Anda di halaman 1dari 19

Nilai:

LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIP PERTANIAN
(Pengukuran Total Padatan Terlarut dengan Refraktometer)

Oleh :
Nama

: Raka Rabean Alifazza

NPM

: 240110140093

Hari, Tanggal Praktikum

: Selasa, 27 September 2016

Waktu

: 12.30 15.00 WIB

Co. Ass

: 1. Rifki Amrullah
2. Adryani Tresna W.
3. Arinda Nur Arriva
4. Bintari Ayuningtyas
5. Eki Dwiyan Saputra
6. M. Hanief Bayhaqqi P.
7. Mizanul Hakam
8. Umaya Nur Uswah

LABORATORIUM PASCAPANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam keseharian manusia tidak luput dari yang namanya buah. Buah buahan
dapat kita jumpai dimana saja, seperti di pasar, pinggir jalan, super market,
pedagang asongan, dll.. Dalam mengkonsumsi buah, tentu kita akan memerhatian
soal kematangan buah yang akan dikonsumsi. Kematangan setiap buah yang ada
pada sekitar kita berbeda-beda atau tidak seragam.
Pematangan suatu buah dapat ditentukan dengan berbagai cara yaitu
mengamati warna, kekerasan buah, dan aroma. Akan tetapi cara tersebut terdapat
berbagai kelemahan yaitu subyektivitas pengamat. Buah yang telah matang
mengandung gula yang tinggi atau kandungan gula yang maksimal. Kandungan
asam pada buah yang matang sangat sedikit. Kandungan gula dapat ditentukan
dengan mengukut padatan terlarut total. Pengukuran tersebut menggunakan
refraktometer. Kandungan asam pada buah dapat ditentukan dengan

metode

titrasi. Pada buah tertentu terdapat indeks pematangan buah yang menghubungkan
antara kandungan gula dan kandungan asam. Kandungan vitamin C pada buah
juga merupakan parameter untuk menentukan kualitas buah. Ketiga parameter
tersebut merupakan suatu hal yang dapat digunakan untuk mengetahui kualitas
dan tingkat kematangan pada buah.
1.2 Tujuan Percobaan
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Mahasiswa dapat mempelajari karakteristik kematangan bahan hasil
pertanian.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Mahasiswa dapat menganalisis dan menerapkan pengukuran kematangan
bahan hasil pertanian dengan menentukan total padatan terlarut.
1.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Total Padatan Terlarut
Total Padatan Terlarut atau yang biasa disebut TPT adalah ukuran dari jumlah
material yang dilarutkan dalam air. Bahan ini dapat mencakup karbonat,
bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium, magnesium, natrium, ion-ion
organik, dan ion-ion lainnya. Pada dasarnya, total padatan terlarut suatu bahan
meliputi gula reduksi, gula non reduksi, asam-asam organik, pektin, dan protein.
(Andarwulan dkk, 2011)
Menurut Buckle (1987), semakin tinggi konsentrasi sukrosa yang ada dalam
buah-buahan yang sudah matang, akan menghasilkan total padatan terlarut yang
tinggi. TSS (Total Suspended Solid) merupakan kadar total padatan terlarut pada
sebuah bahan makanan. Bahan makanan yang terlalu lama dicuci akan
menyebabkan kehilangan kandungan gizi dalam jumlah yang banyak, selain itu
pemanasan yang memakan waktu lama dapat mengakibatkan hilangnya
kandungan gizi pada bahan makanan tersebut. Larutan adalah campuran
homogen yang terdiri dari dua atau lebih jenis zat. Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solute, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan zat-zat lain dalam larutan disebut
pelarut atau solven. (Buckel, 1987)
2.2 % TPT Minimum
Pada tabel di bawah ini terdapat beberapa contoh batas minimun % TPT
untuk komoditas tertentu. Produk dapat dikatakan lebih baik dari standar minimun
jika pada alat pengukur terbaca % TPT yang lebih tinggi. Contohnya jika % TPT
Pepaya menunjukan nilai 12% atau lebih, dapat dikatakan pepaya tersebut
memiliki cita rasa yang bagus.

Tabel 1. % TPT Minimum


Aprikot

10

Beri biru
Cheri
Anggur
Buah kiwi
Mangga
Muskmelon
Nectarine
Pepaya
Peach
Pir
Nanas
Plum
Delima
Stroberi
Semangka

10
14-16
14-17.5
6.5
10-12
10
10
11.5
10
13
12
12
17
7
10
(Sumber : Kader, 1999)

2.3 Metode Penentuan Kadar Gula


Salah satu cara menentukan kadar gula yang sederhana adalah dengan cara
memanfaatkan sifat refraksi dari gula, yaitu menggunakan refraktometer. Dalam
suatu larutan gula murni, indeks bias adalah parameter langsung dari konsentrasi
gula. Sifat refraksi ini sangat dipengaruhi oleh konsentrasi gula. Metode
refraktometri merupakan metode yang sederhana dan cenderung cepat, namun
memiliki tingkat akurasinya terbatas. Ketelitiannya hanya mencapai 0,1 mm.
Hasil pengukuran kadar gula dinyatakan dalam satuan Brix. Dua jenis
refraktometer yang sering digunakan untuk mengukur kadar gula adalah
refraktometer Abbe dan refraktometer celup (immersion). Refraktometer Abbe
membutuhkan hanya beberapa tetes sampel saja, sedangkan refraktometer celup
membutuhkan contoh yang lebih banyak (Andarwulan et al., 2011). Total padatan
terlarut bahan dapat diukur dengan menggunakan hand refractometer (Harijono,
et al. 2001). Refraktometer adalah alat ukur untuk menentukan indeks zat cair atau
zat padat, bahan transparan dengan refraktometri.
Prinsip pengukuran refraktometer adalah dengan cahaya, penggembalaan
kejadian, total refleksi. Yang terjadi adalah pembiasan (refraksi) atau refleksi total
cahaya yang digunakan. Sebagai prisma umum menggunakan 3 prinsip, satu
dengan indeks bias disebut prisma. Cahaya merambat dalam transisi antara
pengukuran prisma dan media sampel (cairan) dengan kecepatan yang berbeda,

dimana indeks bias diketahui dari media sampel dan diukur dengan refleksi
cahaya (Wikipedia, 2010).
2.4 Refraktometer
Refraktometer adalah suatu instrumen optis yang digunakan untuk
menentukan indeks-refraksi suatu unsur. Hal ini mengacu pada beberapa sifat fisis
suatu unsur yang secara langsung berhubungan dengan indeks-refraksinya. Jenis
refraktometers tertentu dapat digunakan untuk mengukur gas, atau cairan seperti
minyak atau water-based, dan bahkan padat tembus cahaya atau transparan seperti
batu-permata.
Suatu refraktometer dapat digunakan untuk menentukan identitas dari
suatu unsur yang tak dikenal berdasar pada indeks-refraksinya, untuk menilai
kemurnian unsur tertentu, atau untuk menentukan konsentrasi zat atau unsur di
dalam suatu zat atau unsur. Biasanya, refraktometer digunakan untuk mengukur
konsentrasi cairan seperti isi gula, konsentrasi protein darah, berkadar garam dan
bobot jenis air seni, dan bahan terlarut lainnya. Refraktometer dapat juga
digunakan untuk mengukur konsentrasi cairan untuk cairan yang komersil seperti
bahan anti beku, memotong cairan, dan cairan industri. (Olovan, 2011)
Refraktometer adalah alat ukur yang digunakan untuk menghitung
kadar/konsentrasi bahan terlarut berdasarkan indeks biasnya. Misalnya gula,
garam, protein, dsb.. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe, seorang
ilmuan dari Jerman pada abad permulaan 20. (Widodo, 2010)
Refraktometer analog tradisional sering digunakan sebagai sumber cahaya
sinar matahari ataupun lampu pijar untuk berpisah dengan filter warna detektor
adalah skala yang dapat dibaca dengan sistem optik, optik dengan mata. Contoh
refraktometer adalah Obbe refraktometer, Pulfrich refraktometer, Woltan Stans
refraktometer (1802), Jellay refraktometer (Widodo, 2010).
Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah dengan
memanfaatkan refraksi cahaya. Prinsip kerja reftaktometer yaitu gugus glukosa
yang mengandung atom C mengenai prisma nicol (yang terdapat dalam alat)
sehingga bisa memutar terhadap spektrum prisma. Putaran prisma tersebut
merupakan kadar glukosa. (Widodo, 2010)
Menurut Widodo (2010), bagian-bagian dari refraktometer adalah sbb.

1. Day Light Plate (kaca)


Day light plate berfungsi melindungi prisma dari goresan akibat debu, benda
asing, atau untuk mencegah agar sampel yang diteteskan pada prisma tidak
menetes atau jatuh.
2. Prisma (biru)
Prisma merupakan bagian dari refraktometer yang paling sensitif terhadap
goresan. Prisma berfungsi untuk pembacaan skala dari zat terlarut dan mengubah
cahaya polikromatis (cahaya lampu/matahari) menjadi monokromatis.
3. Knop pengatur skala
Knop pengatur skala berfungsi untuk mengkalibrasi skala menggunakan
aquades. Cara kerjanya adalah pertama-tama knop diputar searah atau berlawanan
arah jarum jam hinggan didapatkan skala paling kecil (0.00 untuk refraktometer
salinitas, 1.000 untuk refraktometer urine).
4. Lensa
Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya monokromatis.
5. Handle
Handle berfungsi sebagai pegangan dari alat refraktometer dan menjaga suhu
agar tetap stabil.
6. Biomaterial Strip
Biomaterial strip terletak pada bagian dalam alat (tidak terlihat) dan berfungsi
untuk mengatur suhu sekitar 18 28 OC. Jika saat pengukuran suhunya kurang
dari 18 OC atau melebihi 28 OC maka secara otomatis refraktometer akan
mengatur suhunya agar tetap sesuai dengan range yaitu 18 28 OC.
7. Lensa pembesar
Sesuai dengan namanya, lensa pembesar berfungsi untuk memperbesar skala
yang terlihat pada eye piece.
8. Eye piece
Eye piece merupakan tempat untuk melihat skala yang ditunjukkan oleh
refraktometer.
9. Skala
Skala berguna untuk melihat, konsentrasi, dan massa jenis suatu larutan.
Menurut Widodo (2010), cara membersihkan refraktometer adalah sbb.

Setelah dipakai prisma dibersihkan sampai kering


Kalibrasi dengan aquades sampai batas biru putih yang menunjukan skala 0.

2.5 Derajat Brix (Brix)


Brix atau Derajat Brix adalah jumlah zat padat semu yang terlarut (satuan
dalam gram) setiap 100gram larutan. Jadi misalkan Brix nira =16 Brix, artinya
kandungan dalam setiap 100gram nira adalah sebanyak 16 gram merupakan zat
padat terlarut dan sebanyak 84 gram adalah air.
Maka dari itu, diperlukan ketelitian pada saat memeriksa BRIX pada buah
yang belum dikonsumsi agar terhindar dari konsumsi gula yang tinggi. Fruktosa
yang biasa dikenal sebagai salah satu bentuk gula dalam buah-buahan dipercaya
mempunyai dampak negatif pada penderita diabetes. Selain itu, fruktosa yang
berlebihan juga memiliki dampak yang buruk bagi seseorang dengan berat badan
yang berlebih atau overweight.
Berikut ini merupakan data jumlah Brix pada beberapa buah yang sering
dikonsumsi dan mudah ditemui menurut Nida (2010);
1. Pisang
Pisang Cavendish merupakan jenis pisang yang memiliki derajat brix
paling kecil diantara pisang mas, pisang baranan, pisang raja bulu, pisang kepok,
pisang tanduk dan lain-lain. Pisang Cavendish biasa juga disebut sebagai pisang
ambon putih dan termasuk pisang yang disukai di dunia. Kulit buahnya lumayan
tebal dan berwarna hijau kekuningan sampai kuning muda halus. Daging buah
putih kekuningan, dengan rasa yang manis namun kadar brix-nya hanya 22,
sedangkan pisang mas 23.
2. Guava Crystal
Varietas dari buah jambu ini nyaris tidak memiliki biji dan sangat baik
untuk penderita penyakit diabetes. Buahnya berbentuk bulat dengan warna kulit
hijau terang ini memiliki derajat brix kurang lebih 9. Daging buahnya renyah
namun lembut dan memiliki rasa yang sangat manis.
3. Apel
Ada 4 jenis apel yakni Apel Malang, Apel Fuji, Apel Juliet, dan juga Pink
Lady Apple. Namun, dari keempat jenis Apel tersebut hanya Apel Malang yang
memiliki tingkat Brix paling kecil yakni 10. Sedangkan yang lainnya masih tidak
begitu tinggi, masih dibawah angka 15. Karakteristik apel Malang berwarna hijau

dengan semburat merah, rasanya agak manis, dan warna dagingnya putih
kekuningan.
4. Melon dan Semangka
Buah kaya vitamin B dan C, serta betakaroten, kalium dan likopen.
Dengan memiliki kebiasaan mengonsumsi sepotong melon setiap hari dapat
memenuhi kebutuhan Vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh sehari-hari.
Kandungan brix pada melon juga cukup rendah, sekitar 10 sedangkan pada
semangka Saloka, yang diproduksi oleh Sunpride, memiliki kandungan brix yang
sama yakni 10.
5. Kiwi Hijau
Kiwi merupakan salah satu buah yang baik untuk tubuh karena kandungan
kalium, serat dan vitamin C nya cukup tinggi. Kandungan karbohidrat-nya rendah,
sehingga cocok untuk penderita diabetes, terutama kiwi hijau, karena kandungan
brix nya hanya 13. Buah ini sangat disarankan untuk dikonsumsi 1 buah perhari
untuk menjaga kesehatan Anda.
6. Jeruk
Buah yang satu ini sangat dikenal dengan kandungan vitamin C yang
tinggi. Buah ini juga rendah karbohidrat dan mengandung kalium. Sama seperti
jeruk Bali, buah jeruk juga merupakan buah yang aman bagi penderita diabetes.
Kandungan brix-nya hanya 12 untuk jenis Jeruk Siam Madu, Jeruk Keprok, dan
Jeruk Baby.
2.6 Standar Kematangan
Kebanyakan sayuran, buah, dan bunga-bungaan telah ditentukan standar
kematangannya. Mutu terbaik dari suatu produk hasil pertanian didapatkan pada
saat pemanenan yang tepat. Produk yang dipanen terlalu awal dapat memiliki cita
rasa yang buruk atau mungkin tidak masak secara baik. Sedangkan produk yang
dipanen lambat akan mudah berserat atau lewat masak. Dalam tabel berikut ini,
disediakan beberapa contoh untuk index kematangan. (Kader, 2002)
Menurut Jamal (2014), ada beberapa metode dalam menentukan kemasakan
buah dan sayuran yaitu:
Tabel 2. Metode dalam Menentukan Kemasakan Buah dan Sayuran

INDIKATOR

KRITERIA
Paling banyak dipergunakan, baik pada komoditas buah
maupun sayuran

Visual

Berdasarkan perubahan warna, ukuran, dan lain-lain.


Sifatnya sangat subjektif, keterbatasan dari indra
penglihatan manusia.
Sering digunakan, khususnya pada beberapa komoditas
buah.
Berdasarkan mudah tidaknya buah dilepaskan dari
tangkai buah, uji ketegaran buah (penetrometer).
Uji ketegaran buah lebih obyektif, karena dapat

Fisik

dikuantitatifkan.
Prinsip: buah ditusuk dengan suatu alat, besarnya
tekanan yang diperlukan untuk menusuk buah
menunjukan ketegaran.
Semakin besar tekanan yang diperlukan: buah akan
semakin tegar, proses pengisian buah sudah maksimal
atau masak fisiologis dan siap di panen.
Indikator utama: laju respirasi
Sangat baik diterapkan pada komoditas yang bersifat
klimakterik (kurang cocok pada komoditas yang non

Fisiologis

klimaterik)
Saat komoditas mencapai masak fisiologis, respirasinya
mencapai klimakterik (paling tinggi).
Dapat disimpulkan saat laju respirasi suatu komoditas

sudah mencapai klimaterik, maka komoditas siap panen.


Analisis Kimia Terbatas pada perusahaan besar (relatif mahal), lebih
banyak dipergunakan pada komoditas buah.
Pengamatan: kandungan zat padat terlarut, kandungan
asam, kandungan pati, dan kandungan gula.
Metode analisis kimia lebih objektif daripada visual,
karena terukur.

Pada dasarnya dalam buah terjadi perubahan biokimia


selama proses pemasakan.
Perubahan yang sering terjadi: pati menjadi gula,
menurunnya kadar asam, meningkatkan zat padat
terlarut.
Yang dihitung : jumlah dari suhu rata-rata harian selama
satu siklus hidup tanaman (derajad harian) mulai dari
penanaman sampai masak fisiologis.
Komputasi

Pada dasarnya: adanya korelasi positif antara suhu


lingkungan dan pertumbuhan tanaman.
Dapat diterapkan baik pada komoditas buah maupun

sayuran.
(sumber: http://malpertanian.blogspot.co.id/2014/04/materi-pasca-panen.html)

BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Pisau
2. Refraktometer
3.1.2 Bahan
1. Anggur
2. Aquades
3. Jeruk
4. Kapas
5. Kiwi
6. Pear
7. Tissue
3.2 Prosedur Percobaan
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum.
2. Membelah bahan menjadi 3 bagian yaitu atas, tengah, dan bawah.
3. Memastikan refraktometer telah bersih dan skalanya menunjukkan angka nol.

4. Mengambil beberapa tetes jus dari bahan dan meletakkannya pada


refraktometer.
5. Membaca skala yang tertera pada refraktometer setelah meneteskan jus dari
bahan yang telah dipersiapkan.
6. Menghitung besarnya standar deviasi dengan menggunakan kalkulator pada
masing-masing bahan.
7. Membandingkan total padatan terlarut masing-masing bahan dengan literatur
yang ada.
1.

BAB IV
HASIL PERCOBAAN
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran %TPT dari Percobaan
Bahan
Anggur
Jeruk
Kiwi
Pear

%TPT
Ulangan I
21.15
10
15
10

SD
Ulangan II
20
10
15.3
11

(Sumber: Hasil Pengamatan, 2016)

Ulangan III
19.8
11
15
10,5

0.7285
0.5773
0,1732
0,5
2
SD = ( x)

BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum pertama, praktikan melakukan pengukuran kadar total
padatan terlarut dalam buah-buahan. Total padatan terlarut merupakan ukuran dari
jumlah zat yang dilarutkan dalam air. Satuan dari total padatan terlarut adalah
Brix. Brix adalah jumlah zat padat semu yang terlarut yang terdapat didalam
setiap 100gram larutan. Larutan yang dipakai adalah berasal dari tetesan buah
yang digunakan. Buah-buahan yang digunakan pada praktikum ini adalah anggur,
jeruk, kiwi, dan pear. Berdasarkan modul praktikum yang diberikan, nilai Brix
terbesar terdapat dalam buah anggur dan delima. Akan tetapi, praktikan tidak
menggunakan delima. Sehingga kandungan Brix terbesar dari buah yang
digunakan pada praktikum adalah anggur, dengan range 14 17,5.
Salah satu cara menentukan kadar gula yang sederhana adalah dengan cara
memanfaatkan sifat refraksi dari gula, yaitu menggunakan refraktometer. Dalam
suatu larutan gula murni, indeks bias adalah parameter langsung dari konsentrasi
gula. Sifat refraksi ini sangat dipengaruhi oleh konsentrasi gula. Metode
refraktometri merupakan metode yang sederhana dan cenderung cepat, namun
memiliki tingkat akurasinya terbatas. Ketelitiannya hanya mencapai 0,1 mm.
Prinsip pengukuran refraktometer adalah dengan cahaya, penggembalaan
kejadian, total refleksi. Yang terjadi adalah pembiasan (refraksi) atau refleksi total
cahaya yang digunakan.
Cara yang digunakan untuk mengukur total padatan terlarut suatu bahan hasil
pertanian pada praktikum ini adalah dengan menggunakan refraktometer.
Refraktometer

adalah

alat

ukur

yang

digunakan

untuk

menghitung

kadar/konsentrasi bahan terlarut berdasarkan indeks biasnya. Jenis refraktometer


yang digunakan pada praktikum adalah hand refractometer atau refraktometer
tangan yang dimiliki oleh Laboratorium Pascapanen dan Teknologi Proses
program studi Teknik Pertanian, Universitas Padjadjaran. Cara penggunaannya
adalah dengan meneteskan sari buah pada refraktometer, kemudian menutup day
light plate-nya, kemudian praktikan harus membaca skala yang tertera pada
refraktometer dengan cara melihatnya dari eye piece. Setelah sehabis penggunaan,

refraktometer harus dibersihkan dengan menggunakan kapas dan aquades agar


skala refraktometer kembali ke angka 0 sehingga pengukuran dapat menjadi lebih
akurat dan presisi.
Buah yang digunakan pada masing-masing kelompok secara berurutan adalah
jeruk, anggur, pear, dan kiwi. Praktikum diawali dengan membagi buah menjadi 3
bagian, yaitu atas, bawah, dan tengah. Langkah tersebut dilakukan pada semua
jenis buah kecuali jeruk, karena jeruk memiliki isi buah banyak. Sehingga isi buah
jeruk diambil secara acak. Kemudian, praktikan meneteskan beberapa tetes
sampel dari masing-masing buah dan meletakkannya pada refraktometer.
Penetesan sampel tersebut dilakukan sebanyak 3 kali ulangan, dan data yang
digunakan adalah rata-rata dari ketiga hasilnya. Berdasarkan pengamatan,
diperoleh rata-rata nilai Brix untuk buah anggur, jeruk, kiwi, pear secara berurutan
adalah 21.15 Brix; 10 Brix; 15 Brix; 10 Brix. Maka, sesuai dengan literatur
yang ada, buah dengan nilai Brix tertinggi adalah anggur dengan rata-rata nilai
Brix sebesar 21,15 Brix. Yang berarti, dalam setiap 100gram larutan buah anggur
terdapat 21,15gram zat padat terlarut.
Nilai total padatan terlarut akan berbeda, perbedaan tersebut disebabkan oleh
tingkat kematangan bahan dan lama proses penyimpanan. Kandungan padatan
terlarut seperti gula dan karbohidrat akan selalu berubah. Peningkatan total
padatan terlarut selama penyimpanan disebabkan karena terjadinya degradasi pati
menjadi gula sederhana. Sedangkan penurunan disebabkan karena gula tersebut
digunakan sebagai substrat dari respirasi untuk menghasilkan energi.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melaksanakan praktikum kali ini adalah:
1. Total padatan terlarut merupakan ukuran dari jumlah zat yang dilarutkan
dalam air.
2. Pengukuran total padatan terlarut menggunakan refraktometer ketelitiannya
hanya mencapai 0,1 mm. Prinsip pengukuran refraktometer adalah dengan
cahaya, penggembalaan kejadian, total refleksi.
3. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, buah yang memiliki nilai Brix
tertinggi adalah anggur dengan rata-rata nilai 21,15 Brix.
4. Nilai total padatan terlarut akan berbeda, perbedaan tersebut disebabkan oleh
tingkat kematangan bahan dan lama proses penyimpanan.
6.2 Saran
1. Sebelum melaksanakan praktikum, sebaiknya praktikan memahami materi
yang akan di praktikumkan pada hari itu.
2. Jagalah ketenangan pada saat melaksanakan praktikum.
3. Jagalah kebersihan laboratorium baik sebelum dan sesudah melaksanakan
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan N, Kusnandar F, dan Herawati D. 2011. Analisis Pangan. Dian
Rakyat: Jakarta.
Buckle, Edwards R. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan: Henri Purnomo dan
Aldiono. Universitas indonesia: Jakarta.
Harijono, K. Joni, M. Setyo Ani. 2001. Pengaruh Kadar Karaginan Dan Total
Padatan Terlarut Sari Buah Apel Muda Terhadap Aspek Kualitas Permen
Jelly. Jurnal Teknologi Pertanian 2 (2) : 110-116
Jamal,
Jamaludin.
2014.
Materi
Pascapanen.
Terdapat
http://malpertanian.blogspot.co.id/2014/04/materi-pasca-panen.html
(diakses pada hari Minggu, 2 Oktober 2016 pukul 20.23 WIB)

di:

Olovans. 2011. Laporan Praktikum Satuan Operasi Industri. Terdapat pada:


https://olovans.wordpress.com/2011/03/29/19/ (Diakses pada tanggal 2
Oktober 2016 pukul 21.40 WIB).
Widodo. 2010. Arti Refraktometer. Terdapat di: http://wikipedia.refraktometerarti.com (diakses tanggal 2 Oktober 2016 pukul 20.44 WIB)
Wikipedia. 2010. Refraktometer. Terdapat di: http://wikipediarefraktometer.com
(diakses pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 21.00 WIB)

LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum

Gambar 1. Kiwi

Gambar 2. Brix%

Gambar 4. Refraktometer

Anda mungkin juga menyukai