalalm satu siklus, beban-

beban yang jatuh tersebut melakukan sejumlah kerja yang diketahui pada air

tersebut, yang masanya m, dan kita memperhatikan bahwa suhu naik sebanyak

ΔT. Maka dapat dihasilkan kenaikan suhu yang sama ini dengan memindahkan

energi kalor Q kepada sistem tersebut. Hasilnya setelah disempurnakan dan di

konversikan adalah 1 kalori = 4,184 joule (Kurniawan, 2012: 25).

Menurut Kurniawan (2012: 26), nilai kalor merupakan jumlah energi kalor

yang dilepaskan bahan bakar pada waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia

yang ada pada bahan bakar tersebut. Nilai kalor bahan bakar terdiri dari :
1. Nilai Kalor Atas

Nilai kalor atas adalah nilai kalor yang diperoleh dari pembakaran 1 kg

bahan bakar dengan memperhitungkan panas kondensasi uap (air yang dihasilkan

dari pembakaran berada dalam wujud cair).

2. Nilai Kalor Bawah

Nilai kalor bawah adalah nilai kalor yang diperoleh dari pembakaran 1 kg

bahan bakar tanpa memperhitungkan panas kondensasi uap atau air yang

dihasilkan dari pembakaran berasa dalam wujud gas atau uap

D. Asas Black dan Hukum Kekekalan Energi


Azas Black adalah suatu prinsip dalam termodinamika yang dikemukakan

oleh Joseph Black. Asas ini menjabarkan bahwa jika dua buah benda yang

berbeda yang suhunya dicampurkan, benda yang panas memberi kalor pada benda

yang dingin sehingga suhu akhirnya sama. Jumlah kalor yang diserap benda

dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda panas. Benda yang

didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang diserap bila

dipanaskan. Bunyi Azas Black adalah pada pencampuran dua zat, banyaknya

kalor yang dilepas zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor

yang diterima zat yang suhunya lebih rendah (Rohmawati, dkk., 2019: 79).

Secara umum rumus Azas Black adalah :

Q lepas = Q terima

Keterangan:

Qlepas = jumlah kalor yang dilepas oleh zat.

Qterima = jumlah kalor yang diterima oleh zat.

Rumus berikut adalah penjabaran dari rumus diatas :

(M1 x C1)(T1 – Ta) = (M2 x C2)(Ta – T2)

Keterangan :
M1 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi.

C1 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi.

T1 = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi.

Ta = Temperatur akhir pencampuran kedua benda.

M2 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah.

C2 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah.

T2 = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah.

Hukum kekekalan energi menyatakan energi tidak dapat dimusnahkan dan

dapat diciptakan melainkan hanya dapat diubah dari satu bentuk kebentuk lain. Di

alam ini banyak terdapat energi seperti energi listrik, energi kalor, energi bunyi,

namun energi kalor hanya dapat dirasakan seperti panas matahari. Pada dasarnya

alat-alat tersebut memiliki cara kerja yang sama yaitu merubah energi listrik yang

mengalir pada kumparan kawat menjadi energi kalor/panas. Sama halnya dengan

kalorimeter yaitu alat ayang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori)

yang dibebaskan (Safitri, 2018: 46).

Energi memiliki hukum kekekalan yaitu energi itu tidak diciptakan dan

tidak dapat hilang terpakai atau musnah tetapi hanya berubah. Banyaknya energi

yang berubah menjadi bentuk energi lain sama dengan banyaknya energi yang

berkurang sehingga total energi dalam sistem tersebut adalah tetap. Dengan

demikian, dapat kita simpulkan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau

dimusnahkan, energi hanya dapat berubah bentuk menjadi energi lain. Pernyataan

ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi (Rohmawati, dkk., 2019: 81).

E. Briket Tandan Kelapa Sawit


Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak kelapa sawit (CPO-Crude

palm oil) dan inti kelapa sawit merupakan salah satu primadona tanaman

perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non-migas bagi Indonesia/


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan tanaman perkebunan

yang memegang peranan penting dalam industri pangan. Tandan kosong kelapa

sawit (TKKS) merupakan limbah utama dari industri pengolahan kelapa sawit.

Basis satu ton tandan buah segar (TBS) yang diolah akan dihasilkan minyak sawit

kasar (CPO) sebanyak 0,21 ton (21%) serta minyak inti sawit (PKO) sebanyak

0,05 ton (5%) dan sisanya merupakan limbah dalam bentuk tandan buah kosong,

serat, dan cangkang biji yang jumlahnya masing-masing 23%, 13,5%, dan 5,5%

dari tandan buah segar (Amalia, dkk., 2020: 4).

Tandan kosong kelapa sawit merupakan sumber bahan organik yang kaya

unsur hara N, P, K, S dan Mg. Jumlah tandan kosong kelapa sawit diperkirakan

sebanyak 23% dari jumlah tandan buah segar yang di olah. Dalam setiap ton

tandan kosong kelapa sawit mengandung hara N 1,5%, P 0,5%, K 7,3%, S 0,07 %

dan Mg 0,9% yang dapat digunakan sebagai substitusi pupuk pada tanaman kelapa

sawit. Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit di lapangan cukup besar dengan

peningkatan jumlah dan kapasitas pabrik kelapa sawit untuk menyerap tandan

buah segar yang dihasilkan (Almu, dkk., 2014: 119).

Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

pembuatan briket. Briket adalah bahan bakar padat sebagai sumber energi

alternatif yang mempunyai bentuk tertentu. Briket ini digunakan untuk memulai

atau mempertahankan nyala api. Briket yang umum digunakan antara lain adalah

briket batu bara, briket arang, briket gambut dan briket biomassa. Briket dapat

dibuat dari tandan kelapa sawit. Hal ini karena tandan kelapa sawit tergolong salah

satu jenis biomassa dengan kandungan terbesar berupa selulosa sehingga dapat

digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket (Amalia, dkk., 2020: 5).
F. Integrasi Ayat

Ayat yang berkaitan dengan percobaan ini terdapat dalam Q. S

al-Kahfi/18:96 yang berbunyi :

       


        
    
Terjemahnya:
Berilah aku potongan-potongan besi hingga apabila besi itu telah sama rata
dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)".
hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata:
"Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas
itu".
Menurut Zubdatut tafsir Min Fathil Qadir/Syaikh Dr. Muhammad

Sulaiman Al Asyqar, ayat di atas menjelaskan bahwa dia memerintahkan agar

meletakkan bahan berupa potongan besi dan bebatuan kemudian dipanaskan

dengan kayu dan batu bara yang ditiup hingga memanas.

Ayat tersebut menegaskan tentang potensi biomassa dari tumbuhan

organik untuk diproses menjadi energi yaitu potongan besi dipanaskan dengan
menggunakan kayu yang merupakan salah satu pemanfaatan biomassa.

Sebagaimana briket biomassa yang dapat dibuat dengan bahan baku kayu seperti

tersebut pada ayat diatas. Hal ini dikarenakan syarat bahan baku pembuatan briket

adalah terdapat selulosa di dalamnya dan selulosa ini merupakan bagian utama

dari dinding sel kayu sehingga kayu dapat dijadikan bahan baku pembuatan briket

biomassa (Ramadiah, 2016: 19).


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Percobaan ini dilakukan pada hari Selasa, 1 November 2022 pukul

13.00-16.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Fisik Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah bom kalorimeter,

neraca analitik, buret asam 50 mL, statif dan klem, gelas kimia 500 mL,

erlenmeyer 250 mL, corong, pipet tetes dan spatula.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades (H2O),

indikator metil orange (MO), kawat bomb kalorimeter, natrium karbonat

(Na2CO3) 0,07 N dan tissue.

C. Prosedur Kerja

Dibuat Na2CO3 0,07 N dan Indikator MO. Selanjutnya ditimbang ± 1 gram

briket ke dalam sampel cawan besi. Setelah itu, disiapkan rangkaian alat bom

kalorimeter dan memasang cawan ke rangkaian bom kalorimeter. Selanjutnya,

dihubungkan rangkaian bom kalorimeter dengan kawat platina panjangnya 10 cm

dengan berbentuk V dan mengupayakan kawat menyentuh sampel dan tidak

menyentuh wadah. Kemudian, dimasukkan akuades sebanyak 1 mL ke dalam

bejana bom kalorimeter dan memasang rangkaian penutup pada wadahnya.

Dibuka aliran gas dengan memutar ke arah kanan dan mengisi gas pada wadah
bom kalorimeter dengan memberi tekanan 25-30 atm dengan ke arah kiri dan

melepaskan tekanannya. Selanjutnya, dimasukkan ±2 Liter akuades pada jaket

bom kalorimeter dan memasang wadah bom kalorimeter pada jaketnya,

memastikan posisi dalam keadaan tepat. Lalu, ditutup wadah jaket dan memasang

karet diatas wadah penutup bom kalorimeter kemudian menjalankan karetnya

dengan memutar ke kanan dan secara bersamaan menekan tombol ON

termometer. Kemudian, dicatat kenaikan suhu dari menit ke 5 sampai menit 24

(10:45, 11:00, 11:15, 11:30, 11:45, 12:00). Lalu, dimenit ke-10 menekan tombol

pembakaran (burning)dan menit ke-24 menekan tombol OFF pada termometer

dan menghentikan perputaran karet dengan memutar ke kanan. Selanjutnya,

dibuka penutup dan mengambil wadah lalu membersihkan dari air danmembuka

aliran gasnya. Setelah itu, dibilas seluruh permukaan wadah bom kalorimeter

dengan akuades lalu menitrasi hasil pembakaran dengan Na 2CO3 0,07N dengan

menggunakan indikator MO. Selanjutnya, dicatat volume titran, mengukur

panjang kawat yang terbakar dan menghitung nilai kalor sampel. Kemudian

dipastikn alat dalam keadaan bersih sebelum dan sesudah digunakan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan

Tabel IV.1

No Waktu Suhu (℃ )

1 5 29,010

2 6 29,012

3 7 29,014

4 8 29,016

5 9 29,017

6 10 29,019

7 10.45 29,528

8 11 29,839

9 11.15 30,210

10 11.30 30,361

11 11.45 30,485

12 12 30,710

13 13 30,819

14 14 30,866

15 15 30,888

16 16 30,895

17 17 30,897

18 18 30,897
19 19 30,896

20 20 30,896

21 21 30,893

22 22 30,891

23 23 30898

24 24 30,885

2. Analisis Data

Dik: m = 1gr

Sisa Kawat = 10 cm – 2,7 cm

= 7,3 cm

ta = 29,19℃

tc = 30,895℃

a = 10℃

c = 17℃

C1 = 4 mL x 1 kal/mL

C2 = 0,7%

C3 = 7,3 cm x 2,3 kal/cm

= 16,79 kal

Ditanyakan: b =.....?

w =....?

Hgross =....?

T =....?

R1 =...?

R2 =...?
Penyelesaian:

a. R1 = (T6 – T5) + (T7 – T6) + (T8 – T7) + (T9 – T8) + (T10 – T9)

= (29,012 – 29,010) + (29,14 – 29, 012) + (29,16 – 29,14) + (29,17 – 29,16)

+ (29,19 – 29,17)

= 0,002 + 0,128 + 0,02 + 0.01+0,02

= 0,18.

R2 = (T6 – T5) + (T7 – T6) + (T8 – T7) + (T9 – T8) + (T10 – T9)

= (30, 819 – 30, 710) + (30, 866 – 30, 819) + (30,888 – 30,866) + (30, 895 –

30, 888) + (30, 897 – 30, 895)

= 0, 109 + 0,47 + 0,022 + 0,007 + 0,002

= 0, 187.

b. Jumlah Perubahan Suhu

Tb = 60% × (Tc – Ta)

= 60% × (30,895 – 29, 19)

= 60% × 1,705

= 0,6 × 1,705

= 1,023

c. Menit kebeerapa kenaikan suhu 60%

Xb = Tb + Ta

= 1,023 + 29,19

= 30,213
T 11.15 T 11.30−T 11.15
=
b Xb−T 11.15

15 30,361−30,210
=
b 30 , 213−30,210

15 0,151
=
b 0,003
b . 0,151 = 15 × 0,003
0,045
=
0,151

= 0,29

b = 11.15 + 0,29

= 11.15

d. (b – a) dan (c – b)

(b – a) = (11 . 60 + 15) – 10(60)


75
=
60
= 1,25
(c – a) = 17(60) - (11. 60 +15)
= 1.020 – 675
345
=
60
= 2,75
e. Perubahan suhu
t = tc – ta – r1(b – a) – r2 (c – b)

= 30,095 – 29,19 – 0,18 (1,25) – 0,187 (5,75)

= 30,895 – 29,19 – 0,225 – 1,07525

= 0,04475℃

f. Energi yang diperlukan untuk menaikkan kalor setiap 1℃


❑❑
W= ❑
B. Pembahasan

Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

pembuatan briket. Briket adalah bahan bakar padat sebagai sumber energi

alternatif yang mempunyai bentuk tertentu. Briket ini digunakan untuk memulai

atau mempertahankan nyala api. Beberapa briket yang umum digunakan antara

lain adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut dan briket biomassa.

Briket dapat dibuat dari tandan kelapa sawit. Hal ini karena tandan kelapa sawit

tergolong salah satu jenis biomassa dengan kandungan terbesar berupa selulosa

sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket. Briket tandan

kelapa sawit dapat ditentukan nilai kalor pembakarannya dengan menggunakan

kalorimeter bomb. Analisa kalor ini dimaksudkan untuk mengetahui energi kalor

yang dapat dibebaskan oleh suatu bahan bakar dengan terjadinya reaksi atau

proses pembakaran (Amalia, dkk., 2020: 4).

Percobaan penentuan nilai panas pembakaran sampel dengan

menggunakan kalorimeter bomb bertujuan untuk mengetahui energi kalor yang

dapat dibebaskan oleh suatu bahan bakar dengan terjadinya reaksi atau proses

pembakaran. Sampel yang digunakan adalah briket tandan keapa sawit. Prosedur

pertama adalah briket ditimbang sebanyak 1 gram pada cawan besi menggunakan

neraca analitik. Kemudian merangkai alat kalorimeter bomb dan memasang

cawan yang berisi sampel pada rangkaian tersebut. Selanjutnya dipotong kawat

platina sepanjang 10 cm dan dihubungkan pada kedua elektroda dengan bentuk V.

Pemasangan kawat ini diupayakan kawatnya menyentuh permukaan sampel dan

tidak menyentuh wadah. Perlakuan ini berfungsi agar kawat tidak ikut terbakar

karena dapat mempengaruhi energi yang dibutuhkan untuk membakar kawat

tersebut. Kemudian dimasukkan akuades 1 mL dalam bomb yang berfungsi

sebagai penyerap kalor.


Setelah itu, bomb ditutup dengan rapat dan diisi dengan gas oksigen

sampai tekanan pada manometer menunjukkan 25-30 atmosfer. Tujuannya adalah

untuk memberikan jumlah oksigen yang cukup untuk pembakaran sekaligus

menjaga agar saat reaksi berjalan, volume kalorimeter tidak berubah. Selanjutnya,

diisi jaket bomb dengan akuades sebanyak 2 L yang berfungsi untuk menstabilkan

suhu dalam sistem sehingga panas dalam sistem yang tertutup dapat merata pada

semua isi dari bomb kalorimeter. Lalu dipasang bomb kalorimeter pada jaketnya

dan dihubungkan dengan aliran listrik kemudian menutupnya. Fungsi air dalam

kalorimeter adalah sebagai penyerap panas hasil pembakaran yang terjadi. Air

akan mengalami kenaikan suhu akibat panas yang diterima. Kenaikan suhu inilah

yang dijadikan dasar perhitungan kalor pembakaran zat. Selanjutnya dipasang

karet di atas penutup bomb kalorimeter lalu dijalankan karet dengan memutar ke

kanan bersamaan dengan menekan tombol ON pada termometer. Dicatat kenaikan

suhu pada menit ke-5 sampai menit ke-24. Kenaikan suhu dicatat pada menit ke-5

supaya temperatur bomb setimbang dengan temperatur air dalam jaket bomb

kalorimeter.

Temperatur pada menit kelima diperoleh sebesar 29,010º C, pada menit

keenam diperoleh suhu sebesar 29,012º C, menit ketujuh diperoleh 29,14º C,

menit ke delapan diperoleh suhunya 29,16º C, menit kesembilan suhunya 29,17º C

dan menit kesepuluh diperoleh suhu sebesar 29,19º C. Pada menit kesepuluh ini

ditekan tombol burning (pembakaran). Selanjutnya dicatat suhu sampai menit ke-

24. Setelah mencapai menit ke-24 ditekan tombol OFF pada termometer

bersamaan dengan menghentikan perputaran karet. Kemudian dibuka penutup dan

mengambil wadah lalu membilas seluruh permukaan wadah bomb kalorimeter

dengan akuades kemudian hasil pembakaran dititrasi dengan Na2CO30,07 N

menggunakan indikator MO. Selanjutnya mencatat volume titran dan panjang


kawat yang terbakar. Setelah diperoleh data tersebut dilakukan perhitungan untuk

menentukan nilai kalor pembakaran sampel.

Berdasarkan teori besarnya nilai kalor pembakaran untuk briket tandan

kelapa sawit adalah sebesar 6.366 kkal/kg (Rantawi, 2019: 219). Jika

dibandingkan dengan hasil percobaan yang telah dilakukan, nilai kalor

pembakaran yang diperoleh sangat berbeda dengan teori yakni diperoleh kalor

pembakaran briket tandan kelapa sawit adalah sebesar 633,39 kkal/kg. Hal ini

dapat disebabkan karena briket yang digunakan sebagai sampel sudah tersimpan

lama di laboratorium sehingga mengakibatkan perbedaan nilai kalori yang

signifikan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah pada penentuan nilai panas

pembakaran dari briket tandan kelapa sawit dengan menggunakan kalorimeter

bomb diperoleh nilai panas pembakaran dari sampel adalah sebesar 63,339

kal/gram.

B. Saran
Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya pada percobaan selanjutnya

sampel yang digunakan diganti dengan briket jenis lain seperti briket arang batok

kelapa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui nilai kalor pembakaran oada berbagai

jenis briket atau bahan bakar.


DAFTAR PUSTAKA

Rantawi, Azhar Basyir. “Mengetahui Kualitas Cangkang Kelapa Sawit


Menggunakan Perekat Arpus sebagai Energi Alternatif”. Citra Widya
Edukasi 11, no. 3 (2019): h. 217-225.
Amalia, dkk. “Pemanfaatan Arang Tandan Kelapa Sawit sebagai Bahan Bakar
Alternatif dalam Bentuk Briket”. Penelitian dan Penerapan Kimia 1, no. 2
(2020): h. 1-14.
Almu, dkk. “Analisa Nilai Kalor dan Laju Pembakaran pada Briket Campuran
Biji Nyamplung (Calophyllim Inophyllum) dan Abu Sekam Padi”.
Dinamika Teknik Mesin 4, no. 2 (2014): h. 117-129.
Safitri, dkk. “Penembangan Alat Praktikum Kalorimeter Bomb pada Pokok
Bahasan Kalor”. Pendidikan Fisika 7, no. 1 (2018): h. 40-49.
Kurniawan, Hadi. “Analisis Pengaruh Kandungan Logam Berat terhadap Energi
Pembakaran Batubara”. Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro 1, no. 2 (2017):
h. 121-28.
Aljarwi, dkk. “Uji Laju Pembakaran dan Nilai Kalor Briket Wafer Sekam Padi
dengan Variasi Tekanan”. Aplikasi Pendidikan Fisika 6, no. 2 (2020): h.
200-211.
Kurniawan, Eddy. “Karakterisasi dan Model Matematis Laju Pembakaran
Biobriket Campuran Sampah Organik dan Bungkil Jarak dengan
Menggunakan Perekat Tapioka”. Teknologi Kimia 1, no. 1 (2012): h. 23-
35.
Rohmawati, dkk. “Pembuatan Sederhana Kalorimeter dari Bahan Bekas”. ABDI 4,
no. 2 (2019): h. 79-84.
Ramadiah. “Skripsi Uji Kualitas Briket dari Limbah Kelapa Sawit”. Jurusan
Fisika. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (2016): h. 17-21.
Lestari, Fitri Puji. “Skrispsi Desain Kalorimeter Sederhana yang Dipantau
dengan Mikroskop Digital”. Jurusan Kimia. Universitas Jember (2013): h.
7-12.
LAMPIRAN III

REFERENSI
LAMPIRAN II

DOKUMENTASI

dipasang cawan pada rangkaian

Ditimbang± 2 g sampel
d

irangkaikan bom kalorimeter

Diukur kawat platina 10 cm dipasang kawat platina gambar rangkaian kalorimeter

dialiri bom dengan akuades


dipasang selang tabung dimasukkan jaket bom kedalam (H2O)
oksigen kalorimeter

dimasukkan sampel yang telah dibilas buret dengan akuades

dibakar kedalam erlenmeyer dan di masukkan Na2CO3

dititrasi sampel dengan

tambahan indikator MO

Anda mungkin juga menyukai