Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PRAKTIKUM KF III

PENGARUH KATALIS AMMONIUM MOLIBDAT DALAM REAKSI


KALIUM IODIDA DAN HIDROGEN PEROKSIDA

Disusun Oleh :

NAMA : Diyah Lailatul A KELAS : KB 2022 NIM : 22030234035

PRODI KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam ilmu kimia, laju reaksi menunjukan perubahan konsentrasi zat
yang terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi terdiri dari suhu, konsentrasi reaktan, sifat reagen
dan katalis. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau
memungkinkan reaksi pada suhu rendah akibat perubahan yang dipicunya
terhadap pereaksi. Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalam reaksi kimia
dan mempercepatnya,tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan kimia yang
permanen. Jadi, katalis tidak muncul dalam persamaan kimia secara
keseluruhan, tetapi kehadirannya sangat mempengaruhi hukum laju dan
mempercepat lintasan yang ada. Katalis menimbulkan efek yang nyata pada
laju reaksi, meskipun dengan jumlah yang sangat sedikit.
Berdasarkan uraian di atas,karena pentingnya penggunaan katalis maka
dilakukan percobaan yang berjudul “Pengaruh Katalis Ammonium Molibdat
dalam Reaksi Kalium Iodida dan Hidrogen Peroksida” yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh katalis ammonium molibdat dalam reaksi kalium iodida
dan hidrogen peroksida.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh katalis Ammonium Molibdat dalam Reaksi Kalium
Iodida dan Hidrogen Peroksida?
C. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh katalis Ammonium Molibdat dalam Reaksi
Kalium Iodida dan Hidrogen Peroksida
BAB II

DASAR TEORI

A. Laju Reaksi
Dalam ilmu kimia, laju reaksi menunjukan perubahan konsentrasi zat
yang terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu. Konsentrasi pereaksi dalam
suatu reaksi kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi
semakin lama semakin bertambah (Anderton,1997).
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi reaktan atau
produk per satuan waktu. Laju reaksi dapat menggambarkan laju
penggunaan reaktan dan pembentukan produk. Tingkat pemanfaatan
reagen sering kali dipengaruhi oleh beberapa jenis perlakuan dalam sistem
atau lingkungan. Ketika suhu meningkat, energi kinetik partikel-partikel
materi meningkat, memungkinkan terjadinya tumbukan yang lebih efektif
yang menyebabkan perubahan yang menghasilkan reaksi lebih cepat
daripada suhu awal. Semakin banyak partikel suatu zat maka tumbukan
efektif akan semakin cepat terjadi, hal ini terjadi dengan bertambahnya
konsentrasi zat tersebut sehingga dapat meningkatkan laju reaksi.
Selain suhu dan konsentrasi luas permukaan zat atau bentuk fisik
dari zat juga ikut mempengaruhi kecepatan reaksi zat. Laju reaksi
terukur, seringkali sebanding dengan konsentrasi reaktan satu pangkat.
Contohnya mungkin saja laju itu sebanding dengan konsentrasi dua
reaktan A dan B,sehingga
r = k [A][B]
Koefisien k disebut konstanta laju, yang tidak bergantung pada
konsentrasi (tetapi bergantung pada temperatur). Persamaan sejenis ini yang
ditentukan secara eksperimen disebut hukum laju reaksi
(P.W.Atkins,1999).
B. Faktor-Faktor Laju Reaksi
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi, suhu,
luas permukaan, dan katalis.
1. Konsentrasi
Konsentrasi reagen dapat mempengaruhi laju reaksi. Semakin
tinggi konsentrasi reaktan, semakin cepat laju reaksinya. Hal ini
disebabkan karena pada konsentrasi yang tinggi (padat), jumlah partikel
yang bereaksi semakin banyak sehingga kemungkinan terjadinya
tumbukan efektif semakin besar.
Persamaan laju reaksi adalah bentuk persamaan aljabar yang
menunjukkan hubungan laju reaksi dengan konsentrasi pereaksi.
Serangkaian percobaan atau eksperimen dapat digunakan untuk
menentukan persamaan laju reaksi. Penentuan persamaan laju reaksi
melalui percobaan dapat dilakukan dengan mengubah-ubah konsentrasi
salah satu pereaksi, sedangkan konsentrasi pereaksi lain dibuat tetap.
Secara umum ditulis menurut persamaan reaksi sebagai berikut:
a E+ b F → c G + d H

dan persamaan laju reaksinya:

r = k [E]m. [F]n

Keterangan :

r = laju reaksi

k = tetapan laju reaksi

m, n = orde (tingkat) reaksi pada pereaksi E dan F

Penentuan orde reaksi hanya dapat dilakukan melalui


eksperimen atau percobaan. Orde reaksi dari keseluruhan reaksi disebut
orde reaksi total. Orde reaksi total diperoleh dengan menjumlahkan
semua orde reaksi pereaksi. Jadi, orde reaksi total pada reaksi tersebut
adalah m + n (Ari Harnanto dan Ruminten,2009).

2. Suhu
Peningkatan suhu meningkatkan fraksi molekul yang memiliki
energi melebihi energi aktivasi. Frrekuensi tumbukan meningkat
dengan meningkatnya suhu, dan diharapkan hal tersebut sebagai faktor
untuk mempercepat suatu reaksi kimia. (Petrucci,1987).
3. Luas permukaan
Luas permukaan mempengaruhi peran yang sangat penting
karena mempercepat reaksi. Demikian pula semakin kecil luas
permukaan bidang kontak maka tumbukan antar partikel semakin lemah
sehingga laju reaksi akan semakin kecil. Ciri-ciri bagian yang bereaksi
juga mempunyai pengaruh: semakin tipis suatu bagian maka semakin
cepat reaksinya, dan semakin kaku suatu bagian maka semakin lama
reaksinya.
4. Katalis
Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalam reaksi kimia dan
mempercepatnya,tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan kimia
yang permanen. Jadi, katalis tidak muncul dalam persamaan kimia
secara keseluruhan, tetapi kehadirannya sangat mempengaruhi hukum
laju dan mempercepat lintasan yang ada, atau lazimnya, membuat
lintasan yang sama sekali baru bagi kelangsungan reaksi. Katalis
menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan
jumlah yang sangat sedikit (Oxtoby, 2001).
C. Ammonium Molibdat
Ammonium molibdat merupakan senyawa anorganik dengan rumus
kimia (NH)2MoO4 berbentuk kristal berwarna putih memiliki ukuran ≤40
mesh. Ammonium Molibdat tidak terjadi secara alami sebagai logam
bebas di Bumi. Ia hanya ditemukan dalam berbagai tingkat oksidasi
pada mineral. Unsur bebasnya, suatu logam keperakan dengan
noda abu-abu, memiliki titik lebur ke-6 di antara semua unsur. Ia
mudah membentuk karbida stabil dan keras dalam logam paduan,
dan untuk alasan ini, sebagian besar produksi dunia unsur ini (sekitar
80%) digunakan dalam paduan baja, termasuk paduan berkekuatan tinggi
dan superalloy. Sebagian besar senyawa molibdenum memiliki kelarutan
rendah dalam air, tetapi ketika mineral molibdenum terkena oksigen
dan air, ion molibdat MoO24- yang dihasilkan cukup larut. Dalam skala
industri, senyawa molibdenum (sekitar 14% dari produksi dunia)
digunakan dalam aplikasi tekanan tinggi dan suhu tinggi
sebagai pigmen dan katalis.
Sifat fisik dari senyawa ini diantaranya memiliki massa molar
1163.9 g/mol dan 1235.86 g/mol, berat jenisnya sekitar 2.498 g/cm3, dan
titik lelehnya yaitu 190ºC. Dapat dibuat dengan cara melarutkan
molybdenum trioksida kedalam cairan amonia berlebih dan diuapkan pada
suhu kamar sehingga kelebihan amonia akan teruap dan menghasilkan
ammonium heptamolibdat. Senyawaan ini mudah larut dalam air dan
asam, tetapi tidak larut dalam alkohol, juga cukup stabil pada tekanan
dan temperatur normal. Ammonium molibdat merupakan salah satu
bahan kimia yang memiliki kepekaan tinggi terhadap keberadaan gas
etilen, sehingga indikator dapat berubah warna saat bereaksi dengan gas
etilen (Putri, 2019).
D. Kalium Iodida
Kalium iodida bersifat ionik, K+ I− . Senyawa ini mengkristal
dalam struktur natrium klorida. Ia diproduksi secara industri dengan
mereaksikan KOH dengan iodine. Senyawa ini merupakan suatu garam
putih, yang merupakan senyawa iodida yang paling signifikan secara
komersial, ion iodida adalah suatu agen pereduksi yang tidak terlalu
kuat, I− dengan mudah teroksidasi membentuk I2 oleh suatu agen
pengoksidasi yang kuat seperti klorin: 2KI(aq) + Cl2(aq) → 2KCl(aq) +
I2(aq).
Reaksi ini digunakan dalam isolasi iodin dari sumber alami. Udara
akan mengoksidasi iodida, dibuktikan dari teramatinya ekstrak ungu ketika
sampel KI dibilas dengan diklorometana. Ketika terbentuk pada kondisi
asam, asam iodida (HI) adalah suatu agen pereduksi yang kuat
(Sulistyarti, 2017).
E. Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah cairan bening, agak lebih kental
daripada air, yang merupakan oksidator kuat. Senyawa ini ditemukan
oleh Louis Jacques Thenard pada tahun 1818. Dengan ciri khasnya yang
berbau khas keasaman dan mudah larut dalam air. Bahan baku
pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen
(O2).
Reaksi hidrogen peroksida dengan kalium iodida dalam suasana asam
dan dengan adanya ammonium molibdat, maka peroksida akan
membebaskan iodium yang berasal dari kalium iodida yang telah
diasamkan dengan asam sulfat. Bila reaksi ini merupakan reaksi
irreversibel (karena adanya natrium tiosulfat yang akan merubah iodium
bebas menjadi asam iodida kembali) kecepatan reaksi yang terjadi
besarnya seperti pada reaksi pembentukannya, sampai konsentrasi
terakhir tak berubah. Pada larutan yang mempunyai keasaman tinggi
atau kadar iodida yang tinggi akan didapatkan kecepatan reaksi yang
lebih besar. Untuk menghitung kecepatan reaksi, yang dapat dihitung
adalah penjabaran kecepatan reaksi yang memerlukan besarnya konstanta
kecepatan reaksi. Hukum laju orde pertama untuk konsumsi reaktan adalah:
ln (a – b) = -kt + ln a
(Atkins, 1996).
Kecepatan reaksi sangat bergantung pada ion peroksida, kalium iodida
dan asamnya. Reaksi hidrogen peroksida dengan kalium iodida dalam
suasana asam dan dengan adanya ammonium molibdat, maka peroksida
akan membebaskan iodium yang berasal dari kalium iodida yang telah
diasamkan dengan asam sulfat. Bila reaksi ini merupakan reaksi
irreversibel (karena adanya natrium tiosulfat yang akan merubah iodium
bebas menjadi asam iodida kembali) kecepatan reaksi yang terjadi
besarnya seperti pada reaksi pembentukannya, sampai konsentrasi
terakhir tak berubah (Nurliana, 2019).
BAB III

METOODOLOGI PENELITIAN

A. Alat
1. Gelas ukur 10 mL
2. Labu ukur 10 mL
3. Labu ukur 50 mL
4. Stopwatch
5. Pipet tetes
6. Tabung reaksi
B. Bahan
1. Larutan kanji
2. Larutan kalium Iodida 0.5 M
3. Larutan Asam Sulfat 0.5 M
4. Larutan H2O2 10 M (30%)
5. Larutan Ammonium Molibdat
C. Alur Percobaan
1. Pengenceran

10 tetes larutan H2O2


10 M
1. Dimasukkan kedalam labu ukur
2. Di encerkan saai 50 mL dengan aquades

Larutan H2O2 encer

Reaksi : H2O2 (aq) + H2O (l) →H2O2 (aq)

2 tetes larutan KI 0,5 M

1. Dimasukkan kedalam labu ukur


2. Diencerkan sampai 10 mL dengan aquades

Larutan KI encer
Reaksi : KI (aq) + H2O (l) → KI (aq)

2 tetes larutan Ammonium Molibdat

1. Dimasukkan kedalam labu ukur


2. Diencerkan sampai 10 mL dengan aquades

Larutan Ammonium Molibdat encer

Reaksi : (NH4)2MoO4 (aq) + H2O (aq) → (NH4)2MoO4 (aq)

2. Reaksi dengan dan tanpa katalis Ammonium Molibdat

1 tetes larutan H2SO4 1 tetes larutan H2SO4

7. Dimasukkan ke dalam 1. Dimasukkan ke dalam


Tabung 1 Tabung 1
8. Ditambah 2 tetes larutan
kanji 2. Ditambah 2 tetes
9. Ditambah 1 tetes larutan larutan kanji
H2O2 encer 3. Ditambah 1 tetes
10. Ditambah 5 tetes aquades larutan H2O2 encer
11. Ditambah 1 tetes larutan
ammonium molibdat 4. Ditambah 5 tetes
12. Ditambah 1 tetes larutan aquades
KI encer 5. Ditambah 1 tetes
13. Diamati dan dicatat larutan KI encer
waktu saat penambahan
KI sampai timbul warna 6. Diamati dan dicatat
biru waktu saat penambahan
KI sampai timbul warna
biru

Dibandingkan perbedaan waktunya

Hasil

Reaksi : H2O2 (aq) + H2SO4 (aq) + KI (aq) → I2 (aq) + KIO4 (aq) + 2H2O (l)
Reaksi pembentukan kompleks Amilum dan Iod :
DAFTAR PUSTAKA

Anderton, J. D. 1997.Foundations of Chemistry. Edisi kedua. Melbourne: Longman

Ari Harnanto dan Ruminten, Kimia untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Depdiknas,
2009), hal.86.

Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga

Atkins, P.W., (1999), Kimia Fisika Jilid II, Erlangga, Jakarta

Nurliana, L., & Musta, R. (2019). Studi Kinetika Antibakteri dari Hasil Pirolisis
Cangkang Biji Jambu Mete terhadap Staphylococcus aureus. Indonesian
Journal of Chemical Research, 6(2), 74-80.

Oxtoby, dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Erlangga :
Jakarta.

Petrucci,Ralph H.1987.Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2.


Erlangga:Jakarta

Putri, V. J. 2019. Pengembangan Indikator Warna Pendeteksi Kematangan Buah


Berbahan Nano Zeolit–Ammonium Molibdat (Doctoral dissertation, Bogor
Agricultural University (IPB)

Sulistyarti, H. (2017). Kimia Analisa Dasar untuk Analisis Kualitatif. Universitas


Brawijaya Press.

Anda mungkin juga menyukai