DISUSUN OLEH :
NAMA : MUTIAWALIA PUTRI
STAMBUK : 092 2019 0007
KELAS/KELOMPOK : C1/III
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Refraktometer
Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernes Abbe seorang ilmuan dari German
pada permulaan abad 20. Refraktometer Abbe merupakan alat untuk mengukur
indeks bias cairan, padatan dalam cairan atau serbuk dengan indeks bias dari
1,300 sampai 1,700 dan presentase padatan 0% - 95%. Cara kerja refraktometer
abbe didasarkan pada hukum snellius yang berbunyi "sudut kritis yang dibentuk
oleh cahaya yang datang akan menghasilkan zat yang dianalisa". Cahaya
direfleksikan dari kaca akan melewati prisma. Kaca yang permukaan kasar
sebagai sumber cahaya tak terhingga. Cahaya melewati lapisan cairan 0,1mm
dari seluruh arah. Cahaya masuk ke prisma dengan direfraksikan. Sinar kritis
membentuk medan bagian terang dan gelap ketika dilihat dengan teleskop yang
bergerak bersamaan dengan skala.
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan konsentrasi
atau kadar dari bahan terlarut dengan memanfaatkan indeks bias suatu cahaya
seperti gula dan garam. Indeks bias adalah kecepatan cahaya di ruang hampa
dengan kecepatan cahaya pada zat tersebut atau perbandingan dengan sinus
sudut datang dengan sinus sudut bias. Nilai pada indeks bias suatu zat terlarut
selalu berubah tergantung nilai suhu dan panjang gelombang yang dibiaskan.
Prinsip kerja alat refraktometer menggunakan prisip pembiasan. Jika sampel
adalah larutan konsentrasi rendah maka yang terjadi sudut refraksi akan lebar
dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan sampel besar. Maka skala
terbaca akan jatuh pada skala rendah. Sedangkan, jika sampel dengan
konsentrasi tinggi maka sudut refraksi akan kecil karena perbedaan refraksi
prisma dan sampel kecil.
Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila
seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut
sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada
bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati garis normal, sebab sinar
datang dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke
kaca. Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar dibiaskan menjahui garis
normal, sebab sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik kurang rapat yaitu
dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang melewati sebuah prisma akan
mengalami pembelokan arah dari arah semula.
Pengukuran indeks bias dapat dilakukan menggunakan refraktometer.
Refraktometer menggunakan prinsip pembiasan cahaya ketika mengenai suatu
larutan. Refraktometer tersiri dari 3 jenis yang dapat digunakan sebagai detector
kromatografi dalam sebuah larutan, yaitu Refraktometer dengan menggunakan
prinsip pembiasan cahaya dengan prisma (Refaktometer Brix), Refraktometer
Refraksi (Refraktometer Laser), dan Refraktometer yang menggunakan suatu
interferometri (Widianti and Minarni, 2019).
Refraktometer Brix merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kadar
gula dan kadar air, nilai ini dapat dikonversi menjadi nilai indeks bias pada suatu
cairan. Refraktometer laser merupakan sebuah metode yang digunakan untuk
mengukur sudut deviasi dari sebuah larutan. Sistem refraktometer laser tersebut
dapat digunakan untuk mengukur suatu konsentrasi, suhu, dan panjang
gelombang yang bergantung pada indeks refraksinya (Indeks bias) dan solusi
dari hamburan cairan (Widianti and Minarni, 2019).
Berikut ini merupakan bagian-bagian dari refraktometer :
a. Day light plate (kaca)
Day light plate berfungsi untuk melindungi prisma dari goresan akibat
debu, benda asing, atau untuk mencegah agar sampel yang diteteskan pada
prisma tidak menetes atau jatuh.
b. Prisma (biru)
Prisma merupakan bagian yang paling sensitif terhadap goresan.
Prisma berfungsi untuk pembacaan skala dari zat terlarut dan mengubah
cahaya polikromatis (cahaya lampu/matahari) menjadi monokromatis.
c. Knop pengatur skala
Knop pengatur skala berfungsi untuk mengkalibrasi skala menggunakan
aquades. Cara kerjanya ialah knop diputar searah atau berlawanan arah
jarum jam hingga didapatkan skala paling kecil (0.00 untuk refraktometer
salinitas, 1.000 untuk refraktometer urine).
d. Lensa
Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang monokromatis.
e. Handle
Handle berfungsi untuk memegang alat refraktometer dan menjaga suhu
stabil.
f. Bimatal strip
Bimetal strip terletak pada bagian dalam alat (tidak terlihat) dan
berfungsi untuk mengatur suhu sekitar 18 – 280C. Jika saat pengukuran
suhunya mencapai kurang dari 18 0C atau melebihi 28 0C maka secara
otomatis refraktometer akan mengatur suhunya agar sesuai dengan range
yaitu 18 – 280C.
g. Lensa pembesar
Sesuai dengan namanya, lensa pembesar berfungsi untuk memperbesar
skala yang terlihat pada eye piece sehingga dapat dilihat.
h. Eye piece
Eye piece merupakan tempat untuk melihat skala yang ditunjukkan oleh
refraktometer.
i. Skala
Skala berguna untuk melihat, konsentrasi, dan massa jenis suatu larutan.
2.3 Pembiasan Cahaya
Ketika seberkas cahaya mengenai permukaan suatu benda, maka cahaya
tersebut ada yang dipantulkan dan ada yang diteruskan. Jika benda tersebut
transparan seperti kaca atau air, maka sebagian cahaya yang diteruskan terlihat
dibelokkan, dikenal dengan pembiasan. Cahaya yang melalui batas antar dua
medium dengan kerapatan optik yang berbeda, kecepatannya akan berubah.
3.1 Alat
3.1.1 Bulb
3.1.2 Pipet Skala 20 mL
3.1.3 Pipet Tetes
3.1.4 Corong
3.1.5 Piknometer
3.1.6 Gelas Ukur 10 mL
3.1.7 Labu Ukur 100 mL
3.1.8 Gelas Piala 100 mL
3.1.9 Refraktometer Hand
3.2 Bahan
3.2.1 Sirup
3.2.2 Yogurt
3.2.3 Tissue
3.2.4 Aquadest (H2O)
4.1 Soal
1. Apa yang dimaksud pembiasan cahaya ?
2. Apa yang dimaksud dengan indeks biasa ?
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis refraktometer ?
4. Buatlah sebuah larutan dengan takaran 18,3% dan 27,5% dalam 100 mL!
4.2 Jawaban
1. Pembiasan (refraksi) cahaya adalah pembelokan arah rambat cahaya yang
disebabkan medium (zat perantara) yang dilalui cahaya berbeda kerapatan
optiknya sehingga kecepatan cahaya berbeda pula. Contoh pembiasan
cahaya adalah cahaya dari udara ke kaca, dari air ke kaca, dari udara ke air,
dan sebagainya.
2. Indeks bias menyatakan perbandingan (rasio) antara kelajuan cahaya di
ruang hampa terhadap kelajuan cahaya di dalam bahan. Cepat rambat
gelombang cahaya di ruang hampa sebesar c. Jika melalui suatu medium
maka cahaya tersebut akan mengalami perubahan kecepatan menjadi v,
dimana besarnya v jauh lebih kecil dibandingkan cepat rambang cahaya di
ruang hampa c. Ketika cahaya merambat di dalam suatu bahan, kelajuannya
akan turun sebesar suatu faktor yang ditentukan oleh karakteristik bahan
yang dinamakan indeks bias (n).
3. Jenis-jenis refraktometer
a. Refraktometer pembiasan cahaya dengan prisma (Refraktometer Brix)
Refraktometer Brix merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur kadar gula dan kadar air, nilai ini dapat dikonversi menjadi
nilai indeks bias pada suatu cairan. Refraktometer Brix menggunakan
prinsip pembiasan cahaya dengan prisma.
b. Refraktometer Refraksi (Refraktometer Laser)
Refraktometer laser merupakan sebuah metode yang digunakan
untuk mengukur sudut deviasi dari sebuah larutan. Sistem refraktometer
laser dapat juga digunakan untuk mengukur suatu konsentrasi, suhu, dan
panjang gelombang yang bergantung pada indeks refraksinya (Indeks
bias) dan solusi dari hamburan cairan.
c. Refraktometer menggunakan interferometri
Refraktometer interferometri ialah refraktometer yang bekerja
dengan mengukur jari-jari cincin interferensinya. Metode ini bekerja
dengan cara sinar laser dipisahkan menjadi dua berkas. Berkas uji
dilewatkan ke sampel yang hendak diukur sedangkan berkas referensi
tidak melewati apa-apa. Kedua sinar tersebut kemudian digabungkan
kembali. Hasil interferensi cahaya yang diukur berupa pelemahan.
v volume zat terlarut
4. % v = volume total x 100%
Faradhillah, F. and Hendri, S. (2019) ‘Mengukur Indeks Bias Berbagai Jenis Kaca
Dengan Menggunakan Prinsip Pembiasan’, IJIS Edu : Indonesian Journal
of Integrated Science Education, 1(2), pp. 139–146. doi:
10.29300/ijisedu.v1i2.1959.
Kasli, E. and Royani, R. (2016) ‘Menentukan Kemurnian Larutan Melalui Indeks
Bias dari Beberapa Madu’, Seambi Saintia, 4(1), pp. 67–71. Available at:
http://www.mendeley.com/research/84261fae-3876-30c7-a8cc-
815042ad5093/?utm_source=desktop&utm_medium=1.19.4&utm_campai
gn=open_catalog&userDocumentId=%7B56981dfc-014f-48e4-a4b2-
e4ed6e328bc0%7D.
Miryanti, Y. I. P. A. (2017) ‘Cahaya dan Optik : Pemantulan-Cermin dan
Pembiasan-Lensa’, (August), pp. 5–8. doi: 10.13140/2.1.1383.1047.
Novestiana, T. R. and Hidayanto, E. (2015) ‘Pada Beberapa Sari Buah
Menggunakan Portable Brixmeter Portable Brix Meter Mempunyai
Manfaat Selain Dari Sekedar Sebagai Alat Untuk Menentukan Portable Brix
Meter Ini Digunakan Untuk Memprediksi Indeks Bias Akan Diselidiki
Dalam Peristiwa Pembiasan Cahaya’, Jurnal, 4(2), pp. 173–179.
Rahma, T. et al. (2015) ‘Pada Beberapa Sari Buah Menggunakan Portable
Brixmeter, pp. 173–179.
Rusdiana, R. (2015) ‘Analisis Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Parameter
Viskositas Dan Indeks Bias’, Skripsi. Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, pp. 1–15.
Slamet, S., Ulyarti, U. and Rahmi, S. . (2019) ‘Pengaruh Lama Fermentasi
Terhadap Rendemen dan Mutu Fisik Minyak Nilam Pogostemon cablin
Benth)’, Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia, 11(1), pp. 19–
25. doi: 10.17969/jtipi.v11i1.11671.
Widianti, A. and Minarni (2019) ‘Bangun Rancang Sistem Refraktometer Laser
Untuk Menentukan Nilai Indeks Bias Madu’, Prosiding Seminar Nasional
Fisika Universitas Riau IV, (September), pp. 978–979.