Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia mempunyai karakteristik tertentu yang membedakan dengan kajian

ilmu lain. Karakteristik ilmu kimia seperti sebagian besar konsepnya bersifat

abstrak, sederhana, berjenjang, dan terstruktur serta ilmu untuk mendeskripsikan

sebuah fakta dan peristiwa. Ilmu kimia mempelajari tentang susunan, struktur,

sifat dan perubahan materi. Ilmu kimia juga perlu memperhatikan sebuah

fenomena kimia yang dapat direpresentasikan menjadi tiga level seperti level

makroskopik, sub-mikroskopik dan simbolik. Kimia mempelajari tentang

peubahan materi salah satunya tentang laju reaksi (Wulandari, dkk., 2018: 166).

Laju reaksi diyatakan sebagai seberapa cepat atau seberapa lambatnya

suatu proses yang berlangsung. Laju juga menyatakan bahwa besarnya perubahan

yang terjadi dalam satu satuan waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit,

jam, hari atau tahun. Perubahan suatu zat pereaksi menjadi produk dapat disebut

sebagai reaksi kimia. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat

pereaksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dapat

dinyatakan sebagai laju yang berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya

produk. Pada laju reaksi terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah laju

reaksi (Roni dan Netty, 2020: 110-111).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang dapat melambatkan

reaksi yang merugikan dan menambah laju reaksi yang menguntungkan antara

lain seperti, pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi, pengaruh konsentrasi

terhadap laju reaksi, pengaruh suhu terhadap laju reaksi dan pengaruh katalis

terhadap laju reaksi (Redhana dan Merta, 2017: 385). Berdasarkan latar belakang

di atas maka dilakukan percobaan pesamaan Arrhenius dan energi aktivasi yang
bertujuan untuk menjelakan hubungan pengaruh laju reaksi dengan temperatur

dan menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari percobaan ini adalah:

1. Bagaimana hubungan laju reaksi dengan temperatur?

2. Berapa energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan hubungan laju reaksi dengan temperatur.

2. Untuk menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan

Arrhenius.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ilmu Kimia

Ilmu kimia adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari

kajian tentang struktur, komposisi, sifat, dan perubahan materi serta energi yang

menyertai perubahan tersebut. Ilmu kimia juga dapat memberikan sebuah

konstribusi yang penting dan berarti terhadap perkembangan ilmu-ilmu terapan,

seperti pertanian, kesehatan, dan perikanan serta teknologi. Dengan banyaknya

kontribusi ilmu kimia dalam berbagai bidang ilmu membuat mata pelajaran kimia

menjadi sangat penting untuk dipelajari dan dipahami baik secara konseptual,

faktual, maupun prosedural (Putri, dkk., 2021: 169).

Ilmu kimia juga adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan

perubahannya. Zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia yaitu unsur dan

senyawa. Mengetahui ciri dari suatu unsur dan senyawa dapat diketahui dari

sifat-sifat kimia dan fisisnya. Sifat kimia adalah sifat yang dapat ditunjukan

dengan melalui perubahan kimia sedangkan sifat fisis merupakan sifat yang dapat

diamati tanpa mengubah susunan zatnya (Murtiningrum, dkk., 2013: 290).

Ilmu kimia jauh lebih luas dari pada sekedar angka-angka, rumus, dan teori

yang abstrak. Kimia adalah ilmu logis yang dipenuhi dengan sebuah gagasan dan

berbagai aplikasi yang sangat menarik. Ilmu kimia mengkaji konsep-konsep yang

sederhana, namun ada beberapa konsep ilmu kimia yang tergolong rumit sehingga

membutuhkan perhatian yang lebih besar untuk dapat menguasainya. Tidak hanya

konsep, ilmu kimia juga berisi tentang hitungan matematika seperti logaritma,

integral, maupun diferensial (Sakti, dkk., 2020: 78).

Kimia adalah salah satu cabang dari bidang ilmu sains. Kimia mempunyai

karakteristik tertentu yang membedakan dengan kajian ilmu lain. Karakteristik

ilmu kimia antara lain yaitu, sebagian besar konsepnya bersifat abstrak, sederhana,
berjenjang, dan terstruktur. Kimia merupakan ilmu untuk memecahkan masalah

serta mendeskripsikan fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa. Kimia adalah ilmu

yang mempelajari mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari

skala atom (mikroskopik) hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta

interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari.

Pembelajaran kimia di sekolah bertujuan menguasai standar kompetensi yang

telah ditetapkan. Oleh karena itu, pembelajaran kimia harus dibuat lebih menarik

dan mudah dipahami karena kimia lebih membutuhkan pemahaman dari pada

penghafalan berbagai rumus yang begitu banyak (Wulandari, dkk., 2018: 166).

Ilmu Kimia adalah materi pelajaran yang terdiri dari konsep-konsep yang

sebagian besar bersifat abstrak. Dalam mempelajari konsep-konsep yang abstrak

tersebut, diperlukan kemampuan intelektual yaitu kemampuan berpikir formal

yang dimiliki oleh individu yang telah tinggi, mencapai tingkat operasi formal

berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget. Oleh karena itu dibutuhkan

kemampuan untuk berpikir formal dalam mempelajari kimia. Kemampuan

berpikir formal dalam memahami ilmu kimia ditunjukkan dengan adanya korelasi

yang kuat antara kemampuan berpikir formal dengan prestasi belajar kimia. Ilmu
kimia penting dan diperlukan di era modern seperti saat ini. Tak pernah lepas dari

kegiatan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia. (Erlina, 2019: 631).

B. Laju Reaksi

Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk dalam

suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya

konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk.

Konsentrasi yang biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fasa

gas, satuan tekanan atmosfer, milimeter merkuri, atau Pascal, dapat digunakan

sebagai ganti konsentrasi (Yuda, dkk., 2017: 23).


Laju reaksi adalah jumlah produk reaksi yang dihasilkan dalam suatu

reaksi persatu waktu, atau jumlah pereaksi yang dikonsumsi dalam suatu reaksi

persatu waktu. Jumlah zat yang berubah dinyatakan dalam satuan volume total

campuran. Oleh sebab itu, laju reaksi didefinisikan sebagai pertambahan suatu

konsentrasi molar produk reaksi persatuan waktu, atau pengurangan konsentrasi

molar pereaksi persatuan waktu. Sehingga laju reaksi biasanya dinyatakan dalam

satuan molar per detik atau mol.L-1 s-1(Yusuf, 2018: 86).


Δ [ A] Δ [B]
V = - Δt atau V = + Δ t …………………………………(II. 1)

Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses

berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu

satuan waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun.

Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring

dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit,

sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut

dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi. Perkaratan besi merupakan contoh

reaksi kimia yang berlangsung lambat, sedangkan peledakan mesiu atau kembang
api adalah contoh reaksi yang cepat (Roni dan Netty, 2020: 110-111).

Laju reaksi didefinisikan sebagai jumlah suatu perubahan tiap satuan

waktu. Misalkan seseorang lari dengan kecepatan 16 km/jam. Artinya orang

tersebut telah berpindah tempat sejauh 16 km dalam waktu satu jam. Reaksi kimia

adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau produk. Satuan konsentrasi yang

digunakan adalah molaritas (M) atau mol per liter (mol.L¹). Satuan waktu yang

digunakan biasanya detik (dt) Sehingga laju reaksi mempunyai satuan mol per

liter per detik (mol.L.dt¹ atau M dr¹). Dimensi (satuan) bagi laju reaksi adalah

konsentrasi/waktu, sehingga umumnya berlaku satuan laju reaksi mol/litter atau


satuan lain. Satuan konsentrasi akan lebih tepat bila menggunakan tekanan untuk

fase gasa (Haryono, 2019: 89-90).

C. Faktor-faktor yang Mempengauhi Laju Reaksi

Menurut (Roni dan Netty, 2020: 114-116) ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi yaitu;

1. Konsentrasi pereaksi

Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab

semakin besar konsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak,

sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin

kecil konsentrasi pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar

partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil.

2. Tekanan

Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi pada wujud gas. Kelajuan

berdasarkan pereaksi seperti itu pula ditentukan oleh tekanan. Penambahan

tekanan dengan cara memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan

demikian dapat memperbesar laju reaksi.

3. Luas permukaan sentuh


Luas permukaan sentuh mempunyai peranan yang sangat penting pada laju

reaksi, sebab semakin besar luas permukaan bidang sentuh antar partikel, maka

tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga mengakibatkan laju reaksi

semakin cepat. Begitu pula, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh,

maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga

mengakibatkan laju reaksi semakin kecil pula.

4. Sifat alami suatu reaksi

Beberapa reaksi memang secara alami lambat atau lebih cepat daripada yang

lain. Jumlah spesies yang bereaksi serta keadaan fisik reaktan, ataupun

kekompleksan jaringan (mekanisme reaksi) dan faktor-faktor lain sangat


menentukan kecepatan laju reaksi. Orde reaksi menentukan seberapa besar

konsentrasi reaktan yang mempengaruh kecepatan reaksi (laju reaksi).

5. Pelarut

Banyak reaksi yang terjadi pada larutan dan melibatkan pelarut. Sifat pelarut

yang baik terhadap reaktan, intermediat, dan produknya mempengaruhi laju

reaksi.

6. Pengadukan

Proses pengadukan mempengaruhi kecepatan reaksi yang melibatkan sistem

heterogen. Seperti reaksi yang melibatkan dua fase yaitu fase padatan dan fase

cair.

7. Katalis

Katalisator yang diberikan pada sistem reaksi pada jumlah tertentu, akan

memaksimalkan interaksi antara reaktan-sisi aktif katalisator, sehingga reaksi

akan berjalan lebih cepat serta hasil reaksi yang dihasilkan akan lebih maksimal.

Katalis merupakan suatu zat yang meningkatkan kecepatan laju reaksi dalam suhu

tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu

katalis berperan pada reaksi tetapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis
memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi dalam

suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi.

8. Suhu

Suhu reaksi akan mempengaruhi laju reaksi esterifikasi yang terjadi, jika

mengacu pada persamaan Arrhenius, besarnya peningkatan suatu laju reaksi

esterifikasi yang dihasilkan akan berbanding secara eksponesial satu per satuan

suhu reaksi sehingga tumbukan yang terjadi akan semakin sering, menyebabkan

laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, bila suhu diturunkan, maka partikel

semakin tidak aktif, sehingga akibatnya laju reaksi semakin kecil. Peningkatan
suhu reaksi akan berdampak pada peningkatan tumbukan pada molekul zat yang

bereaksi (Nuryoto, dkk., 2021:21).

9. Integrasi Ayat

Ayat yang berkaitan dengan percobaan ini terdapat dalam Q.S Al-Qamar/

54: 49 yang berbunyi:


ٍ ‫اِنَّا ُك َّل َش ْي ٍء َخلَ ْق ٰنهُ بِقَد‬
‫َر‬
Terjemahnya:
“Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”.

Menurut tafsir Al-Muyassa mengatakan bahwa, apa yang terjadi pada

semua makhluk sudah ditetapkan oleh Allah. Sungguh, Kami menciptakan segala

sesuatu menurut ukuran, yaitu suatu sistem dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan segala sesuatu

didunia ini dengan ukurannya masing-masing. Sama halnya dengan persamaan

Arrhenius yang digunakan untuk menentukan ukuran energi aktivasi dengan

proses laju reaksi. Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun

produk dalam suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju

berkurangnya kondentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi

suatu produk (Yusuf, 2018: 86).

BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Percobaan ini telah dilakukan pada hari Selasa, 1 November 2022 pukul

13.00 - 15.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Fisik Jurusan Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat-Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca analitik,

termometer 100°C, gelas kimia 500 mL dan 100 mL, labu ukur 50 mL, pipet skala

5 mL dan 2 mL, stopwatch, bulp, bunsen, kaki tiga, kawat kasa, botol semprot,

batang pengaduk, spatula, dan gegep .

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades (H2O), aluminium

foil, amilum (C6H10O5)n 3%, ammonium persulfat (NH4)S2082- 0,04M, es batu,

Iodida (I2) 0,04 M, dan tissue.

C. Prosedur Kerja
1. Sistem I

Tabung reaksi disiapkankan sebanyak 6 buah, tabung I diisi dengan larutan

ammonium persulfat (NH4)S2082- 0,04 M sebanyak 2,5 mL dan akuades (H2O)

sebanyak 2,5 mL. Tabung II diisi larutan ammonium persulfat (NH4)S2082- 0,04 M

sebanyak 0,5 mL larutan amilum 3% sebanyak 0,5 mL larutan iodida ( I 2) 0,04 M

sebanyak 5 mL. Selanjutnya tabung I dan tabung II dimasukkan ke dalam gelas

kimia yang berisi air es dan disamakan suhunya hingga 20°C. Setelah suhu

mencapai 20°C, larutan dari tabung I dituang ke tabung II dan dituang kembali ke

tabung I sambil dinyalakan stopwatch. Stopwatch ditentukan apabila terdapat


warna biru pada larutan dan diukur suhu akhirnya. Perlakuan yang sama untuk

suhu 30 °C dan 40 °C yang dipanaskan dalam penangas air.

2. Sistem II

Tabung reaksi disiapakan sebanyak 6 buah, tabung I diisi dengan larutan

ammonium persulfat (NH4)S2082- 0,04 M sebanyak 3,5 mL dan akuades (H2O)

sebanyak 1,5 mL. Tabung II diisi larutan ammonium persulfat (NH4)S2082- 0,04 M

sebanyak 0,5 mL, akuades (H2O) sebanyak 1 mL, larutan amilum 3% sebanyak

0,5 mL, larutan iodida (I2) 0,04 M sebanyak 4 mL. Selanjutnya tabung I dan

tabung II dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air es dan disamakan

suhunya hingga 20°C. Setelah suhu mencapai 20°C, larutan dari tabung I dituang

ke tabung II dan dituang kembali ke tabung I sambil dinyalakan stopwatch.

Stopwatch dihentikan apabila terdapat warna biru pada larutan dan diukur suhu

akhirnya. Perlakuan yang sama untuk suhu 30°C dan 40°C yang dipanaskan

dalam penangas air.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

Tabel IV.1 Hasil Pengamatan Suhu 20°C


Suhu °C
Suhu rata-rata
Sistem Waktu (s) T(°K)
(°C)
Awal Akhir

I 20 26 23 159 296

II 20 25 22,5 128 295,5

Tabel IV.2 Hasil Pengamatan Suhu 30°C


Suhu °C
Suhu rata-rata
Sistem Waktu (s) T(°K)
(°C)
Awal Akhir

I 30 32 31 135 304

II 30 25 27,5 128 300,5

Tabel IV.3 Hasil Pengamatan Suhu 40°C


Suhu °C
Suhu rata-rata
Sistem Waktu (s) T(°K)
(°C)
Awal Akhir

I 40 35 37,5 124 310,5

II 40 39 39,5 78 312,5

2. Reaksi

(NH4)2S2O8 + 4H2O → 2NH4HSO3 +¿ 3H2O

(NH4)2S2O8 +¿ 2KI → I2 +¿ (NH4)2S2O8 +¿ K2SO4

2 H2O2 +¿ 2I- → 2 H2O +¿ O2 +¿ I2 +¿ 2e-

I2 +¿ 2S2O32- → 2I- +¿ S4O62-


3. Grafik

a. Grafik Hubungan antara 1/T dan ln k pada sistem I

Grafik Hubungan 1/T dan ln k pada Sistem I


0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034
-2
-2.5
-3 ln k
-3.506 -3.506
f(x) = 12372.8070175438 x − 44.8842017543859 Linear (ln k)
-3.5
R² = 0.644736842105261 Linear (ln k)
ln k

-4 Linear (ln k)
-4.5 Linear (ln k)
-5
-5.521
-5.5
-6
1/T

Grafik IV. 1 Hubungan 1/T dan ln k pada Sistem I

b. Grafik Hubungan antara 1/T dan in k pada system II

Grafik Hubungan 1/T dan ln k pada Sistem II


0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034
-4.5
-4.6
-4.7 ln k
-4.82
-4.8 Linear (ln k)
Linear (ln k)
ln k

-4.9 f(x) = − 2845.23809523809 x + 4.25061904761904


-5 R² = 0.892857142857142 Linear (ln k)
-5.1 Linear (ln k)
-5.2 -5.298 -5.298
-5.3
-5.4
1/T

Grafik IV. 2 Hubungan 1/T dan ln k pada Sistem II

B. Pembahasan

Persamaan Arrhenius adalah ketergantungan laju reaksi terhadap suatu

suhu sedangkan energi aktivasi adalah energi minimum yang diperlukan agar

suatu reaksi dapat berjalan. Energi aktivasi ditentukan dengan memvariasikan

temperatur reaksi esterifikasi. Energi aktivasi ditentukan dengan menggunakan

persamaan bentuk dari persamaan Arrhenius (Putri, dkk., 2022: 54).


Percobaan persamaan Arrheinius dan energi aktivasi dilakukan pada

sistem I dan II hasil percobaan diperoleh waktu reaksi pada suhu 20°C = 159 s,

30°C = 135 s dan 40°C = 78 s. Diketahui dari data tersebut bahwa semakin naik

suhunya, maka waktu yang diperlukan untuk bereaksi adalah semakin sedikit.

Berlangsungnya reaksi dapat diamati dengan perubahan wana biru pada larutan

yang merupakan indikasi adanya senyawa iod dalam larutan, Warna biru timbul

dari reaksi antara iod dengan amilum yang merupakan indikator. Perubahan warna

yang teramati menunjukan semakin cepat perubahan warna yang terjadi seiring

dengan bertambahnya temperatur. Hal ini berkaitan dengan energi kinetik molekul

di dalam larutan, dimana energi kinetik akan semakin besar apabila temperatur

semakin meningkat sehingga tumbukan antar molekul akan lebih sering terjadi.

Temperatur membantu agar reaktan mencapai produk dengan cara memberikan

energi agar mencapai energi minimum yang diperolehkan untuk bereaksi

membentuk produk (energi aktivasi).

Hasil dari percobaan sistem I dan sistem II adalah Hubungan energi

aktivasi dengan laju reaksi adalah berbanding terbalik. Semakin besar energi

aktivasi maka laju reaksinya semakin lambat karena energi minimum untuk terjadi
reaksi semakin besar. Semakin kecil harga ln K maka harga 1/T rata-rata semakin

besar. Ini membuktikan bahwa semakin tinggi temperatur maka energi aktivasinya

akan semakin kecil dan semakin sedikit waktu yang diperlukan sehingga akan

memperbesar harga laju reaksi.

Teori ini sesuai dengan Roni dan Netty (2020: 110-111) laju menyatakan

seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga

menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satuan waktu. Satuan

waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun. Reaksi kimia adalah proses

perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu


reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin

banyak.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah:

1. Hubungan laju reaksi dengan temperatur bergantung pada kosntanta laju

reaksi, apabila konstanta laju naik maka laju reaksinya juga akan semakin

cepat berlangsung.

2. Energi aktivasi (Ea) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

Arrhenius. Adapun konsentrasi energi aktivasi (Ea) sistem I adalah

-9934,281 JK1mol-1 dan energi aktivasi (Ea) sistem II adalah 2688,42

JK1mol-1

B. Saran

Saran saya pada percobaan selanjutnya sebaiknya dilakukan percobaan

pada suhu 10oC dan 50oC untuk mengetahui perbedaan reaksi yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim
Erlina. "Deskripsi Kemampuan Berpikir Formal Mahasiswa Pendidikan Kimia
Universitas Tanjungpura" Ilmu Pendidikan 2, no.1 (2019): h. 631-640.
Haryono. Kimia Dasar. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019.
Murtinigrum, dkk. "Pembelajaran Kimia Dengan Problem Solving Menggunakan
Media E-learning dan Komik Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Abstrak
dan Kreativitas Siswa". INKUIRI 2, no.3 (2013): h. 288-301.
Naryoto, dkk. “Pengaruh Suhu Reaksi dan Konsentrasi Katalisator Zeolit Alam
Bayah Termodifikasi pada Reaksi Esterifikasi". Integrasi Proses 10, no.1
(2021): h. 21-26.
Putri, dkk. "Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Android untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik". Pendidikan dan Ilmu
Kimia 5, no.2 (2021): h. 168-174.
Redhana dan Merta. "Metode Praktikum Kimia Hijau untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Topik Laju Reaksi". Cakrawala Pendidikan 36, no.3
(2017): h 382-403.
Roni, Netty Herawati. Kimia Dasar I. Palembang: CV Amanah, 2020.
Sakti, dkk. "Analisis Materi Ajar Konsep Laju Reaksi pada Buku Teks Kimia
SMA/MA". Ilmiah Kanderang Tingang 11, no.1 (2020): h. 78-91.
Wulandari, dkk. "Estimasi Validitas dan Respon Siswa Terhadap Bahan Ajar
Multi Representasi: Definitif, Makroskopis, Mikroskopis, Simbolik pada
Materi Asam Basa". Phenomenon 8, no.2 (2018): h. 165-174.
Yuda, dkk. "Studi Kinetika Pengaruh Suhu Terhadap Ekstraksi Minyak Atsiri dari
Kulit Jeruk Nipis dengan Pelarut Etanol". Chemurgy 1, no.1 (2017):
h. 22-26.
Yusuf. Kimia Dasar. Jakarta Timur: EduCenter Indonesia, 2018.
LAMPIRAN II
SKEMA KERJA

A. Sistem I

(NH4)2S2O8 + H2O

dan

(NH4)2S2O8+ (C6H10O5)n + I2
— Dipipet 2,5 mL amonium persulfat ((NH4)2S2O8) dan 2,5 mL

akuades (H2O) ke dalam tabung 1.

— Dipipet 0,5 mL larutan amonium persulfat ((NH4)2S2O8) +

0,5 mL amilum 3% + 5 mL iod (I2) ke dalam tabung 2.

— Dihomogenkan campuran pada tabung 1 dan 2.

— Dimasukkan tabung 1 dan 2 ke dalam gelas kimia yang berisi air

es dan diukur suhu hingga 20˚C.

— Dituangkan larutan dari tabung 1 ke tabung 2 secara bolak balik

dengan cepat sambil dinyalakan stopwatch.

— Dihentikan stopwatch apabila terdapat warna biru dan dihitung


suhu akhir.

Diulangi percobaan pada sistem II

Hasil
B. Sistem II

(NH4)2S2O8 + H2O

dan

(NH4)2S2O8+ H2O + (C6H10O5)n + I2


— Dipipet 3,5 mL amonium persulfat ((NH4)2S2O8) + 2,5 mL

akuades (H2O) ke dalam tabung 1.

— Dipipet 0,5 mL larutan amonium persulfat ((NH 4)2S2O8) + 1 mL

akuades (H2O) + 0,5 mL amilum 3% + 4 mL iod (I 2) ke dalam

tabung 2.

— Dihomogenkan campuran pada tabung 1 dan 2.

— Dimasukkan tabung 1 dan 2 ke dalam gelas kimia yang berisi air

es dengan suhu hingga 20˚C.

— Dituangkan larutan dari tabung 1 ke tabung 2 secara bolak balik

dengan cepat sambil dinyalakan stopwatch.

— Diulangi percobaan dengan perlakuan yang sama pada suhu

30˚C dan 40˚C.

— Diamati perubahan yang terjadi.

Hasil
LAMPIRAN III

GAMBAR

1. Sistem I

Dipipet H2O sebanyak 2, Dipipet S2O82- pada Dipipet Iod sebanyak 5


5 mL pada tabung 1 tabung 1 sebanyak 2, 5 mL pada tabung 2
mL

Dipipet S2O82- pada Dipipet amilum pada Diukur samakan


tabung 2 sebanyak 0, 5 tabung 2 sebanyak 0, 5 suhunya kemudian
mL mL dicampur dengan variasi
suhu 20, 30, 40 oC
2. Sistem II

Dipipet H2O sebanyak 3, Dipipet S2O82- pada Dipipet Iod sebanyak 4


5 mL pada tabung 1 tabung 1 sebanyak 1, 5 mL pada tabung 2
mL

Dipipet S2O82- pada Dipipet amilum pada Diukur samakan


tabung 2 sebanyak 0, 5 tabung 2 sebanyak 0, 5 suhunya kemudian
mL mL dicampur dengan variasi
suhu 20, 30, 40 oC
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai