Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada dasarnya, istilah kesetimbangan berhubungan dengan apa yang kita sebut
”keseimbangan kimia” akan tetapi, keseimbangan ini merupakan keseimbangan Mekanik.
Dalam keseimbangan mekanik, jika resultan gaya ( net force) pada suatu benda sama dengan
nol, sehingga sebuah benda dikatakan kesetimbangan mekanik jika benda tersebut tidak sedang
mengalami perubahan dalam gerakannya (percepatannya sama dengan nol).

Ketika suatu reaksi kimia berlangsung dalam sebuah bejana yang mencegah masuk atau
keluarnya zat-zat yang terlibat dalam reaksi tersebut. Maka besaran-besaran (kuantitas-
kuantitas) dari komponen-komponen reaksi tersebut berubah ketika beberapa komponen
tersebut digunakan dan komponen lainnya terbentuk.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan kesetimbangan kimia ?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia?

3. Bagaimana Keadaan, pergeseran dan ketetapan kesetimbangan kimia ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kesetimbangan Kimia.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesetmbangan kimia

3. Untuk mengetahui keadaan, pergeseran dan ketetapan Kesetimbangan


BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI KESETIMBANGAN KIMIA

Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang teramati
selama bertambahnya waktu reaksi. Jika suatu kimia telah mencapai keadaan kesetimbangan
maka konsentrasi reaktan dan produk menjadi konstan sehingga tidak ada perubahan yang
teramati dalam sistem. Meskipun demikian, aktivitas molekul tetap berjalan, molekul-molekul
reaktan berubah mnjadi produk secara terus-menerus sambil molekul-molekul produk berubah
menjadi reaktan kembali dengan kecepatan yang sama.

Sedikit sekali reaksi kimia yang berjalan ke satu arah saja, kebanyakan adalah reaksi
dapat balik. Pada awal reaksi dapat balik, reaksi berjalan ke arah pembentukan produk. Sesaat
setelah produk tersebut, pembentukan reaktan produk juga mulai berjalan. Jika kecepatan reaksi
maju dan reaksi balik adalah sama, dan dikatakan bahwa kesetimbangan kimia telah dicapai.
Harus diingat bahwa kesetimbangan kimia melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai
reaktan dan produk. Kesetimbangan antara dua fase zat-zat yang sama disebut kesetimbangan
fisika, perubahan yang terjadi adalah proses fisika. Dalam peristiwa ini, molekul air yang
meninggalkan fase cair adalah sama dengan jumlah molekul yang kembali ke fase cair.

B. REAKSI SEARAH DAN REAKSI DAPAT BALIK

Menurut Konsep Stoikiometri, suatu zat yang direaksikan akan habis bereaksi jika
perbandingan mol zat itu sama dengan perbandingan koefisiennya. Contohnya adalah reaksi
berikut:

Mg(s) + 2HCl(aq) MgCl2(aq) + H2(g)

Pada reaksi tersebut, jika perbandingan mol Mg dan HCl yang direaksikan adalah 1:2
maka Mg dan HCl habis bereaksi. Reaksi yang seperti ini disebut reaksi satu arah
atau irreversible. Adakalanya pada reaksi kimia, reaktan tidak habis bereaksi, walaupun zat
yang direaksikan sama dengan perbandingan koefisiennya. Contohnya adalah pada campuran
gas nitrogen dan hidrogen jika dipanaskan menghasilkan gas amonia sesuai dengan persamaan
reaksi.

N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)


Pada reaksi tersebut, setelah campuran dibiarkan beberapa lama terdapat campuran gas N2, gas
H2, dan gas NH3. Ternyata gas NH3 yang terbentuk terurai kembali menjadi gas N2 dan gas
H2 berdasarkan reaksi berikut.

2NH3(g) N2(g) + 3H2(g)

Dalam hal ini reaksi tidak hanya berlangsung dari kiri ke kanan tetapi juga dari kanan ke kiri.
Reaksi yang berlangsung dari kiri ke kanan maupun dari kanan ke kiri disebut reaksi dapat
balik atau reversible. Jika laju reaksi ke kiri sama dengan laju reaksi ke kanan maka terjadi
kesetimbangan.

1. Reaksi Satu Arah (Irreversible)

Pada peristiwa reaksi satu arah, zat-zat hasil reaksi tidak dapat bereaksi kembali
membentuk zat pereksi. Ciri-ciri reaksi satu arah adalah sebagai berikut.

a. Reaksi ditulis dengan satu anak panah.


b. Reaksi berlangsung satu arah dari kiri ke kanan
c. Zat hasil reaksi tidak dapat dikembalikan seperti zat mula-mula
d. Reaksi baru berhenti apabila salah satu atau semua reaktan habis.

Contoh :

Zn(s) + 2HCl(aq) ZnCl2(aq) + H2(g)

Pada reaksi tersebut Zn habis bereaksi dengan HCl menghasilkan ZnCl2 dan gas H2.
ZnCl2 dan gas H2 tidak dapat bereaksi kembali membentuk Zn dan HCl.

2. Reaksi Dapat Balik (Reversible)

Pada reaksi dua arah, zat-zat hasil reaksi tidak dapat bereaksi kembali membentuk zat
pereaksi. Reaksi kesetimbangan kimia dapat terjadi bila reaksi yang terjadi merupakan reaksi
dapat balik (reversible) . Ciri-ciri reaksi dapat balik adalah sebagai berikut:

 Reaksi ditulis dengan dua anak panah yang berlawanan


 Reaksi berlangsung dari dua arah, yaitu dari kiri kekanan dan dari kanan ke kiri.
 Zat hasil reaksi dapat dikembalikan seperti zat mula-mula
 Reaksi tidak pernah berhenti karena komponen zat tidak pernah habis.

Contoh :

PbSO4(aq) + 2NaI(aq) PbI2(s) + Na2SO4(l)


Endapan PbI2 yang terbentuk dapat direaksikan dengan cara menambahkan larutan
Na2SO4 berlebih.

PbI2(s) + Na2SO4(l) PbSO4(aq) + 2NaI(aq)

Dalam penulisan reaksi dapat balik, kedua reaksi dapat digabung sebagai berikut.

PbSO4(aq) + 2NaI(aq) PbI2(s) + Na2SO4(l)

Apabila pada reaksi dapat balik laju reaksi ke kiri sama dengan laju reaksi ke kanan
akan terjadi kesetimbangan kimia.

C. KEADAAN KESETIMBANGAN

Berbagai reaksi dapat balik tidak semuanya dapat mencapai kesetimbangan. Untuk
mencapai kesetimbangan perlu beberapa syarat khusus, yaitu reaksinya dapat balik, sistemnya
tertutup, dan bersifat dinamis. Sistem tertutup merupakan sistem reaksi di mana baik zat-zat
yang bereaksi maupun zat-zat hasil reaksi tetap dalam sistem. Sistem tertutup tidak selamanya
harus terjadi dalam wadah tertutup, kecuali pada reaksi gas. Keadaan setimbang adalah suatu
keadaan dimana dua proses yang berlawanan arah berlangsung secara simultan dan terus
menerus, tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur. Cepat lambatnya suatu
reaksi mencapai kesetimbangan bergantung pada laju reaksi, semakin besar laju reaksi maka
semakin cepat. Kesetimbangan kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup.
Sementara itu, pada umumnya proses alami berlangsung dalam sistem terbuka. Berbagai proses
alami seperti perkaratan logam, pembusukan dan lain sebagainya.

1. Jenis Kesetimbangan Berdasarkan wujudnya

Berdasarkan wujud zat yang ada dalam keadaan setimbang. Kesetimbangan yang semua
komponennya satu fase disebut kesetimbangan homogen, sedangkan yang terdiri dari dua fase
atau lebih disebut kesetimbangan heterogen.

a. Kesetimbangan Homogen

Kesetimbangan homogen adalah reaksi kesetimbangan yang mengandung zat-zat yang


homogen (berada dalam satu fase).

 Kesetimbangan antara Gas dengan Gas

Contoh:
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)

2NO2(g) ⇌ N2O4(g)

H2(g) + Br2(g) ⇌ 2HBr(g)

 Kesetimbangan antara Larutan dengan Larutan

Contoh:

C2H5OH(aq)+CH3COOH(aq) ⇌ CH3COOC2H5(aq)+ H2O(aq)

b. Kesetimbangan Heterogen

Kesetimbangan heterogen adalah reaksi kesetimbangan yang mengandung zat-zat yang


heterogen (berada dalam beberapa fase).

 Kesetimbangan antara Zat Padat dengan Gas

Contoh:

CaCO3(g) ⇌ CaO(s) + CO2(g)

 Kesetimbangan antara Gas dengan Zat Cair

Contoh :

H2O(g) ⇌ H2O(l)

 Kesetimbangan antara Zat Padat dengan Larutan

Contoh :

CuSO4. 5H2O(s) ⇌ CuSO4(s) + H2O(l)

Kesetimbangan antara gas, Zat Cair, dan Zat Padat

Contoh :

H2CO3(aq) ⇌ H2O(s) + CO2(g)

D. Pergeseran Kesetimbangan

Seorang ahli kimia prancis, Henry Louis Le Chatelier (1850-1936) berpendapat sebagai
berikut: “Jika pada kesetimbangan reaksi dilakukan aksi-aksi tertentu, sistem akan
mengadakan reaksi dengan menggeser kesetimbangan untuk menghilangkan pengaruh aksi
tersebut.” Pendapat tersebut dikenal dengan azas Le Chatelier. Aksi-aksi yang dimaksud
Chatelier adalah melakukan tindakan dengan mengubah konsentrasi, suhu, tekanan, dan volume
sistem. Selanjutnya, keempat faktor itu disebutfaktor yang mempengaruhi kesetimbangan
reaksi yang akan diuraikan sebagai berikut.

1. Pengaruh Konsentrasi

Secara umum reaksi kesetimbangan adalah sebagai berikut:

A+B⇌C

Jika ada usaha untuk menambah konsentrasi dari salah satu zat pada reaksi setimbang,
akan terdapat reaksi yang mengkonsumsi zat tambahan terrsebut. Sebaliknya, jika ada usaha
untuk mengurangi konsentrasi salah satu zat pada reaksi setimbang, akan terdapat reaksi untuk
menambah zat yang dikurangi tersebut.

 Jika salah satu perekasi/reaktan/senyawa di ruas kiri diperbesar maka kesetimbangan


akan bergeser ke ruas kanan/produk/hasil reaksi. Sebaliknya jika salah satu
produk/hasil reaksi/ruas kanan diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke ruas
kiri/pereaksi/reaktan.
 Jika salah satu pereaksi/reaktan/senyawa di ruas kiri diperkecil maka kesetimbangan
kan bergeser ke ruas kiri/pereaksi/reaktan. Sebaliknya jika salah satu produk/hasil
ekasi/senyawa ruas kanan diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke ruas
anan/produk/hasil reaksi.

2. Pengaruh Volume

Secara umum reaksi kesetimbangan adalah sebagai berikut:

A+B⇌C

Sesuai dengan azas Le Chatelier, yaitu jika ada usaha untuk mengubah volume sistem,
maka akan ada reaksi ke arah jumlah mol zat yang lebih besar atau jumlah mol yang lebih
kecil. Usaha untuk menaikkan volume sistem sama dengan

memperkecil konsentrasi zat secara menyeluruh. Hal ini mengakibatkan kesetimbangan


bergeser ke jumlah mol terbesar. Sebaliknya jika ada usaha untuk menurunkan volume sistem,
hal itu sama dengan memperbesar konsentrasi zat secara menyeluruh yang mengakibatkan
kesetimbangan bergeser ke jumlah mol terkecil.

 Jika volume diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah
molekulnya terbanyak atau ke ruas yang jumlah angka koefisiennya terbanyak.
 Jika volume diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah
molekulnya terkecil atau ke ruas yang jumlah angka koefisiennya terkecil.
 Jika jumlah angka koefisien ruas kanan dan ruas kiri sama maka penambahan atau
pengurangan volume tidak akan menggeser kesetimbangan.

Contoh :

BiCl3(aq) + H2O(l) . BiOCl(s) + 2HCl(aq)

Ke arah mana kesetimbangan bergeser jika suhu tetap:

 Ditambah BiCl3
 Ditambah air
 Ditambah BiOCl

Penyelesaian:

 Penambahan BiCl3 akan menggeser kesetimbangan ke kanan.


 Memperbesar volume (penambahan air) akan menggeser kestimbangan ke kanan
kareena koefisien ruas kanan lebih besar daripada koefisien ruas kiri. Koefisien ruas
kiri = 1, yaitu koefisien BiCl3 sedangkan koefisien H2O tidak dihitung karena zat cair
murni (l)\. Jumlah koefisien di ruas kanan = 2 yaitu koefisien dari HCl, sedangkan
BiOCl tidak diperhitungkan karena bentuknya padat (s).
 Penambahan BiOCl merupakan omponen padat tidak dapat menggeser kesetimbangan

3. Pengaruh Tekanan

Secara umum reaksi kesetimbangan adalah sebagai berikut:

A+B C
Sesuai dengan azas Le Chatelier, yaitu jika ada usaha untuk mengubah tekanan sistem,
maka ada reaksi ke arah jumlah mol gas yang lebih besar atau jumlah gas yang lebih kecil. Jika
usaha yang dilakukan adalah menaikkan tekanan sistem, kesetimbangan akan bergeser ke
jumlah mol terkecil. Sebaliknya, jika usaha yang dilakukan adalah menurunkkan tekanan
sistem, kesetimbangan akan bergeser ke jumlah mol terbesar. engaruh tekanan berlawanan
dengan pengaruh volume:

 Jika tekanan diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah
molekulnya terkecil atau ke ruas yang jumlah angka koefisiennya terkecil.
 Jika tekanan diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah
molekulnya terbesar atau ke ruas yang jumlah angka koefisiennya terbesar.
 Jika jumlah angka koefisien ruas kiri dan ruas kanan sama maka penambahan atau
pengurangan tekanan tidak akan menggeser kesetimbangan.

4. Pengaruh Suhu

Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume dapat mengubah posisi kesetimbangan,


tetapi tidak mengubah nilai konstanta kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat
mengubah konstanta kesetimbangan. Pada reaksi kesetimbangan, terdapat
reaksi endotermik (menyerap kalor) dan reaksi eksotermik (melepas kalor). Jadi peningkatan
suhu menghasilkan reaksi endotermik dan penurunan suhu menghasilkan reaksi eksotermik.
Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume akan menyebabkan pergeseran reaksi tetapi tidak
akan merubah nilai tetapan kesetimbangan. Hanya perubahan temperatur yang dapat
menyebabkan perubahan tetapan kesetimbangan.

 Jika suhu sistem kesetimbangan dinaikkan maka reaksi sistem menurunkan suhu dengan
cara kesetimbangan bergeser ke pihak reaksi yang menyerap kalor (endoterm).
 Jika suhu sistem kesetimbangan diturunkan maka reaksi sistem menaikkan suhu dengan
cara kesetimbangan bergeser ke pihak reaksi yang melepas kalor (eksoterm).
5. Pengaruh Katalis

Katalis meningkatkan laju terjadinya reaksi. Katalis mempengaruhi laju reaksi maju
sama besar dengan reaksi balik. Jadi, keberadaan katalis tidak mengubah konstanta
kesetimbangan, dan tidak mengeser posisi sistem kesetimbangan. Penambahan katalis pada
campuran reaksi yang tidak berada pada kesetimbangan akan mempercepat laju reaksi maju
dan reaksi balik sehingga campuran kesetimbangan tercapai lebih cepat. Campuran
kesetimbangan yang sama dapat diperoleh tanpa katalis, tetapi kita mungkin harus menunggu
lama agar kesetimbangan terjadi.

Katalis mempengaruhi laju reaksi ke kanan maupun kekiri dan pengaruhnya sama.
Keadaan setimbang tidak berubah (tidak dipengaruhi katalis), tetapi hanya mempercepat
tercapainya kesetimbangan.

E. KETETAPAN KESETIMBANGAN

1. Tetapan Kesetimbangan (Kc)

Secara umum persamaan reaksi kesetimbangan atau reaksi dapat balik dapat dinyatakan
dengan persamaan reaksi

aA + bB → cC + dD

dimana a, b, c, dan d adalah koefisien stokiometri dari A, B, C, dan D. Pada saat terjadi
kesetimbangan maka harga tetapan kesetimbangan (K) dapat ditentukan. Nilainya ditentukan
dengan menggunakan perbandingan konsentrasi zat-zatnya saat tercapai kesetimbangan.

Tetapan kesetimbangan (K) untuk reaksi tersebut pada suhu tertentu dapat dinyatakan
dengan persamaan.

K =(〖[C]〗^(c ) 〖[D]〗^d)/(〖[A]〗^a 〖[B]〗^b )

a) Untuk Reaksi Kesetimbangan Homogen

Berdasarkan hukum kesetimbangan, perbandingan konsentrasi zat produk dengan


konsentrasi zat pereaksi, masing-masing dipangkatkan dengan koefisiennya adalah tetap. Dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa persamaan tetapan kesetimbangan dapat
ditentukan dari ersamaan reaksi kesetimbangannya. Perhatikan contoh berikut:

Reaksi kesetimbangan: N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)

Kc =〖[NH3]〗^(2 )/(〖[N2]〗^ 〖[H2]〗^3 )

b) Untuk reaksi Kesetimbangan Heterogen


Reaksi kesetimbangan heterogen adalah reaksi kesetimbangan yang terdiri dari zat-zat
yang berbeda wujudnya. Reaksi kesetimbangan heterogen ada yang terdiri dari wujud padat,
gas, dan cair. Beberapa contoh kesetimbangan heterogen dan harga Kc nya yaitu:

Reaksi kesetimbangan:

CaCO3(g) ⇌ CaO(s) + CO2(g)

Kc =([CO2])/([CaCO3])

Contoh Soal:

Diketahui reaksi kesetimbangan: 2HI(g) ⇌ H2(g) + I2(g). Jika 1 mol gas HI dimasukkan ke
dalam wadah sebesar satu Liter dan dipanaskan pada suhu tertentu terbentuk 0,2 mol gas I2,
maka harga tetapan kesetimbangan Kc adalah ....

c) Hubungan Kc dari persamaan Reaksi yang sama

Persamaan reaksi setara yang dimaksud adalah beberapa persamaan reaksi yang berasal
dari satu persamaan reaksi kesetimbangan. Beberapa persamaan reaksi kesetimbangan tersebut
diperoleh dengan membalikkan persamaan reaksi kesetimbangan tertentu atau mengalikan
persamaan reaksi kesetimbangan tertentu dengan suatu bilangan. Untuk lebih jelasnya
perhatikan contoh berikut ini:

 Secara umum reaksi kesetimbangan: A + B ⇌ C + D


Kc = K1

 Reaksi kesetimbangan di atas dibalik sehingga diperoleh reaksi kesetimbangan: C +


D⇌A+B

Kc = K2

 Persamaan reaksi kesetimbangan pada (a) dikali dua sehingga diperoleh reaksi
kesetimbangan 2A + 2B ⇌ 2C + 2D

Kc = K3

2. Tetapan Kesetimbangan Tekanan Parsial

Untuk suatu sistem kesetimbangan yang melibatkan gas, pengukuran dilakukan


terhadap tekanan, bukan terhadap konsentrasi. Tetapan kesetimbangan Kc diberi harga dalam
konsentrasi yang dinyatakan dalam mol per liter atau molar, sedangkan tetapan kesetimbangan
gas Kp diberi harga dalam tekanan parsial gas. Untuk menentukan persamaan tetapan
kesetimbangan gas Kp, sama seperti menentukan persamaan tetapan kesetimbangan Kc, hanya
saja satuan konsentrasi pada Kc diganti dengan tekanan parsial gas pada Kp.

mA + nB ⇌ pC + qD

Kc = Pc PD PA PB

Kc = (〖[Pc ]〗^(P ) 〖[PD]〗^q)/(〖[PA ]〗^m 〖[PB ]〗^n )

P = tekanan parsial senyawa gas

Perbandingan tekanan parsial = perbandingan mol saat setimbang

Jika diketahui tekanan total suatu reaksi gas maka tekanan parsial tiap-tiap zatnya dapat
ditentukan :

Tekanan Parsial Zat =(Mol zat setimbang)/(mol total saat setimbang ) x tekanan total

Dalam ruang 1 liter sebanyak 0,6 mol gas PCl5 dipanaskan menurut reaksi

PCl5 (g) → PCl3 (g) + Cl2 (g) Dalam kesetimbangan dihasilkan 0,2 mol gas Cl2, jika
temperatur pada ruangan 300 K dan harga R= 0,082 atm L atm

mol-1K-1 harga Kp….

Penyelesaian:
c. Hubungan Kc dan Kp
d. Kesetimbangan Disosiasi

Disosiasi adalah penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain. Dalam disosiasi juga terdapat
kesetimbangan (baik homogen maupun heterogen). Untuk menyatakan perbandingan antara
banyaknya zat-zat yang terurai dengan banyaknya zat mula-mula, dipakai istilah derajat
disosiasi yang diberi lambang ( ) Harga

Contoh :

Reaksi penguraian

2 SO3(g) ⇌ 2 SO2(g) + O2(g)

Memiliki tetapan kesetimbangan K = 0,025 mol/L pada suhu tertentu. Untuk dapat membatasi
penguraian 2 mol/L SO3 sampai 20 % saja, pada suhu tersebut berapa konstentrasi gas O2 yang
ditambahkan?

Penyelesaiian :
F. PERHITUNGAN TETAPAN KESETIMBANGAN

Jika konsentrasi masing-masing zat sudah diketahui, maka perhitungan harga Kc


dapat dilakukan secara langsung dengan memasukan nilai konsentrasi zat pada
persamaan sebagai berikut :

[ C]c [ D]d
KC =
[ A]a [ B]b

Contoh soal:

1. Pada reaksi penguraian gas N2O4 menjadi gas NO2 terjadi keadaan setimbang yang
dinyatakan dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
N2O4 (g)⇋ 2NO4(g)

Jika konsentrasi N2O4 dan NO2 berturut-turut 1,71 M dan 0,58 M, hitunglah harga Kc
pada keadaan tersebut !

Penyelesaian :
N2O4 (g)⇋ 2NO4

[ NO2]2 [ 0,58]2
KC= = =0,2

[N2O4] [1,71]
Jadi nilai Kc untuk eraksi tersebut adalah 0,2

Jika konsentrasi masing-masing zat belum diketahui seluruhnya, maka informasi yangada
di gambar digunakan untuk menentukan konsentrasi masing-masing zat dan hasil nya
digunakan untuk menentukan harga Kc

2. Jika 0,8 mol HI dimasukkan kedalam wadah 1 liter pada suhu 458oC, campurkan
dalam kesetimbangan di temukan mengandung 0,088 mol gas I2. hitung harga Kc untuk
reaksi kesetimbangan :

Untuk menentukan konsentrasi masing-masing zat,ikuti langkah-langkah berikut!

Kesetimbangan = 2HI (g)⇋ H2 (g) + I2 (g)


Awal = 0,8 0 0
Terurai = 2x x x

Kesetimbangan = 0,8-2x X 0,088

Pada kesetimbangan
[I2] = [H2] = 0,088 M
[HI] = 0,8-2x
= 0,8-2(0,088)
=0,623 M
Karena volume wadahnya 1 liter, maka jumlah mol menyatakan hargakonsentrasi,tetapi
jika volum wadah tersebut ≠ 1 liter, maka konsenttrasi
Mol
sama dengan
volume

sehingga :

[H2] [I2] (0,08) (0,08)


Kc= = =0,02
2
[HI] (0,623)

Jadi harga, harga Kc untuk penguraian HI pada suhu 4580 adalah 0,02

Jika konsentrasi masing-masing zat belum diketahui seluruhnya, tetapi diketahui harga
derajat dissosiasi (penguraian) zat, maka harga konsentrasi masing-masing zat ditentukan
berdasarkan harga derajat dissosiasi tersebut (α).

Mol yang terurai


α=
Mol mula-mula
Atau

Mol terurai= α x mol mula-mula


Dengan
α = derajat ionisasi

3. Sebanyak 0,4 mol HI di masukan ke dalam bejana 1 liter, sehingga


terjadikesetimbangan menurut persamaan berikut:
2HI ⇋ H2 + I2
Jika derajat dissosiasi HI diketahui sama dengan 0,25 hitung harga Kc

Penyelesaian

0,4 mol
[HI] mula-mula = =0,4 M
1 liter

[HI]Terurai = 0,25 x [HI] mula-mula


= 0,25 x 0,4 M

= 0,1 M
Reaksi kesetimbangan = 2HI (g)⇋ H2 (g) + I2 (g)
Mula-mula = 0,4 M
Terurai = 0,1 M

Kesetimbangan = 0,3 M 0,05 M + 0,05 M

[H2] [I2] (0,05) (0,05)


Kc= = =0,028
[HI]2 (0,3)2
Jadi, harga Kc adalah 0,028.
G. DERAJAT DISOSIASI
Disosiasi adalah penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih
sederhana.
Derajat disosiasi adalah perbandingan antara jumlah mol yang terurai dengan jumlah mol
mula-mula.
Contoh:
2NH3(g) ↔ N2(g) + 3H2(g)

besarnya nilai derajat disosiasi (α):


α= mol NH3 yang terurai / mol NH3 mula-mula

Harga derajat disosiasi terletak antara 0 dan 1, jika:


a = 0 berarti tidak terjadi penguraian
a = 1 berarti terjadi penguraian sempurna
0 <α< 1 berarti disosiasi pada reaksi setimbang (disosiasi sebagian).
Contoh:
Dalam reaksi disosiasi N2O4 berdasarkan persamaan :

N2O4(g)↔ 2NO2(g)

banyaknya mol N2O4 dan NO2 pada keadaan setimbang adalah sama.
Pada keadaan ini berapakah harga derajat disosiasinya ?
Jawab:
Misalkan mol N2O4 mula-mula = a mol
mol N2O4 yang terurai = a α mol →mol N2O4 sisa = a (1 -α) mol
mol NO2 yang terbentuk = 2 x mol N2O4 yang terurai = 2 a α mol
Pada keadaan setimbang:
smol N2O4 sisa = mol NO2 yang terbentuk
a(1 -α) = 2a α→ 1 - α = 2 α→α = 1/3
H. KESETIMBANGAN KIMIA BERDASARKAN TEKANAN PARSIAL

Tekanan parsial (bhs. Inggris: partial pressure) adalah tekanan yang diberikan
oleh komponen-komponen gas dalam campuran gas. Menurut hukum Dalton, tekanan
total merupakan jumlah dari seluruh tekanan parsial gas dalam campuran atau P = p1 +
p2 + ... + pn

Tekanan uap murni adalah tekanan uap dari zat cair (bisa juga zat padat) yang
murrni. Tekanan ini terdapat beberapa mikron di atas permukaan zat cair tersebut.
Adanya zat terlarut akan menurunkan tekanan uap karena timbulnya interaksi
antarmolekul zat cair.

Tekanan uap dan tekanan uap murni merupakan fungsi dari temperatur.Gas
merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini merupakan bagian tak
terpisahkan dari studi kimia, bab ini terutama hanya akan membahasa hubungan antara
volume, temperatur dan tekanan baik dalam gas ideal maupun dalam gas nyata, dan
teori kinetik molekular gas, dan tidak secara langsung kimia. Bahasan utamanya
terutama tentang perubahan fisika, dan reaksi kimianya tidak didisuksikan. Namun,
sifat fisik gas bergantung pada struktur molekul gasnya dan sifat kimia gas juga
bergantung pada strukturnya. Perilaku gas yang ada sebagai molekul tunggal adalah
contoh yang baik kebergantungan sifat makroskopik pada struktur mikroskopik.

a. Sifat gas

Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut.


1. Gas bersifat transparan.
2. Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
3. Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
4. Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak diwadahi,
volume gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya akan menjadi tak hingga
kecilnya.
5. Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.
6. Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.
7. Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas akan
mengembang.
8. Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.

Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas. Misalkan
suatu cairan memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan volumenya berkurang, cairan
itu tidak akan memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan memenuhi ruang tidak
peduli berapapun suhunya. Yang akan berubah adalah tekanannya.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer. Prototipe alat
pengukur tekanan atmosfer, barometer, diciptakan oleh Torricelli.

Tekanan didefinisikan gaya per satuan luas, jadi tekanan = gaya/luas.Dalam SI, satuan
gaya adalah Newton (N), satuan luas m2, dan satuan tekanan adalah Pascal (Pa). 1 atm
kira-kira sama dengan tekanan 1013 hPa.
1 atm = 1,01325 x 105 Pa = 1013,25 hPa
Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm, sering digunakan
untuk mengukur perubahan tekanan dalam reaksi kimia.

b. Volume dan tekanan

Fakta bahwa volume gas berubah bila tekanannya berubah telah diamati sejak
abad 17 oleh Torricelli dan filsuf /saintis Perancis Blase Pascal (1623-1662). Boyle
mengamati bahwa dengan mengenakan tekanan dengan sejumlah volume tertentu
merkuri, volume gas, yang terjebak dalam tabung delas yang tertutup di salah satu
ujungnya, akan berkurang. Dalam percobaan ini, volume gas diukur pada tekanan lebih
besar dari 1 atm.

Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik tercangih yang ada waktu
itu, dan ia mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah 1 atm akan mengembang.
Setelah ia melakukan banyak percobaan, Boyle mengusulkan persamaan (6.1) untuk
menggambarkan hubungan antara volume V dan tekanan P gas. Hubungan ini disebut
dengan hukum Boyle.
PV = k (suatu tetapan) (6.1)
Penampilan grafis dari percobaan Boyle dapat dilakukan dengan dua cara. Bila P diplot
sebagai ordinat dan V sebagai absis, didapatkan hiperbola (Gambar 6.1(a)). Kedua bila V
diplot terhadap 1/P, akan didapatkan garis lurus (Gambar 6.1(b)).

(a) Plot hasil percobaan; tekanan vs. volume


(b) Plot hasil percobaan; volume vs 1/tekanan. Catat bahwa kemiringan k tetap.
c. Volume dan temperatur
Setelah lebih dari satu abad penemuan Boyle ilmuwan mulai tertarik pada
hubungan antara volume dan temperatur gas. Mungkin karena balon termal menjadi
topik pembicaraan di kotakota waktu itu. Kimiawan Perancis Jacques Alexandre
César Charles (1746-1823), seorang navigator balon yang terkenal pada waktu itu,
mengenali bahwa, pada tekanan tetap, volume gas akan meningkat bila temperaturnya
dinaikkan. Hubungan ini disebut dengan hukum Charles, walaupun datanya
sebenarnya tidak kuantitatif. Gay-Lussac lah yang kemudian memplotkan volume gas
terhadap temperatur dan mendapatkan garis lurus (Gambar 6.2). Karena alasan ini
hukum Charles sering dinamakan hukum Gay-Lussac. Baik hukum Charles dan
hukum Gay-Lussac kira-kira diikuti oleh semua gas selama tidak terjadi
pengembunan.

Pembahasan menarik dapat dilakukan dengan hukum Charles. Dengan


mengekstrapolasikan plot volume gas terhadap temperatur, volumes menjadi nol pada
temperatur tertentu. Menarik bahwa temperatur saat volumenya menjadi nol sekiatar -
273°C (nilai tepatnya adalah -273.2 °C) untuk semua gas. Ini mengindikasikan bahwa
pada tekanan tetap, dua garis lurus yang didapatkan dari pengeplotan volume V1 dan V2
dua gas 1 dan 2 terhadap temperatur akan berpotongan di V = 0.
Fisikawan Inggris Lord Kelvin (William Thomson (1824-1907)) megusulkan pada
temperatur ini temperatur molekul gas menjadi setara dengan molekul tanpa gerakan dan
dengan demikian volumenya menjadi dapat diabaikan dibandingkan dengan volumenya
pada temperatur kamar, dan ia mengusulkan skala temperatur baru, skala temperatur
Kelvin, yang didefinisikan dengan persamaan berikut. 273,2 + °C = K (6.2)

273,2 + °C = K (6.2)
Kini temperatur Kelvin K disebut dengan temperatur absolut, dan 0 K disebut dengan
titik nol absolut. Dengan menggunakan skala temperatur absolut, hukum Charles dapat
diungkapkan dengan persamaan sederhana
V = bT (K) (6.3)
dengan b adalah konstanta yang tidak bergantung jenis gas.

Menurut Kelvin, temperatur adalah ukuran gerakan molekular. Dari sudut


pandang ini, nol absolut khususnya menarik karena pada temperatur ini, gerakan
molekular gas akan berhenti. Nol absolut tidak pernah dicapai dengan percobaan.
Temperatur terendah yang pernah dicapai adalah sekitar 0,000001 K.

Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolume sama, pada temperatur dan


tekanan yang sama, akan mengandung jumlah molekul yang sama (hukum
Avogadro; Bab
1.2(b)). Hal ini sama dengan menyatakan bahwa volume real gas apapun sangat kecil
dibandingkan dengan volume yang ditempatinya. Bila anggapan ini benar, volume gas
sebanding dengan jumlah molekul gas dalam ruang tersebut. Jadi, massa relatif, yakni
massa molekul atau massa atom gas, dengan mudah didapat.

d. Persamaan gas ideal

Esensi ketiga hukum gas di atas dirangkumkan di bawah ini. Menurut tiga hukum ini,
hubungan antara temperatur T, tekanan P dan volume V sejumlah n mol gas dengan
terlihat.
Tiga hukum Gas
Hukum Boyle: V = a/P (pada T, n tetap)
Hukum Charles: V = b.T (pada P, n tetap)
Hukum Avogadro: V = c.n (pada T, P tetap)
Jadi, V sebanding dengan T dan n, dan berbanding terbalik pada P. Hubungan ini dapat
digabungkan menjadi satu persamaan:
V = RTn/P (6.4)
atau
PV = nRT (6.5)
R adalah tetapan baru. Persamaan di atas disebut dengan persamaan keadaan gas ideal
atau lebih sederhana persamaan gas ideal.
Nilai R bila n = 1 disebut dengan konstanta gas, yang merupakan satu dari konstanta
fundamental fisika. Nilai R beragam bergantung pada satuan yang digunakan. Dalam
sistem metrik, R = 8,2056 x10–2 dm3 atm mol-1 K-1. Kini, nilai R = 8,3145 J mol-1 K-1
lebih sering digunakan e. Hukum tekanan parsial

Dalam banyak kasus Anda tidak akan berhadapan dengan gas murni tetapi dengan
campuran gas yang mengandung dua atau lebih gas. Dalton tertarik dengan masalah
kelembaban dan dengan demikian tertarik pada udara basah, yakni campuran udara
dengan uap air. Ia menurunkan hubungan berikut dengan menganggap masing-masing
gas dalam campuran berperilaku independen satu sama lain.
Anggap satu campuran dua jenis gas A (nA mol) dan B (nB mol) memiliki volume V
pada temperatur T. Persamaan berikut dapat diberikan untuk masing-masing gas.
pA = nART/V (6.8)
pB = nBRT/V (6.9)
pA dan pB disebut dengan tekanan parsial gas A dan gas B. Tekanan parsial adalah
tekanan yang akan diberikan oleh gas tertentu dalam campuran seandainya gas tersebut
sepenuhnya mengisi wadah.
Dalton meyatakan hukum tekanan parsial yang menyatakan tekanan total P gas sama
dengan jumlah tekanan parsial kedua gas. Jadi,
P = pA + pB = (nA + nB)RT/V (6.10)
Hukum ini mengindikasikan bahwa dalam campuran gas masing-masing komponen
memberikan tekanan yang independen satu sama lain. Walaupun ada beberapa gas dalam
wadah yang sama, tekanan yang diberikan masing-masing tidak dipengaruhi oleh
kehadiran gas lain.
Bila fraksi molar gas A, xA, dalam campuran xA = nA/(nA + nB), maka pA dapat juga
dinyatakan dengan xA.
pA = [nA/(nA + nB)]P (6.11)
Dengan kata lain, tekanan parsial setiap komponen gas adalah hasil kali fraksi mol, xA,
dan tekanan total P.
Tekanan uap jenuh (atau dengan singkat disebut tekanan jenuh) air disefinisikan sebagai
tekanan parsial maksimum yang dapat diberikan oleh uap air pada temperatur tertentu
dalam campuran air dan uap air. Bila terdapat lebih banyak uap air, semua air tidak dapat
bertahan di uap dan sebagian akan mengembun.

I. SISTEM KESETIMBANGAN DALAM INDUSTRI


Agar suatu zat dihasilkan sebanyak mungkin suatu reaksi kimia harus diusahakan
supaya berlangsung ke arah hasil reaksi (ke arah kanan) jika reaksinya merupakan reaksi
kesetimbangan, maka faktor-faktor konsentrasi, suhu, tekanan gas, serta katalis harus
diperhitungkan agar reaksi itu berlangsung cepat dan ekonomis.
Dalam pasal ini, kita mencoba meninjau dua proses yang sangat penting, dibidang kimia
industri, yaitu pembuatan amoniak proses Haber Bosch serta pembuatan asam sulfat
menurut proses kontak.
Proses Haber-Bosch

Frite Haber (186-1984) dari Jerman adalah orang yang mula-mula berhasil,
mensintesa amoniak dari gas-gas nitrogen dan hidrogen, sehingga ia mendapat hadiah
nobel tahun 1918. Proses pembuatan amoniak ini lalu disempurnakan oleh rekan
senegaranya, Karl Bosch (1874-1940) yang juga meraih hadiah Nobel tahun 1931. Itulah
sebabnya proses pembuatan amoniak dikenal sebagai proses Haber-Bosch.
Reaksi yang berlangsung adalah: N2(g) + 3H2(g) <==> 2NH3(g) + 22 k kal
Pada suhu biasa, reaksi ini berjalan lambat sekali. Jika suhu dinaikkan reaksi akan
berlangsung jauh lebih cepat. Akan tetapi, penaikan suhu menyebabkan reaksi bergeser
ke kiri (mengapa?), sehingga mengurangi hasil NH3.Dengan memperhitungkan, faktor-
faktor waktu dan hasil, maka suhu yang digunakan adalah 500oC.
Untuk mempercepat tercapainya keseimbangan, dipakai katalis oksida-oksida besi.Agar
reaksi bergeser ke kanan, tekanan yang digunakan haruslah tinggi. Tekanan 200 atm akan
memberikan hasil NH3 15% tekanan 350 atm menghasilkan NH3 30% dan tekanan
1000atm akan menghasilkan NH3 40%.
Selama proses berlangsung, gas-gas nitrogen dan hidrogen terus-menerus ditambahkan ke
dalam campuran apapun, sedangkan NH3 yang terbentuk harus segera dipisahkan dari
campuran dengan cara menggemburkannya, sebab titik didih NH3 jauh lebih tinggi dari
titik didih N2 dan H2O.
Proses Haber Bosch merupakan proses yang cukup penting dalam dunia industri, sebab
amoniak merupakan bahan utama dalam pembuatan berbagai barang, misalnya pupuk
urea, asam nitrat dan senyawa-senyawa nitrogen lainnya. Amoniak juga sering dipakai
sebagai pelarut, karena kepolaran amonia cair hampir menyamai kepolaran air.

PROSES KONTAK
Proses kontak merupakan proses pembuatan asam sulfat secara besar-besaran. Dalam
industri modern, banyak sekali digunakan asam sulfat antara lain sebagai: pada
pembuatan pupuk amonium sulfat dan pada proses pemurnian minyak tanah, pada
industri baja untuk menghilangkan karat besi sebelum bajanya dilapisi timah atau seng,
pada pembuatan zat warna, obat-obatan, pada proses pemurnian logam dengan
caraelektrolisa, pada industri tekstil, cat, plastik, akumulator, bahan peledak, dll.
Pendeknya, banyaknya pemakaian asam sulfat disuatunegara telah dipakai sebagai
ukuran kemakmuran negara tersebut.
Pada pembuatan asam sulfat menurut proses kontak bahan yang dipakai adalah belerang
murni yang dibakar di udara. S(s) + O2(g) --> SO2(g)
SO2 yang terbentuk di oksidasi di udara dengan memakai katalisator. Reaksinya
terbentuk kesetimbangan : 2SO2(g) + O2(g) <==> 2SO3(g) + 45 k kal.
Dahulu dipakai serbuk platina sebagai kontak.Tetapi sekarang dipakai katalis V2O5
(Vanadium penta oksida) yang lebih murah.
Menurut kesetimbangan di atas, makin rendah suhunya makin banyak SO3 yang
dihasilkan. Akan tetapi, sama seperti pembuatan amoniak pada suhu rendah reaksi
berjalan lambat. Dengan memperhitungkan faktor-faktor waktu dan hasil dipilih suhu
400oC, dan hasilnya yang diperoleh pada suhu ini kira-kira 98%.Itulah sebabnya reaksi
ini tidak perlu dilaksanakan pada tekanan tinggi.
Oleh karen gas SO2 agak sukar larut dalam air, maka SO3 dilarutkan dalam H2SO4
pekat. Jadi pada pembuatan H2SO4, bahan yang ikut digunakan juga H2SO4 SO3 +
H2SO4 --> H2S2O7 asam pirosulfat Asam pirosulfat kemudian disirami air : H2S2O7 +
H2O --> 2H2SO4

KECEPATAN REAKSI(LAJU REAKSI)


Pada umunya reaksi-reaksi berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda.Ada reaksi
yang berlangsung sangat cepat, ada pula reaksi yang berlangsung sangat lambat.Untuk
menyatakan lambat cepatnya suatu reaksi dikemukakan konsep-konsep kecepatan reaksi
atau laju reaksi.Kecepatan reaksi/laju reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi/hasil
reaksi persatuan waktu. Contoh: A --> B
Pada awal reaksi zat B belum ada dalam campuran setelah reaksi berjalan.Konsentrasi B
semakin bertambah. Sedangkan knsentrasi A semakin berkurang.
Kecepatan reaksi dapat diukur dengan menghitung pertambahan konsentrasi B tiap satuan
waktu tertentu dengan menggunakan pengurangan konsentrasi zat A tiap satuan waktu
tertentu.
Waktu

----------------------- ------------------------
! V = delta (B)/delta t !atau ! V = -delta (A)/delta t !
----------------------- ------------------------
ket: V = kecepatan reaksi
(A) = konsentrasi A (mol/liter)
(B) = konsentrasi B (mol/liter)
t = waktu

Faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:


Luas permukaan sentuh

Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam banyak, sehingga
menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan
bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi
pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu
semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi;
sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
bereaksi.

Suhu

Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu reaksi yang
berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan
yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu
diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil.

Katalis

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi
tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih
cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya
terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih
rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.

Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan katalis heterogen.
Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi dalam reaksi yang
dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang sama. Satu contoh sederhana
untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu permukaan di mana pereaksi-
pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerat. Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah
sedemikian sehingga memadai terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis lebih
lemah, sehingga akhirnya terlepas.
Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu
perantarakimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu proses
yang memulihkan katalisnya. Berikut ini merupakan skema umum reaksi katalitik, di mana C
melambangkan katalisnya:

... (1)

... (2)

Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan kembali oleh reaksi
2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi :

Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis Ziegler-Natta yang
digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen. Reaksi katalitis yang paling dikenal
adalah proses Haber, yaitu sintesis amonia menggunakan besi biasa sebagai katalis. Konverter
katalitik yang dapat menghancurkan produk emisi kendaraan yang paling sulit diatasi, terbuat
dari platina dan rodium.

Molaritas

Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut. Hubungannya dengan
laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat suatu reaksi
berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih
lambat daripada molaritas yang tinggi.

Konsentrasi

Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrsi reaktan maka dengan
naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi
maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan
bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat. Jika zat yang
direaksikan berupa larutan maka faktor yang harus diperhatikan adalah konsentrasi suatu larutan
yang pekat tentu mengandung molekul-molekul yang lebih banyak dibandingkan dengan
yang encer.Jumlah molekul yang banyak tentu lebih mudah dan lebih sering bertabrakan
dibandingkan dengan molekul-molekul yang jumlahnya sedikit. Sehingga makin besar
konsentrasi suatu larutan yang direaksikan maka makin besar pula kecepatan
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang teramati
selama bertambahnya waktu reaksi. Jika suatu kimia telah mencapai keadaan kesetimbangan
maka konsentrasi reaktan dan produk menjadi konstan sehingga tidak ada perubahan yang
teramati dalam sistem.

Untuk mencapai kesetimbangan perlu beberapa syarat khusus, yaitu reaksinya dapat
balik, sistemnya tertutup, dan bersifat dinamis. Sistem tertutup merupakan sistem reaksi di
mana baik zat-zat yang bereaksi maupun zat-zat hasil reaksi tetap dalam sistem. Sistem tertutup
tidak selamanya harus terjadi dalam wadah tertutup, kecuali pada reaksi gas. Keadaan
setimbang adalah suatu keadaan dimana dua proses yang berlawanan arah berlangsung secara
simultan dan terus menerus, tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur.

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini, pemakalah mengharapkan kritikan dan saran demi
kesempurnaan makalah ini. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Sekian materi dari
pemakalah, apabila terdapat kesalahan pemakalah memohon maaf dengan sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/kesetimbangan_kimia/reaksi- reversibel/

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/definisi-kesetimbangan-
dan-karakteristiknya/

http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-
Pendamping/Praweda/Kimia/0182%20Kim%201-6e.htm

Anda mungkin juga menyukai