PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalor termasuk salah satu bentuk energi yang dimiliki oleh suatu zat.
Kalor biasanya dinyatakan dalam joule atau kalori. Satu kalori didefinisikan
sebesar 1 Cº, sehingga 1 kalori = 4,2 joule atau 1 joule =0,24 kalori. Kalor dalam
suatu zat memiliki kemampuan untuk berpindah atau mengalir dari suatu benda
yang bersuhu tinggi menuju benda lain yang bersuhu rendah (Safitri, 2018: 43).
Secara umum, untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh benda dilakukan
pengukuran terhadap suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi, maka kalor yang
dimiliki oleh benda (yang sama) akan lebih besar. Begitupun sebaliknya, jika
suhunya rendah maka kalor yang dimiliki oleh benda bernilai sedikit. Pengukuran
kalorimeter dilandasi oleh teori Asas Black yang menyatakan bahwa jumlah kalor
yang dilepas oleh materi bersuhu tinggi akan sama dengan jumlah kalor yang
diterima oleh materi bersuhu rendah. Jenis kalorimeter bomb digunakan untuk
medium penyerap kalor (kalorimeter) dan sampel akan terbakar oleh api listrik
dari kawat logam terpasang dalam tabung. Bahan/sampel yang dapat ditentukan
nilai kalornya meliputi bahan yang bisa terbakar, misalnya bahan bakar dan bahan
Salah satu bahan bakar yang dapat ditentukan nilai panas pembakarannya
menggunakan kalorimeter bomb adalah briket. Briket termasuk bahan bakar padat
sebagai sumber energi alternatif yang mempunyai bentuk tertentu. Briket ini
digunakan untuk memulai atau mempertahankan nyala api. Beberapa briket yang
umum digunakan antara lain adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut
dan briket biomassa. Briket dapat dibuat dari berbagai macam bahan baku yang
kelapa sawit tergolong salah satu jenis biomassa dengan kandungan terbesar
berupa selulosa (Amalia, dkk., 2020: 2). Berdasarkan latar belakang tersebut maka
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana menentukan nilai
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah untuk menentukan nilai panas
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kalorimeter
Kalor adalah energi mekanik akibat gerakan partikel materi dan dapat
dipindah dari satu tempat ke tempat lain. Pengukuran jumlah kalor reaksi yang
diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia dengan eksperimen disebut
kalorimetri. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai
kalor reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan
entalpi pembentukan standar, energi ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam
kalorimeter berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada energi yang lepas atau
masuk dari luar ke dalam kalorimeter. Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan
suhu kalorimeter sebesar 1º C pada air dengan massa 1 gram disebut tetapan
menangani hubungan kalor, kerja, dan bentuk lain energi dengan kesetimbangan
termodinamika disebut juga hukum kekekalan energi. Isi hukum tersebut ialah
energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, dengan kata lain bila suatu tenaga
hilang akan timbul tenaga dalam bentuk lain, yang jumlahnya sama. Hukum kedua
lama. Ini berarti bahwa proses-proses yang terjadi pada waktu yang pendek,
berupa proses irevesibel dan tentu saja diikuti dengan kenaikan entropi dari
sistemnya sendiri atau sistem dan sekitarnya (Almu, dkk., 2014: 118).
B. Jenis Kalorimeter
Menurut Lestari (2013:8), kalorimeter dapat dibedakan menjadi dua jenis
1. Kalorimeter bomb
ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor
(kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam
reaksi pembakaran, terbuat dari bahan stainless steel dan diisi dengan gas oksigen
pada tekanan tinggi) dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah yang kedap
panas. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam
medim penyerap kalor (kalorimeter) , dan sampel akan terbakar oleh api listrik
dari kawat logam terpasang dalam tabung. Reaksi pembakaran yang terjadi di
dalam bom, akan menghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom.
Kalorimeter makanan adalah alat untuk menentukan nilai klaor zat makanan
karbohidrat, protein, atau lemak. Alat ini terdiri dari sebuah tabung kaca yang
tingginya kurang lebih 19 cm dan garis menengahnya kurang lebih 7,5 cm.
Bagian dasarnya melengkung ke atas membentuk sebuah penyungkup.
Penyungkup ini disumbat dengan sebuah sumbat karet yang berlubang di bagian
tengah. Bagian atas tabung kaca ini ditutup dengan lempeng ebonit yang bndar. Di
dalam tabung kaca itu terdpat sebuah pipa spiral dari tembaga. Ujung bawah pipa
spiral itu menembus lubang sumbat karet pada penyungkup dan ujung atasnya
menembus tutup ebonit bagian tengah. Pada tutup ebonit itu masih terdapat lagi
sebuah lubang, tempat untuk memasukkan sebuah kaping asbes dan ditahan oleh 3
buah keping. Keping itu berbentuk bujur sangkar yang sisinya kurang lebih 9,5
cm. Di bawah keping asbes itu terdapat itu terdapat sebuah cawan aluminium.
2. Kalorimeter Sederhana
sederhana yang dibuat dari gelas stirofoam.Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk
mengukur kalor reaksi yang reaksinya berlangsung dalam fase larutan (misalnya
kalorimeter ini, kalor reaksi sama degan jumlah kalor yang diserap/dilepaskan
larutan sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan diabaikan.
campuran, yaitu satu sampel zat dipanaskan sampai temperatur tinggi yang diukur
menggunakan termometer, kemudian ditempatkan air dingin dalam kalorimeter.
Kalor yang hilang pada sampel akan diterima oleh air dan kalorimeter.
Kalorimeter sederhana dapat dibuat dari gelas atau wadah yang bersifat isolator.
Dengan demikian, selama reaksi berlangsung dianggap tidak ada kalor yang
proses pembakaran persatuan volume atau persatuan massanya. Nilai kalor bahan
bakar menentukan jumlah konsumsi bahan tiap satuan waktu. Makin tinggi nilai
kalor bahan bakar menunjukkan bahan bakar tersebut semakin sedikit pemakaian
bahan bakar. Nilai kalor bahan bakar ditentukan berdasarkan hasil pengukuran
dengan kalorimeter dilakukan dengan membakar bahan bakar dan udara pada
Tahun 1850 untuk pertama kalinya Joule menggunakan sebuah alat yang
pengaduk di dalam sebuah wadah air yang diisolasi. Di dalalm satu siklus, beban-
beban yang jatuh tersebut melakukan sejumlah kerja yang diketahui pada air
tersebut, yang masanya m, dan kita memperhatikan bahwa suhu naik sebanyak
ΔT. Maka dapat dihasilkan kenaikan suhu yang sama ini dengan memindahkan
Menurut Kurniawan (2012: 26), nilai kalor merupakan jumlah energi kalor
yang dilepaskan bahan bakar pada waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia
yang ada pada bahan bakar tersebut. Nilai kalor bahan bakar terdiri dari :
1. Nilai Kalor Atas
Nilai kalor atas adalah nilai kalor yang diperoleh dari pembakaran 1 kg
bahan bakar dengan memperhitungkan panas kondensasi uap (air yang dihasilkan
Nilai kalor bawah adalah nilai kalor yang diperoleh dari pembakaran 1 kg
bahan bakar tanpa memperhitungkan panas kondensasi uap atau air yang
oleh Joseph Black. Asas ini menjabarkan bahwa jika dua buah benda yang
berbeda yang suhunya dicampurkan, benda yang panas memberi kalor pada benda
yang dingin sehingga suhu akhirnya sama. Jumlah kalor yang diserap benda
dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda panas. Benda yang
didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang diserap bila
dipanaskan. Bunyi Azas Black adalah pada pencampuran dua zat, banyaknya
kalor yang dilepas zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor
yang diterima zat yang suhunya lebih rendah (Rohmawati, dkk., 2019: 79).
Q lepas = Q terima
Keterangan:
Keterangan :
M1 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi.
dapat diciptakan melainkan hanya dapat diubah dari satu bentuk kebentuk lain. Di
alam ini banyak terdapat energi seperti energi listrik, energi kalor, energi bunyi,
namun energi kalor hanya dapat dirasakan seperti panas matahari. Pada dasarnya
alat-alat tersebut memiliki cara kerja yang sama yaitu merubah energi listrik yang
mengalir pada kumparan kawat menjadi energi kalor/panas. Sama halnya dengan
kalorimeter yaitu alat ayang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori)
Energi memiliki hukum kekekalan yaitu energi itu tidak diciptakan dan
tidak dapat hilang terpakai atau musnah tetapi hanya berubah. Banyaknya energi
yang berubah menjadi bentuk energi lain sama dengan banyaknya energi yang
berkurang sehingga total energi dalam sistem tersebut adalah tetap. Dengan
demikian, dapat kita simpulkan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan, energi hanya dapat berubah bentuk menjadi energi lain. Pernyataan
ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi (Rohmawati, dkk., 2019: 81).
palm oil) dan inti kelapa sawit merupakan salah satu primadona tanaman
yang memegang peranan penting dalam industri pangan. Tandan kosong kelapa
sawit (TKKS) merupakan limbah utama dari industri pengolahan kelapa sawit.
Basis satu ton tandan buah segar (TBS) yang diolah akan dihasilkan minyak sawit
kasar (CPO) sebanyak 0,21 ton (21%) serta minyak inti sawit (PKO) sebanyak
0,05 ton (5%) dan sisanya merupakan limbah dalam bentuk tandan buah kosong,
serat, dan cangkang biji yang jumlahnya masing-masing 23%, 13,5%, dan 5,5%
Tandan kosong kelapa sawit merupakan sumber bahan organik yang kaya
unsur hara N, P, K, S dan Mg. Jumlah tandan kosong kelapa sawit diperkirakan
sebanyak 23% dari jumlah tandan buah segar yang di olah. Dalam setiap ton
tandan kosong kelapa sawit mengandung hara N 1,5%, P 0,5%, K 7,3%, S 0,07 %
dan Mg 0,9% yang dapat digunakan sebagai substitusi pupuk pada tanaman kelapa
sawit. Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit di lapangan cukup besar dengan
peningkatan jumlah dan kapasitas pabrik kelapa sawit untuk menyerap tandan
pembuatan briket. Briket adalah bahan bakar padat sebagai sumber energi
alternatif yang mempunyai bentuk tertentu. Briket ini digunakan untuk memulai
atau mempertahankan nyala api. Briket yang umum digunakan antara lain adalah
briket batu bara, briket arang, briket gambut dan briket biomassa. Briket dapat
dibuat dari tandan kelapa sawit. Hal ini karena tandan kelapa sawit tergolong salah
satu jenis biomassa dengan kandungan terbesar berupa selulosa sehingga dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket (Amalia, dkk., 2020: 5).
F. Integrasi Ayat
organik untuk diproses menjadi energi yaitu potongan besi dipanaskan dengan
menggunakan kayu yang merupakan salah satu pemanfaatan biomassa.
Sebagaimana briket biomassa yang dapat dibuat dengan bahan baku kayu seperti
tersebut pada ayat diatas. Hal ini dikarenakan syarat bahan baku pembuatan briket
adalah terdapat selulosa di dalamnya dan selulosa ini merupakan bagian utama
dari dinding sel kayu sehingga kayu dapat dijadikan bahan baku pembuatan briket
METODE PERCOBAAN
1. Alat
neraca analitik, buret asam 50 mL, statif dan klem, gelas kimia 500 mL,
2. Bahan
C. Prosedur Kerja
briket ke dalam sampel cawan besi. Setelah itu, disiapkan rangkaian alat bom
Dibuka aliran gas dengan memutar ke arah kanan dan mengisi gas pada wadah
bom kalorimeter dengan memberi tekanan 25-30 atm dengan ke arah kiri dan
memastikan posisi dalam keadaan tepat. Lalu, ditutup wadah jaket dan memasang
(10:45, 11:00, 11:15, 11:30, 11:45, 12:00). Lalu, dimenit ke-10 menekan tombol
dibuka penutup dan mengambil wadah lalu membersihkan dari air danmembuka
aliran gasnya. Setelah itu, dibilas seluruh permukaan wadah bom kalorimeter
dengan akuades lalu menitrasi hasil pembakaran dengan Na 2CO3 0,07N dengan
panjang kawat yang terbakar dan menghitung nilai kalor sampel. Kemudian
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Tabel IV.1
No Waktu Suhu (℃ )
1 5 29,010
2 6 29,012
3 7 29,014
4 8 29,016
5 9 29,017
6 10 29,019
7 10.45 29,528
8 11 29,839
9 11.15 30,210
10 11.30 30,361
11 11.45 30,485
12 12 30,710
13 13 30,819
14 14 30,866
15 15 30,888
16 16 30,895
17 17 30,897
18 18 30,897
19 19 30,896
20 20 30,896
21 21 30,893
22 22 30,891
23 23 30898
24 24 30,885
2. Analisis Data
Dik: m = 1gr
= 7,3 cm
ta = 29,19℃
tc = 30,895℃
a = 10℃
c = 17℃
C1 = 4 mL x 1 kal/mL
C2 = 0,7%
= 16,79 kal
Ditanyakan: b =.....?
w =....?
Hgross =....?
T =....?
R1 =...?
R2 =...?
Penyelesaian:
a. R1 = (T6 – T5) + (T7 – T6) + (T8 – T7) + (T9 – T8) + (T10 – T9)
+ (29,19 – 29,17)
= 0,18.
R2 = (T6 – T5) + (T7 – T6) + (T8 – T7) + (T9 – T8) + (T10 – T9)
= (30, 819 – 30, 710) + (30, 866 – 30, 819) + (30,888 – 30,866) + (30, 895 –
= 0, 187.
= 60% × 1,705
= 0,6 × 1,705
= 1,023
Xb = Tb + Ta
= 1,023 + 29,19
= 30,213
T 11.15 T 11.30−T 11.15
=
b Xb−T 11.15
15 30,361−30,210
=
b 30 , 213−30,210
15 0,151
=
b 0,003
b . 0,151 = 15 × 0,003
0,045
=
0,151
= 0,29
b = 11.15 + 0,29
= 11.15
d. (b – a) dan (c – b)
= 0,04475℃
pembuatan briket. Briket adalah bahan bakar padat sebagai sumber energi
alternatif yang mempunyai bentuk tertentu. Briket ini digunakan untuk memulai
atau mempertahankan nyala api. Beberapa briket yang umum digunakan antara
lain adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut dan briket biomassa.
Briket dapat dibuat dari tandan kelapa sawit. Hal ini karena tandan kelapa sawit
tergolong salah satu jenis biomassa dengan kandungan terbesar berupa selulosa
sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket. Briket tandan
kalorimeter bomb. Analisa kalor ini dimaksudkan untuk mengetahui energi kalor
yang dapat dibebaskan oleh suatu bahan bakar dengan terjadinya reaksi atau
dapat dibebaskan oleh suatu bahan bakar dengan terjadinya reaksi atau proses
pembakaran. Sampel yang digunakan adalah briket tandan keapa sawit. Prosedur
pertama adalah briket ditimbang sebanyak 1 gram pada cawan besi menggunakan
cawan yang berisi sampel pada rangkaian tersebut. Selanjutnya dipotong kawat
tidak menyentuh wadah. Perlakuan ini berfungsi agar kawat tidak ikut terbakar
menjaga agar saat reaksi berjalan, volume kalorimeter tidak berubah. Selanjutnya,
diisi jaket bomb dengan akuades sebanyak 2 L yang berfungsi untuk menstabilkan
suhu dalam sistem sehingga panas dalam sistem yang tertutup dapat merata pada
semua isi dari bomb kalorimeter. Lalu dipasang bomb kalorimeter pada jaketnya
dan dihubungkan dengan aliran listrik kemudian menutupnya. Fungsi air dalam
kalorimeter adalah sebagai penyerap panas hasil pembakaran yang terjadi. Air
akan mengalami kenaikan suhu akibat panas yang diterima. Kenaikan suhu inilah
karet di atas penutup bomb kalorimeter lalu dijalankan karet dengan memutar ke
suhu pada menit ke-5 sampai menit ke-24. Kenaikan suhu dicatat pada menit ke-5
supaya temperatur bomb setimbang dengan temperatur air dalam jaket bomb
kalorimeter.
dan menit kesepuluh diperoleh suhu sebesar 29,19º C. Pada menit kesepuluh ini
ditekan tombol burning (pembakaran). Selanjutnya dicatat suhu sampai menit ke-
24. Setelah mencapai menit ke-24 ditekan tombol OFF pada termometer
kelapa sawit adalah sebesar 6.366 kkal/kg (Rantawi, 2019: 219). Jika
pembakaran yang diperoleh sangat berbeda dengan teori yakni diperoleh kalor
pembakaran briket tandan kelapa sawit adalah sebesar 633,39 kkal/kg. Hal ini
dapat disebabkan karena briket yang digunakan sebagai sampel sudah tersimpan
signifikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah pada penentuan nilai panas
bomb diperoleh nilai panas pembakaran dari sampel adalah sebesar 63,339
kal/gram.
B. Saran
Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya pada percobaan selanjutnya
sampel yang digunakan diganti dengan briket jenis lain seperti briket arang batok
kelapa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui nilai kalor pembakaran oada berbagai
REFERENSI
LAMPIRAN II
DOKUMENTASI
Ditimbang± 2 g sampel
d
tambahan indikator MO