Anda di halaman 1dari 11

Polimer: Ilmu Material

Di samping hal di atas, perbedaan struktur rantai polimer


mungkin dapat terjadi selama polimerisasi (terutama dari hasil
polimerisasi adisi). Bila kedua atom atau gugus pada ujung ikatan
rangkap suatu monomer tidak setara (kepala dan ekor), maka
kemungkinan adisi molekul monomer ke monomer lainnya dapat
berlangsung secara kepala ke kepala, kepala ke ekor atau ekor ke
ekor.

1.7 Bobot Molekul

Polimer biasa disebut juga polidispersi. Polidispersi adalah banyaknya


hamburan yang artinya satu molekul yang dibentuk dari molekul yang
sama tetapi berat molekul tidak sama. Nilai bobot molekul bergantung
pada besarnya ukuran yang digunakan dalam metode pengukurannya.
Metode pengukuran yang digunakan untuk menentukan bobot molekul,
yakni metode gugus ujung dan metode sifat koligatif. Kedua metode ini
sangat banyak digunakan. Metode ini dipakai untuk menentukan bobot
molekul rata-rata jumlah. Bobot molekul rata-rata jumlah adalah bilangan
atau ukuran jumlah molekul dari setiap berat dalam sampel uji.
Sehingga, berat total dari suatu sampel uji polimer, W = jumlah berat
dari setiap bagian molekul polimer, dirumuskan:
 
W  Wi 
i 1  NiMi................................(1.1)
i 1
di mana: N = jumlah mol
M = berat molekul

Dengan demikian, bobot molekul rata-rata jumlah Mn , dapat dihitung


dengan menggunakan definisi Mn = berat sampel per mol, sehingga
dirumuskan:

W i1
MiNi
 
Mn = = .............................(1.2)
 
i1
Ni
Ni
i1
Hamburan cahaya dan ultrasentrifugasi merupakan metode lain dalam
menentukan bobot molekul polimer. Bobot molekul rata-rata bobot
merupakan suatu parameter penentuan bobot molekul polimer dengan
menggunakan metode cahaya dan ultrasentrifugasi. Bobot molekul rata-
1
Polimer: Ilmu Material

rata bobot ( Mw ), adalah hasil penjumlahan fraksi bobot masing-masing

2
Polimer: Ilmu Material

spesies polimer dikalikan berat molekulnya. Mw , dirumuskan sebagai


berikut:
i 
i 1
  NiMi
i 1
2

Mw =
Wi  .......................(1.3)
 NiMi
i 1
Contoh Soal:
=

WiM i 1
1. Suatu sampel polimer yang terdiri dari 3 mol dengan berat molekul
20.0 dan 2 mol dengan berat molekul 70.000, hitunglah nilai dari:
a. Bobot molekul rata-rata jumlah dan
b. Bobot molekul rata-rata bobot

Mn = (3x20.000)  (2x70.000) = 40.000


(3  2)
3(20.000) 2  2(70.000) 2
Mw = 55.000
= 3(20.000) 
2(70.000)
2. Suatu sampel polimer yang terdiri dari 3 gram dengan berat molekul
20.0 dan 2 gram dengan berat molekul 70.000, hitunglah nilai dari:
a. Bobot molekul rata-rata jumlah dan
b. Bobot molekul rata-rata bobot
(3  2)
Mn = = 28.000
(3/ 20.000  2 /
70.000)
3(20.000) 
Mw 2(70.000) = 40.000
=
32
Dari kedua contoh di atas, menunjukkan bahwa nilai Mw lebih besar
daripada Mn . Hal ini dikarenakan perbedaan metode yang digunakan
untuk mengukur bobot molekul. Pengukuran dengan sifat koligatif
larutan menghasilkan kontribusi yang sama dari setiap molekul,
meskipun berat molekulnya berbeda, lain halnya dengan metode
hamburan cahaya, molekul-molekul yang besar memiliki kontribusi
yang

3
Polimer: Ilmu Material

lebih karena menghambur cahaya secara lebih efektif. Nilai dari Mw dan
Mn , memiliki berbagai manfaat, yakni:
1. Jika Mw = Mn , artinya semua molekul memiliki ukuran
besar yang sama
2. Indeks polidispersi, dengan melihat rasio nilai Mw / Mn

4
Polimer: Ilmu Material

Berdasarkan bobot molekulnya, polimer dapat digolongkan menjadi


polimer tinggi dan polimer rendah. Polimer tinggi mempunyai bobot
molekul lebih besar dari 104, sedangkan polimer rendah mempunyai
bobot molekul kurang dari 104. Polimer rendah disebut juga oligomer.

Contoh dari polimer tinggi antara lain karet alam, damar, poliester alam,
grafit, fosfat, karbohidrat, selulosa, protein, polietilen, polistirena,
polivinil klorida.

Penentuan bobot molekul polimer dapat dilakukan dengan fraksinasi


polimer yakni untuk memisahkan sampel polimer tertentu ke dalam
beberapa golongan bermassa molekul sama.

Umumnya cara yang digunakan dalam fraksinasi didasarkan pada


kenyataan bahwa kelarutan polimer berkurang dengan naiknya massa
molekul.

Cara-cara melakukan fraksinasi:


1. Pengendapan bertingkat
Langkah-langkahnya:
— Sampel dilarutkan dalam pelarut yang cocok sehingga
membentuk larutan yang berkonsentrasi 0,1 persen.
— Ke dalam larutan ini ditambahkan bukan pelarut setetes demi
setetes sambil diaduk cepat. Bahan bermassa molekul paling
tinggi menjadi tak larut dan segan terpisah.
— Tambahkan lagi bukan - pelarut sebagai pengendap untuk
mengendapkan polimer bermassa molekul tertinggi berikutnya.
— Tata kerja ini dilakukan berulang-ulang sampai terpisah
menjadi beberapa fraksi yang kian berkurang massa
molekulnya.
2. Elusi bertingkat
Langkah-langkahnya:
— Polimer diekstraksi dari zat padat ke dalam larutan.
— Kolom diisi dengan bahan polimer dan diisi sampel, lalu dielusi
dengan campuran pelarut dan bukan pelarut secara bertahap.
Jadi polimer yang bermassa molekul rendah keluar dari kolom
pertama kali, diikuti oleh fraksi yang mengandung bahan
bermassa molekul lebih besar.
3. Kromatografi Permiasi Gel (KPG)
Cara kerja:
— Kolom diisi dengan beberapa bentuk bahan kemasan polimer.
— Larutan sampel polimer yang sedang diteliti dilewatkan ke
dalam kolom dan dielusi dengan lebih banyak pelarut.

5
Polimer: Ilmu Material

Dengan demikian molekul paling besar (bermassa molekul


tertinggi) akan terelusi lebih dahulu karena tidak dapat
memasuki lubang kemasan.

Setelah dilakukan pemisahan, untuk menentukan massa molekulnya


dapat dilakukan dengan Analisis Gugus Ujung, metode Viskositas,
Osmometri dan Hamburan Sinar.

1.8 Pengukuran Bobot Molekul Polimer

Pengukuran bobot molekul polimer dilakukan dengan berbagai cara.


Metode yang digunakan, tergantung kepada besaran bobot molekul
polimer yang akan diukur. Secara garis besar dibagi sebagai berikut:
a. Pengukuran bobot molekul rata-rata jumlah, digunakan metode-
metode:
i. Osmometri membran
ii. Osmometri tekanan uap
iii. Analisis gugus ujung
b. Pengukuran bobot molekul rata-rata berat, digunakan metode-
metode:
i. Ultrasentrifugasi
ii. Hamburan cahaya
iii. Viskositas

1.8.1 Osmometri

Osmometri adalah salah satu metode penentuan bobot molekul rata-rata


jumlah dengan prinsip osmosis. Caranya, pelarut akan dipisahkan dari
larutan polimer dengan menggunakan suatu penghalang, sehingga
hanya pelarut saja yang dapat lewat sedangkan zat terlarut tertahan di
dalam penghalang yang dilengkapi dengan membran semipermiabel.

6
Polimer: Ilmu Material

Tabung pengukur

Δh

Larutan Pelarut

Membran semipermiabel

Gambar 10. Prinsip kerja osmometer

Persamaan van’t Hoff, menyatakan hubungan antara tekanan osmotik


dengan berat molekul, dirumuskan sebagai berikut:
 RT + A2C..........................................................(1.4)
 
 
 C C 0 Mn

di mana: Π = tekanan osmotik


Π = ρgΔh.........................................................................(1.5)
dengan: R: tetapan gas ideal = 0,082 L atm mol-1K-1 = 8,314 Jmol-
K T
1 -1
: suhu (K)
C : konsentrasi (mol/liter)
ρ : massa jenis (g/ml)
g : percepatan gravitasi = 0,981 m/s2
Δh : perbedaan tinggi antara pelarut dan larutan (cm)
A2 : koefisien virial kedua (ukuran interaksi antara pelarut dan polimer)

Untuk mendapatkan nilai bobot molekul rata-rata jumlah ( Mn ),


dilakukan dengan menggunakan metode grafik, yakni memplotkan Π/C
(tekanan osmotik reduksi) – vs – konsentrasi. Hasilnya ditunjukkan
pada gambar 11, seperti di bawah ini:

7
Polimer: Ilmu Material

Π/C


●●
RT
● ●
Mn

Slope = A2

C
Gambar 11. Plot Π/C – vs – C

Kelemahan metode osmometri ialah ada beberapa spesi polimer yang


tidak ikut terukur, yakni spesi yang memiliki berat molekul yang
rendah, dikarenakan polimer dengan berat molekul rendah tersebut akan
terdifusi melewati membran. Akibatnya, jumlah bobot molekul rata-rata
jumlah yang terukur bukan menyatakan harga keseluruhan dari bobot
molekul polimer sampel.

1.8.2 Analisis Gugus Ujung

Prinsip analisis gugus ujung ialah memanfaatkan gugus-gugus ujung


dari polimer, yang umumnya berupa gugus-gugus fungsi, di mana sifat
ini dapat diukur dengan metode kimia maupun fisika. Ada beberapa
kelemahan metode ini, yakni baik digunakan untuk polimer linier dan
cabang yang jumlah cabangnya diketahui jumlahnya; harus diketahui
dengan pasti mekanisme polimerisasi yang terjadi; tidak efektif
digunakan untuk yang memiliki dua gugus ujung atau lebih untuk satu
polimer, karena yang terukur hanya satu gugus ujung saja dan untuk
beberapa gugus ujung yang berbeda dalam satu rantai polimer, hanya
terhitung satu gugus ujung saja, sedangkan gugus ujung yang lain tidak
terhitung serta hanya efektif untuk mengukur polimer-polimer yang
memiliki berat molekul 5000 - 10000.

Metode yang digunakan untuk menentukan bobot molekul polimer


dengan analisis gugus ujung, yakni titrasi dan spektrometri. Bobot
molekul polimer dihitung dengan menggunakan rumus:

Berat molekul = 1/mol polimer per gram.............................(1.6)

8
Polimer: Ilmu Material

1.8.3 Ultrasentrifugasi

Metode penentuan bobot molekul dengan menggunakan ultrasentrifugasi,


dilakukan dengan metode:

a. Kesetimbangan sedimentasi

Kesetimbangan sedimentasi dilakukan dengan pemutaran terhadap


larutan polimer dengan kecepatan rendah dalam waktu tertentu sampai
tercapai kesetimbangan antara sedimentasi dan difusi. Bobot molekul
rata-rata bobot dirumuskan sebagai berikut:
C2
2RT ln
C1
Mw = 2 ................................................(1.7)
(1
2
 v ) (r 2r
)
2 1
di mana: C1 dan C2 = konsentrasi
r1 dan r2 = jarak dari pusat rotasi ke titik pengamatan di dalam sel
v = volume spesifik polimer
  massa jenis larutan
 = kecepatan sudut rotasi

b. Kecepatan sedimentasi

Metode ini dilakukan dengan menggunakan kecepatan tinggi (70000


rpm) untuk menghasilkan sedimentasi. Besarnya sedimentasi diukur
dengan menggunakan laju sedimentasi. Laju sedimentasi (s) adalah
tetapan sedimentasi yang dihubungkan dengan massa partikel. Besarnya
laju sedimentasi (s) dirumuskan:
1 dr m(1
s=   ) ..................................................(1.8)
2
r  =
dt f
di mana: f = koefisien friksi
m = massa
dr/dt = kecepatan sedimentasi

Sedangkan besarnya koefisien difusi dirumuskan:

kT.........................................................................
D= (1.9)
f
Sehingga besarnya bobot molekul rata-rata bobot Mw dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:

9
Polimer: Ilmu Material

D RT...............................................................
= (1.10)
s Mw(1  )

1.8.4 Hamburan Cahaya

Prinsip metode hamburan cahaya, bahwa suatu pelarut atau larutan


ketika melewati seberkas cahaya akan melepaskan energi akibat
adsorbsi, konversi ke panas dan hamburan. Untuk mengukur besarnya
hamburan cahaya, dilakukan dengan turbidimetri. Besarnya turbiditas
dalam suatu bahan polimer dihitung dengan menggunakan persamaan:
 = Hc Mw.................................................................. (1.11)
dengan

H = 32 n
3
2
dn dc 2

.....................................................(1.12)
o
3  No
4

di mana: no = indeks refraksi pelarut


λ = panjang gelombang dari sinar yang terjadi
No = bilangan Avogadro
dn/dc = kenaikan refraksi spesifik
Sehingga, untuk menetapkan bobot molekul digunakan persamaan:
Hc 1
= 2A ..................................................(1.13)
C
 MP( ) 2

di mana:
P( = fungsi sudut  pada saat  diukur.
)

Plot Zimm memberikan gambaran bagaimana nilai Mw dapat diperoleh.

10
Polimer: Ilmu Material

Hc

1
Mw

sin2θ/2 + kc

= Perkiraan = Eksperimen

Gambar 12. Plot Zimm

1.9 Soal-Soal Latihan

1. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi polimer!


2. Jelaskan manfaat polimer dalam bidang:
a. Kedokteran
b. Pertanian
c. Otomotif
3. Sebutkan 4 sifat polimer!
4. Sebutkan 5 faktor yang mempengaruhi kristalisasi!
5. Andaikan suatu sampel polimer terdiri dari:
10 molekul polimer yang mempunyai Mr 10.000
10 molekul polimer yang mempunyai Mr 12.000
10 molekul polimer yang mempunyai Mr 14.000
10 molekul polimer yang mempunyai Mr 16.000
Hitunglah Mn dan Mw!

11

Anda mungkin juga menyukai