Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH STUDI LITERATUR

MATA KULIAH ANALISIS TERMAL

THERMOMECHANICAL ANALYSIS (TMA)

Disusun oleh :
Gabriel Denis Devian 6004212003
Nisrina Adibah 6004212004

PROGRAM STUDI MAGISTER


DEPARTEMEN KIMIA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat-Nya,
makalah mata kuliah Analisis Termal dengan topik “Thermomechanical Analysis (TMA)” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Namun demikian, naskah ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini tentu tidak
terlepas dari adanya kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun terhadap makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi Penulis dan
pembaca.

Surabaya, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................ iii

1. DEFINISI ....................................................................................................................................... 1

2. SKEMA ALAT DAN PRINSIP KERJA ..................................................................................... 3

3. KEGUNAAN ................................................................................................................................. 5

4. APLIKASI ..................................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 10

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Transisi kaca dan CTE dari polistirena (Menard and Cassel, 2013) ............................. 1
Gambar 1.2 Tipe deformasi mekanik yang umum digunakan (Price, 2016). ................................... 2

Gambar 2.1 Skema Instrumen TMA. ................................................................................................ 3


Gambar 2.2 Jenis probe bergantung pada gaya yang akan dikenakan pada sampel : (a)
ekspansi/kompresi, (b) penetrasi (c) tekanan. ............................................................... 4
Gambar 2.3 Penampang instrumen beserta bagiannya...................................................................... 4

Gambar 4.1 Termogram TMA menunjukkan perubahan dimensi sebagai fungsi suhu (Jawaid et al.
2021). ............................................................................................................................ 6
Gambar 4.2 Termogram TMA komposit dengan 0%, 10% dan 20% (a) biomassa kacang
makadamia alami dan (b) biomassa kacang makadamia yang diolah (Bandeira et al.
2021). ............................................................................................................................ 7
Gambar 4.3 Termogram TMA dari semua sampel (distandarisasi dalam dimensi yang sama untuk
perbandingan) (Neto et al. 2021)................................................................................... 9

iii
1. DEFINISI

Thermomechanical Analysis (TMA) adalah studi tentang pengukuran dimensi dari suatu
sampel (dapat berupa dimensi panjang atau volume) sebagai fungsi suhu saat mengalami tekanan
konstan (Price, 2016). Kebutuhan TMA komersial tumbuh dari uji kekerasan atau penetrasi dan
digunakan pada polimer pada tahun 1948 (Menard and Cassel, 2013). Pada pengujian ini, sampel akan
dikenakan oleh gaya yang menyebabkan sampel menjadi berubah bentuk oleh karena adanya tekanan
yang diberikan pada suhu tertentu. Sampel yang berubah bentuk dapat menjadi melunak atau bahkan
meleleh. Proses pelelehan bahan dan perubahan bentuk berkaitan erat dengan fitur yang akan diukur
pada instrumen TMA, yakni transisi kaca-karet/glass-rubber transition. Instrumen ini banyak
diterapkan di berbagai bidang mulai dari penelitian dan pengembangan hingga quality control (QC).
Beberapa domain penelitian yang umumnya menggunakan instrumen TMA di antaranya plastik dan
elastomer, termoset, bahan komposit, perekat, film dan serat, keramik, kaca dan logam.

Gambar 1.1 Transisi kaca dan CTE dari polistirena (Menard and Cassel, 2013)

Instrumen TMA dapat mengukur perubahan dimensi sampel dengan baik bahkan pada skala
nanometer, di bawah suhu, waktu, gaya, dan atmosfer yang terkontrol (Saba and Jawaid, 2018). Selain
itu, nilai dan perubahan koefisien ekspansi termal dapat ditentukan seiring dengan perubahan suhu
dan/atau waktu. Ekspansi termal merupakan variabel penting untuk menilai adanya perubahan dimensi
material seiring dengan perubahan suhu. Koefisien Ekspansi Termal (CTE) dihitung pada bagian linier
kurva seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1. dimana kemiringan garis dasar digunakan untuk
menghitung CTE (Menard and Cassel, 2013). Tg adalah daerah antara 90 dan 110 °C sehingga CTE
dapat dirumuskan sebagai berikut:

1
(∆𝐿). 106
𝛼=
(𝐿𝑜 ). (∆𝑇)

di mana L adalah perubahan panjang sampel, LO adalah panjang sampel mula-mula, ∆L adalah
perubahan panjang sampel, sedangkan ∆T adalah perubahan suhu (El-Bayoumi et al., 2021).

Gambar 1.2 Tipe deformasi mekanik yang umum digunakan (Price, 2016).

Pada Gambar 1.2. sampel pada pengujian TMA dapat dikenakan dengan beberapa gaya, seperti
kompresi, tekanan, shear, torsi, single cantilever, dual cantilever, dan three-point bending. Pada gaya
kompresi, tekanan diberikan pada dua sisi yang mengarah pada titik tengah beban. Pada gaya tekan
(tension), tekanan diberikan dengan ditarik pada dua sisi yang berlawanan secara vertikal. Pada gaya
shear, gaya diberikan dengan ditarik pada dua sisi berlawanan secara horizontal, dan pada gaya torsi,
sampel diberikan gaya yang saling berlawanan pada keempat titik. Pada single cantilever dan dual
cantilever sampel diberikan tekanan pada sisi ujung dan tengah, sedangkan pada three-point bending,
tekanan diberikan pada tiga titik keseimbangan.

TMA dapat digunakan untuk berbagai aplikasi karena rentang suhunya yang luas dan berbagai
gaya yang dapat diterapkan dalam mode kompresi dan tegangan. TMA dapat memberikan informasi
karakteristik pada berbagai jenis sampel, misalnya pada lapisan yang sangat tipis, silinder, serat halus,
film, pelat, polimer lunak atau keras, dan kristal tunggal. Hasil pengukuran TMA adalah kurva yang
menunjukkan perubahan panjang sampel terhadap suhu dan waktu. Kurva dari pengujian TMA
diharapkan dapat memberikan informasi tentang komposisi, perubahan fasa, struktur, sintering atau
pelunakan yang dapat terjadi, ekspansi termal, serta kemungkinan aplikasi untuk berbagai bahan.

2
2. SKEMA ALAT DAN PRINSIP KERJA

Skema instrumen TMA ditunjukkan pada Gambar 2.1. Terdapat beberapa bagian dari
instrumen, di antaranya furnace, sample cylinder, probe, force generator, detector, dan thermocouple.
Pada pengujian TMA, perubahan dimensi sampel adalah parameter yang diukur, sehingga detektor yang
digunakan adalah LVDT (Linear Variable Differential Transformer), sedangkan termokopel digunakan
sebagai sensor temperatur.

Sampel dimasukkan ke dalam furnace dan disentuh oleh probe yang terhubung dengan detektor
dan force generator, sedangkan termokopel untuk pengukuran suhu terletak di dekat sampel.
Pengukuran dilakukan pada kondisi gas atmosfer yang berbeda-beda, bergantung pada jenis sampel
yang akan diuji. Beberapa gas yang umumnya digunakan terdiri dari gas inert seperti nitrogen, helium,
argon, atau juga dapat digunakan gas lain seperti udara, karbon monoksida, atau hidrogen. Laju
pemanasan/pendinginan pada sampel dengan ukuran yang besar umumnya dilakukan pengujian dengan
laju yang rendah. Laju 5°C/menit biasanya merupakan nilai maksimum yang direkomendasikan untuk
keseimbangan suhu yang baik.

Gambar 2.1 Skema Instrumen TMA.

Perubahan suhu sampel terjadi di dalam furnace dengan memberikan gaya ke sampel dari force
generator melalui probe. Ketika terjadi perubahan panjang/dimensi dari sampel, posisi probe akan ikut
berpindah sehingga deformasi sampel seperti ekspansi termal dan proses pelunakan diukur sebagai
perpindahan probe yang dideteksi oleh sensor LVDT. Setiap perpindahan probe yang diubah menjadi
sinyal analog oleh LVDT akan diubah menjadi bentuk digital lalu direkam dalam sistem komputer, dan
akhirnya disajikan oleh perangkat lunak sebagai perubahan dimensi terhadap waktu atau suhu (James,
2017).

3
Gambar 2.2 Jenis probe bergantung pada gaya yang akan dikenakan pada sampel : (a)
ekspansi/kompresi, (b) penetrasi (c) tekanan.

Probe merupakan bagian instrumen yang berfungsi untuk memberikan gaya pada sampel.
Bahan penyusun probe dapat berasal dari kuarsa, alumina, atau logam, bergantung dari temperatur dan
jenis sampel yang digunakan. Terdapat beberapa jenis probe yang digunakan dalam TMA, bergantung
pada jenis sampel serta jenis gaya yang akan dikenakan pada sampel seperti ditunjukkan pada Gambar
2.2.

Gambar 2.3 Penampang instrumen beserta bagiannya.

Gambar 2.2. menunjukkan tiga jenis probe yang biasa digunakan dalam pengujian TMA. Probe
Ekspansi/Kompresi, digunakan untuk pengukuran deformasi oleh ekspansi termal dan transisi sampel
sebagai akibat gaya yang diberikan. Probe Penetrasi digunakan untuk pengukuran suhu saat sampel

4
melunak, sedangkan probe tekanan digunakan untuk pengukuran ekspansi termal dan penyusutan
termal pada sampel film dan serat. Gambar asli penampang instrumen beserta bagian-bagiannya
ditunjukkan pada Gambar 2.3.

3. KEGUNAAN

Instrumen TMA dapat digunakan untuk mengukur beberapa parameter, seperti:

a. Suhu Transisi Fase, yaitu perubahan wujud antara padat, cair, dan gas,
b. Suhu Sintering, yaitu proses produksi untuk membentuk massa material yang kuat secara
mekanis dari bubuk keramik atau logam,
c. Koefisien ekspansi termal (CTE), yaitu variabel penting untuk menilai adanya perubahan
dimensi material seiring dengan perubahan suhu
d. Suhu transisi kaca (Tg), merupakan wilayah suhu di mana sifat mekanik bahan berubah dari
keras dan rapuh menjadi lebih lunak, dapat berubah bentuk atau menjadi kenyal, TMA sering
digunakan untuk mengukur Tg yang sulit diperoleh dengan DSC. Keuntungan lain dari TMA
dibandingkan DSC dalam pengukuran suhu transisi gelas adalah yakni pada kemampuan untuk
mengukur efek physical aging,
e. Diferensiasi antara bentuk polimorfik, yaitu transisi bahan kristal yang dapat tersedia dalam
sejumlah bentuk polimorfik dan stabil pada suhu yang berbeda. Transisi ini disertai dengan
perubahan kepadatan dan CTE yang dapat dideteksi oleh TMA,
f. Karakterisasi Campuran Polimer dan Komposit, yakni untuk mengetahui transisi kaca ganda
dari campuran polimer atau komposit,
g. Uji tegangan-relaksasi, digunakan untuk menentukan jumlah deformasi yang dialami material
dari waktu ke waktu saat berada di bawah beban tarik atau tekan terus menerus pada suhu
konstan. Pengukuran tegangan juga dapat dilakukan pada material serat untuk menilai dan
membandingkan bahan sebagai akibat adanya deformasi sesaat, retardasi, dan respon
tegangan/regangan linier,
h. Delaminasi, yaitu suatu titik mode kegagalan di mana material patah menjadi lapisan pada suhu
tertentu,
i. Kinetika sintering yaitu proses utama pengikatan keramik menjadi potongan-potongan padat
yang menghasilkan penyusutan,
j. Tahapan shrinkage, tahapan penyusutan atau pengurangan volume terjadi di hampir semua
logam dan paduan dari awal pemadatan hingga pendinginan hingga suhu kamar.

5
4. APLIKASI

Pada tahun 2021, Jawaid et al meneliti tentang peningkatan perilaku termal serat kurma/bambu
yang diperkuat komposit hibrida epoksi. Untuk mengetahui keunggulan serat bambu di dalam serat
kurma, dilakukan kajian stabilitas termal dan sifat mekanik-termal dengan pengaruh variasi jenis serat
kurma pada tangkai daun, tangkai tandan buah, serat pelepah daun dan serat batang. Ekspansi termal
sampel dievaluasi dengan memanfaatkan thermo-mechanical analyzer (TMA) dalam mode penetrasi
pada laju pemanasan 5 °C/menit dari 30 °C hingga 200 °C di bawah atmosfer nitrogen untuk
mengidentifikasi nilai koefisien ekspansi termal (CTE) dari komposit.

Gambar 4.1 Termogram TMA menunjukkan perubahan dimensi sebagai fungsi suhu (Jawaid
et al. 2021).

Hasil pengujian ekspansi termal sampel tangkai daun kurma/bambu (A/B), tangkai tandan
kurma/bambu (AA/B), pelepah kurma/bambu (G/B), batang pohon kurma/bambu (L/B) dan komposit
bambu (B) ditunjukkan pada Gambar X.X. Sampel komposit (AA/B) menunjukkan koefisien muai
panas yang lebih tinggi (199,5 mikrometer/m.°C) dibandingkan sampel lainnya, yaitu 135,7, 92,3,
194,9, dan 196,6 mikrometer/m.°C untuk komposit hibrid (A/B), komposit serat bambu (B), komposit
hibrid (G/B), dan komposit hibrid (L/B). Nilai Tg untuk epoksi murni dan komposit muncul antara 60
°C dan 62 °C yang terlihat nilai Tg sedikit menurun karena penggabungan serat kurma dan serat bambu
ke dalam matriks epoksi. Dalam polimer, CTE di atas Tg bergantung pada ekspansi volume bebas,
dimana perubahan volumetrik dalam polimer di bawah konveksi termo-mekanis. Ekspansi volume
bebas di atas Tg menurunkan densitas, meningkatkan mobilitas rantai dan meningkatkan jumlah
perubahan konformasi dalam rantai matriks epoksi.

Kesimpulan dari penelitian ini merangsang potensi serat kurma saat hibridisasi dengan pengisi
serat unggulan lainnya untuk membuat bahan ringan yang cocok untuk berbagai aplikasi. Teknik

6
hibridisasi serat kurma dengan bambu telah meningkatkan sifat termal dan termal-mekanis yang cocok
untuk beberapa aplikasi termasuk aplikasi non-struktural.

Aplikasi TMA lainnya digunakan oleh Bandeira et al pada tahun 2021 untuk mengevaluasi
perilaku termal benzoxazine yang diperkuat dengan komposit biomassa kacang makadamia. Dalam
penelitian ini, komposit dibuat dengan 10% dan 20% v/v resin benzoxazine dan biomassa kacang
makadamia alami dan diolah. Pengujian sampel menggunakan TMA dilakukan dengan kondisi sampel
dicetak 7,0x7,0x1,0 mm dan dianalisis menggunakan mode ekspansi sesuai standar ISO 11359-2 di
bawah kondisi pengukuran 30-70 °C, laju pemanasam 3 °C/menit, gaya 49 mN dan atmosfer udara
statis.

Gambar 4.2 Termogram TMA komposit dengan 0%, 10% dan 20% (a) biomassa kacang
makadamia alami dan (b) biomassa kacang makadamia yang diolah (Bandeira
et al. 2021).

TMA mencatat perubahan dimensi material di bawah beban minimal dan ini digunakan sebagai
indikator perubahan volume bebas material. Data ini memungkinkan perhitungan ekspansivitas material
atau koefisien linier ekspansi termal serta deteksi transisi dalam material. Nilai koefisien ekspansi

7
termal linier dari benzoxazine bersih adalah 101 mikrometer/m.°C. Secara umum, penambahan
biomassa kacang makadamia meningkatkan nilai. Dalam hal ini, penambahan 20% v/v biomassa kacang
makadamia, baik di alam maupun yang diolah, meningkatkan lebih dari dua kali lipat nilai koefisien.
Oleh karena itu, agar sifat kontraksi/dilatasi termal dari benzoxazine tidak terganggu, direkomendasikan
bahwa hanya 10% biomassa kacang makadamia yang digunakan sebagai penguat komposit .

Tg dalam polimer sesuai dengan perluasan volume bebas yang memungkinkan mobilitas rantai
yang lebih besar di atas transisi ini dan dapat diukur dengan TMA. Pada pengujian TMA, temperatur
transisi gelas diperoleh pada titik termogram dimana terjadi variasi kemiringan. Gambar 4.2.
menunjukkan Termogram TMA dari benzoxazine bersih dan kompositnya dengan 10% dan 20%
biomassa kacang makadamia di alam dan biomassa makadamia yang diolah. Nilai suhu transisi gelas
tertinggi adalah untuk benzoksazin bersih (142 °C). Dapat juga dikatakan bahwa penambahan 10% v/v
biomassa kacang makadamia di alam adalah yang paling direkomendasikan untuk produksi komposit,
karena Tgnya hanyak berkurang sedikit (136 °C).

Kesimpulan dari penelitian ini suhu dekomposisi termal benzoxazine tidak dipengaruhi oleh
penambahan biomassa kacang makadamia. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari TMA, terbukti bahwa
penambahan 10 % v/v biomassa kacang makadamia di alam secara praktis tidak mempengaruhi nilai
koefisien ekspansi termal linier dari matriks benzoxazine. Oleh karena itu, disarankan agar proses
memperoleh biomassa untuk digunakan dalam komposit secara alami dan sebesar 10 % v/v digunakan
sebagai penguat pada artefak tanpa merusak sifat resin benzokxazine.

Neto et al pada tahun 2021 juga menggunakan TMA sebagai instrumen untuk mengukur nilai
ekspansi panas sampel batuan yang diambil dari negara bagian Sao Paulo, Brazil. Empat jenis petrografi
utama yang dievaluasi yaitu batuan aphanitic (APH), diabase (DIA) dan dua monzodiorit dengan
granulasi yang berbeda ditandai sebagai MOMM dan MONMC. Analisis TMA dilakukan dalam
kondisi sampel memiliki ketebalan sekitar 3,0 mm dan diameter sekitar 5 mm, suhu pengkuran 20-800
°C, dan laju pemanasan 5 °C/menit dengan gas pembersih nitrogen dengan laju aliran 50 mL/menit.

8
Gambar 4.3 Termogram TMA dari semua sampel (distandarisasi dalam dimensi yang sama untuk
perbandingan) (Neto et al. 2021).

Gambar 4.3. menunjukkan analisis yang tumpang tindih, dengan skala yang dinormalisasi di
antara mereka untuk perbandingan hal ini menunjukkan mungkin termogram TMA dari DIA dan
MOMM serupa, sedangkan APH berbeda dari keduanya. Selanjutnya, MONMC tidak memberikan
ekspansi termal yang cukup besar. Nilai koefisien ekspansi linier dari masing - masing sampel adalah
sebagai berikut : MONMC = 0,457 mikrometer/m°C; APH = 13,6 mikrometer/m°C; DIA = 11.7
mikrometer/m°C dan MONM = 14 mikrometer/m°C. Dengan hasil ini, kemungkinan penerapan
MONMC cocok digunakan sebagai ballast kereta api dan jalan raya, di mana ada osilasi suhu yang
besar pada siang hari di negara tropis.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bandeira, C. F., Da Costa, A. C. A., Montoro, S. R., Costa M. L., Botelho, E. C., 2021. Thermal
behavior evaluation of benzoxazine reinforced with macadamiabiomass composites. J. Appl.
Polym. Sci. 139(20), e52160. https://doi.org/10.1002/app.52160

James, Jose., 2017. Thermomechanical analysis and its applications. Thermal and Rheological
Measurement Techniques for Nanomaterials Characterization.
http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-46139-9.00007-4

Jawaid, M., Awad, S., Fouad, H., Asim, M., Saba., Dhakal, H. N., 2021. Improvements in the thermal
behaviour of date palm/bamboo fibres reinforced epoxy hybrid composites. Composite
Structure. https://doi.org/10.1016/j.compstruct.2021.114644

Menard, Kevin and Cassel, Bruce., 2013. Basics of thermomechanical analysis with TMA 400.
PerkinElmer Inc. Shelton, CT USA.

Neto, J. A. C., Ribeiro, R. P., Kolbenik, M., Monticelli, J. P., 2021. Evaluation of the thermal behavior
and physical-mechanical properties of different rocks from Limeira Intrusion (Sao Paulo State,
Brazil). Journal of Thermal Analysis and Calorimetry. https://doi.org/10.1007/s10973-021-
10676-8

Price, D. (2016). Thermomechanical, Dynamic Mechanical and Dielectric Methods. In Principles of


Thermal Analysis and Calorimetry (pp. 164-213). Royal Society of Chemistry.

10

Anda mungkin juga menyukai