LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIP PERTANIAN
(Pengukuran Total Padatan Terlarut dengan Refraktometer)
Oleh :
Nama
NPM
: 240110140093
Waktu
Co. Ass
: 1. Rifki Amrullah
2. Adryani Tresna W.
3. Arinda Nur Arriva
4. Bintari Ayuningtyas
5. Eki Dwiyan Saputra
6. M. Hanief Bayhaqqi P.
7. Mizanul Hakam
8. Umaya Nur Uswah
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam keseharian manusia tidak luput dari yang namanya buah. Buah buahan
dapat kita jumpai dimana saja, seperti di pasar, pinggir jalan, super market,
pedagang asongan, dll.. Dalam mengkonsumsi buah, tentu kita akan memerhatian
soal kematangan buah yang akan dikonsumsi. Kematangan setiap buah yang ada
pada sekitar kita berbeda-beda atau tidak seragam.
Pematangan suatu buah dapat ditentukan dengan berbagai cara yaitu
mengamati warna, kekerasan buah, dan aroma. Akan tetapi cara tersebut terdapat
berbagai kelemahan yaitu subyektivitas pengamat. Buah yang telah matang
mengandung gula yang tinggi atau kandungan gula yang maksimal. Kandungan
asam pada buah yang matang sangat sedikit. Kandungan gula dapat ditentukan
dengan mengukut padatan terlarut total. Pengukuran tersebut menggunakan
refraktometer. Kandungan asam pada buah dapat ditentukan dengan
metode
titrasi. Pada buah tertentu terdapat indeks pematangan buah yang menghubungkan
antara kandungan gula dan kandungan asam. Kandungan vitamin C pada buah
juga merupakan parameter untuk menentukan kualitas buah. Ketiga parameter
tersebut merupakan suatu hal yang dapat digunakan untuk mengetahui kualitas
dan tingkat kematangan pada buah.
1.2 Tujuan Percobaan
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Mahasiswa dapat mempelajari karakteristik kematangan bahan hasil
pertanian.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Mahasiswa dapat menganalisis dan menerapkan pengukuran kematangan
bahan hasil pertanian dengan menentukan total padatan terlarut.
1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Total Padatan Terlarut
Total Padatan Terlarut atau yang biasa disebut TPT adalah ukuran dari jumlah
material yang dilarutkan dalam air. Bahan ini dapat mencakup karbonat,
bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium, magnesium, natrium, ion-ion
organik, dan ion-ion lainnya. Pada dasarnya, total padatan terlarut suatu bahan
meliputi gula reduksi, gula non reduksi, asam-asam organik, pektin, dan protein.
(Andarwulan dkk, 2011)
Menurut Buckle (1987), semakin tinggi konsentrasi sukrosa yang ada dalam
buah-buahan yang sudah matang, akan menghasilkan total padatan terlarut yang
tinggi. TSS (Total Suspended Solid) merupakan kadar total padatan terlarut pada
sebuah bahan makanan. Bahan makanan yang terlalu lama dicuci akan
menyebabkan kehilangan kandungan gizi dalam jumlah yang banyak, selain itu
pemanasan yang memakan waktu lama dapat mengakibatkan hilangnya
kandungan gizi pada bahan makanan tersebut. Larutan adalah campuran
homogen yang terdiri dari dua atau lebih jenis zat. Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solute, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan zat-zat lain dalam larutan disebut
pelarut atau solven. (Buckel, 1987)
2.2 % TPT Minimum
Pada tabel di bawah ini terdapat beberapa contoh batas minimun % TPT
untuk komoditas tertentu. Produk dapat dikatakan lebih baik dari standar minimun
jika pada alat pengukur terbaca % TPT yang lebih tinggi. Contohnya jika % TPT
Pepaya menunjukan nilai 12% atau lebih, dapat dikatakan pepaya tersebut
memiliki cita rasa yang bagus.
10
Beri biru
Cheri
Anggur
Buah kiwi
Mangga
Muskmelon
Nectarine
Pepaya
Peach
Pir
Nanas
Plum
Delima
Stroberi
Semangka
10
14-16
14-17.5
6.5
10-12
10
10
11.5
10
13
12
12
17
7
10
(Sumber : Kader, 1999)
dimana indeks bias diketahui dari media sampel dan diukur dengan refleksi
cahaya (Wikipedia, 2010).
2.4 Refraktometer
Refraktometer adalah suatu instrumen optis yang digunakan untuk
menentukan indeks-refraksi suatu unsur. Hal ini mengacu pada beberapa sifat fisis
suatu unsur yang secara langsung berhubungan dengan indeks-refraksinya. Jenis
refraktometers tertentu dapat digunakan untuk mengukur gas, atau cairan seperti
minyak atau water-based, dan bahkan padat tembus cahaya atau transparan seperti
batu-permata.
Suatu refraktometer dapat digunakan untuk menentukan identitas dari
suatu unsur yang tak dikenal berdasar pada indeks-refraksinya, untuk menilai
kemurnian unsur tertentu, atau untuk menentukan konsentrasi zat atau unsur di
dalam suatu zat atau unsur. Biasanya, refraktometer digunakan untuk mengukur
konsentrasi cairan seperti isi gula, konsentrasi protein darah, berkadar garam dan
bobot jenis air seni, dan bahan terlarut lainnya. Refraktometer dapat juga
digunakan untuk mengukur konsentrasi cairan untuk cairan yang komersil seperti
bahan anti beku, memotong cairan, dan cairan industri. (Olovan, 2011)
Refraktometer adalah alat ukur yang digunakan untuk menghitung
kadar/konsentrasi bahan terlarut berdasarkan indeks biasnya. Misalnya gula,
garam, protein, dsb.. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe, seorang
ilmuan dari Jerman pada abad permulaan 20. (Widodo, 2010)
Refraktometer analog tradisional sering digunakan sebagai sumber cahaya
sinar matahari ataupun lampu pijar untuk berpisah dengan filter warna detektor
adalah skala yang dapat dibaca dengan sistem optik, optik dengan mata. Contoh
refraktometer adalah Obbe refraktometer, Pulfrich refraktometer, Woltan Stans
refraktometer (1802), Jellay refraktometer (Widodo, 2010).
Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah dengan
memanfaatkan refraksi cahaya. Prinsip kerja reftaktometer yaitu gugus glukosa
yang mengandung atom C mengenai prisma nicol (yang terdapat dalam alat)
sehingga bisa memutar terhadap spektrum prisma. Putaran prisma tersebut
merupakan kadar glukosa. (Widodo, 2010)
Menurut Widodo (2010), bagian-bagian dari refraktometer adalah sbb.
dengan semburat merah, rasanya agak manis, dan warna dagingnya putih
kekuningan.
4. Melon dan Semangka
Buah kaya vitamin B dan C, serta betakaroten, kalium dan likopen.
Dengan memiliki kebiasaan mengonsumsi sepotong melon setiap hari dapat
memenuhi kebutuhan Vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh sehari-hari.
Kandungan brix pada melon juga cukup rendah, sekitar 10 sedangkan pada
semangka Saloka, yang diproduksi oleh Sunpride, memiliki kandungan brix yang
sama yakni 10.
5. Kiwi Hijau
Kiwi merupakan salah satu buah yang baik untuk tubuh karena kandungan
kalium, serat dan vitamin C nya cukup tinggi. Kandungan karbohidrat-nya rendah,
sehingga cocok untuk penderita diabetes, terutama kiwi hijau, karena kandungan
brix nya hanya 13. Buah ini sangat disarankan untuk dikonsumsi 1 buah perhari
untuk menjaga kesehatan Anda.
6. Jeruk
Buah yang satu ini sangat dikenal dengan kandungan vitamin C yang
tinggi. Buah ini juga rendah karbohidrat dan mengandung kalium. Sama seperti
jeruk Bali, buah jeruk juga merupakan buah yang aman bagi penderita diabetes.
Kandungan brix-nya hanya 12 untuk jenis Jeruk Siam Madu, Jeruk Keprok, dan
Jeruk Baby.
2.6 Standar Kematangan
Kebanyakan sayuran, buah, dan bunga-bungaan telah ditentukan standar
kematangannya. Mutu terbaik dari suatu produk hasil pertanian didapatkan pada
saat pemanenan yang tepat. Produk yang dipanen terlalu awal dapat memiliki cita
rasa yang buruk atau mungkin tidak masak secara baik. Sedangkan produk yang
dipanen lambat akan mudah berserat atau lewat masak. Dalam tabel berikut ini,
disediakan beberapa contoh untuk index kematangan. (Kader, 2002)
Menurut Jamal (2014), ada beberapa metode dalam menentukan kemasakan
buah dan sayuran yaitu:
Tabel 2. Metode dalam Menentukan Kemasakan Buah dan Sayuran
INDIKATOR
KRITERIA
Paling banyak dipergunakan, baik pada komoditas buah
maupun sayuran
Visual
Fisik
dikuantitatifkan.
Prinsip: buah ditusuk dengan suatu alat, besarnya
tekanan yang diperlukan untuk menusuk buah
menunjukan ketegaran.
Semakin besar tekanan yang diperlukan: buah akan
semakin tegar, proses pengisian buah sudah maksimal
atau masak fisiologis dan siap di panen.
Indikator utama: laju respirasi
Sangat baik diterapkan pada komoditas yang bersifat
klimakterik (kurang cocok pada komoditas yang non
Fisiologis
klimaterik)
Saat komoditas mencapai masak fisiologis, respirasinya
mencapai klimakterik (paling tinggi).
Dapat disimpulkan saat laju respirasi suatu komoditas
sayuran.
(sumber: http://malpertanian.blogspot.co.id/2014/04/materi-pasca-panen.html)
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Pisau
2. Refraktometer
3.1.2 Bahan
1. Anggur
2. Aquades
3. Jeruk
4. Kapas
5. Kiwi
6. Pear
7. Tissue
3.2 Prosedur Percobaan
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum.
2. Membelah bahan menjadi 3 bagian yaitu atas, tengah, dan bawah.
3. Memastikan refraktometer telah bersih dan skalanya menunjukkan angka nol.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran %TPT dari Percobaan
Bahan
Anggur
Jeruk
Kiwi
Pear
%TPT
Ulangan I
21.15
10
15
10
SD
Ulangan II
20
10
15.3
11
Ulangan III
19.8
11
15
10,5
0.7285
0.5773
0,1732
0,5
2
SD = ( x)
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum pertama, praktikan melakukan pengukuran kadar total
padatan terlarut dalam buah-buahan. Total padatan terlarut merupakan ukuran dari
jumlah zat yang dilarutkan dalam air. Satuan dari total padatan terlarut adalah
Brix. Brix adalah jumlah zat padat semu yang terlarut yang terdapat didalam
setiap 100gram larutan. Larutan yang dipakai adalah berasal dari tetesan buah
yang digunakan. Buah-buahan yang digunakan pada praktikum ini adalah anggur,
jeruk, kiwi, dan pear. Berdasarkan modul praktikum yang diberikan, nilai Brix
terbesar terdapat dalam buah anggur dan delima. Akan tetapi, praktikan tidak
menggunakan delima. Sehingga kandungan Brix terbesar dari buah yang
digunakan pada praktikum adalah anggur, dengan range 14 17,5.
Salah satu cara menentukan kadar gula yang sederhana adalah dengan cara
memanfaatkan sifat refraksi dari gula, yaitu menggunakan refraktometer. Dalam
suatu larutan gula murni, indeks bias adalah parameter langsung dari konsentrasi
gula. Sifat refraksi ini sangat dipengaruhi oleh konsentrasi gula. Metode
refraktometri merupakan metode yang sederhana dan cenderung cepat, namun
memiliki tingkat akurasinya terbatas. Ketelitiannya hanya mencapai 0,1 mm.
Prinsip pengukuran refraktometer adalah dengan cahaya, penggembalaan
kejadian, total refleksi. Yang terjadi adalah pembiasan (refraksi) atau refleksi total
cahaya yang digunakan.
Cara yang digunakan untuk mengukur total padatan terlarut suatu bahan hasil
pertanian pada praktikum ini adalah dengan menggunakan refraktometer.
Refraktometer
adalah
alat
ukur
yang
digunakan
untuk
menghitung
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melaksanakan praktikum kali ini adalah:
1. Total padatan terlarut merupakan ukuran dari jumlah zat yang dilarutkan
dalam air.
2. Pengukuran total padatan terlarut menggunakan refraktometer ketelitiannya
hanya mencapai 0,1 mm. Prinsip pengukuran refraktometer adalah dengan
cahaya, penggembalaan kejadian, total refleksi.
3. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, buah yang memiliki nilai Brix
tertinggi adalah anggur dengan rata-rata nilai 21,15 Brix.
4. Nilai total padatan terlarut akan berbeda, perbedaan tersebut disebabkan oleh
tingkat kematangan bahan dan lama proses penyimpanan.
6.2 Saran
1. Sebelum melaksanakan praktikum, sebaiknya praktikan memahami materi
yang akan di praktikumkan pada hari itu.
2. Jagalah ketenangan pada saat melaksanakan praktikum.
3. Jagalah kebersihan laboratorium baik sebelum dan sesudah melaksanakan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan N, Kusnandar F, dan Herawati D. 2011. Analisis Pangan. Dian
Rakyat: Jakarta.
Buckle, Edwards R. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan: Henri Purnomo dan
Aldiono. Universitas indonesia: Jakarta.
Harijono, K. Joni, M. Setyo Ani. 2001. Pengaruh Kadar Karaginan Dan Total
Padatan Terlarut Sari Buah Apel Muda Terhadap Aspek Kualitas Permen
Jelly. Jurnal Teknologi Pertanian 2 (2) : 110-116
Jamal,
Jamaludin.
2014.
Materi
Pascapanen.
Terdapat
http://malpertanian.blogspot.co.id/2014/04/materi-pasca-panen.html
(diakses pada hari Minggu, 2 Oktober 2016 pukul 20.23 WIB)
di:
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum
Gambar 1. Kiwi
Gambar 2. Brix%
Gambar 4. Refraktometer