Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRATIKUM KIMIA DASAR LANJUT

LAJU REAKSI

Oleh :

Nama : Alfina Widi Lestari


NIM : 1830208027
Kelompok : 2 (Dua)

Dosen Pembimbing
Etrie Jayanti, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN FATAH PALEMBANG
2019
LAPORAN PRATIKUM
KIMIA DASAR LANJUT

I. Judul Pratikum
Laju Reaksi

II. Tanggal Pratikum


Pratikum ini dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2019 di ruang
Laboratorium Kimia Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

III. Tujuan Pratikum


Mengetahui faktor – faktor laju reaksi

IV. Landasan Teori


Menurut Susila (2003), Kinetika kimia mempelajari laju
berlangsungnya reaksi kimia dan energi yang berhubungan dengan proses
tersebut serta mekanisme berlangsungnya reaksi. Mekanisme reaksi adalah
serangkaian reaksi tahap demi tahap yang terjadi berturut-turut selama
proses perubahan reaktan menjadi produk, atau urutan langkah-langkah
reaksi menuju tersusunnya reaksi total. Laju reaksi merupakan laju
pengurangan reaktan tiap satuan waktu, atau laju pembentukan produk tiap
satuan waktu.
Secara umum, bila A B, maka laju reaksi (V) dapat dinyatakan
−𝑑 [ 𝐴 ] +𝑑 [ 𝐵 ]
dengan rumus : V = atau V =
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Menurut Chang (2004), ada beberapa macam energi yaitu energi


kinetik adalah yang dihasilkan oleh benda bergerak merupakan energi
yang menarik perhatian khusus dari para kimiawan. Energi radiasi atau
energi matahari berasal dari matahari dan merupakan sumber energi utama
dari bumi. Energi termal adalah energi yang berkaitan dengan gerak acak
atom-atom dan molekul. Energi kimia tersimpan dalam satuan struktur zat
kimia, besarnya ditentukan oleh atom-atom penyusunnya. Energi potensial
adalah energi yang tersedia akibat posisi benda.
Menurut Susila (2003), kecepatan reaksi dari suatu reaksi tergantung
pada jumlah tabrakan antara molekul-molekul pereaksi yang terjadi tiap
satuan waktu. Makin besar jumlah tabrakan ini, maka semakin besar pula.
Ungkapan matematik yang memberikan hubungan antara kecepatan reaksi
dan konsentrasi pada temperatur tetap di sebut hukum kecepatan reaksi.
Menurut Nuryadi,(2009), dalam suatu kimia terjadi perubahan pereaksi
(reaktan) menjadi hasil reaksi (produk). Perubahan itu meliputi perubahan
sifat dan perubahan jumlah. Perubahan sifat menyatakan berubahnya
pereaksi menjadi hasil reaksi, sedangkan perubahan jumlah menyatakan
banyaknya pereaksi yang berubah menjadi hasil reaksi atau banyaknya
hasil reaksi yang terbentuk selama reaksi berlangsung. Jumlah pereaksi
yang berubah atau jumlah hasil reaksi yang terbentuk dalam satuan waktu
disebut laju reaksi. Laju reaksi dapat pula dinyatakan sebagi laju
berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya
konsentrasi suatu produk. Konsentrasi merupakan hubungan kuantitatif
antara zat telarut dengan pelarut atau hubungan antara zat teralut dengan
larutan. Salah satu contoh satuan konsentrasi misalnya kemolaran.
Kemolaran menyatakan hubungan kuantitatif antara jumlah mol zat telarut
dengan volume dalam liter larutan yang secara matematik dapat ditulikan
sebagai berikut .

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑛


Kemolaran (M) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑣

Menurut Widya (2007), Laju reaksi dapat dihitung dengan mengukur


jumlah magnesium atau asam klorida yang digunakan dalam waktu
tertentu atau jumlah magnesium klorida atau gas hidrogen yang terbentuk
dalam waktu tertentu. Dalam beberapa reaksi, pereaksi dan hasil reaksi
dalam keadaan bercampur dan dalam wujud yang sama. Untuk
memisahkannya cukup sulit. oleh karena itu, pengukuran laju reaksi akan
lebih mudah pada reaksi yang wujud hasil reaksinya berbeda dengan
pereaksi. Pengukuran laju reaksi yang menghasilkan gas dapat dilakukan
dengan mengukur volume gas yang terjadi dalam waktu yang ditentukan
atau mengukur massa setelah beberapa waktu yang ditentukan seperti
menghitung laju reaksi dengan mengukur perubahan volum, dan
menghitung laju reaksi melalui perubahan massa.
Menurut Susila (2003), Penentuan konstanta laju reaksi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu : 1) Dari persamaan hukum laju ialah
persamaan hukum laju dapat digunakan untuk menentukan harga k dengan
menggambar grafik [A] versus t, sehingga akan di peroleh gradian atau (tg
𝛼), yaitu k dengan intersep in A. 2) Dari persamaan Arrhenius yaitu
hubungan antara laju reaksi dengan temperatur dinyatakan dalam
𝐸𝑎
persamaan arrhenius : In k = In A - 𝑅𝑇 .

Persamaan laju reaksi ialah hubungan antara laju reaksi dengan


konsentrasi zat-zat pereaksi hanya diturunkan dari data eksperimen.
Bilangan pangkat yang menyatakan hubungan konsentrasi zat pereaksi
dengan laju reaksi disebut orde reaksi. Order reaksi dapat juga ditentukan
melalui kecenderungan dari data suatu percobaan yang digambarkan
dengan grafik. Penentuan orde grafik melalui grafik : 1) Grafik Orde Nol
adalah laju reaksi tidak dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi pereaksi,
persamaan laju reaksinya ditulis r = k.[A]0. 2) Grafik Orde Satu merupakan
persamaan linier berarti laju reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasi
pereaksinya, persamaan laju reaksinya ditulis r = k.[A]1. 3) Grafik Order
Dua ialah suatu reaksi berorder dua terhadap suatu pereaksi bearti laju
reaksi itu berubah secara kuadrat terhadap perubahan konsentrasinya,
persamaan laju reaksinya ditulis r = k.[A]2. (Widya, 2007)
Menurut Susila (2003), Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi diantaranya 1) Sifat dan keadaan Zat, dalam reaksi kimia terjadi
pemutusan dan pembentukan ikatan, dimana jenis ikatan yang dimiliki
oleh reaktan dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain itu, luas permukaan
zat-zat yang bereaksi sangat berpengaruh terhadap laju reaksi, sehingga
suatu zat dalam bentuk serbuk dan bongkahan atau kepingan akan
memiliki laju reaksi yang berbeda. 2) Konsentrasi, makin besar
konsentrasi zat reaktan bearti besar kemungkinan terjadinya tumbukan
yang efektif, sehingga laju reaksinya akan semakin cepat. Tumbukan yang
efektif adalah tumbukan antara molekul yang menghasilkan reaksi, dan
hanya dapat terjadi bila molekul yang bertumbukan tersebut memiliki
energi aktivasi. Energi aktivasi adalah energi minimum yang harus dimilki
molekul agar tumbukannya menghasilkan reaksi. 3) Temperatur, kenaikan
suhu bearti menambahkan energi, sehingga energi kinetik molekul-
molekul akan meningkat. Akibatnya molekul-molekul yang bereaksi
lmenjadi lebih aktif mengadakan tumbukan. Dengan kata lain, kenaikan
suhu menyebabkan gerakan molekul makin cepat sehingga kemingkinan
tumbukan yang efektif makin banyak terjadi. 4) Katalisator, Zat yang
mempercepat reaksi, tetapi tidak ikut bereaksi. Adanya katalis akan
menurunkan energi aktivasi (Ea) dari suatu reaksi, sehingga lebih mudah
dilampaui oleh molekul-molekul reaktan akibatnya reaksi menjadi lebih
cepat.
V. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan, yaitu :
a. Balon 3 buah
b. Tabung Reaksi 3 buah
c. Gelas ukur 1 buah
d. Pipet Tetes 1 buah
e. Rak tabung reaksi 1 buah
f. Stopwatch 1 buah
g. Mortal dan alu 1 buah
h. Neraca analitik 1 buah

2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan, yaitu :
a. Air Mineral 4 gelas
b. Larutan Asam Klorida (HCl) 1M, 2M, 3M
c. Soda Kue ( NaHCO2) 3 gram
d. Redoxon atau CDR 2 buah
VI. Prosedur Percobaan
1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
a. Siapkan 3 buah tabung reaksi. Beri nomor 1, 2 dan 3
b. Isilah tabungan reaksi dengan larutan HCl 1M, 2M, dan 3M
c. Kemudian masukkan di tempat yang telah disediakan
d. 3 balon yang telah disediakan diisi dengan soda kue (NaHCO2)
secukupnya dengan hasil yang sama dalam masing-masing balon
tersebut (massa soda kuenya sama) (3 gram)
e. Setelah itu, balon ditempatkan diujung lubang pada gelas kimia
yang telah disediakan dan dalam keadaan soda kue tadi
ditumpahkan pada gelas kimia dengan waktu yang bersamaan dan
melihat apa yang terjadi pada ketiga balon tersebut.
f. Kemudian disamping menuggu balon yang mengembang, hitunglah
lamanya balon tersebut hingga menjadi besar.

2. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi


a. siapkan 2 buah gelas.
b. Istilah 2 buah gelas tersebut dengan air dan samkan volumenya.
c. Geruslah CDR atau Redoxon 1 buah, dan 1 buah lainnya di biarkan
utuh
d. Masukanlah potongan CDR atau Redoxon yang sudah digerus dan
yang masih utuh ke dalam air dalam waktu yang bersamaan.
e. Hitunglah waktu pelarut air dengan CDR atau Redoxon yang sudah
digerus dan yang masih utuh sampai larut sempurna menggunakan
stopwatch.
VII. Hasil Pengamatan
1. Hasil
a. Pengaruh konsentrasi pada laju reaksi
Konsentrasi HCl
No. Waktu Keterangan Foto
(Asam Klorida)
sedikit
mengembang
1. 1M 8s
dan laju
reaksi lambat
mengembang
dan laju
2. 2M 4s
reaksi sedikit
cepat

mengembang
3. 3M 2s dan laju
reaksi cepat

b. Pengaruh luas permukaan

No. Luas Volume Waktu Foto


Keterangan
air
Banyak
gelembung,
1. Bubuk 50 ml 40 s cepat telarut,
dan laju
reaksi cepat
Sedikit
gelembung,
2. Tablet lambat
50 ml 01.37
telarut, dan
laju reaksi
lambat
2. Reaksi
a. Pengaruh Konsenstrasi terhadap laju reaksi
HCl(aq) + NaHCO2(s) NaCl(aq) + CO2(g)
b. Pengaruh luas permukaan terhadap laju raksi
CaCO3(s) + H2O(aq) CaCO3(aq) + H2O(aq)
VIII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, praktikan melakukan dua percobaan tentang
laju reaksi. Dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor laju reaksi.
Adapun alat yang digunakan saat melakukan percobaan ini sebagai
berikut balon sebanyak tiga buah, tabung reaksi tiga buah, gelas ukur
satu buah, rak tabung reaksi 1 buah, pipet tetes satu buah, stopwatch satu
buah, mortal dan alu, dan neraca analitik. Selain alat percobaan kali ini
juga menggunakan bahan sebagai berikut air mineral sebanyak empat
gelas, larutan asam klorida (HCl) sebanyak satu molaritas dua molaritas
dan tiga molaritas, Soda Kue (NaHCO2) masing-masing sebanyak tiga
gram , Redoxon atau CDR sebanyak dua buah.
Percobaan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada.
Percobaan yang pertama mengenai pengaruh konsentrasi pada laju
reaksi dengan reaksi sebagai berikut asam klorida (HCl) dalam wujud
aquous atau mudah larut dalam air ditambahkan karbon dioksida (NaCl)
dalam wujud aquous ditambahkan air dan ditambahkan karbon dioksida.
Dalam percobaan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi dimulai
dengan menimbang soda kue (NaHCO2) sebanyak tiga gram
menggunakan neraca analitik, kemudian soda kue (NaHCO2) yang telah
ditimbang dimasukkan kedalam tiga balon dengan masing-masing balon
memiliki banyak yang sama yaitu tiga gram. Setelah selesai
memasukkan soda kue (NaHCO2) kedalam masing-masing balon,
selanjutnya praktikan menyiapkan tabung reaksi sebanyak tiga buah
dengan rak tabung reaksinya juga. Lalu masukkan asam klorida (HCl)
sebanyak satu molaritas, dua molaritas, dan tiga molaritas ke dalam
masing-masing tabung reaksi yang diletakkan di dalam rak tabung
reaksi. Kemudian pasang balon yang sudah terisi soda kue (NaHCO2)
pada bagian ujung lubang tabung reaksi di sarankan memasangnya lebih
kencang dan lebih masuk agar saat dilakukan percobaan balon tidak
lepas dari tabung reaksi, lalu dengan waktu yang bersamaan tegakkan
balon keatas agar soda kue (NaHCO2) tumpah ke dalam tabung reaksi
yang sudah terisi larutan asam klorida (HCl), selanjutnya Amatilah
waktu dengan stopwatch dan perhatikan perubahan balon yang
berkembang pertama kali.
Setelah diamati maka terlihat hasilnya balon yang pertama memiliki
konsentrasi asam klorida (HCl) sebesar satu molaritas menghasilkan
waktu sekitar delapan detik untuk membuat balon mengembang. Pada
balon kedua memiliki konsentrasi asam klorida (HCl) sebesar dua
molaritas menghasilkan waktu sekitar empat detik unruk membuat balon
mengembang. Sedangkan pada balon ketiga memiliki konsentrasi asam
klorida (HCl) sebesar tiga molaritas menghasilkan waktu sekitar dua
detik untuk membuat balon tersebut mengembang.
Pada percobaan ini praktikan menyimpulkan bahwa balon yang bisa
mengembang dikarenakan soda kue yang memiliki senyawa NaHCO2
(Natrium karbonat) yang bereaksi dengan asam klorida (HCl)
menghasilkan senyawa gas CO2 (Karbon dioksida). Jumlah konsentrasi
asam klorida (HCl) sangat berpengaruh pada proses cepat lambatnya
balon mengembang. Semakin besar konsentrasi yang digunakan maka
akan semakin cepat pula reaksinya, karena zat yang konsentrasinya
besar mengandung jumlah partikel yang lebih banyak, sehingga partikel-
partikelnya tersusun lebih rapat dibanding zat konsentrasinya rendah.
Partikel yang tersusunnya renggang, sehingga kemungkinan terjadi
reaksi semakin besar. Tidak hanya asam klorida (HCl), jumlah soda kue
(NaHCO2) yang digunakan tidak sesuai prosedur percobaan akan dapat
menjadi kesalahan yang besar pada percobaan pertama ini.
Percobaan kedua mengenai pengaruh luas permukaan terhadap laju
reaksi, adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini seperti dua
gelas kimia, dan mortal serta alunya, sedangkan bahan yang digunakan
percobaan ini ialah dua buah Redoxon atau CDR. Langkah – langkah
yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur yang ada, langkah pertama
praktikan harus memasukkan aquades atau air mineral ke dalam dua
gelas kimia dengan volume yang sama. Kemudian praktikan mengambil
satu Redoxon atau CDR untuk digerus menggunakan mortal serta alu.
Jika sudah redoxon atau CDR yang digerus akan menjadi bubuk, setelah
itu praktikan menyiapkan dua gelas kimia yang tadi sudah terisi aquades
atau air mineral dengan volume yang sama, lalu praktikkan
memasukkan satu Redoxon atau CDR yang telah digerus dan satunya
lagi masih berbentuk utuh dengan waktu yang bersamaan, kemudian
praktikan melakukan pengamatan pada kedua gelas kimia yg telah
dimasukkan Redoxon atau CDR tadi, dan melihat mana yang dahulu
cepat habis serta berapa lama waktunya. Pada akhir pengamatan
praktikan menyimpulkan pada percobaan kali ini ternyata Redoxon atau
CDR yang lebih cepat habis dan bereaksi dengan air ialah Redoxon atau
CDR yang telah digerus menjadi bubuk dengan waktu yang di perlukan
empat puluh detik, sedangkan Redoxon atau CDR yang masih utuh perlu
waktu satu menit tiga puluh detik untuk habis bereaksi dengan air.
Redoxon atau CDR yang digerus dan menjadi bubuk lebih cepat
habis bereaksi karena luas permukaannya yang besar. Salah satu syarat
agar terjadinya suatu reaksi ialah zat pereaksi harus bersentuhan atau
bercampur. Semakin banyak zat yang bersentuhan maka semakin sering
zat bersentuhan maka semakin besar tumbukan yang terjadi, semakin
besar luas bidang sentuhnya maka semakin besar zat tersebut
bersentuhan dan bertumbukan. Jadi semakin luas permukaan suatu zat
padat (ukurannya semakin kecil) maka laju reaksinya semakin besar dan
berlaku sebaliknya. Konsep yang harus dipahami luas permukaan zat
pada berbeda dengan ukuran zat padat. Hal ini yang menyebabkan
redoxon atau CDR yang digerus menjadi bubuk lebih cepat larut
(bereaksi) dalam air.
IX. Kesimpulan
1. Mekanisme reaksi adalah serangkaian reaksi tahap demi tahap yang
terjadi berturut-turut selama proses perubahan reaktan menjadi
produk, atau urutan langkah-langkah reaksi menuju tersusunnya
reaksi total.
2. Laju reaksi, yaitu perubahan konsentrasi raktan atau produk terhadap
waktu (M/s).
3. Laju reaksi dapat pula dinyatakan sebagi laju berkurangnya
konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu
produk.
4. Penentuan konstanta laju reaksi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu : 1) Dari persamaan hukum laju, dan 2) Dari persamaan
Arrhenius
5. Konsentrasi merupakan hubungan kuantitatif antara zat telarut
dengan pelarut atau hubungan antara zat teralut dengan larutan.
6. kecepatan reaksi dari suatu reaksi tergantung pada jumlah tabrakan
antara molekul-molekul pereaksi yang terjadi tiap satuan waktu.
7. Perubahan sifat menyatakan berubahnya pereaksi menjadi hasil
reaksi, sedangkan perubahan jumlah menyatakan banyaknya
pereaksi yang berubah menjadi hasil reaksi atau banyaknya hasil
reaksi yang terbentuk selama reaksi berlangsung.
8. Persamaan laju reaksi ialah hubungan antara laju reaksi dengan
konsentrasi zat-zat pereaksi hanya diturunkan dari data eksperimen.
Bilangan pangkat yang menyatakan hubungan konsentrasi zat
pereaksi dengan laju reaksi disebut orde reaksi.
9. faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi diantaranya 1) Sifat
dan keadaan Zat, 2) Konsentrasi, 3) Temperatur, 4) Katalisator.
X. Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 2004. KIMIA DASAR Jilid 1 edisi 3.
Kristianingrum, Susila. 2003. Kinetika Kimia. Sidoardjo: Worshop Guru
Bidang Studi Kimia.
Nuryadi, Sutiman, dkk. 2009. Aktif Belajar Kimia Untuk SMA & MA.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Widiya, Haryono, dkk. 2007. Kimia Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai