Anda di halaman 1dari 14

TEORI PENDAHULUAN

KURVA BAKU REFRAKTOMETER

DISUSUN OLEH :
NAMA : MUTIAWALIA PUTRI
STAMBUK : 092 2019 0007
KELAS/KELOMPOK : C1/III

LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cahaya merupakan salah satu gelombang elektromagnetik yang dapat
dilihat oleh mata. Keberadaannya sangat berdampak pada kehidupan, karena
tanpa adanya cahaya dunia ini akan gelap gulita dan kita tidak akan bisa melihat
apapun. Dalam ilmu fisika cahaya dapat diartikan sebagai perambatan
gelombang yang dihasilkan dari gabungan medan listrik dengan medan magnet.
Dimana dia memiliki sifat seperti gelombang misalnya dapat merambat lurus,
dapat dibelokkan (dibiaskan), dapat dipantulkan, dan dapat menembus benda
yang bening. Pembiasan termasuk salah satu kejadian fisika yang banyak
dimanfaatkan keberadaannya dalam kehidupan.Peristiwa tersebut terjadi karena
adanya perbedaan kerapatan medium yang dilalui oleh cahaya, sehingga
terjadinya pembelokan cahaya Frederick. Gejala fisika berkaitan dengan
pembiasan cahaya yang kita jumpai, seperti sedotan yang bengkok ketika
berada di dalam gelas yang berisikan air, bintang akan tampak lebih dekat dari
posisi aslinya, berlian dan intan tampak berkilauan, dan penampakan pelangi.
Indeks bias berarti perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan
kecepatan cahaya di dalam medium. Nilainya akan semakin besar seiring
dengan tingkat kerapatan medium yang dilalui cahaya. Jika medium yang
dilalui oleh cahaya berbeda maka sesuai dengan persamaan dalam Hukum II
Snellius berbunyi “ Perbandingan sinus sudut sinar datang dengan sinus sudut
sinar bias dari suatu cahaya yang datang dari suatu medium ke medium yang
lain merupakan suatu konstanta yang besarnya sama dengan perbandingan
indeks bias kedua medium itu (Kasli and Royani, 2016).
Pengukuran indeks bias tersebut biasanya dapat dilakukan menggunakan
refraktometer. Refraktometer menggunakan prinsip pembiasan cahaya ketika
mengenai suatu larutan. Refraktometer terdiri dari 3 jenis yang dapat digunakan
sebagai detektor kromatografi dalam sebuah larutan, yaitu Refraktometer
dengan menggunakan prinsip pembiasan cahaya dengan prisma (Refaktometer
Brix), Refraktometer Refraksi (Refraktometer Laser), dan juga Refraktometer
yang menggunakan suatu interferometri tersebut (Widianti and Minarni, 2019).
1.2 Tujuan Percobaan
Membuat kurva baku hubungan indeks bias dan kadar suatu larutan
berdasarkan data percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Indeks Bias


Indeks bias adalah salah satu dari beberapa sifat optis yang penting dari
suatu medium. Pengukuran indeks bias suatu zat cair penting dalam penilaian
sifat dan kemurnian cairan, konsentrasi larutan, dan perbandingan komponen
dalam campuran dua zat cair atau kadar yang diekstrakkan dalam pelarutnya.
Indeks bias zat cair dapat diukur dengan berbagai metode diantaranya adalah
metode interferometri yang meliputi interferometri Mach-Zender, Febby-
Perrot, dan Michelson. Metode lain adalah deviasi minimum atau spektrometer
serta metode Refraktometer Abbe.
Indeks bias mutlak suatu medium adalah rasio dari kecepatan gelombang
elektromagnetik dalam ruang hampa dengan kecepatannya dalam media
tersebut. Indeks bias relatif adalah rasio dari kecepatan cahaya dalam satu
medium ke dalam medium lain yang berdekatan. Refraksi terjadi pada semua
jenis gelombang tetapi umumnya terjadi pada gelombang cahaya. Indeks bias
medium memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda. Suatu efek yang
dikenal sebagai dispersi, memungkinkan prisma memisahkan cahaya putih
menjadi warna penyusunnya. Untuk warna tertentu, indeks bias medium
bergantung pada kerapatan medium tersebut, yang juga merupakan suatu fungsi
dari suatu konsentrasi (Rusdiana, 2015).
Indeks bias juga merupakan suatu perbandingan laju cahaya dalam ruang
hampa c terhadap laju cahaya tersebut dalam medium v, maka besarnya indeks
bias dalam medium apapun selain udara, besarnya selalu lebih besar dari satu.
Ketika seberkas cahaya mengenai permukaan suatu benda, maka cahaya
tersebut ada yang dipantulkan dan ada yang diteruskan. Jika benda tersebut
transparan seperti kaca atau air, maka sebagian cahaya yang diteruskan terlihat
dibelokkan, dikenal dengan pembiasan. Cahaya yang melalui batas antar dua
medium dengan kerapatan optik yang berbeda, kecepatannya akan berubah.
Perubahan kecepatan cahaya tersebut akan menyebabkan cahaya tersebut
mengalami pembiasan ini (Novestiana and Hidayanto, 2015).
Pengukuran indeks bias dalam industri dapat digunakan untuk menemukan
parameter fisik berupa konsentrasi, suhu, tekanan dan lain-lain. Menurut Bojan
(2007), indeks bias larutan adalah parameter karakteristik yang sangat penting
dan beberapa parameter terkait seperti suhu, konsentrasi, dan lain-lain, dapat
diperkirakan dari itu.
Indeks bias dan viskositas memiliki banyak manfaat dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya sebagai parameter kualitas minyak goreng dimana minyak
yang memiliki kualitas paling baik yaitu minyak yang memiliki indeks bias dan
viskositas yang tinggi. Pengukuran indeks bias penting untuk:
a. Menilai sifat dan kemurnian suatu medium salah satunya berupa cairan.
b. Mengetahui konsentrasi larutan-larutan.
c. Mengetahui nilai perbandingan komponen dalam campuran dua zat cair.
d. Mengetahui kadar suatu zat yang diekstraksikan dalam suatu pelarut.

2.2 Refraktometer
Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernes Abbe seorang ilmuan dari German
pada permulaan abad 20. Refraktometer Abbe merupakan alat untuk mengukur
indeks bias cairan, padatan dalam cairan atau serbuk dengan indeks bias dari
1,300 sampai 1,700 dan presentase padatan 0% - 95%. Cara kerja refraktometer
abbe didasarkan pada hukum snellius yang berbunyi "sudut kritis yang dibentuk
oleh cahaya yang datang akan menghasilkan zat yang dianalisa". Cahaya
direfleksikan dari kaca akan melewati prisma. Kaca yang permukaan kasar
sebagai sumber cahaya tak terhingga. Cahaya melewati lapisan cairan 0,1mm
dari seluruh arah. Cahaya masuk ke prisma dengan direfraksikan. Sinar kritis
membentuk medan bagian terang dan gelap ketika dilihat dengan teleskop yang
bergerak bersamaan dengan skala.
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan konsentrasi
atau kadar dari bahan terlarut dengan memanfaatkan indeks bias suatu cahaya
seperti gula dan garam. Indeks bias adalah kecepatan cahaya di ruang hampa
dengan kecepatan cahaya pada zat tersebut atau perbandingan dengan sinus
sudut datang dengan sinus sudut bias. Nilai pada indeks bias suatu zat terlarut
selalu berubah tergantung nilai suhu dan panjang gelombang yang dibiaskan.
Prinsip kerja alat refraktometer menggunakan prisip pembiasan. Jika sampel
adalah larutan konsentrasi rendah maka yang terjadi sudut refraksi akan lebar
dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan sampel besar. Maka skala
terbaca akan jatuh pada skala rendah. Sedangkan, jika sampel dengan
konsentrasi tinggi maka sudut refraksi akan kecil karena perbedaan refraksi
prisma dan sampel kecil.
Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila
seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut
sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada
bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati garis normal, sebab sinar
datang dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke
kaca. Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar dibiaskan menjahui garis
normal, sebab sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik kurang rapat yaitu
dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang melewati sebuah prisma akan
mengalami pembelokan arah dari arah semula.
Pengukuran indeks bias dapat dilakukan menggunakan refraktometer.
Refraktometer menggunakan prinsip pembiasan cahaya ketika mengenai suatu
larutan. Refraktometer tersiri dari 3 jenis yang dapat digunakan sebagai detector
kromatografi dalam sebuah larutan, yaitu Refraktometer dengan menggunakan
prinsip pembiasan cahaya dengan prisma (Refaktometer Brix), Refraktometer
Refraksi (Refraktometer Laser), dan Refraktometer yang menggunakan suatu
interferometri (Widianti and Minarni, 2019).
Refraktometer Brix merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kadar
gula dan kadar air, nilai ini dapat dikonversi menjadi nilai indeks bias pada suatu
cairan. Refraktometer laser merupakan sebuah metode yang digunakan untuk
mengukur sudut deviasi dari sebuah larutan. Sistem refraktometer laser tersebut
dapat digunakan untuk mengukur suatu konsentrasi, suhu, dan panjang
gelombang yang bergantung pada indeks refraksinya (Indeks bias) dan solusi
dari hamburan cairan (Widianti and Minarni, 2019).
Berikut ini merupakan bagian-bagian dari refraktometer :
a. Day light plate (kaca)
Day light plate berfungsi untuk melindungi prisma dari goresan akibat
debu, benda asing, atau untuk mencegah agar sampel yang diteteskan pada
prisma tidak menetes atau jatuh.
b. Prisma (biru)
Prisma merupakan bagian yang paling sensitif terhadap goresan.
Prisma berfungsi untuk pembacaan skala dari zat terlarut dan mengubah
cahaya polikromatis (cahaya lampu/matahari) menjadi monokromatis.
c. Knop pengatur skala
Knop pengatur skala berfungsi untuk mengkalibrasi skala menggunakan
aquades. Cara kerjanya ialah knop diputar searah atau berlawanan arah
jarum jam hingga didapatkan skala paling kecil (0.00 untuk refraktometer
salinitas, 1.000 untuk refraktometer urine).
d. Lensa
Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang monokromatis.
e. Handle
Handle berfungsi untuk memegang alat refraktometer dan menjaga suhu
stabil.
f. Bimatal strip
Bimetal strip terletak pada bagian dalam alat (tidak terlihat) dan
berfungsi untuk mengatur suhu sekitar 18 – 280C. Jika saat pengukuran
suhunya mencapai kurang dari 18 0C atau melebihi 28 0C maka secara
otomatis refraktometer akan mengatur suhunya agar sesuai dengan range
yaitu 18 – 280C.
g. Lensa pembesar
Sesuai dengan namanya, lensa pembesar berfungsi untuk memperbesar
skala yang terlihat pada eye piece sehingga dapat dilihat.
h. Eye piece
Eye piece merupakan tempat untuk melihat skala yang ditunjukkan oleh
refraktometer.
i. Skala
Skala berguna untuk melihat, konsentrasi, dan massa jenis suatu larutan.
2.3 Pembiasan Cahaya
Ketika seberkas cahaya mengenai permukaan suatu benda, maka cahaya
tersebut ada yang dipantulkan dan ada yang diteruskan. Jika benda tersebut
transparan seperti kaca atau air, maka sebagian cahaya yang diteruskan terlihat
dibelokkan, dikenal dengan pembiasan. Cahaya yang melalui batas antar dua
medium dengan kerapatan optik yang berbeda, kecepatannya akan berubah.

Gambar 1. Pemantulan dan Pembiasan Cahaya (Rahma et al., 2015)


Gambar diatas terlihat bahwa berkas cahaya menuju medium air mengenai
perubahan arah. Perubahan arah ini dinamakan pembiasan. Besarnya sudut bias
θ2 tergantung dari sifat medium air. Sedangkan besarnya sudut berkas yang
melewati kedua medium dapat dirumuskan dengan suatu persamaan berikut ini:
Sin θ2 v2
= = Konstan ................................................................................. (2.1)
Sin θ1 v1
Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
2.3.1 Mendekati Garis Normal
Cahaya dibiakan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari
medium optik kurang rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya
cahaya merambat dari udara kedalam air.
2.3.2 Menjauhi Garis Normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari
medium optik lebih rapat kedalam optik kurang rapat, contoh cahaya
merambat dari dalam air ke udara. cahaya melalui dua bidang yang
berbeda dan juga cahaya yang datang tidak tegak lurus terhadap bidang
batas tersebut.
Pembiasan atau pembelokan arah rambat cahaya cahaya terjadi jika cahaya
merambat dari suatu medium menembus ke medium lain yang memiliki
kerapatan yang berbeda. Pembiasan adalah proses pembelokan cahaya yang
megenai bidang batas antara dua medium. Pembiasan yang terjadi pada suatu
zat akan berbeda dengan zat lainnya bergantung pada kerapatan medium zat
tersebut. Dengan kerapatan medium zat yang berbeda-beda akan menghasilkan
indeks bias yang berbeda pula. Indeks bias merupakan perbandingan laju
cahaya di ruang hampa terhadap laju cahaya (Faradhillah and Hendri, 2019).
Peristiwa pembelokan cahaya terjadi pada zat optik seperti udara, air, dan
kaca. Dipandang dari segi fisika kaca merupakan zat cair yang sangat dingin,
karena struktur partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan seperti
dalam zat cair namun dia sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat proses
pendinginan (cooling) yang sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak
sempat menyusun diri secara teratur. Pembiasan pada kaca sangat bermanfaat
untuk mengetahui besarnya penyerapan (absorbsi cahaya) 16 sehingga
ditentukan berapa besar cahaya yang melewati kaca. Pembiasan cahaya terjadi
jika cahaya merambat dari suatu medium menembus ke medium lain, memiliki
kerapatan berbeda.
Pembiasan merupakan kejadian fisika yang dapat dimanfaatkan
keberadaannya dalam kehidupan. Peristiwa tersebut terjadi karena adanya
perbedaan kerapatan medium yang dilalui oleh cahaya, sehingga terjadinya
pembelokan cahaya. Perbandingan kecepatan cahaya pada ruang hampa dengan
kecepatan cahaya pada suatu zat dinamakan indeks bias. Indeks bias suatu zat
merupakan suatu ukuran kelajuan cahaya di dalam zat cair dibanding ketika zat
di udara.
Saat menemui bidang batas cahaya dapat pula sebagiannya diteruskan akan
tetapi kecepatan rambat tersebut berbeda dengan kecepatan rambat pada
medium. Mirip dengan penjelasan dalam peristiwa pemantulan, dalam
pembiasan terdapat pula sudut datang θd dan sudut bias θb (Miryanti, 2017).

2.4 Penerapan Refraktometer


Hasil analisa ragam terhadap indeks bias minyak nilam menunjukkan bahwa
perlakuan tanpa fermentasi berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi 2,
4, 6, dan 8 hari. Perlakuan lama fermentasi 2 hari berbeda nyata dengan
perlakuan lama fermentasi 4, 6 dan 8 hari. Perlakuan lama fermentasi 4 hari
berbeda nyata dengan lama fermentasi 6, dan 8 hari. Perlakuan lama fermentasi
6 hari tidak berbeda nyata dengan lama fermentasi 8 hari. Indeks bias
dipengaruhi oleh panjang rantai karbon senyawa terkandung dalam minyak
serta ikatan rangkapnya. Semakin banyak senyawa yang berantai karbon
panjang dan semakin banyak ikatan rangkapnya, indeks biasnya semakin besar.
Dengan demikan, fraksi berat membuat kerapatan minyak tersebut semakin
tinggi sehingga sinar yang akan datang lalu dibiaskan kemudian mendekati
garis normal tersebut (Slamet, Ulyarti and Rahmi, 2019).
Lama fermentasi meningkatkan indeks bias yang didapatkan, terlihat bahwa
semakin lama fermentasi indeks bias semakin tinggi. Hal ini dikarenakan
kapang dapat mendegradasi lignin dan polutan aromatik selama proses
fermentasi, lama fermentasi menyebabkan lignin terpecah semakin banyak
sehingga fraksi berat yang mempunyai rantai karbon panjang yang terambil.
Semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau
komponen bergugus oksigen ikut terambil, maka kerapatan medium minyak
atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar dibiaskan.
Hal ini menyebabkan indeks bias lebih besar.
Dengan demikian minyak atsiri yang mempunyai indeks bias tinggi lebih
berkualitas dibandingkan dengan minyak atsiri yang indeks biasnya kecil. Salah
satu faktor indeks bias tidak memenuhi standar Standar Nasional Indonesia
(SNI) yaitu karena kemampuan dari alat refraktometer tersebut tidak terbaca
karena tingkat kekentalan yang tinggi pada minyak nilam, sehingga analisa akan
dilakukan dengan pengenceran minyak menggunakan etanol 70% pada
perbandingan 1:10, sehingga minyak menjadi lebih encer dan alat dapat
membaca indeks bias, indeks bias terbaca karena minyak tersebut mengandung
senyawa berantai larut dalam alkohol sehingga didaptkan kerapatan yang ada
pada minyak tersebut akan menjadi rendah (Slamet, Ulyarti and Rahmi, 2019).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat
3.1.1 Bulb
3.1.2 Pipet Skala 20 mL
3.1.3 Pipet Tetes
3.1.4 Corong
3.1.5 Piknometer
3.1.6 Gelas Ukur 10 mL
3.1.7 Labu Ukur 100 mL
3.1.8 Gelas Piala 100 mL
3.1.9 Refraktometer Hand

3.2 Bahan
3.2.1 Sirup
3.2.2 Yogurt
3.2.3 Tissue
3.2.4 Aquadest (H2O)

3.3 Cara Kerja


Mula-mula mmebuat larutan sirup dengan konsentrasi 10% dan 20%.
Setelah itu, mencampurkan dengan aquadest sampai garis miniskus. Kemudian,
larutan dihomogenkan. Kemudian, dengan cara yang sama membuat larutan
yogurt dengan konsentrasi 20% dan 30%. Setelah itu, menimbang bobot kosong
dari piknometer sebelum dilakukan pengukuran densitas larutan. Kemudian,
masing-masing larutan diukur densitasnya menggunakan piknometer dan
ditimbang bobotnya. Setelah itu, membuat larutan dengan perbandingan antara
larutan dan air masing-masing 1:9, 2:8, 3:7, 4:6, dan 5:5 dalam gelas ukur 100
mL. Kemudian, pada refraktometer ditetesi sedikit cairan yang akan diamati.
Hal ini dilakukan berulang untuk perbandingan yang lain dan larutan yang
berbeda agar pembacaan lebih akurat gunakan senter dengan cahaya putih untuk
membantu dalam pembacaan skala. Pembacaan dilihat pada garis yang
terbentuk antara sisi gelap dan terang.
BAB IV
SOAL
(TEORI PENDAHULUAN)

4.1 Soal
1. Apa yang dimaksud pembiasan cahaya ?
2. Apa yang dimaksud dengan indeks biasa ?
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis refraktometer ?
4. Buatlah sebuah larutan dengan takaran 18,3% dan 27,5% dalam 100 mL!

4.2 Jawaban
1. Pembiasan (refraksi) cahaya adalah pembelokan arah rambat cahaya yang
disebabkan medium (zat perantara) yang dilalui cahaya berbeda kerapatan
optiknya sehingga kecepatan cahaya berbeda pula. Contoh pembiasan
cahaya adalah cahaya dari udara ke kaca, dari air ke kaca, dari udara ke air,
dan sebagainya.
2. Indeks bias menyatakan perbandingan (rasio) antara kelajuan cahaya di
ruang hampa terhadap kelajuan cahaya di dalam bahan. Cepat rambat
gelombang cahaya di ruang hampa sebesar c. Jika melalui suatu medium
maka cahaya tersebut akan mengalami perubahan kecepatan menjadi v,
dimana besarnya v jauh lebih kecil dibandingkan cepat rambang cahaya di
ruang hampa c. Ketika cahaya merambat di dalam suatu bahan, kelajuannya
akan turun sebesar suatu faktor yang ditentukan oleh karakteristik bahan
yang dinamakan indeks bias (n).
3. Jenis-jenis refraktometer
a. Refraktometer pembiasan cahaya dengan prisma (Refraktometer Brix)
Refraktometer Brix merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur kadar gula dan kadar air, nilai ini dapat dikonversi menjadi
nilai indeks bias pada suatu cairan. Refraktometer Brix menggunakan
prinsip pembiasan cahaya dengan prisma.
b. Refraktometer Refraksi (Refraktometer Laser)
Refraktometer laser merupakan sebuah metode yang digunakan
untuk mengukur sudut deviasi dari sebuah larutan. Sistem refraktometer
laser dapat juga digunakan untuk mengukur suatu konsentrasi, suhu, dan
panjang gelombang yang bergantung pada indeks refraksinya (Indeks
bias) dan solusi dari hamburan cairan.
c. Refraktometer menggunakan interferometri
Refraktometer interferometri ialah refraktometer yang bekerja
dengan mengukur jari-jari cincin interferensinya. Metode ini bekerja
dengan cara sinar laser dipisahkan menjadi dua berkas. Berkas uji
dilewatkan ke sampel yang hendak diukur sedangkan berkas referensi
tidak melewati apa-apa. Kedua sinar tersebut kemudian digabungkan
kembali. Hasil interferensi cahaya yang diukur berupa pelemahan.
v volume zat terlarut
4. % v = volume total x 100%

a. Untuk takaran 18,3%


v volume zat terlarut
% = x 100%
v volume total
x
18,3% = x 100%
100 mL
18,3 x
= x 100%
100 100 mL
x
0,183 = x 100%
100 mL
x = 0,183 x 100 mL
x = 18,3 mL
b. Untuk takaran 27,5%
v volume zat terlarut
% = x 100%
v volume total
x
27,5% = x 100%
100 mL
27,5 x
= x 100%
100 100 mL
x
0,275 = x 100%
100 mL
x = 0,275 x 100 mL
x = 27,5 mL
DAFTAR PUSTAKA

Faradhillah, F. and Hendri, S. (2019) ‘Mengukur Indeks Bias Berbagai Jenis Kaca
Dengan Menggunakan Prinsip Pembiasan’, IJIS Edu : Indonesian Journal
of Integrated Science Education, 1(2), pp. 139–146. doi:
10.29300/ijisedu.v1i2.1959.
Kasli, E. and Royani, R. (2016) ‘Menentukan Kemurnian Larutan Melalui Indeks
Bias dari Beberapa Madu’, Seambi Saintia, 4(1), pp. 67–71. Available at:
http://www.mendeley.com/research/84261fae-3876-30c7-a8cc-
815042ad5093/?utm_source=desktop&utm_medium=1.19.4&utm_campai
gn=open_catalog&userDocumentId=%7B56981dfc-014f-48e4-a4b2-
e4ed6e328bc0%7D.
Miryanti, Y. I. P. A. (2017) ‘Cahaya dan Optik : Pemantulan-Cermin dan
Pembiasan-Lensa’, (August), pp. 5–8. doi: 10.13140/2.1.1383.1047.
Novestiana, T. R. and Hidayanto, E. (2015) ‘Pada Beberapa Sari Buah
Menggunakan Portable Brixmeter Portable Brix Meter Mempunyai
Manfaat Selain Dari Sekedar Sebagai Alat Untuk Menentukan Portable Brix
Meter Ini Digunakan Untuk Memprediksi Indeks Bias Akan Diselidiki
Dalam Peristiwa Pembiasan Cahaya’, Jurnal, 4(2), pp. 173–179.
Rahma, T. et al. (2015) ‘Pada Beberapa Sari Buah Menggunakan Portable
Brixmeter, pp. 173–179.
Rusdiana, R. (2015) ‘Analisis Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Parameter
Viskositas Dan Indeks Bias’, Skripsi. Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, pp. 1–15.
Slamet, S., Ulyarti, U. and Rahmi, S. . (2019) ‘Pengaruh Lama Fermentasi
Terhadap Rendemen dan Mutu Fisik Minyak Nilam Pogostemon cablin
Benth)’, Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia, 11(1), pp. 19–
25. doi: 10.17969/jtipi.v11i1.11671.
Widianti, A. and Minarni (2019) ‘Bangun Rancang Sistem Refraktometer Laser
Untuk Menentukan Nilai Indeks Bias Madu’, Prosiding Seminar Nasional
Fisika Universitas Riau IV, (September), pp. 978–979.

Anda mungkin juga menyukai