Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MAKALAH

KESETIMBANGAN KIMIA DAN KESETIMBANGAN FASA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di alam sekitar kita banyak terjadi reaksi-reaksi kimia, seperti fotosintesis.


Fotosintesis adalah proses kimia yang mengubah karbon dioksida dan air menjadi
karbohidrat dan oksigen, di mana reaksi ini berkataliskan klorofil dan menggunakan
sinar matahari sebagai energi untuk reaksi.

6 CO2(g) + 6 H2O(l) --> C6H12O6(s) + 6 O2(g)

Reaksi pembakaran bahan bakar bensin menghasilkan energi untuk


menjalankan kendaraan. Reaksi perkaratan logam (misal besi) terjadi karena reaksi
antara logam dengan oksigen di udara. Amoniak merupakan hasil industri kimia yang
sangat penting. Reaksi kesetimbangan nitrogen dan hidrogen pada kondisi standar
(STP) menghasilkan amoniak dengan kualitas yang kurang baik. Produk amoniak
dikembangkan dengan menggunakan suhu dan tekanan tinggi. Dari reaksi-reaksi
tersebut, apakah zat hasil reaksi dapat kembali lagi menjadi zat semula? Apakah
glukosa dapat kembali menjadi klorofil? Apakah energi yang dihasilkan untuk
menggerakkan kendaraan dapat kembali lagi menjadi bensin? Apakah besi berkarat
dapat kembali menjadi besi yang bersih seperti semula? Reaksi-reaksi tersebut
merupakan reaksi kimia satu arah (ireversibel), yaitu reaksi kimia di mana zat-zat
hasil reaksi tidak dapat kembali lagi menjadi zat-zat semula.

Fasa adalah bagian yang serbasama dari suatu sistem, yang dapat dipisahkan
secara mekanik; serbasama dalam hal komposisi kimia dan sifat-sifat fisika. Jadi
suatu sistem yang mengandung cairan dan uap masing-masing mempunyai bagian
daerah yang serbasama. Dalam fasa uap kerapatannya serbasama disemua bagian
pada uap tersebut. Dalam fasa cair kerapatannya serbasama disemua bagian pada
cairan tersebut, tetapi nilai kerapatannya berbeda dengan di fasa uap. Sistem yang
terdiri atas campuran wujud gas saja hanya ada satu fasa pada kesetimbangan sebab
gas selalu bercampur secara homogen. Dalam sistem yang hanya terdiri atas wujud
cairan-cairan pada kesetimbangan bisa terdapat satu fasa atau lebih, tergantung pada
kelarutannya. Padatan-padatan biasanya mempunyai kelarutan yang lebih terbatas dan
pada suatu sistem padat yang setimbang bisa terdapat beberapa fasa padat yang
berbeda. Jumlah komponen dalam suatu sistem merupakan jumlah minimum dari
spesi yang secara kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan komposisi
setiap fasa dalam sistem tersebut.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan kesetimbangan kimia.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesetimbangan


kimia.

3. Untuk mengetahui seperti apakah tetapan kesetimbangan kimia dan bagaimana


caranya menghitung kesetimbangan kimia.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Kesetimbangan Kimia ?

2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia ?

3. Bagaimana tetapan kesetimbangan Kimia dan cara untuk menghitungnya ?

D. Manfaat

1. Dapat mengetahui apakah yang dimaksud dengan kesetimbangan kimia.

2. Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesetimbangan


kimia.

3. Dapat mengetahui seperti apakah tetapan kesetimbangan kimia dan bagaimana


caranya menghitung kesetimbangan kimia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KESETIMBANGAN KIMIA

a.1.Definisi Kesetimbangan Kimia

Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang
teramati selama bertambahnya waktu reaksi. Jika suatu kimia telah mencapai keadaan
kesetimbangan maka konsentrasi reaktan dan produk menjadi konstan sehingga tidak
ada perubahan yang teramati dalam sistem. Meskipun demikian, aktivitas molekul
tetap berjalan, molekul-molekul reaktan berubah mnjadi produk secara terus-menerus
sambil molekul-molekul produk berubah menjadi reaktan kembali dengan kecepatan
yang sama.

Sedikit sekali reaksi kimia yang berjalan ke satu arah saja, kebanyakan adlah
reaksi dapat balik. Pada awal reaksi dapat balik, reaksi berjalan ke arah pembentukan
produk. Sesaat setelah produk tersebut, pembentukan reaktan produk juga mulai
berjalan. Jika kecepatan reaksi maju dan reaksi balik adalah sama, dan dikatakan
bahwa kesetimbangan kimia telah dicapai. Harus diingat bahwa kesetimbangan kimia
melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai reaktan dan produk. Kesetimbangan
antara dua fase zat-zat yang sama disebut kesetimbangan fisika, perubahan yang
terjadi adalah proses fisika. Dalam peristiwa ini, molekul air yang meninggalkan fase
cair adalah sama dengan jumlah molekul yang kembali ke fase cair.

H2O(C) H2O(g)

Perhatian para kimiawi tercurah kepada proses kesetimbangan kimia,


misalnya reaksi dapat dibalik yang melibatkan nitrogen disebut oksida (NO2) dan
nitrogen tetraosida (N2O4) yang dinyatakan sebagai berikut.

N2O4(g) 2NO2(g)

Kemajuan reaksi ini mudah dimonitor karena N2O4 adalah suatu gas tak
berwarna, sedangkan NO2 adalah gas berwarna coklat tua. Andaikan sejumah tertentu
gas N2O4 diinjeksikan ke dalam labu tertutup, maka segera tampak warna coklat yang
menunjukkan terbentuknya molekul NO2. Intensitas warna terus meningkat dengan
berlangsungnya peruraian N2O4 terus-menerus sampai kesetimbangan tercapai. Pada
keadaan ini, tidak ada lagi perubahan warna yang diamati. Secara eksperimen kita
juga dapat mendapatkan keadaan kesetimbangan dimana gas NO2 murni sebagai
starting material atau dengan suatu campuran antara gas NO2 dan gas N2O4.

Kita dapat membuat jadi lebih umum pembicaraan ini dengan meninjau reaksi
dapat balik berikut.

aA Bb

di mana a, b, c dan d adalah koefisien-koefisien stoikiometri untuk spesies-spesies


kimia A, B, C dan D. Konstanta kesetimbangan reaksi pada temperatur tertentu
adalah
K = [B]b/[A]a

Persamaan tersebut adalah suatu bentuk matematika hukum aksi massa yang
diusulkan oleh Cato Gulberg dan Peter Waage pada tahun 1864.

a.2. Ciri-Ciri Kesetimbangan kimia

a. Hanya terjadi dalam wadah tertutup, pada suhu dan tekanan tetap

b. Reaksinya berlangsung terus-menerus (dinamis) dalam dua arah yang berlawanan

c. Laju reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi balik (ke kiri)

d. Semua komponen yang terlibat dalam reaksi tetap ada

e. Tidak terjadi perubahan yang sifatnya dapat diukur maupun diamati

a.3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kesetimbangan Kimia

Pengaruh konsentrasi

Jika konsentrasinya diperbesar pada salah satu zat maka reaksi bergeser dari
arah zat tersebut, sedangkan bila konsentrasinya diperkecil maka reaksi akan bergeser
ke arah zat tersebut.

Pengaruh tekanan

Perubahan tekanan hanya berpengaruh pada sistem gas, berdasarkan hukum


boyle bila tekanan gas diperbesar maka volumenya diperkecil, sedangkan bila
tekanan gas diperkecil maka volume gas diperbesar, berdasarkan persamaan gas ideal
PV = nRT bahwa tekanan berbanding lurus dengan jumlah mol gas. jika mol gas
bertambah maka tekanan akan membesar, sebaliknya bila jumlah mol gas berkurang
maka tekanan akan menjadi kecil. Dengan demikian jika tekanan diperbesar maka
reaksi akan bergeser ke arah jumlah mol gas yang lebih kecil dan juga sebaliknya.
Pengaruh Suhu

Jika suhu dinaikkan maka reaksi akan bergeser ke arah reaksi endoterm,
sedangkan jika suhu diturunkan maka reaksi akan bergeser ke arah eksoterm. Contoh
: N2(g) + 3H2(g)<--> 2NH3(g) H= - 92 kJ, bila suhu diubah dari 500° menjadi 1200°
maka kesetimbangan ke arah endoterm atau ke kiri. Katalis-katalis hanya berfungsi
untuk mempercepat tercapainya kesetimbangan kimia.

a.4. Jenis- Jenis Kesetimbangan Kimia

1) Kesetimbangan Homogen

Semua spesi kimia berada dalam fasa yang sama. Salah satu contoh kesetimbangan
homogen fasa gas adalah sistem kesetimbangan N2O4/NO2. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :

N2O4(g) <——> 2 NO2(g)

Kc = [NO2]2 / [N2O4]

Konsentrasi reaktan dan produk dalam reaksi gas dapat dinyatakan dalam
bentuk tekanan parsial masing-masing gas (ingat persamaan gas ideal, PV=nRT).
Dengan demikian, satuan konsentrasi yang diganti dengan tekanan parsial gas akan
mengubah persamaan Kc menjadi Kp sebagai berikut :

Kp = (PNO2)2 / (PN2O4)

PNO2 dan PN2O4 adalah tekanan parsial masing-masing gas pada saat
kesetimbangan tercapai. Nilai Kp menunjukkan konstanta kesetimbangan yang
dinyatakan dalam satuan tekanan (atm). Kp hanya dimiliki oleh sistem kesetimbangan
yang melibatkan fasa gas saja. Secara umum, nilai Kc tidak sama dengan nilai Kp,
sebab besarnya konsentrasi reaktan dan produk tidak sama dengan tekanan parsial
masing-masing gas saat kesetimbangan. Dengan demikian, terdapat hubungan
sederhana antara Kc dan Kp yang dapat dinyatakan dalam persamaan matematis
berikut :
Kp = Kc (RT)a - n

Kp = konstanta kesetimbangan tekanan parsial gas

Kc = konstanta kesetimbangan konsentrasi gas

R = konstanta universal gas ideal (0,0821 L.atm/mol.K)

T = temperatur reaksi (K)

a - n = Σ koefisien gas produk - Σ koefisien gas reaktan

Selain kesetimbangan homogen fasa gas, terdapat pula sejumlah


kesetimbangan homogen fasa larutan. Salah satu contoh kesetimbangan homogen
fasa larutan adalah kesetimbangan ionisasi asam asetat (asam cuka) dalam air. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :

CH3COOH(aq) <——> CH3COO-(aq) + H+(aq)

Kc = [CH3COO-] [H+] / [CH3COOH]

2) Kesetimbangan Heterogen

Kesetimbangan ini melibatkan reaktan dan produk dalam fasa yang berbeda.
Sebagai contoh, saat padatan kalsium karbonat dipanaskan dalam wadah tertutup,
akan terjadi reaksi berikut :

CaCO3(s) <——> CaO(s) + CO2(g)

Dalam reaksi penguraian padatan kalsium karbonat, terdapat tiga fasa yang
berbeda, yaitu padatan kalsium karbonat, padatan kalsium oksida, dan gas karbon
dioksida. Dalam kesetimbangan kimia, konsentrasi padatan dan cairan relatif konstan,
sehingga tidak disertakan dalam persamaan konstanta kesetimbangan kimia. Dengan
demikian, persamaan konstanta kesetimbangan reaksi penguraian padatan kalsium
karbonat menjadi sebagai berikut :

Kc = [CO2]
Kp = PCO2

Baik nilai Kc maupun Kp tidak dipengaruhi oleh jumlah CaCO3 dan CaO
(jumlah padatan). Beberapa aturan yang berlaku dalam penentuan nilai konstanta
kesetimbangan kimia saat reaksi kesetimbangan dimanipulasi (diubah) antara lain :

1. Jika reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk penjumlahan dua atau lebih reaksi, nilai
konstanta kesetimbangan reaksi keseluruhan adalah hasil perkalian konstanta
kesetimbangan masing-masing reaksi.

A + B <——> C + D Kc’

C + D <——> E + F Kc’’

A + B <——> E + F Kc = Kc’ x Kc’’

2. Jika reaksi ditulis dalam bentuk kebalikan dari reaksi semula, nilai konstanta
kesetimbangan menjadi kebalikan dari nilai konstanta kesetimbangan semula.

A + B <——> C + D Kc’ = [C] [D] / [A] [B]

C + D <——> A + B Kc = [A] [B] / [C] [D] = 1 / Kc’

3. Jika suatu reaksi kesetimbangan dikalikan dengan faktor n, nilai konstanta


kesetimbangan menjadi nilai konstanta kesetimbangan semula dipangkatkan
dengan faktor n.

A + B <——> C + D Kc’ = [C] [D] / [A] [B]

2A + 2B <——> 2C + 2D Kc = [C]2 [D]2 /[A]2 [B]2 = { [C] [D] / [A] [B] }2 =


(Kc’)2

Salah satu kegunaan konstanta kesetimbangan kimia adalah memprediksi arah


reaksi. Untuk mempelajari kecenderungan arah reaksi, digunakan besaran Qc, yaitu
hasil perkalian konsentrasi awal produk dibagi hasil perkalian konsentrasi awal
reaktan yang masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Jika nilai Qc
dibandingkan dengan nilai Kc, terdapat tiga kemungkinan hubungan yang terjadi,
antara lain :

1. Qc < Kc

Sistem reaksi reversibel kelebihan reaktan dan kekurangan produk. Untuk


mencapai kesetimbangan, sejumlah reaktan diubah menjadi produk. Akibatnya, reaksi
cenderung ke arah produk (ke kanan).

2. Qc = Kc

Sistem berada dalam keadaan kesetimbangan. Laju reaksi, baik ke arah


reaktan maupun produk, sama.

3. Qc > Kc

Sistem reaksi reversibel kelebihan produk dan kekurangan reaktan. Untuk


mencapai kesetimbangan, sejumlah produk diubah menjadi reaktan. Akibatnya, reaksi
cenderung ke arah reaktan (ke kiri).

Kesetimbangan kimia dapat diganggu oleh beberapa faktor eksternal. Sebagai


contoh, pada pembahasan proses Haber sebelumnya, telah diketahui bahwa nilai Kc
pada proses Haber adalah 3,5.108 pada suhu kamar. Nilai yang besar ini
menunjukkan bahwa pada kesetimbangan, terdapat banyak gas amonia yang
dihasilkan dari gas nitrogen dan gas hidrogen. Akan tetapi, masih ada gas nitrogen
dan gas hidrogen yang tersisa pada kesetimbangan. Dengan menerapkan prinsip
ekonomi dalam dunia industri, diharapkan sebanyak mungkin reaktan diubah menjadi
produk dan reaksi tersebut berlangsung sempurna. Untuk mendapatkan produk dalam
jumlah yang lebih banyak, kesetimbangan dapat dimanipulasi dengan menggunakan
prinsip Le Chatelier.

Seorang kimiawan berkebangsaan Perancis, Henri Le Chatelier, menemukan


bahwa jika reaksi kimia yang setimbang menerima perubahaan keadaan (menerima
aksi dari luar), reaksi tersebut akan menuju pada kesetimbangan baru dengan suatu
pergeseran tertentu untuk mengatasi perubahan yang diterima (melakukan reaksi
sebagai respon terhadap perubahan yang diterima). Hal ini disebut Prinsip Le
Chatelier.

Ada tiga faktor yang dapat mengubah kesetimbangan kimia, antara lain :

1. Konsentrasi reaktan atau produk

2. Suhu

3. Tekanan atau volume pada sistem yang mengandung fasa gas

Untuk memproduksi gas amonia sebanyak mungkin, dapat dilakukan


manipulasi kesetimbangan kimia dari segi konsentrasi reaktan maupun produk,
tekanan ruangan, volume ruangan, dan suhu reaksi.

Berikut ini adalah pembahasan mengenai masing-masing faktor.

1. Mengubah konsentrasi

Jika ke dalam sistem kesetimbangan ditambahkan gas nitrogen maupun gas


hidrogen berlebih (reaktan berlebih), nilai Qc menjadi lebih kecil dibandingkan Kc.
Untuk mengembalikan ke kondisi setimbang, reaksi akan bergeser ke arah produk (ke
kanan). Akibatnya, jumlah produk yang terbentuk meningkat. Hal yang sama juga
akan terjadi jika gas amonia yang terbentuk langsung diambil. Reaksi akan bergeser
ke arah kanan untuk mencapai kembali kesetimbangan. Dapat disimpulkan bahwa
jika dalam sistem kesetimbangan ditambahkan lebih banyak reaktan atau produk,
reaksi akan bergeser ke sisi lain untuk menghabiskannya. Sebaliknya, jika sebagian
reaktan atau produk diambil, reaksi akan bergeser ke sisinya untuk menggantikannya.

2. Mengubah suhu

Reaksi pada proses Haber adalah reaksi eksotermis. Reaksi tersebut dapat
dinyatakan dalam persamaan reaksi berikut :
N2(g) + 3H2(g) <——> 2NH3(g) + Kalor

Jika campuran reaksi tersebut dipanaskan, akan terjadi peningkatan jumlah


kalor dalam sistem kesetimbangan. Untuk mengembalikan reaksi ke kondisi
setimbang, reaksi akan bergeser dari arah kanan ke kiri. Akibatnya, jumlah reaktan
akan meningkat disertai penurunan jumlah produk. Tentu saja hal ini bukanlah
sesuatu yang diharapkan. Agar jumlah amonia yang terbentuk meningkat, campuran
reaksi harus didinginkan. Dengan demikian, jumlah kalor di sisi kanan akan
berkurang sehingga reaksi akan bergeser ke arah kanan. Secara umum, memanaskan
suatu reaksi menyebabkan reaksi tersebut bergeser ke sisi endotermis. Sebaliknya,
mendinginkan campuran reaksi menyebabkan kesetimbangan bergeser ke sisi
eksotermis.

3. Mengubah tekanan dan volume

Mengubah tekanan hanya mempengaruhi kesetimbangan bila terdapat reaktan


dan/atau produk yang berwujud gas. Pada proses Haber, semua spesi adalah gas,
sehingga tekanan dapat mempengaruhi kesetimbangan. Reaksi pada proses Haber
terjadi dalam ruangan tertutup. Tekanan pada ruangan terjadi akibat tumbukan gas
hidrogen, gas nitrogen, serta gas amonia terhadap dinding ruangan tersebut. Saat
sistem mencapai keadaan setimbang, terdapat sejumlah gas nitrogen, gas hidrogen,
dan gas amonia dalam ruangan. Tekanan ruang dapat dinaikkan dengan membuat
tempat reaksinya menjadi lebih kecil (dengan memampatkannya, misal dengan
piston) atau dengan memasukkan suatu gas yang tidak reaktif, seperti gas neon.
Akibatnya, lebih banyak tumbukan akan terjadi pada dinding ruangan bagian dalam,
sehingga kesetimbangan terganggu. Untuk mengatasi pengaruh tersebut dan
memantapkan kembali kesetimbangan, tekanan harus dikurangi.

Setiap kali terjadi reaksi maju (dari kiri ke kanan), empat molekul gas (satu
molekul gas nitrogen dan tiga molekul gas hidrogen) akan membentuk dua molekul
gas amonia. Reaksi ini mengurangi jumlah molekul gas dalam ruangan. Sebaliknya,
reaksi balik (dari kanan ke kiri), digunakan dua molekul gas amonia untuk
mendapatkan empat molekul gas (satu molekul gas nitrogen dan tiga molekul gas
hidrogen). Reaksi ini menaikkan jumlah molekul gas dalam ruangan.

Kesetimbangan telah diganggu dengan peningkatan tekanan. Dengan


mengurangi tekanan, gangguan tersebut dapat dihilangkan. Mengurangi jumlah
molekul gas di dalam ruangan akan mengurangi tekanan (sebab jumlah tumbukan
akan berkurang). Oleh sebab itu, reaksi maju (dari kiri ke kanan) lebih disukai, sebab
empat molekul gas akan digunakan dan hanya dua molekul gas yang akan terbentuk.
Sebagai akibat dari reaksi maju ini, akan dihasilkan gas amonia yang lebih banyak.
Secara umum, meningkatkan tekanan (mengurangi volume ruangan) pada campuran
yang setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi yang mengandung jumlah
molekul gas yang paling sedikit. Sebaliknya, menurunkan tekanan (memperbesar
volume ruangan) pada campuran yang setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke
sisi yang mengandung jumlah molekul gas yang paling banyak.

Sementara untuk reaksi yang tidak mengalami perubahan jumlah molekul gas
(mol reaktan = mol produk), faktor tekanan dan volume tidak mempengaruhi
kesetimbangan kimia. Katalis meningkatkan laju reaksi dengan mengubah
mekanisme reaksi agar melewati mekanisme dengan energi aktivasi terendah. Katalis
tidak dapat menggeser kesetimbangan kimia. Penambahan katalis hanya
mempercepat tercapainya keadaan setimbang.

Dari beberapa faktor di atas, hanya perubahan temperatur (suhu) reaksi yang
dapat mengubah nilai konstanta kesetimbangan (Kc maupun Kp). Perubahan
konsentrasi, tekanan, dan volume hanya mengubah konsentrasi spesi kimia saat
kesetimbangan, tidak mengubah nilai K. Katalis hanya mempercepat tercapainya
keadaan kesetimbangan, tidak dapat menggeser kesetimbangan kimia

B. KESETIMBANGAN FASA

b.1. Defenisi Fase, Banyaknya Fase dan Banyaknya Komponen


Definisi fase

Kata “fase” berasal dari bahasa yunani yang bermakna permunculan. Fase
adalah suatu daerah di mana semua sifat fisik dari bahan dasarnya seragam
(homogen). Contoh sifat fisik meliputi densitas, indeks bias, dan komposisi kimia.

Secara singkat, fase adalah suatu daerah dengan bahan kimia yang seragam,
secara fisik berbeda, dan (sering) dapat dipisahkan secara mekanis. dapat dipisahkan
secara mekanis berarti fase tersebut dapat dipisahkan dengan cara filtrasi,
sedimentasi, destilasi, dekantasi, ekstraksi (pemisahan heterogen)

Dalam hal ini tidak termasuk pemisahan dengan cara penguapan, destilasi,
adsorbsi, atau ekstraksi karena pemisahan dengan cara tersebut digunakan pada
sistem homogen

Untuk contoh sederhana adalah, di dalam sistem yang terdapat es batu dan air di
sebuah gelas, es batu merupakan fase padat, air merupakan fase cair, dan uap air di
sekitar gelas gelas adalah fase gas.

Perbedaan fase dapat digambarkan sebagai negara yang berbeda materi seperti
gas, cair, padat, plasma atau Bose-Einstein kondensat. Perbedaan fase juga mungkin
ada dalam suatu keadaan tertentu dari materi. Seperti ditunjukkan dalam diagram
untuk besi paduan, ada beberapa tahapan baik untuk negara padat dan cair. Fase juga
dapat dibedakan berdasarkan kelarutan seperti di kutub (hidrofilik) atau non-polar
(hidrofobik). Campuran air (cairan polar) dan minyak (cairan non-polar) secara
spontan akan terpisah menjadi dua tahap. Air memiliki kelarutan yang sangat rendah
(tidak larut) dalam minyak, dan minyak memiliki kelarutan rendah dalam air.
Kelarutan adalah jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut dalam sebuah
pelarut sebelum terlarut berhenti untuk membubarkan dan tetap dalam tahap yang
terpisah. Sebuah campuran dapat terpisah menjadi lebih dari dua fase cair dan fase
konsep pemisahan meluas ke padat, padat yaitu dapat terbentuk larutan padat atau
mengkristal ke dalam fase kristal berbeda. Logam pasangan yang saling larut dapat
terbentuk paduan, sedangkan logam pasangan yang tidak bisa saling larut.

Banyaknya fase

Banyaknya fase dalam sistem diberi notasi P. Gas, atau campuran gas, adalah
fase tunggal; kristal adalah fase tunggal; dan dua cairan yang dapat campur secara
total membentuk fase tunggal. Es adalah fase tunggal, walaupun es dapat dipotong-
[potong menjadi bagian-bagian kecil. Campuran es dan air adalah sistem dua fase (P
= 2) walaupun sulit untuk menemukan batas antara fase-fasenya.

Campuran dua logam adalah sistem dua fase (P = 2) jika logam-logam itu tak
dapat campur, tetapi merupakan sistem satu fase (P = 1) jika logam-logamnya dapat
campur. Contoh ini menunjukan bahwa memutuskan apakah suatu sistem terdiri dari
satu atau dua fase, tidak selalu mudah. Larutan padatan A dalam padatan B –
campuran yang homogen dari dua komponen– bersifat seragam pada skala molekuler.
Dalam suatu larutan, atom-atom A dikelilingi oleh atom-atom dari A dan B, dan
sembarang sampel yabng dipotong dari padatan itu, bagaimanapun kecilnya, adalah
contoh yang tepat dari komposisi keseluruhannya.

Dispersi adalah seragam pada skala makroskopik, tetapi tidak pada skala
mikroskopik, karena dispersi terdiri atas butiran-butiran atau tetesan-tetesan
komponen didalam matriks komponen lain. Sampel kecil seluruhnya dapat berasal
dari butiran kecil A murni, sehingga sampel itu bukan contoh tepat dari
keseluruhannya. Dispersi seperti ini penting karena dalam banyak material tingkat
tinggi (baja), siklus perlakuan panas digunakan untuk memperoleh pengendapan
dispersi halus partikel- partikel dari suatu fase (seperti fase kabrid), di dalam suatu
matriks yang terbentuk dari fase larutan padat jenuh. Kemampuan mengendalikan
struktur mikro yang dihasilkan dari kesetimbangan fase inilah yang memungkinkan
penyesuaian sifat mekanik pada pemakaian khusus.
Banyaknya komponen

Banyaknya komponen dalam sistem C adalah jumlah minimum spesies bebas


yang diperlukan untuk menemukan komposisi semua fase yang ada dalam sistem.
Definisi ini mudah diberlakukan jika spesies yang ada dalam sistem tidak bereaksi,
sehingga kita hanya menghitung banyaknya. Misalnya air murni adalah sistem satu
komponen (C = 1) dan campuran etanol dan air adalah sistem dua komponen (C = 2).

Jika spesies bereaksi dan berada pada kesetimbangan kita harus


memperhitungkan arti kalimat “semua fase” dalam definisi tersebut. Jadi, untuk
amonium klorida yang dalam kesetimbangan dengan uapnya,

NH4Cl(s)  NH3(g) + HCl (g)

Kedua fase mempunyai komposisi formal “NH4Cl” dan sistem mempunyai satu
komponen. Jika HCl berlebih ditambahkan, sistem mempunyai dua komponen karena
sekarang jumlah relatif HCl dan NH3 berubah-rubah. Sebaliknya, kalsium karbonat
berada dalam kesetimbangan dengan uapnya

CaCO3(s)  CaO(s) + CO2(g)

Adalah sistem dua komponen karena “CaCO3” tidak menggambarkan


komposisi uapnya. (Karena tiga spesies dihubungkan oleh stokiometri reaksi maka
konsentrasi kalsium oksida bukanlah variabel bebas). Dalam hal ini C = 2, apakah
kita mulai dari kalsium karbonat murni,atau jumlah yang sama dari kalsium oksida
dan karbon dioksida, atau jumlah yang berubah dari ketiga-tiganya.

Contoh perhitungan komponen pada sistem: (1)sukrosa dalam air; (2) natrium
klorida dalam air; (3) asam fosfat encer.

Tunjukan banyaknya S dari berbagai jenis spesies (ion-ion) yang ada dalam
setiap sistem fase tunggal. Tunjukan banyaknya hubungan R antara spesies-spesies
(reaksi-reaksi pada kesetimbangan, kenetralan muatan). Kemudian banyaknya
komponen adalah banyaknya spesies dikurangi dengan banyaknya hubungan: C = S –
R. (1) spesies yang ada adalah molekul air dan molekul sukrosa sehingga S = 2. di
antara molekul-molekul itu tidak ada hubungan, sehingga R = 0. oleh karena itu, C =
2. (2) spesies yang ada adalah molekul H2O, ion Na+ dan ion Cl-, sehingga S = 3.
karena larutan itu bermuatan listrik netral, maka jumlah ion Na+ sama dengan ioni
Cl-. Oleh karena itu, ada suatu hubungan, dan R = 1. Konseuensinya, C = 3 -1 = 2. (3)
spesies yang ada dalam asam fosfat encer adalah H2O, H3PO4, H2PO4-, HPO4-2, PO4-3,
H+, maka S = 6. namun, ionisasi asam itu ada pada kesetimbangan:

H3PO4 (aq)  H2PO4- (aq) + H+ (aq)

H2PO4- (aq)  HPO4-2 (aq) + H+ (aq)

HPO4-2 (aq)  PO4-3 + H+ (aq)

Dan ada tiga hubungan di antara spesies-spesies tersebut, di samping itu, juga
ada kenetralan muatan keseluruhan, sehingga jumlah total kation harus sama dengan
jumlah total anion, apapun jenisnya. Dengan demikian, banyaknya hubungan total
adalah R = 4, sehingga jumlah total komponen C = 6- 4 = 2.

b.2. Aturan Fasa dan Rumus Derajat Kebebasan Sistem 1, 2, 3 Komponen

Aturan Fasa

Aturan fasa bisa diterapkan ke dalam sistem yang lebih dari satu komponen.
Hal ini memungkinkan untuk memproses secara lebih umum dan untuk mendapatkan
‘aturan fasa’ yang memberikan jumlah derajat kebebasan sistem dengan C komponen
dan P fasa. Berdasarkan C komponen yang didistribusikan kedalam setiap P fasa dari
sistem, derajat kebebasan sistem dapat dikalkulasikan dengan menambahkan jumlah
total variabel intensif yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan secara terpisah setiap
fasa dan kemudian mengurangi jumlah variabel-variabel yang nilainya didapat dari
hubungan energi bebas kesetimbangan diantara fasa yang berbeda.

Di dalam setiap fasa, terdapat konsentrasi C-1 yang dibutuhkan untuk


menetapkan komposisi fasa sebanyak-banyaknya. Jika fraksi mol digunakan untuk
mengukur konsentrasi, sesuatu dibutuhkan untuk menentukan fraksi mol semua
komponen, komponen yang tersisa bisa ditentukan karena jumlah dari fraksi mol
menjadi satu kesatuan. Karena terdapat P fasa, maka ada P(C-1) komposisi variabel.
Tekanan dan suhuyang sudah ditentukan memberikan P(C-1) + 2 variabel intensif
jika sistemnya berdasarkan fasa demi fasa.

Jumlah variabel-variabel ini, yang ditetapkan oleh kondisi kesetimbangan


sistem, sekarang harus ditentukan. Komponen 1, misalnya, didistribusikan antara fasa
P1 dan P2. Bila ekuilibrium dibuat untuk setiap komponen yang didistribusikan
antara dua fasa, hubungan distribusi dapat ditulis. Jadi, jika konsentrasi salah satu
komponen dalam fasa P1 yang ditentukan, konsentrasi dalam tahap P2 secara
otomatis tetap. Kesetimbangan serupa juga akan diatur untuk setiap komponen antara
berbagai pasangan fasa. Untuk setiap komponen akan ada hubungan P-1 tersebut.
Jadi, untuk komponen C total C (P-1) variabel intensif akan tetap ditentukan kondisi
kesetimbangan.

Jika komponen tidak ada atau berada pada tingkat yang diabaikan dalam salah
satu fasa dari sistem, akan ada lebih sedikit satu variabel intensif untuk fasa tersebut
sejak konsentrasi diabaikan dari satu unsur. Juga akan ada satu relasi kesetimbangan
yang lebih sedikit. Aturan fasa berlaku untuk semua sistem terlepas dari apakah
semua fasa memiliki jumlah komponen yang sama atau tidak.

Aturan ini berlaku hanya untuk apa yang telah disebut sistem kimia biasa.
Sifat dari beberapa system mungkin lebih tergantung pada medan listrik atau magnet
seluruh sistem atau intensitas cahaya yang bersinar melalui sistem. Jika sifat seperti
intensif tambahan signifikan (dalam sistem kimia biasa variabel intensif dapat
diabaikan), mereka harus ditambahkan ke jumlah variabel dan salah satu kemudian
akan memiliki, misalnya Φ = C + 3 – P. Dalam praktek, kita hampir selalu berurusan
dengan sistem yang variabel tambahan tersebut tidak memiliki pengaruh yang nyata
pada sistem, dan karena itu mereka dapat dibiarkan keluar dari pertimbangan semua.

Aturan fasa merupakan penyamarataan yang penting meskipun hal ini tidak
memberitahu kita kepada kesimpulan dalam contoh sistem yang sederhana tetapi
aturan fasa merupakan panduan berharga untuk menjelaskan kesetimbangan fasa di
dalam sistem komplek.

Rumus Derajat Kebebasan Sistem

Untuk menguraikan keadaan kesetimbangan dari suatu sistem yang terdiri atas
beberapa fasa dengan beberapa spesi kimia, dapat ditentukan mol masing – masing
spesi dalam setiap fasa serta suhu (T) dan tekanan (P). Akan tetapi penentuan tidak
dapat dilakukan karena massa setiap fasa dalam sistem tidak menjadi perhatian.
Massa atau ukuran dari setiap fasa tidak mempengaruhi posisi kesetimbangan fasa,
karena kesetimbangan fasa, karena kesetimbangan fasa ditentukan oleh kesamaan
dalam potensial kimia yang merupakan variabel intensif.

Derajat kebebasan didefinisikan sebagai jumlah minimum variabel intensif


yang harus dipilih agar keberadaan variabbel intensif dapat ditetapkan. Jumlah
minimum variabel intensif dapat berupa temperatur, tekanan, konsentrasi. Simbol
untuk derajat kebebasan Φ dan invarian bila Φ = 0, univarian bila Φ = 1, biarian bila
Φ = 2 dan seterusnya. Rumus derajat kebebasan diturnkan melalui hukum fasa Gibbs.
Persamaannya dapat dituliskan menjadi:

Φ = C + 2 – P ; Φ = derajat kebebasan

C = jumlah komponen

P = jumlah fasa
Pemahaman Anda tentang diagram fasa akan terbantu dengan pemahaman
hukum fasa Gibbs, hubungan yang diturunkan oleh fisikawan-matematik Amerika
Josiah Willard Gibbs (1839-1903) di tahun 1876. Aturan ini menyatakan bahwa
untuk kesetimbangan apapun dalam sistem tertutup, jumlah variabel bebas-disebut
derajat kebebasan Φ yang sama dengan jumlah komponen C ditambah 2 dikurangi
jumlah fasa P, yakni,

Φ=C+2-P

Jadi, dalam titik tertentu di diagram fasa, jumlah derajat kebebasan adalah 2 –
yakni suhu dan tekanan; bila dua fasa dalam kesetimbangan-sebagaimana ditunjukkan
dengan garis yang membatasi daerah dua fasa hanya ada satu derajat kebebasan-bisa
suhu atau tekanan. Pada ttik tripel ketika terdapat tiga fasa tidak ada derajat
kebebasan lagi. Dari diagram fasa, Anda dapat mengkonfirmasi apa yang telah
diketahui, dan lebih lanjut, Anda dapat mempelajari apa yang belum diketahui.
Misalnya, kemiringan yang negatif pada perbatasan padatan-cairan memiliki
implikasi penting sebagaimana dinyatakan di bagian kanan diagram, yakni bila
tekanan diberikan pada es, es akan meleleh dan membentuk air. Berdasarkan prinsip
Le Chatelier, bila sistem pada kesetimbangan diberi tekanan, kesetimbangan akan
bergeser ke arah yang akan mengurangi perubahan ini. Hal ini berarti air memiliki
volume yang lebih kecil, kerapatan leb besar daripada es; dan semua kita telah hafal
dengan fakta bahwa s mengapung di air.

b.3. Sistem 2 Komponen dan Diagram Fasa Cair-cair

Diagram Fasa Cair-cair

Pada diagram fasa ini kita ambil contoh pada larutan H2O dan
Et3N(triethylamine/N(CH2CH3)3)
T

fase-2

a’ b’

T1c

fase-1

H2O Et3N

Keterangan gambar:

 Cekungan biru (fase-2) yang kita lihat merupakan daerah dimana campuran
kedua komponen masih dapat dibedakan. Sedangkan sisanya (fase-1) adalah
daerah dimana kedua komonen sudah tercampur sempurna, pada saat ini
kedua komponen tidak dapat dibedakan lagi. Adapun terdapat suhu kritis (T
c), yaitu suhu saat kedua zat bercampur, membaur, suhu kritis ini terletak di
dasar cekungan putih.
 Bisa kita lihat di sebelah kanan adalah triethylamine dan di sebelah kiri adalah
air. b’ menunjukan bagian campuran yang banyak mengandung komponen
Et3N , sedangkan a’ menunjukan bagian campuran yang banyak mengandung
H2O . T adalah suhu, dapat saya disimpulkan bahwa banyaknya campuran
yang banyak mengandung H2O dan banyaknya campuran yang banyak
mengandung Et3N adalah sama pada suhu tertentu.
Sistem 2 Komponen

Dari sebuah sumber, dijelaskan bahwa untuk mendapatkan komponen (C)


dengan menggunakan rumus:

C=S–R

C (component) = komponen

S (species) = ada apa saja di dalam larutan itu

R (relation) = hubungan yang terjadi pada larutan itu

Seperti yang telah kita ketahui, pada aturan fasa Gibbs, F adalah derajat
kebebasan, C adalah jumlah komponen, dan P adalah jumlah fasa. Rumusnya adalah:

F=C-P+2

Pada saat terdapat 1 fasa dan 2 komponen, maka derajat kebebasan F = 2 – 1


+ 2 = 3. Artinya, terdapat 3 variabel yang harus detetapkan untuk menggambarkan
kondisi fasa, yaitu, tekanan, suhu, dan konsentrasi.

Karena komponen (C) adalah 2, maka: F=4-P

Sedangkan system 2 komponen pada tekanan tetap adalah: F=3-P

Karena variable yang harus berpengaruh berkurang 1, yaitu tekanan.

Contoh: diagram titik didih campuran toluena dan benzena.


Pada gambar di atas terdapat x1 dan x2, denga x1 dalah fraksi mol komponen
1 dan x2 adalah fraksi mol komponen 2. Jika x1 bertambah, maka x2 berkurang, dan
sebaliknya. Dengan perpindahan fraksi mol dari komponennya, maka titik didih pun
bisa bergeser-geser.

F = 2 = 4 – Phase

Fasa yang terjadi ada 2, vapor dan liquid. Jadi, variable yang bersangkutan ada 2,
yaitu suhu dan tekanan.

b.4. Sistem Tiga Komponen dan Diagram Fase Segitiga

Berdasarkan hukum fasa Gibbs, jumlah terkecil variabel bebas yang


diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada keseimbangan
diungkapkan sebagai:

F=C–P+2
dimana,
F = jumlah derajat kebebasan
C = jumlah komponen
P = jumlah fasa

Dalam ungkapan diatas, keseimbangan dipengaruhi oleh suhu, tekanan dan


komposisi sistem. Jumlah derajat kebebasan untuk sistem tiga komponen pada suhu
dan tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai
F=3–P
Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa, maka F = 2, berarti untuk
menyatakan keadaan sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua
komponennya. Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan,
maka F = 1, berarti hanya satu komponen yang harus ditentukan konsentrasinya dan
konsentrasi komponen yang lain sudah tertentu berdasarkan diagram fasa untuk
sistem tersebut. Oleh karena sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap,
mempunyai derajat kebebasan paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini dapat
digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga samasisi yang disebut
diagram terner.
Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen tergantung pada daya saling
larut antar zat cair tersebut dan suhu. Misalkan ada tiga zat cair A, B dan C. A dan B
larut sebagian. Penambahan zat C kedalam larutan campuran A dan B akan
memperbesar atau memperkecil daya saling larut A dan B. Zat A dan C serta B dan C
saling larut sempurna. Kelarutan cairan C dalam berbagai komposisi campuan A dan
B pada suhu tetap dapat di gambarkan pada suatu digram terner.

Prinsip menggambarkan komposisi dalam diagram terner dapat dilihat pada


gambar 1 dan 2 dibawah ini.
x

Titik A, B dan C menyatakan komponen murni. Titik titik pada sisi AB, BC,
AC menyatakan fraksi dari dua komponen sedangkan titik didalam segitiga
merupakan fraksi dari tiga komponen yang mana jumlah fraksi dari zat A, B dan C
adalah x, y dan z.

25 75

50 50

75 25

A B
Titik X menyatakan suatu campuran dengan fraksi A = 25%, B = 25% dan C
= 50%. Titik titik pada garis BP dan BQ menyatakan suatu campuran dengan
perbandingan jumlah A dan C yang tetap tetapi dengan jumlah B yang berubah, Hal
yang sama berlaku bagi garis garis yang ditarik dari salah sudut segitiga kesisi yang
ada dihadapannya. Daerah didalam lengkungan merupakan daerah dua fasa. Salah
satu cara untuk menentukan garis binoidal atau kurva kelarutan ini adalah dengan
cara menambah zat B kedalam berbagai komposisi campuran A dan C. Titik titik
pada lengkungan menggambarkan komposisi sistem pada saat terjadi perubahan dari
jernih menjadi keruh. Kekeruhan timbul karena larutan tiga komponen yang homogen
pecah menjadi dua larutan konjugat terner.

Contoh penerapan sistem tiga komponen dan diagram fase segitiga adalah
pada otimisasi bubuk slag nikel yaitu dengan cara pendekatan sistem temari C-A-S
(CaO-Al2O3-SiO2). Hal ini dilakukan melalui penerapan sistem persamaan
keseimbangan reaksi kimiawi dengan tiga fase utama, yaitu:

a. Fase pembentukan senyawa kalsium silika hidrat (CSH) hasil reaksi antara
trikalsium silikat (C3S) dan dikalsium silikat (C2S) semen dengan air
(H2O)
b. Fase pembentukan senyawa kalsium silika hidrat (CSH) bubuk slag nikel
dengan kalsium hidroksida (CH) hasil sampingan reaksi kimia fase
pertama.
c. Fase hidrogamet atau fase pembentukan ettringite sebagai produk reaksi
antara senyawa kimia silika oksida (SiO2) dan alumunium oksida (Al2O3)
bubuk slag nikel dengan kalsium hidroksida (CH) hasil sampingan reaksi
kimia fase pertama.
Ketiga fase tersebut merepresentasikan reaksi hidrasi cementitous dengan tiga
komponen produk reaksi yaitu kalsium silika hidrat (CSH), kalsium
hidroksida (CH), dan kalsium suoaluminat hidrat (CASH).
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Kesetimbangan kimia adalah reaksi yang terbentuk bila laju reaksi sama besar
dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah seiring berjalannya waktu.
Berdasarkan wujud zat-zat dalam keadaan setimbang, kesetimbangan kimia dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu

a. Kesetimbangan homogen

b. Kesetimbangan heterogen

Faktor- faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan antar lain:


a. Pengaruh konsentrasi

b. Pengaruh suhu

c. Pengaruh tekanan

d. Pengaruh volume

e. Pengaruh katalis

Hubungan kuantitaf antara pereaksi dan hasil reaksi terdiri atas

a. Tetapan kesetimbangan berdasarkan konsentrasi (kc)

b. Tetapan kesetimbangan berdasarkan tekanan parsial (kp)

c. Tetapan kesetimbangan berdasarkan tekanan parsial (Kp)

d. Hubungan kc dan kp

e. Disosiasi
DAFTAR PUSTAKA

Raymond Chang, 2005, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, jakarta: erlangga,

Sri Rahayu Ningsih, dkk, Sains Kimia 2 SMA/MA, 2007, Jakarta: Bumi Aksara

Keenan, dkk, 1984, Kimia untuk Universitaslahu, jakarta: Erlangga,

https://widiwidiaastuti.wordpress.com/2015/06/28/kesetimbangan-fasa

https://www.scribd.com/doc/86474145/Makalah-Kesetimbangan-Fasa

Anda mungkin juga menyukai