Anda di halaman 1dari 7

Wulan Rizqianti Aulia

240210150003

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Pengamatan yang terakhir yaitu mengamati karakteristik optik dari suatu
bahan pangan. Sifat optik lain seperti sifat penerusan (transmittance) dan sifat
pemantulan (reflectance) cahaya juga penting untuk evaluasi kuantitatif berbagai sifat
bahan. Dengan perubahan warna, kemampuan penrusan dan juga pemantulan
berubah. Seperti telah diketahui, variasi warna adalah bentuk variasi panjang
gelombang radiasi elektromagnetik. Suatu bahan akan menyerap atau memantulkan
sinar cahaya berbagai panjang gelombang secara berbeda-beda, tergantung warnanya.
Dengan demikian pengukuran-pengukuran dapat dilakukan menggunakan cahaya
tunggal (monochromatic) berbagai panjang gelombang (spectrophotometry)
(Bresnick, 1998).
Indeks bias merupakan salah satu dari beberapa sifat optis yang penting dari
medium suatu bahan. Nilai indeks bias ini banyak diperlukan untuk menginterpretasi
suatu jenis data spektroskopi (Shyam Singh, 2002). Pendapat lain menyebutkan
bahwa indeks bias adalah perbandingan antara kecepatan cahaya dalam udara
dengan kecepatan cahaya dalam gas (Frederick, 2006). Indeks bias dari suatu bahan
atau larutan merupakan parameter karakteristik yang sangat penting dan berkaitan
erat dengan parameterparameter lain seperti temperatur, konsentrasi dan lain-lain
yang sering dipakai dalam optic, kimia dan industry obat-obatan (Yunus et al.,
2009). Indeks bias juga berperan penting dalam beberapa bidang diantaranya dalam
teknologi film tipis dan fiber optik. Dalam bidang kimia, indeks bias dapat
digunakan untuk mengetahui konsentrasi dan komposisi larutan, untuk menentukan
kemurnian dan kadaluarsa dari oli ,untuk menentukan kemurnian minyak goreng
(Sutiah, 2008). Indeks bias suatu larutan dapat diukur dengan menggunakan
beberapa metode antara lain dengan metode interferometri seperti interferometri
Mach-Zender, interferometri FabryPerot dan interferometri Michelson menggunakan
spektrometer dan refraktometer. Pengukuran menggunakan metode tersebut
cenderung rumit dan memakan waktu yang lama sehingga dibutuhkan suatu alat
yang dapat mengukur indeks bias secara mudah dan cepat (Pedrotti, 1993). Menurut
Harjadi (1993) pengukuran indek bias penting untuk :
Wulan Rizqianti Aulia
240210150003

1. Menilai sifat dan kemurnian suatu medium salah satunya berupa cairan.
2. Mengetahui konsentrasi larutan- larutan.
3. Mengetahui nilai perbandingan komponen dalam campuran dua zat cair.
4. Mengetahui kadar zat yang diekstraksikan dalam pelarut.
Pengamatan sifat optik bahan pangan ini menggunakan alat berupa
refraktometer. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernes Abbe seorang ilmuan dari
German padapermulaan abad 20. Refraktometer Abbe merupakan alat untuk
mengukur indeks bias cairan, padatan dalam cairan atau serbuk dengan indeks bias
dari 1,300 samoai 1,700 dan presentase padatan 0% - 95%. Ciri khas refraktometer
yaitu dapat dipakai untuk mengukur secara tepat dan sederhana karena hanya
memerlukan zat yang sedikit yaitu 0,1 ml dan ketelitiannya sangat tinggi.
(Novestiana dan Eko, 2015). Refraktometer bekerja menggunakan prinsip
pembiasan cahaya ketika melalui suatu larutan. Ketika cahaya datang dari udara ke
dalam larutan maka kecepatannya akan berkurang. Fenomena ini terlihat pada
batang yang terlihat bengkok ketika dicelupkan ke dalam air. Refraktometer
memakai prinsip ini untuk menentukan jumlah zat terlarut dalam larutan dengan
melewatkan cahaya ke dalamnya (Pedrotti, 1993). Sumber cahaya ditransmisikan
oleh serat optic ke dalam salah satu sisi prisma dan secara internal akan dipantulkan
ke interface prisma dan sampel larutan. Bagian cahaya ini akan dipantulkan kembali
ke sisi yang berlawanan pada sudut tertentu yang tergantung dari indeks bias
larutannya (Pomeranz, 1994). Faktor- faktor yang mempengaruhi harga indeks bias
cairan, yaitu :
1. Berbanding terbalik dengan suhu
2. Berbanding terbalik dengan panjang gelombang sinar yang
digunakan
3. Berbanding urus dengan tekanan udara dipermukaan udara
4. Berbanding lurus dengan kadar atau konsentrasi larutan
Pendapat lain menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi indeks
bias, yaitu: kekentalan zat cair, dimana semakin kental zat cair, indeks biasnya
semakin besar. Begitu pula sebaliknya, semakin encer zat cair maka indeks biasnya
Wulan Rizqianti Aulia
240210150003

semakin kecil; kecepatan rambat cahaya, dimana semakin besar cepat rambat cahaya
dalam medium, maka indeks biasnya semakin besar; suhu, dimana semakin besar
suhu maka indeks biasnya semakin kecil; panjang gelombang, dimana semakin besar
panjang gelombang maka indeks biasnya semakin kecil; tekanan udara permukaan,
dimana semakin besar tekanan udara permukaan maka indeks biasnya semakin besar;
dan konsentrasi larutan, dimana semakin besar konsentrasi larutan maka indeks bias
semakin besar , sebaliknya jika semakin kecil konsentrasi larutan maka indeks
biasnya juga semakin kecil (Bresnick, 1998).
Nilai indeks bias refraktometer, juga dikenal sebagai nilai Brix (BV), adalah
konstan untuk suatu zat pada kondisi suhu dan tekanan standar (Bradley, 1994). BV,
ukuran total padatan terlarut dalam larutan, berkorelasi erat dengan fraksi molar
komponen. BV telah banyak digunakan untuk menentukan konsentrasi zat-zat seperti
obat-obatan, makanan, jus buah, formula diet, dan larutan nutrisi parenteral (Chang et
al., 2002). Pendapat lain menyebutkan bahwa brix ialah zat padat kering terlarut
dalam suatu larutan yang dihitung sebagai sukrosa. Zat yang terlarut seperti gula
(Sukrosa, glukosa, fruktosa, dan lain-lain), atau garam-garam klorida atau sulfat dari
kalium, natrium, kalsium, dan lain-lain merespon dirinya sebagai brix dan dihitung
setara dengan sukrosa. Satuan brix merupakan satuan yang digunakan untuk
menunjukkan kadar gula yang terlarut dalam suatu larutan. Semakin tinggi derajat
brixnya maka semakin manis larutan tersebut. Sebagai contoh kasus dalam
pengolahan nira bahwa nilai brix adalah gambaran seberapa banyak zat padat terlarut
dalam nira. Di dalam padatan terlarut tersebut terkandung gula dan komponen bukan
gula. sebagai gambaran, bila diperoleh nilai brix 17% maka dalam setiap 100 bagian
nira terdiri dari 17 bagian brix dan 83 bagian air (Santoso, 2011).
Sampel yang digunakakan yaitu madurasa sachet, madurasa botol, buavita
apel, buavita brokoli, jeruk, timun. Langkah-langkah yang dilakukan untuk
mengamati karakteristik optik dari sampel yaitu dengan meneteskan sampel pada
refraktometer kemudian dilihat indeks bias, 0Brix, dan juga suhu dari masing-masing
sampel. Hasil pengamatan karakteristik optik bahan pangan terdapat pada tabel 1 :
Wulan Rizqianti Aulia
240210150003

Tabel 1. Hasil Pengamatan Karakteristik Optik Bahan Pangan


o
Kel Sampel Indeks Bias Brix Suhu (oC)
1 Madurasa Sachet 1,490 79,7 24,7
2 Madurasa Botol 1,487 78,6 24,8
3 Buavita Brokoli 1,305 11,90 24,4
4 Buavita Apel 1,3495 11,00 24,2
5 Jeruk 1,356 15,05 24,2
6 Mentimun 1,377 2,50 25,0
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
Hasil praktikum menunjukkan bahwa madurasa sachet memiliki indeks bias
sebesar 1,490 dengan 0Brix sebesar 79,7 dan suhu 24,7 0C. Sampel madurasa botol
memiliki indeks bias sebesar 1,487 dengan 0Brix sebesar 78,6 dan suhu 24,7 0C.
Berdasarkan SNI 01-3545-2004 tentang madu menyebutkan bahwa indeks bias madu
adalah sebesar 1,475 sampai 1,504 pada suhu 200C. Hal ini menunjukkan bahwa
indeks bias madu hasil praktikum sesuai dengan literatur. Sampel buavita brokoli
memiliki indeks bias sebesar 1,305 dengan 0Brix sebesar 11,90 dan suhu 24,4 0C.
Buavita apel memiliki indeks bias sebesar 1,3495 dengan 0Brix sebesar 11,00 dan
suhu 24,2 0C. Jeruk memiliki indeks bias sebesar 1,356 dengan 0Brix sebesar 15,05
dan suhu 24,2 0C. Mentimun memiliki indeks bias sebesar 1,377 dengan 0Brix sebesar
2,50 dan suhu 25,0 0C. Buavita brokoli memiliki indeks bias lebih besar apabila
dibandingkan dengan buavita apel, artinya jumlah senyawa atau padatan terlarutnya
lebih besar. Berdasarkan data tersebut, sampel yang memiliki 0Brix dan indeks bias
paling besar yaitu sampel madurasa sachet. Hal ini menunjukkan bahwa padatan
terlarut atau senyawa terlarut dalam sampel madurasa sachet lebih banyak daripada
sampel-sampel yang lain.
Secara teori semakin besar konsentrasi, semakin besar pula indeks biasnya.
Hal ini disebabkan karena adanya perubahan laju cahaya ketika melewati larutan
sukrosa. Cahaya yang melewati suatu materi akan mengalami interaksi dengan
molekul-molekul dan atom-atom dari materi tersebut. Molekul-molekul dan atom-
atom yang terkandung di dalamnya akan menyerap dan meradiasi ulang cahaya
tersebut pada frekuensi yang sama tetapi laju gelombangnya berbeda. Cahaya yang
diradiasikan kembali oleh molekulmolekul dan atom-atom tersebut mengalami
Wulan Rizqianti Aulia
240210150003

ketertinggalan fase dibandingkan dengan gelombang dating, sehingga dalam waktu


yang sama gelombang yang dilewatkan tidak berjalan di dalam medium sejauh
gelombang datang aslinya sehingga kecepatan gelombang yang dilewatkan lebih kecil
dari pada kecepatan gelombang datang. Semakin besar konsentrasi larutan, maka
semakin besar pula jumlah molekul dan atomnya yang berinteraksi dengan
gelombang cahaya, sehingga ketertinggalan fase yang dialami oleh gelombang datang
semakin besar. Hal ini berarti bahwa laju cahaya semakin kecil seiring dengan
bertambahnya konsentrasi larutan (Indra et al., 2009).

Perhitungan indeks bias dan 0Brix dipengaruhi oleh suhu. Harga indeks bias
menurun dengan meningkatnya suhu atau temperatur, hal ini karena semakin besar
suhu ruangan maka kerapatannya semakin berkurang sehingga kecepatan cahaya
dalam cairan tersebut lebih besar maka indeks biasnya semakin kecil (Pedrotti,
1993). Hal ini bisa dilihat pada sampel mentimun, suhu dari sampel tersebut
merupakan suhu paling tinggi apabila dibandingkan dengan suhu sampel yang lain
sehingga sampel mentimun memiliki indeks bias dan 0Brix yang paling kecil.

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, ada faktor lain yang
berpengaruh dalam penentuan indeks bias zat cair yaitu faktor densitas. Sampel
dengan campuran yang terlalu encer akan menyebabkan densitasnya semakin kecil,
maka pembiasan cahayanya akan semakin menjauhi garis normalnya. Dengan
semakin kecil densitasnya, maka indeks biasnya akan semakin kecil pula
(Hidayanto, 2008).
Wulan Rizqianti Aulia
240210150003

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum sifta optik bahan pangan ini di
antaranya :
0
1. Sampel madurasa sachet memiliki indeks bias dan Brix bias paling besar
yaitu dengan nilai indeks bias sebesar 1,490 dengan 0Brix sebesar 79,7 dan
suhu 24,7 0C. Hal ini menunjukkan bahwa padatan terlarut atau senyawa
terlarut dalam sampel madurasa sachet lebih banyak daripada sampel-sampel
yang lain.
2. Sampel yang memiliki indeks bias terkecil yaitu buavita brokoli dengan nilai
indeks bias sebesar 1,305 dan 0Brix nya sebesar 11,90.
3. Sampel yang memiliki suhu paling tinggi yaitu mentimun dengan suhu 25 0C
sehingga mempengaruhi nilai indeks bias dan 0Brix nya.
4. Semakin besar konsentrasi, semakin besar pula indeks biasnya. Hal ini
disebabkan karena adanya perubahan laju cahaya ketika melewati larutan
sukrosa.
5. Perhitungan indeks bias dan 0Brix dipengaruhi oleh suhu. Harga indeks bias
menurun dengan meningkatnya suhu atau temperatur, hal ini karena semakin
besar suhu ruangan maka kerapatannya semakin berkurang sehingga
kecepatan cahaya dalam cairan tersebut lebih besar maka indeks biasnya
semakin kecil.
Wulan Rizqianti Aulia
240210150003

DAFTAR PUSTAKA

Bradley RL. Moisture and total solids analysis. In: Nielsen SS, editor. Introduction to
the chemical analysis of foods. Boston: Jones and Bartlett; 1994. p. 95111

Bresnick, Stephen. 1998. Intisari Fisika. Erlangga. Jakarta.

Bueche, Frederick. 2006. Fisika Universitas Edisi X. Erlangga. Jakarta.


Chang WK, Chen MZ, Chao YC. Use of the refractometer as a tool to monitor
dietary formula concentration in gastric juice. Clin Nutr (2002); 21(6):5215
Harjadi, W.1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Hidayanto, Eko dkk. 2010. Aplikasi Portable Brix Meter untuk Pengukuran Indeks
Bias. Jurnal Berkala Fisika. Vol. 13. No. 4. Semarang.
Indra Sapkota, Drabindra Pandit, Rajan Prajapati, Study of concentration
dependence of refractive index of liquids using a minimum deviation method,
ST.Xaviers Journal of Science, Vol. 1, Issue 1, ( 2009), pp. 1-4.

Novestiana, T.R. dan Eko H. 2015. Penentuan Indeks Bias Dari Konsentrasi Sukrosa
Pada Beberapa Sari Buah Menggunakan Portable Brixmeter. Youngster
Physycs Journal. Vol.4, No.2, Hal.173-180.

Pedrotti, F.L. dan L.S. Pedrotti. 1993. Introduction to Optics, Second Edition.
Prentice-Hall. New Jersey.
Pomeranz Y, Meloan CE. Refractometry and polarimetry. In: Pomeranz Y, Meloan
CE, editors. Food analysis. Chapman & Hall; 1994. p. 43048. New York.

Santoso BE. 2011. Analisis kualitas nira dan bahan alur untuk pengawasan
pabrikasi di pabrik gula. Pasuruan: Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI).

Shyam Singh, Refractive Index Measurement and Its Applications, Physics Scripta,
Vol. 65 (2002), pp. 167-180

Sutiah, 2008. Studi Kualitas Minyak Goreng dengan Parameter Viskositas dan Indeks
Bias (skripsi). FMIPA. Universitas Diponegoro. Semarang.

Yunus, W. M.M., Y.W. Fen dan L.M. Yee. Refractive Index and Fourier Transform
Infrared Spectra of Virgin Coconut Oil and Virgin Olive Oil. American
Journal of Applied Sciences. Vol 6. No. 2. (2009) Hal. 328-331

Anda mungkin juga menyukai