Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH FARMASI FISIKA

KINETIKA DAN ORDE REAKSI

Disusun Oleh :

1. Andre Ardinur (21110036)


2. Linda Permata Sari (2110038)
3. Wahdini (21110004)

Dosen Pengampu :
Aldino Desra, M.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA
BARAT
2022
A. Kinetika dan Orde Reaksi
Kinetika reaksi mempelajari laju reaksi kimia secara kuantitatif dan mempelajari
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi tersebut. Laju reaksi kimia adalah
jumlah mol reaktan per satuan volume yang bereaksi dalam satuan waktu tertentu.
Bila dibuat sebuah kurva penurunan konsentrasi reaktan sebagai fungsi waktu, maka
akan diperoleh kurva bahwa slope kurvanya pada setiap titik selalu negatif, karena
konsentrasi reaktan selalu menurun. Jadi laju reaksi pada setiap titik sepanjang kurva
= - dC/dt. Tetapi apabila laju reaksi dituliskan sebagai laju pembentukan produk,
maka laju reaksi akan bernilai positif. Jika konsentrasi produk setelah reaksi
berlangsung t detik adalah x mol dm-3, maka laju reaksinya + dx/dt. Pengukuran
kinetika reaksi pertama kali dilakukan oleh Wichelny menyimpulkan bahwa laju
reaksi pada setiap waktu sebanding dengan konsentrasi (C) yang tersisa pada setiap
waktu, secara matematik dapat dituliskan – dC/dt = k.C, dan dC/dt = sering kali
disebut sebagai differential rate expression dan k = konstante laju reaksi

Orde dan molekularitas merupakan dua pengertian yang berbeda. Bentuk persamaan
laju reaksi yang lebih umum adalah : Laju = k[A]x[B]y[C]z... dan seterusnya dan orde
reaksi keseluruhan merupakan jumlah semua pangkat yang terdapat dalam persamaan
laju reaksi, orde reaksi total : x + y + z + .... dan seterusnya.

Hukum laju reaksi : laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi zat pereaksi
atau produk reaksi setiap satuan waktu (2,3,5,6,7).

Laju reaksi=

Tanda negatif digunakan jika X adalah pereaksi dan tanda positif digunakan jika X
adalah produk reaksi. Laju keseluruhan dari suatu reaksi kimia pada umumnya
bertambah jika konsentrasi salah satu pereaksi dinaikkan. Hubungan laju reaksi dan
konsentrasi dapat diperoleh dari data eksperimen. Untuk reaksi, A + B → produk
dapat diperoleh bahwa laju reaksi dapat berbanding lurus dengan [A]x dan [B]y

Atau ditulis dengan : Laju = k [A]x [B]y

disebut hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi, dengan k adalah tetapan laju
reaksi, x dan y merupakan bilangan bulat yang menyatakan orde ke x terhadap A dan
orde ke y terhadap B, sedangkan (x + y) adalah orde reaksi keseluruhan.

Hukum laju diperoleh secara eksperimen dan tidak bergantung pada persamaan
stoikiometri. Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam bentuk diferensial.
Secara teoritis orde reaksi merupakan bilangan bulat kecil, namun dalam beberapa hal
pecahan atau nol. Pada umumnya orde reaksi terhadap suatu zat tertentu tidak sama
dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri reaksi.

Reaksi orde nol


Suatu reaksi disebut orde ke nol terhadap suatu pereaksi jika laju reaksi tidak
dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi tersebut. Jika [A] adalah konsentrasi dan [A]0
adalah konsentrasi pada t = 0, maka

Reaksi orde satu


Suatu reaski orde satu dapat dinyatakan dengan,

Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi pereaksi terhadap


waktu :

Reaksi orde dua


Suatu reaski orde dua dapat dinyatakan dengan,

Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi pereaksi terhadap


waktu :

Reaksi orde tiga


Suatu reaski orde dua dapat dinyatakan dengan,

Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi pereaksi terhadap


waktu :

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


a. Sifat dan Keadaan Zat
Pada reaksi kimia terjadi pemutusan dan pembentukan ikatan, jenis
ikatan yang dimiliki olieh reaktan dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain itu,
luas permukaan zat-zat yang bereaksi sangat berpengaruh terhadap
laju reaksi, sehingga suatu zat dalam bentuk serbuk dan
bongkahan/kepingan akan memiliki laju reaksi yang berbeda.

b. Konsentrasi
Makin besar konsentrasi zat reaktan berarti besar kemungkinan terjadinya
tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksinya akan semakin cepat.
Tumbukan yang efektif adalah tumbukan antar molekul yang
menghasilkan reaksi, dan hanya dapat terjadi bila molekul yang
bertumbukan tersebut memiliki energi aktivasi yang cukup. Energi
aktivasi adalah energi minimum yang harus dimiliki molekul agar
tumbukannya menghasilkan reaksi.

c. Temperatur
Menaikkan suhu berarti menambahkan energi, sehingga energi kinetik
molekul-molekul akan meningkat. Akibatnya molekul-molekul yang
bereaksi menjadi lebih aktif mengadakan turnbukan. Kenaikan suhu
menyebabkan gerakan molekul makin cepat sehingga kemungkinan
tumbukan yang efektif makin banyak terjadi. (Kristianingrum, 2013).
d. Waktu Reaksi
Terlihat bahwa semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak jumlah
Mg(OH)2hasil yang didapat, sehingga semakin lama waktu reaksi maka
konversi yang dihasilkan semakin besar. Hal ini disebabkan karena
waktu kontak antara ion-ion yang bereaksi di dalam reaktan juga
semakin lama sehingga semakin banyak terjadi tumbukan antara ion-ion
yang dikehendaki bersenyawa. (Suprihatin, 2010).

C. Proses Penguraian Zat


Destruksi merupakan suatu perlakuan pemecahan senyawa menjadi unsur-unsurnya
sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ini disebut juga perombakan, yaitu dari
bentuk organik logam menjadi bentuk logam-logam anorganik. Pada dasarnya ada
dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia yaitu destruksi basah (oksida
basah) dan destruksi kering (oksida kering). Kedua destruksi ini memiliki teknik
pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang berbeda.

a. Metode Destruksi Basah


Destruksi basah adalah perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik tunggal
maupun campuran, kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat oksidator. Pelarut-
pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah antara lain asam nitrat, asam
sulfat, asam perklorat, dan asam klorida. Kesemua pelarut tersebut dapat digunakan
baik tunggal maupun campuran. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan
diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi, yang menunjukkan bahwa semua
konstituen yang ada telah larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik
telah berjalan dengan baik. Senyawa-senyawa garam yang terbentuk setelah destruksi
merupakan senyawa garam yang stabil dan disimpan selama beberapa hari. Pada
umumnya pelaksanaan kerja destruksi basah dilakukan secara metode Kjeldhal.
Dalam usaha pengembangan metode telah dilakukan modifikasi dari peralatan yang
digunakan (Raimon, 1993).

b. Metode Destruksi Kering


Destruksi kering merupakan perombakan organic logam di dalam sampel menjadi
logamlogam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle furnace dan
memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam destruksi kering ini
dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800oC, tetapi suhu ini sangat tergantung pada
jenis sampel yang akan dianalisis. Untuk menentukan suhu pengabuan dengan system
ini terlebih dahulu ditinjau jenis logam yang akan dianalisis. Bila oksida-oksida
logam yang terbentuk bersifat kurang stabil, maka perlakuan ini tidak memberikan
hasil yang baik. Untuk logam Fe, Cu, dan Zn oksidanya yang terbentuk adalah Fe2O3,
FeO, CuO, dan ZnO. Semua oksida logam ini cukup stabil pada suhu pengabuan
yang digunakan. Oksida-oksida ini kemudian dilarutkan ke dalam pelarut asam encer
baik tunggal maupun campuran, setelah itu dianalisis menurut metode yang
digunakan. Contoh yang telah didestruksi, baik destruksi basah maupun kering
dianalisis kandungan logamnya. Metode yang digunakaan untuk penentuan logam-
logam tersebut yaitu metode Spektrofotometer Serapan Atom (Raimon, 1993).
Metode ini digunakan secara luas untuk penentuan kadar unsur logam dalam jumlah
kecil atau trace level ( Kealey, D. dan Haines, P.J. 2002).
D. Kinetika Penguraian dan Laju Reaksi
 Kinetika penguraian
Reaksi penguraian terkatalisis hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen, pertama
kali dipelajari oleh Thenard pada tahun 1989. Reaksi penguraian hidrogen peroksida
dapat ditulis dalam bentuk persamaan reaksi seperti berikut ini :

2H2O2 → 2H2O + O2

Tanpa adanya katalis, reaksi tersebut berlangsung sangat lambat. Tetapi penambahan
sedikit garam-garam

Klorida, sulfat, atau nitrat dari unsurunsur transisi dapat mempercepat reaksi
penguraian tersebut. Sejak itu banyak ahli kimia yang tertarik menelitinya secara
seksama. Di antaranya, Bredig telah mengamati reaksi tersebut dengan menggunakan
katalis ion titan (III). Dia menemukan bahwa reaksi penguraian hidrogen peroksida
yang dikatalisis oleh ion logam tersebut melibatkan radikal bebas HO2 (Cotton dan
Wilkinson, 1976).

Haber dan Weiss dalam Laidler (1978) telah mempelajari kinetika reaksi penguraian
hidrogen peroksida menggunakan ion besi (II) sebagai katalis. Dikemukakan bahwa
reaksi penguraian tersebut berlangsung menurut suatu reaksi rantai dengan
pembentukan radikal-radikal OH dan HO2, diserta oleh oksidasi ion besi (II) menjadi
ion besi (III). Mereka menemukan bahwa laju perubahan konsentrasi hidrogen
peroksida tidak dapat dinyatakan oleh suatu persamaan orde kesatu yang sederhana.

 Laju reaksi
Suatu persamaan yang memerikan hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi
pereaksidisebut persaman laju atau hukum laju. Tetapan kesebandingan k dirujuk
sebagai tetapan lajuuntuk suatu reaksi tertentu. Karena konsentrasi pereaksi berkurang
dengan berlangsungnyareaksi. Tetapi tetapan laju k tetap tak berubah sepanjang
perjalanan reaksi. Jadi laju reaksiimemberikan suatu ukuran yang memudahkan bagi
kecepatan reaksi. Makin cepat reaksimakin besar harga k, makin lambat reaksi, makin
kecil harga k itu.Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi
atupun produk dalamsatuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi suatu

E. Reaksi Kompleks
Reaksi kompleks pada umunya berjalan melalui berbagai tahapan reaksi sederhana.
Setiap satu reaksi kompleks pasti memiliki lebih dari satu reaksi sederhana dan pada
reaksi kompleks ini lajunya akan dipengaruhi oleh reaksi sederhana yang memiliki
laju paling lambat. Hal ini terjadi karena reaksi-reaksi sederhana lainnya yang
memiliki laju lebih cepat dianggap tidak begitu memengaruhi laju reaksi sederhana
yang lambat, sehingga waktu keseluruhan untuk bereaksi didapat dari waktu untuk
laju reaksi sederhana terlama.
F. Waktu Paruh
Daftar Pustaka
Ganendra, Prayitno. 2007. KAJIAN KINETIKA KIMIA MODEL MATEMATIK REDUKSI
KADMIUM MELALUI LAJU REAKSI, KONSTANTE DAN ORDE REAKSI. Jurnal
Batan,X(1), 27-34
Radja, B., Firdani, A., & Billah, M. (2021). Kinetika Reaksi Pembuatan Magnesium
Hidroksid dari Bittern. ChemPro, 2(01), 23-28. https://doi.org/10.33005/chempro.v2i01.73
Syidin, Aro. Makalah Kinetika Kimia.
https://www.academia.edu/8856047/Makalah_Kinetika_Kimia. diakses pada 21 Juni 2022,
pukul 22.10
Ekawati,Ratna Puji. (2005) STUDI PERBANDINGAN KINETIKA PERURAIAN N-(3,4-
DIKLOROBENZOIL) SEFRADIN DAN SEFRADIN OLEH PENGARUH SUHU. Skripsi
thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Kristianingrum, Susila. 2012. KAJIAN BERBAGAI PROSES DESTRUKSI SAMPEL DAN
EFEKNYA. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta 2, 2012
Hardeli,IMY. 2012. Kinetika Fisika Kinetika Kimia. Padang: UNP Press

Anda mungkin juga menyukai