Anda di halaman 1dari 2

Nama : Cerry Maura Purwandini Kelas : Pendidikan Kimia – 4B

NIM : 11220162000057 Kloter :2

A. Judul
“REAKSI ORDO 1”

B. Tujuan
1. Menganalisis laju reaksi ordo 1 pada H2O2
2. Mengidentifikasi pengaruh waktu laju reaksi ordo 1
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi ordo 1

C. Dasar Teori
Laju reaksi (Reaction Rate) atau kecepatan reaksi adalah perubahankonsentrasi konsentrasi pereaksi
ataupun produk dalam satauan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya
konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi biasanya
dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase gas, suatu tekanan atmosfer,millimeter
merkurium, dapat di gunakan sebagai ganti konsentrasi (Saputra,2014)
Orde dari suatu rekasi menggambarkan bentuk metematika di mana hasil percobaan dapat
ditunjukkan. Orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen,dan hanya diramalkan jika suatu
mekanisme reaksi diketahui ke seluruh orde reaksi yang dapat ditentukan sebagai jumlah dari eksponen
untuk masing-masing reaktan, sedangkan harga eksponen untuk masing-masing rekatan dikenal sebagai
orde rekasiuntuk komponen itu (Dogra, 2009: 624).
Untuk melanjutkan penyelidikan laju reaksi, perhatikan gambaran spesifik tentang peruraian
hidrogen peroksida dalam larutan air.
H2O2(aq) H2O + ½ O2(g)
Selama reaksi, O2(g) lepas dari campuran reaksi dan reaksi akhirnya sempurna. Perkembangan reaksi
dapat mudah diikuti dengan mengambil sejumlah kecil contohlarutan dari waktu ke waktu dan
menitrasinya dengan KMnO4 dalam larutan asam berair.
2MnO4- + 5H2O2 + 6 H+ 2Mn2+ + 8H2O + 5O2(g)
Dekomposisi H2O2 adalah orde pertama terhadap H2O2. Ini berarti bahwa [H2O2] pada persamaan laju
berpangkat 1. Laju rekasi = k [H2O2]. Dari laju reaksi yang terukur pada H2O2 tertentu, dapat dihitung
tetapan laju, k (Petrucci, 1985: 147-154).
Reaksi Kimia adalah suatu perubahan dari suatu senyawa atau molekul menjadi senyawa lain
atau molekul lain. Reaksi yang terjadi pada senyawa anorganik biasanya merupakan reaksi antar ion,
sedangkan reaksi pada senyawa organic ditandai dengan adanya pemutusan ikatan kovalen dan
pembentukan ikatan kovalen yang baru. Pada reaksi yang berlangsung dalam beberapa tahap untuk
menghasilkan suatu senyawa, dikenal istilah intermediet, sesuatu yang dapat atau tidak dapat diisolasi.
(Riswiyanto, 2009: 83)
Kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikkan, Karena umumnya proses kelarutan
bersifat endoterm. Akan tetapi ada zat yang sebaliknya,yaitu eksoterm dalam melarut. Jika kelarutan zat
padat bertambah dengan kenaikan suhu, maka kelarutan gas berkurang bila suhu dinaikkan, karena gas
menguap dan meninggalkan pelarut. (Syukri,1999: 360). Jika system berada dalam kesetimbangan,
kenaikan suhu menyebabkan kesetimbangan bergeser kearah reaksi endoterm dan penurunan suhu
menimbulkan pergeseran kearah reaksi eksoterm. (Syukri, 1999: 339)
Endapan kristalin, seperti barium sulfat kadang-kadang menyerap zat pengotor kalua partikelnya
kecil. Jika partikel tumbuh, zat pengotor mungkin menjadi terkurung. Jenis kontaminasi ini disebut
oklusi untuk membedakannya dari kejadian bila padatan tidak tumbuh mengelilingi zat pengotor. Zat
pengotor yang mengalami oklusi tidak dapat dihilangkan dengan hanya mencuci endapan, suatu zat
seperti barium tidak mudah dapat dilarutkan kembali, tetapi kemurniannya dapat diperbaiki dengan
proses pengerasan atau pencernaan. (Soendoro, 1980: 83)
D. Alat dan Bahan
• Alat:
- Labu Erlenmeyer + tutup
- Tabung penampung gas
- Gelas kimia 500 mL
- Termometer
- Gelas ukur
- Statif dan klem
• Bahan:
- Aquades
- H2O2 0,3 %
- Serbuk MnO2
E. Langkah Kerja

1. Siapkan peralatan, isi 2/3 gelas kimia 500 mL dan penuhi tabung penampung gas dengan air keran.
Kemudian susun sedemikian rupa seperti ditunjukan oleh gambar
2. Timbanglah 0,5 gram serbuk MnO2 dengan teliti
3. Ukurlah 25 mL H2O2 1 % dan tuangkan ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL
4. Tempatkan serbuk MnO2 pada wadah yang telah disediakan. Miringkan labu, tepat serbuk MnO2
jatuh, jalankan segera stopwatch
5. Lakukan pencatatan skala volume gas O2 yang terbentuk pada menit-menit ke:3, 7, 12, 18 dan pada
menit ke-35. Tetapkan pula pada menit ke berapa perubahan tidak terjadi lagi (reaksi dianggap
berhenti)

F. Daftar Pustaka
Dogra, SK dan Dogra, S.1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI press.
Ralp, H Petrucci. 1985. Kimia Dasar II. Jakarta: Erlangga.
Riswiyanto, Drs. (2009). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Saputra, I Gede Dika Virga. 2014. Ketergantungan Laju Reaksi Terhadap Temperature
Syukri, A. S. (1999). Kimia Dasar Jilid Dua. Bandung: ITB Press.
Soendoro, R. dan Widaningsih (1980). Quantitative Analysis Edisi Empat. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai