Anda di halaman 1dari 11

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indeks bias merupakan salah satu dari beberapa sifat optis yang penting dari
medium suatu bahan. Nilai indeks bias ini banyak diperlukan, Indeks bias dari
suatu bahan atau larutan merupakan parameter karakteristik yang sangat penting
dan berkaitan erat juga dengan parameter-parameter yang lain seperti temperatur,
konsentrasi dan lain-lain yang sering dipakai dalam optik, kimia dan industri obat-
obatan. Selain itu, Indeks bias juga berperan penting dalam beberapa bidang
diantaranya dalam teknologi film tipis dan fiber optik. Dalam bidang kimia, indeks
bias dapat digunakan untuk juga untuk mengetahui konsentrasi dan komposisi
larutan, untuk menentukan kemurnian dan kadaluarsa dari suatu oli, serta untuk
menentukan kemurnian minyak goreng.
Indeks bias suatu larutan dapat diukur juga dengan menggunakan beberapa
metode antara lain dengan metode interferometry seperti interferometry Mach-
Zender, interferometry Fabry-Perot juga dan interferometry Michelson,
menggunakan spektrometer dan refraktometer. Indeks dari suatu bahan
pengukuran menggunakan metode tersebut cenderung rumit dan memakan waktu
yang lama sehingga dibutuhkan suatu alat yang dapat mengukur indeks bias secara
mudah dan cepat. Refraktometer bekerja menggunakan prinsip pembiasan cahaya
ketika melalui suatu larutan. Pembiasan cahaya terjadi ketika seberkas cahaya
mengenai permukaan suatu benda, maka cahaya tersebut ada yang dipantulkan
dan ada yang diteruskan. Fenomena ini terlihat pada batang yang baik.
Refraktometer memakai prinsip ini yaitu dimana sumber cahaya ditransmisikan
oleh serat optik ke dalam salah satu sisi prisma dan secara internal akan
dipantulkan ke interface prisma dan juga sampel suatu larutan yang sudah
dilarutkan, namun sebelum itu juga larutan tersebut dapat kita diukur terlebih dulu
konsentrasinya atau dalam hal ini kita juga bisa ukur kadar suatu larutan dari pada
larutan itu sendiri dan juga beserta pengukuran densitasnya suatu larutan tersebut
sebelumnya (Hidayanto and Rofiq, 2014).

1
2

1.2 Tujuan percobaan.


Membuat kurva baku hubungan antara indeks bias dan kadar suatu larutan
berdasarkan data percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembiasan Cahaya


Pembiasan cahaya terjadi ketika seberkas cahaya mengenai permukaan suatu benda,
maka cahaya tersebut ada yang dipantulkan dan ada yang diteruskan. Jika benda tersebut
transparan seperti kaca atau air, maka sebagian cahaya yang diteruskan terlihat
dibelokkan, dikenal dengan pembiasan. Cahaya yang melalui batas antar dua medium
dengan kerapatan optik yang berbeda, kecepatannya akan berubah. Perubahan kecepatan
cahaya akan menyebabkan cahaya mengalami pembiasan.

Gambar 2.1.1. Pemantulan dan Pembiasan Cahaya (Rahma, 2015).


Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Mendekati Garis Normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium
optik kurang rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari
udara kedalam air.
b. Menjauhi Garis Normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium
optik lebih rapat kedalam optik kurang rapat, contoh cahaya merambat dari dalam
air ke udara (Ardiyanto, 2012).

2.2. Indeks bias


Indeks bias merupakan perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa c terhadap
laju cahaya tersebut dalam medium v, maka besarnya indeks bias dalam medium apapun
selain udara , besarnya selalu lebih besar dari satu. Secara matematis indeks bias dapat
dirumuskan :

3
4

𝑐
n= ....…………..……………….............…………….…....…...(2.1)
𝑣
Dengan n adalah indeks bias , c adalah laju cahaya dalam ruang hampa (m/s) dan v
adalah laju cahaya dalam medium (m/s). Peristiwa pembiasan cahaya pada bidang batas
antara dua medium telah memenuhi.
Hukum Snellius.
n1 sin ϴ1 = n2 sin ϴ2 ……………...…………...…….…..............(2.2)
Daya dengan n adalah indek bias, c adalah laju cahaya dengan ϴ1 = sudut datang
dan n2 = indeks bias medium tempat cahaya bias dan ϴ2 = sudut bias (Rahma, 2015).
Indeks bias suatu larutan dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode antara
lain dengan metode interferometry seperti interferometry Mach-Zender, interferometry
Fabry- Perot dan interferometry Michelson, menggunakan spektrometer dan
refraktometer. Pengukuran menggunakan metode tersebut cenderung rumit dan memakan
waktu yang lama sehingga dibutuhkan suatu alat yang dapat mengukur indeks bias secara
mudah dan cepat. Dalam bidang kimia, indeks bias dapat digunakan untuk mengetahui
konsentrasi dan komposisi larutan, untuk menentukan kemurnian dan kadaluarsa dari oli,
untuk menentukan kemurnian minyak goreng.
Umumnya alat dirancang untuk digunakan dengan cahaya putih. Alat yang
digunakan untuk mengukur indeks bias adalah refraktometer . Untuk mencapai kestabilan,
alat refraktometer harus dikalibrasi dengan menggunakan plat glass standard.
Refraktometer Abbe adalah refraktometer untuk mengukur indeks bias cairan, padatan
dalam cairan atau serbuk dengan indeks bias dari 1,300 sampai 1,700 dan persentase
padatan 0 sampai 95%, alat untuk menentukan indeks bias minyak, lemak, gelas optis,
larutan gula, dan sebagainnya, indeks bias antara 1,300 dan 1,700 dapat dibaca langsung
dengan ketelitian sampai 0,001 dan dapat diperkirakan sampai dengan 0,0002 dari gelas
skala di dalam. metode pengukurannya didasarkan pada prinsip bahwa cahaya yang masuk
melewati prisma-cahaya hanya bisa melewati bidang batas antara cairan dan prisma kerja
dengan suatu sudut yang terletak dalam batas-batas tertentu yang ditentukan oleh sudut
batas antara cairan dan batas suatu larutan yang akan dianalisa dengan menggunakan alat
(Mulyono, 2012).
4

Indeks bias atau refractive indeks menurut optika geometrika adalah perbandingan
sinus sudut datang dansinus sudut bias saat suatu sinar melewati bidang batas dua jenis
zat. Optika fisis menunjukkan bahwa nilai indeks bias tersebut menunjukkan perbandingan
kecepatan cahaya dalam medium asal sinar dengan kecepatan cahaya dalam medium
tujuan sinar. Jadi lengkapnya indeks bias harus diberi keterangan zat apa terhadap zat apa.
Menurut pengertian umum, jika hanya disebut indeks bias suatu zat saja, itu berarti
perbandingan sudut datang dan sudut pantul sinar yang berpindah dari udara ke zat itu atau
perbandingan kecepatan cahaya di udara dan kecepatan cahaya di zat tersebut. Alat untuk
mengukur indeks bias suatu zat disebut refraktometer. Indeks bias zat berbeda-beda.
Indeks bias larutan umumnya dipengaruhi juhga oleh kadar zat terlarutnya. Sifat ini dapat
digunakan untuk analisis kadar larutan, dengan pengukuran indeks biasnya, tentunya
dengan bantuan kurva baku hubungan indeks bias dan kadar larutan. Kurva baku ini
berlaku yaitu spesifik untuk suatu jenis larutan (Penyusun, 2018).

2.3. Refraktometer
Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernes Abbe seorang ilmuan dari German pada
permulaan abad 20. Refraktometer Abbe merupakan alat untuk mengukur indeks bias
cairan, padatan dalam cairan atau serbuk dengan indeks bias dari 1,300 sampai 1,700 dan
presentase padatan 0% - 95% banyak macam alat refraktometer (Rahma , 2015).
Refraktometer atau refractometer adalah sebuah alat yang biasa digunakan untuk
mengukur kadar atau konsentrasi bahan atau zat terlarut. Misalnya gula (Brix), garam
(Baume), protein, dsb. Metode kerja dari alat refraktometer ini dengan juga memanfaatkan
teori refraksi dari suatu cahaya.
Cara kerja refraktometer Abbe didasarkan pada hukum snellius yang berbunyi
"sudut kritis yang dibentuk oleh cahaya yang datang akan menghasilkan zat yang
dianalisa". Cahaya di refleksikan dari kaca akan melewati prisma P1. Kaca yang
permukaan kasar sebagai sumber cahaya tak terhingga. Cahaya melewati lapisan cairan
0,1 mm dari seluruh arah. Cahaya masuk ke prisma 2 dengan direfraksikan. Sinar kritis
membentuk medan bagian terang dan gelap ketika dilihat dengan teleskop yang bergerak
bersamaan dengan skala. Refraktometer atau refractometer adalah sebuah alat yang biasa
digunakan untuk mengukur kadar atau konsentrasi bahan atau zat terlarut. Misalnya gula
4

(“brix”), garam (“baume”), protein, dsb. Metode kerja dari refraktometer ini dengan
memanfaatkan teori refraksi cahaya. Alat Refraktometer ini ditemukan oleh Dr. Ernest
Abbe, yaitu seorang ilmuan asal German pada awal abad 20.
Konsentrasi bahan terlarut sering dinyatakan dalam satuan brix (%) yang merupakan
pronsentasi dari bahan terlarut dalam sample (larutan air). Kadar zat terlarut merupakan
total dari semua zat atau bahan dalam air, termasuk gula, garam, protein, dan asam. Pada
dasarnya brix (%) dinyatakan sebagai jumlah gram dari gula tebu yang terdapat dalam
larutan 100 g gula tebu. Jadi pada saat mengukur larutan gula, brix (%) harus benar-benar
tepat sesuai dengan konsentrasinya.
Refraktometer bekerja menggunakan prinsip pembiasan cahaya ketika melalui suatu
larutan. Ketika cahaya datang dari udara ke dalam larutan maka kecepatannya akan
berkurang. Fenomena ini terlihat pada batang yang terlihat bengkok ketika dicelupkan ke
dalam air. Refraktometer memakai prinsip ini untuk menentukan jumlah zat terlarut dalam
larutan dengan melewatkan cahaya ke dalamnya. Sumber cahaya ditransmisikan oleh serat
optik ke dalam salah satu sisi prisma dan secara internal akan dipantulkan ke interface
prisma dan sampel larutan.
Ada empat jenis refraktometer utama:
1. Refraktometer genggam tradisional (traditional handheld refractometers).
2. Refraktometer genggam digital (digital handheld refractometers)
3. laboratorium atau refraktometer Abbe (Abbe refractometers),
4. proses refraktometer inline (inline process refractometers).

Gambar 2.3.1. Refraktormeter (Wijaya, 2014).

2.4. Prinsip Kerja Refraktometer


4

Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah dengan memanfaatkan

refraksi cahaya. Adapun prinsip kerja dari refraktometer dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Terdapat 3 bagian yaitu : Sampel Prisma dan Papan Skala. Refractive index prisma
jauh lebih besar dibandingkan dengan sampel.
2. Jika sampel merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka sudut refraksi akan
lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan sampel besar. Maka pada
papan skala sinar “a” akan jatuh pada skala rendah.
3. Jika sampel merupakan larutan pekat atau konsentrasi tinggi, maka sudut refraksi
akan kecil karena perbedaan refraksi prisma dan sampel kecil. Terlihat sinar jatuh
semakin besar (Ardiyanto, 2012).

2.5. Hukum Snelius


Hukum snelius adalah rumus matematika yang memberikan hubungan antara sudut
datang dan sudut bias pada cahaya atau gelembang lainnya yang melalui batas antara dua
medium isotopik berbeda, seperti udara dan gelas. Nama hukum ini diambil dari
matematikawan Belanda Willbrord Snellius, yang merupakan salah satu penemuannya.
Hukum ini juga dikenal sebagai Hukum Descartes atau Hukum Pembiasan. Hukum ini
menyebutkan bahwa nisbah sinus sudut datang dan sudut bias adalah konstan, yang
tergantung pada medium. Perumusan lain yang eqivalen adalah sinar sudut datang dan
sudut bias sama dengan sinar kecepatan cahaya pada kedua medium yang sama dengan
kebalikan nisbah indeks bias. Hukum ini sering juga disebut hukum indeks bias.
Pada tahun 1637, Rene Descartes secara terpisah menggunakan argument heuristic
kekekalan momentum dalam bentuk sinus dalam tulisannya dengan judul Discourse On
Method untuk menjelaskan hukum ini. Cahaya dikatakan mempunyai kecepatan yang
lebih tinggi pada medium yang lebih padat karena cahaya adalah gelombang yang timbul
akibat terusiknya plenum, substansi kontinu yang membentuk alam semesta. Perumusan
lain yang eqivalen adalah sinar sudut datang dan sudut bias sama dengan sinar kecepatan
cahaya pada kedua medium (Wijaya, 2014).
2.6. Macam- Macam Refraktometer
A. Refraktometer Abbe
4

Refraktometer Abbe adalah refraktometer untuk mengukur indeks bias cairan,


padatan dalam cairan atau serbuk dengan indeks bias 1.300 sampai 1.700 dan
persentase padatan 0 sampai 95%, alat untuk menentukan indeks bias minyak,
lemak, gelas optis, larutan gula dan sebagaimana indeks bias antara 1.300 dan 1.700
dapat dibaca langsung dengan ketelitian sampai 0.001 dan dapat diperkirakan sampai
0.002 dan gelas skala. Kegunaan Refraktometer Abbe adalah
a. Dapat digunakan untuk mengukur bermacam-macam indeks bias suatu larutan
b. Dapat digunakan untuk mengukur kadar tetapi kita harus membuat kurva
standar.
B. Refraktometer Brix
Refraktometer brix adalah alat yang digunakan untuk mengukur konsentrasi
padatan terlarut dari, gula, garam, protein, dan lebih spesifiknya untuk makan dan
cairan kualitas refraktometer brix yang akan digunakan untuk gula 0-32%.
C. Refraktometer Salt
Refraktometer salt adalah alat untuk yang digunakan untuk mengukur kadar
garam pada bagian perseribu ataupun ppt dari berat jenis (kadar garam) yang
tergantung pada model refraktometer salt digunakan mengukur konsentrasi garam
dari air garam refraktometer salt untuk NaCl 0-28 % .
D. Hand Refraktometer
Hand refraktometer digunakan untuk mengukur konsentrasi. Tetapi tidak dengan
menggunakan larutan pekat, sehingga jika larutan padat maka harus diencerkan
terlebih dahulu Macam-macam Hand Refraktometer adalah sebagai berikut (
Mulyono, 2012).
1. tan Hand Refraktometer Brix untuk gula 0 – 32 %
2. Hand Refraktometer Salt untuk NaCl 0 – 28 %
Hand Refraktometer :
1. Mempunyai 1 lubang pengamat .
2. Dibaca skala yang ditunjukan batas biru putih
Prinsip kerja dari refraktometer analog maupun digital yaitu cahaya yang masuk ke
prisma memiliki karakteristik yang unik. Setiap karakteristik cahaya memiliki nilai pada
skala dalam satuan yang dikenal sebagai Brix indikasi lampu bahwa tidak digunakan saat
4

melewati prisma yaitu ketika cahaya masuk ke dalam prisma dalam kondisi yang kering,
bidang pandang pada refraktometer analog secara keseluruhan akan berwarna biru.
Sedangkan pada refraktometer digital, ditandai dengan pesan error atau tidak ada yang
akan muncul. Untuk pengukuran air murni pada refraktometer harus menghasilkan
pembacaan 0 (nol). Suatu larutan yang mengandung sukrosa ditempatkan dipermukaan
prisma maka akan mengubah arah cahayanya secara signifikan. (Mulyono, 2012).

2.7 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Indek Bias


Adapun yang dapat mempengaruhi Indek Bias yaitu :
a. Suhu
Semakin tinggi suhu maka semakin renggang molekul zat/sampel sehingga indeks
bias zat atau sampel semakin kecil.
b. Tekanan
Semakin besar tekanan maka kerapatan molekul dalam zat/sampel semakin rapat
sehingga indeks bias zat/sampel semakin besar .
c. Density (berat jenis)
Semakin besar density maka indeks bias atau zat sampel semakin besar. (Mulyono,

2012).

2.8 Aplikasi Refraktometer dalam industri

Refraktometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur indeks bias suatu
zat. Refraktometer adalah perangkat laboratorium atau lapangan untuk mengukur kadar
atau konsentrasi bahan terlarut atau larutan seperti gula, garam, protein, dan lain-lain
berdasarkan pada pengukuran indeks bias cairan tersebut. Setiap industri termasuk
Makanan, Minuman, Wewangian, penggilingan Gula, Refining, Pengolahan, Minyak,
Kimia, Farmasi, Flavor, Kosmetika, dan pengujian Toksikologi, memiliki persyaratan
aplikasi yang unik, kendala lingkungan dan isu-isu penanganan operator dengan yang
bersaing. Refraktometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur indeks bias
suatu zat larutan dan banyak digunakan pada makananan. Oleh karena itu, salah satu
aplikasi penggunaan refraktometer antara lain seperti berikut:
1. Dalam kedokteran hewan
4

Dalam kedokteran hewan, Refraktometer yang digunakan untuk mengukur total


protein plasma dalam sampel darah dan urin berat jenis.
2. Dalam diagnostik obat
Dalam diagnostik obat, refraktometer yang digunakan untuk mengukur berat jenis
dalam urin manusia.
3. Dalam gemmology
Dalam gemmology, refraktometer yang digunakan untuk membantu
mengidentifikasi bahan permata dengan mengukur indeks bias mereka.
4. Dalam akuarium laut pembukuan
Dalam akuarium laut pembukuan, refraktometer yang digunakan untuk mengukur
salinitas dan berat jenis air.
4

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto, N. (2012) ‘Indeks Bias’, (1), pp. 6–33.

Hidayanto, E. and Rofiq, A. (2014) ‘Aplikasi Portable Brix Meter untuk Pengukuran Indeks

Bias’, Berkala Fisika, 13(4), pp. 113–118.

Ii, B. A. B. and Pemasaran, P. (2012) ‘Bab ii tinjauan pustaka 2.1’, (2008), pp. 13–32.

Mulyono (2012) ‘Refraktometer’.

Rahma, T. et al. (2015) ‘PADA BEBERAPA SARI BUAH MENGGUNAKAN PORTABLE

BRIXMETER Portable Brix Meter mempunyai manfaat selain dari sekedar sebagai alat untuk

menentukan Portable Brix Meter ini digunakan untuk memprediksi indeks bias akan diselidiki

dalam Peristiwa pembiasan cahaya’, 4(2), pp. 173–179.

Tegangan, T. P., Gabriela, N. and Wijaya, A. (2014) ‘Laporan Praktikum Fisika Dasar’.

Kunlestiowati, H., dkk . 2016 ‘Penentuan Sudut Deviasi Minimum Prisma Melalui Peristiwa
Pembiasan Cahaya Berbantuan Komputer Determination Of Minimum Deviation Angle Of
Prism Through The Light Refraction Assisted By A Computer’. UP MKU Politeknik
Negeri Bandung : Bandung
Leksana, E. . 2017 . ‘Pengukuran Salinitas Air’. Teknik Pertanian : Lampung
Penyusun, T. Modul. 2013. ‘Dasar Analisis Fisikokimia’. Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional: jakarta.
Rosita, I. I. 2015. ‘Prinsip Refraktometer’ .
Sulastri, P. S. 2015. ‘Refraktometer’. (4301412033).
Sukardi, T. 2016. ‘Pelatihan Proses Kalibrasi Alat Ukur Sebagai Penunjang Dalam
Pembelajaran Praktik Pemesinan’. Di Pt Mondelez: Indonesia Manufacturing.
Takarianto, dkk. 2015. 'Praktikum Kimia Analisis Instrumen'. SMK Negeri SMAK Makassar:
Makassar

Anda mungkin juga menyukai