PENDAHULUAN
[HI]20
Karena didapat hasil ❑ yang lebih besar dari pada Kc
[ H2 ]❑
0 [ I2 ]0
[HI]20
tersebut diatas, ❑ , disebut dengan Qc.
[ H2 ]❑
0 [ I2 ]0
Apabila zat pada ruas kiri dan ruas kanan dari suatu reaksi
kesetimbangan dicampurkan dalam suatu wadah reaksi maka sangat
mungkin bahwa campuran tidak setimbang. Reaksi harus
berlangsung ke kanan atau ke kiri sampai mencapai kesetimbangan.
Dalam hal seperti ini, arah reaksi dapat ditentukan dengan
memeriksa nilai kuotion reaksi (Qc). Kuotion reaksi adalah nisbah
konsentrasi yang bentuknya sama dengan persamaan Kc.
Untuk menentukan arah reaksi dalam mencapai kesetimbangan
kita dapat membandingkan nilai Qc dan Kc yaitu sebagai berikut ini :
1. Jika Qc < Kc, reaksi bersih berlangsung ke kanan sampai Qc =
Kc.
2. Jika Qc > Kc berarti reaksi bersih berlangsung ke kiri sampai Qc
= Kc.
3. Jika Qc = Kc berarti campuran seimbang (Nasrudin, 2015).
Penggundulan hutan karena pohon-pohon ditebang untuk diambil
kayunya atau membuka lahan untuk ladang. Tidak ada simpanan air
tanah. Siklus air menjadi terganggu, sehingga sistem kesetimbangan
air di alam juga akan terganggu. Kalau ada pengaruh dari luar, maka
suatu sistem ini kesetimbangan akan mengadakan aksi untuk
mengurangi pengaruh atau gangguan tersebut. Hal ini sesuai dengan
azas Le Chatelier.
Secara mikroskopik sistem kesetimbangan umumnya peka
terhadap gangguan dari lingkungan. Andaikan sistem yang kita
perhatikan adalah kesetimbangan air-uap, air dalam silinder. Jika
volume sistem diperbesar (tekanan dikurangi) maka sistem berupaya
mengadakan perubahan sedemikian rupa sehingga mengembalikan
tekanan ke keadaan semula, yakni dengan menambah jumlah
molekul yang pindah ke fasa uap. Setelah kesetimbangan baru
dicapai lagi, air akan lebih sedikit dan uap air terdapat lebih banyak
daripada keadaan kesetimbangan pertama tadi (Nasrudin, 2015).
Jika kesetimbangan itu ditulis dalam persamaan reaksi:
H2O (l) → H2O (g)
2.6 Katalis
Katalis merupakan senyawa kimia yang meningkatkan laju reaksi pada
reaksi kimia tanpa katalis tersebut secara permanen terlibat didalam reaksi.
Sehingga katalis pada akhir reaksi tidak berikatan dengan senyawa reaktan
maupun produk yang ada. Keadaan senyawa katalis sebagai subjek pada tiap
interaksi kimia yang terjadi dengn reaktan tetapi katalis tidak berubah
diakhir reaksi. Katalis mempercepat reaksi kinetika terhadap hasil
termodinamika dengan cara memberikan jalur yang lebih mudah untuk
diikuti oleh molekul sehingga dibutuhkan energi yang tidak besar. Katalis
yang mengalami perubahan secara kimia dan fisik akan menurunkan
kemampuannya sebagai katalis secara perlahan hingga dapat menyebabkan
terjadinya deaktivasi katalis.
Fungsi katalis yaitu sebagai aktivasi, selektivitas, dan dekativasi.
Aktivasi sebagai pendorong reaksi berjalan cepat dengan memberikan jalur
alternative, katalis sebagai selektifitas yaitu selektif pada suatu reaksi
sehingga menghasilkan produk yang sesuai dan juga katalis sebagai
deaktifasi yaitu katalis digunakan sebagai penghambat laju reaksi yang
terjadi.
Katalis memiliki sisi aktif yang berperan dalam suatu proses reaksi,
peningkatan sisi aktif memiliki beberapa kelebihan seperti laju reaksi tinggi
pada semua kondisi, laju rekasi sama tetapi dengan reaktor kecil, laju reaksi
sama pada temperatur atau tekanan rendah dimana menghasilkan
kesetimbangan yang akan meningkat, operasi menjadi mudah, pada
deaktifasi menjadi berkurang ataupun suatu selektifitas tersebut maka akan
meningkat pada suatu prosesnya (Setiawan, 2017).
2.6.1 Klasifikasi Katalis
Katalis memiliki 3 macam klasifikai yaitu katalis homogen,
katalis heterogen, dan enzim. Perbedaan ini berdasarkan penggunaan
katalis pada suatu reaksi.
a. Katalis homogen
Katalis homogen ialah katalis yang memiliki fasa yang sama
dengan reaktan dan produk yang dihasilkan. Biasanya katalis
homogen berupa fasa cair dimana katalis dan reaktan berada
dalam suatu larutan. Katalisis terjadi dengan adanya
pengkompleksan dan pengarutan ulang antara molekul dan ligan
dari katalis itu sendiri. Reaksi bisa bersifat sangat spesifik,
dengan hasil produk yang tinggi. Reaksi yang terjadi dapat
dengan mudah dipelajari didalam laboratorium dengan teknik
kimia organologam.
b. Katalis Heterogen
Katalis heterogen yaitu berupa sistem dimana reaktan dan
katalis berada pada fasa yang berbeda, umumnya padatan katalis
yang digunakan pada reaktan berfasa cair maupun gas. Sistem
heterogen sulit untuk dipelajari di laboratorium.
c. Katalis Enzim
Enzim merupakan molekul protein dengan ukuran koloid,
terkadang pada ukuran antara homogen molekul dan juga pada
heterogen makroskopik katalis (Setiawan, 2017).
H⁺ dari asam dan ion OH⁻ dari basa akan bergabung molekul air, sedangkan
anion dari asam dan kation dari basa akan berikatan membentuk senyawa
garam. Karena hasil reaksi antara asam dengan basa membentuk air yang
bersifat netral, maka reaksi tersebut disebut reaksi penetralan. Akan tetapi
perlu diketaahui bahwa karena reaksi tersebut juga menghasilkan garam,
maka reaksi tersebut juga sering dikenal dengan sebutan reaksi penggaraman
3. Garam yang netral berasal dari suatu asam lemah + basa kuat → garam
(basa)
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
3.2 Bahan
a. Asam asetat (CH3COOH) 96%
b. Asam sulfat pekat (H2SO4) 97%
c. Natrium hidroksida (NaOH) 0.5 N
d. Etanol (C2H5OH) 96%
e. Indikator phenolfhetalein (PP)
f. Aquadest (H2O)
3.3 Cara Kerja
Pertama-tama membilas alat dengan alkohol kemudian mengeringkan
dalam oven. Setelah kering merangkai alat labu leher tiga, kondensor, dan
termometer diatas mangkuk aluminium yang berisi air, kemudian
meletakkan rangkaian alat tersebut di atas hotplate lalu menjepit kondensor
dengan menggunakan statif yang berdiri disamping hotplate, selanjutnya
menutup bagian sambungan dengan menggunakan aluminium foil untuk
mencegah uap keluar. Kemudian memasukkan Etanol (CH5OH) ke dalam
labu leher tiga sebanyak 200 ml lalu memanaskanyya hingga suhu 60-65°C,
lalu memasukkan magnetic stirrer, kemudian menutup labu leher tiga.
Menyalakan hotplate, setelah itu memasukkan asam asetat (CH3COOH)
sebanyak 50 ml dengan perbandingan asam asetat dan alkohol 1 : 4 hingga
suhu larutan yang ditentukan yaitu suhu 60-70°C selama 10 menit.
Selanjutnya memipet sampel sebanyak 5 mL ke dalam Erlenmeyer,
sambil menunggu larutan mencapai suhu, meneteskan 3-5 tetes fenoftalein
pada larutan di erlenmeyer, kemudian menitrasinya dengan kalium
hidroksida. Kemudian menambahkan katalis asam sulfat (Asam Sulfat)
sebanyak 5 ml kedalam labu leher tiga lalu menunggunya hingga mencapai
suhu 60°. Setelah mencapai suhu terebut, kemudian mengambil kembali 5
ml larutan tersebut setiap selang waktu 7 menit ke dalam erlenmeyer, lalu
meneteskan indikator fenoftalein ke dalam larutan tersebut, kemudian
kembali dititrasi hingga mencapai titik ekuivalen.
Menyalakan hotplate