KECEPATAN REAKSI
KECEPATAN REAKSI
PENDAHULUAN
bagian dari kehidupan manusia berhubungan sangat erat dengan bahan-bahan kimia.
Dalam bidang kehidupan rumah tangga, kesehatan, aksesoris dan lain-lain hampir
melihat reaksi-reaksi kimia dengan kecepatan yang berbeda-beda. Ada reaksi yang
berlangsung sangat cepat seperti petasan yang meledak, ada juga reaksi yang
berlangsung sangat lambat seperti pengkaratan besi. Dalam suatu reaksi kimia
terdapat perbedaan laju reaksi antara reaksi yang satu dengan reaksi yang lain
(Chairns, 2009).
kehidupan, misalnya dalam kegiatan industri. Dalam proses industri yang melibatkan
adanya reaksi kimia memerlukan peranan ilmu kimia yang memberi dasar untuk
mengetahui agar suatu proses industri dapat menghasilkan bahan industri yang
sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat. Laju atau kecepatan reaksi adalah
jumlah perubahan konsentrasi suatu zat terhadap suatu satuan waktu yang dapat
dinyatakan dalam bentuk produk atau reaktan. Dengan mengetahui kecepatan reaksi
dapat membuat produksi lebih terkendali sehingga didapat jumlah produk dalam
waktu yang bisa diperhitungkan (Chairns, 2009). Oleh karena itu, percobaan ini
reaksinya.
Maksud dari percobaan ini adalah mengetahui perubahan laju reaksi pada saat
konsentrasi pereaksi dan produk dalam keadaan tertentu serta suhu tempat
3. menentukan orde reaksi untuk pengaruh Na2S2O3 dan untuk pengaruh konsentrasi
H2SO4.
pengaruh suhu, dimana H2SO4 dan Na2S2O3 yang konsentrasinya sama direaksikan
pada suhu dingin, suhu kamar dan suhu panas. Diamati waktu yang dibutuhkan untuk
bereaksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laju reaksi adalah mengukur seberapa cepat reaktan habis bereaksi atau
konsentrasi terhadap waktu (Chang, 2004). Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan
pengukuran bagaimana konsentrasi ataupun tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi
berubah seiring dengan berjalannya waktu. Analisis laju reaksi sangatlah penting dan
memiliki banyak kegunaan, misalnya dalam tekhnik kimia dan kajian keseimbangan
reaksi, yang menyatakan laju dalam konstanta laju dan konsentrasi reaktan.
Ketergantungan laju pada konsentrasi menghasilkan orde reaksi. Suatu reaksi dapat
dinyatakan berorde nol jika laju tidak bergantung pada konsentrasi rekatan atau
berorde pertama jika lajunya bergantung pada konsentrasi reaktan dipangkatkan satu.
Orde yang lebih tinggi dan orde pecahan juga dikenal. Satu ciri penting dari laju
reaksi ialah waktu yang diperlukan untuk menurunkan konsentrasi suatu reaktan
menjadi setengah dari konsentrasi awalnya, disebut waktu paruh. Untuk reaksi orde
pertama, waktu paruh tidak bergantung pada konsentrasi awal (Chang, 2004).
cermat, tetapi perincian lintasan reaksinya masih belum dipahami. Ini terutama
berlaku untuk reaksi yang melibatkan banyak unsur reaktan dalam membentuk
ini
tidak dapat dijelaskan dengan metode ceramah saja. Perlu adanya peran media visual
yang dapat memaparkan bagaimana proses itu berlangsung (Ugye, dkk, 2013).
mengasumsikan bahwa semua reaktan adalah bidang keras dan itu Setiap tabrakan
yang memiliki energi cukup untuk mencapai keadaan yang diaktifkan akan percobaan
Bidang kimia yang mengkaji kecepatan, atau laju, terjadinya reaksi kimia
atau perubahan energi kinetik sebagai energi yang tersedia karena gerakan suatu
benda. Di sini kinetika merujuk pada laju reaksi (reaction rate), yaitu perubahan
konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu (M/s). Kita telah mengetahui bahwa
molekul reaktan bereaksi sedangkan molekul produk terbentuk. Sebagai hasilnya, kita
Bahan utama untuk membuat asam sulfat adalah sulfur atau sulfur dioksida.
Sumber untuk bahan kimia ini telah berubah dari waktu ke waktu, didasari atas
pertimbangan harga dan keinginan untuk mengurangi pencemaran udara. Asam sulfat
ini tidak berwarna, berupa cairan kental yang membeku pada suhu 10,4 ℃ dan titik
didih pada suhu 279,6 ℃. Materi ini bereaksi keras dengan air dalam segala
asamnya mudah ditangani dan diangkut dalam drum baja. Fakta ini bersama dengan
kekuatan asamnya dan harganya yang murah, menyebabkan asam sulfat ini
mendapatkan asam sulfat H2SO4 dengan membakar belerang dalam udara basah.
S + O2 → SO2 (2.3)
untuk mendapatkan asam klorida dengan memanaskan garam dan asam sulfat. Asam
klorida yang didapatkannya memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari pada yang
menakjubkan dan mendapatkan banyak keuntungan dari penjualan garam ini. Proses
yang lebi praktis untuk menghasilkan asam sulfat dikenalkan yakni dengan cara
di wadah gelas besar yang mengandung air. Asam sulfat yang terbentuk terlarut
dalam air. Walaupun proses kedua (SO2 → SO3) lambat dan endotermik, dalam
proses ini oksida nitrogen nampaknya berfungsi sebagai katalis yang mempromosikan
besar, alat baru, proses kamar timbal yang menggunakan ruangan yang dilapisi timbal
sebagai ganti wadah gelas dikenalkan yang membuat produksi skala besar
nitrogen oksida yang besar juga. Sedemikian besar sehingga pada waktu itupun
dengan menggunakan tanur Gay-Lussac dan Glover. Hal ini digunakan dengan luas
karena nitrogen oksida dapat digunakan ulang dan rendemen nitratnya lebih besar.
Ide penggunaan katalis dalam produksi asam sulfat, atau secara khusus dalam
kira-kira tahun 1830. Katalis platina terbuki efektif tetapi sangat mahal sehingga tidak
digunakan secara meluas. Seteleah setengah abad kemudian, ketika kebutuhan asam
sulfat meningkat banyak, ide penggunaan katalis muncul kembali. Setelah masalah
kontak, menjadi proses utama dalam produksi asam sulfat. Proses kontak masih
reaksi yodium dengan jumlah zat pereduksi yang diketahui, biasanya natrium tiosulfat
atau fenilarsin oksida (PAO). Larutan pati yang digunakan adalah indikator untuk
mendeteksi titik akhir titrasi. Jadi, jumlah pasti yodium yang akan bereaksi dengan
volume terukur natrium tiosulfat dari kekuatan yang diketahui ditentukan. Dari sini,
konsentrasi analit dalam sampel, yang sebanding dengan jumlah iodium yang
laju reaksi, faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut:
Dalam reaksi kimia terjadi pemutusan dan pembentukan ikatan, dimana jenis
ikatan yang dimiliki oleh rea-ban dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain itu, luas
permukaan zat-zat yang bereaksi sangat berpengaruh terhadap laju reaksi, sehingga
suatu zar dalam benruk serbuk dan bongkahan/kepingan akan memiliki laju reaksi
yang berbeda.
b. Konsentrasi
tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksinya akan semakin cepat. Tumbukan yang
efektif adalah tumbukan antar molekul yang menghasilkan reaksi, dan hanya dapar
terjadi bila molekul yang, bertumbukan tersebut memiliki energi aktivasi yang cukup.
Energi aktivasi adalah energi minimum yang hanls dimiliki molekul agar
c. Temperatur
lebih aktif mengadakan tumbukan. Dengan kata lain, kenaikan suhu menyebabkan
gerakan molekul makin cepat sehingga kemungkinan tumbukan yang efektif makin
banyak terjadi.
d. Katalisator
Katalisator adalah zat yang mempercepat reaksi, tetapi tidak ikut bereaksi.
Katalis akan menurunkan energi aktivasi (Ea) suatu reaksi (Kristianingrum, 2003).
BAB III
METODE PERCOBAAN
Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah H2SO4 0,1 M, Na2S2O3
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah tabung reaksi, stopwatch,
kaki tiga, rak tabung reaksi, gelas piala, kawat kasa dan spiritus.
Menyediakan lima buah tabung reaksi dan mengisi tabung tersebut dengan 5
mL H2SO4 0,1 M (H2SO4 tetap). Mengisi lima buah tabung reaksi yang lain dengan 5
mL,
Kemudian, mematikan stopwatch setelah ada reaksi (keruh), hindari kekeruhan yang
mL H2SO4 0,1 M (Na2S2O3 tetap). Mengisi lima buah tabung reaksi yang lain dengan
volume
Kemudian, mematikan stopwatch setelah ada reaksi (keruh), hindari kekeruhan yang
Memilih salah satu konsentrasi H2SO4 dan Na2S2O3. Menyiapkan 6 buah tabung
reaksi dan mengisi 3 buah tabung reaksi dengan Na2S2O3 dan mengisi 3 buah tabung
reaksi yang lain dengan H2SO4. Kemudian, memasukkan sepasang tabung ke dalam
gelas piala yang berisi air dingin (air es) beberapa menit sehingga suhunya merata
yang berisi H2SO4 dan 1 buah berisi Na2S2O3). Mencampur isi tabung tersebut, dan
stopwatch (tabung reaksi yang terlah berisi campuran H2SO4 dan Na2S2O3 tetap pada
gelas piala yang berisi air es). Kemudian mematikan stopwatch setelah terjadi reaksi
dan suhu reaksi. Hal yang sama dilakukan pada suhu ruangan dan suhu panas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Reaksi
H2SO4 + Na2S2O3 → Na2SO4 + H2O + S↓ + SO2
4.3 Grafik
Na2S2O3
-3.2
-2 -1 -3.25 0
-3.3
log V
-3.35 Series1
y = 0.1178x - 3.1599 -3.4 Linear (Series1)
R² = 0.1766
-3.45
log [Na2S2O3]
Slope = 0,1178 Log ka = 3,1599
Log ka = intercept
H2SO4
0
y = 1.7313x
-2 - 1.059 -1 0
R² = 0.9902 -2 Series1
log V
-4 Linear
(Series1)
-6
log [H2SO4]
Log ka = intercept
0.04
In V
Series1
y = -0.01x - 0.0271 0.02
R² = 0.6616 Linear
0 (Series1)
-10 -5 0
1/T
Slope = 0,0271
Intercept = 0,01
Log ka = intercept
Log ka = 0,01 ka = -2
4.4 Pembahasan
maka kecepatan laju reaksi akan meningkat. Hal ini dikarenakan molekul-molekul akan
semakin banyak bila konsentrasi semakin besar sehingga frekuensi tumbukan yang
terjadi akan semakin besar pula dan hal ini akan mempercepat terjadinya reaksi. Pada
kali ini dilakukan dua kali percobaan yaitu pengaruh konsentrasi H2SO4 dan Na2SO4
Percobaan pertama yaitu pengaruh konsentrasi H2SO4 dan Na2SO4 terhadap laju
reaksi. Pada percobaan ini terlebih dahulu dilakukan pengenceran atau penambahan
larutan Na2SO4 yaitu 0,02 M, 0,04 M, 0,06 M, 0,08 M, dan 0,1 M. Ketika larutan
Na2SO4 0,02 M direaksikan dengan H2SO4 tetap didapatkan waktu sebesar 112 detik.
Ketika 0,04 M Na2S2O3 direaksikan dengan 0,1 M H2SO4 tetap maka didapatkan waktu
sebesar 78,486 detik, ketika 0,06 M Na2S2O3 direaksikan dengan 0,1 M H2SO4 tetap
maka didapatkan waktu sebesar 48,48 detik, ketika 0,4 M Na2S2O3 direaksikan dengan
larutan 0,1 M H2SO4 tetap maka didapatkan waktu sebesar 36,5 detik dan ketika larutan
0,02 M Na2S2O3 direaksikan dengan 0,1 M H2SO4 tetap maka didapatkan waktu
sebesar 26 detik. Berdasarkan hasil yang didapatkan dapat dilihat bahwa semakin besar
Untuk percobaan dengan larutan Na2SO4 tetap dengan H2SO4 0,1 M, 0,08 M,
0,06 M, 0,04 M, dan 0,02 M didapatkan waktu berturut-turut untuk larutan tersebut
yaitu 32,449 detik, 34,589 detik, 34,088 detik, 54,189 detik, dan 55,854 detik. Hasil
yang didapatkan pun telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi
besarnya suhu yang ada disekitarnya. Pada percobaan ini dibuktikan pengaruh suhu
terhadap laju reaksi yang dilakukan dengan membandingkan tiga suhu yaitu suhu
dibawah suhu kamar, suhu kamar, dan suhu diatas suhu kamar. Dan didapatkan data
yang sesuai teori bahwa semakin tinggi suatu suhu senyawa atau larutan maka semakin
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dipetik dari percobaan kali ini adalah sebagai berikut.
1. konsentrasi suatu zat atau larutan berpengaruh terhadap kecepatan reaksi. Semakin
besar konsentrasi suatu zat atau larutan, maka reaksinya akan berlangsung cepat.
2. suhu suatu zat atau larutan berpengaruh terhadap kecepatan reaksi. Semakin tinggi
suhu suatu zat atau larutan, maka reaksinya akan belangsung cepat.
3. nilai kecepatan reaksi pada larutan Na2S2O3 untuk konsentrasi dari 0,1 M, 0,08 M,
0,06 M, 0,04 M dan 0,02 M berturut-turut adalah 112 detik, 78,486 detik, 48,48
detik, 36,5 detik dan 26 detik Sedangkan nilai orde reaksi pada larutan H2SO4
untuk konsentrasi 0,1M, 0,08 M, 0,06 M, 0,04 M dan 0,02 M berturut-turut adalah
32, 449 detik, 34,589 detik, 34,088 detik, 54,189 detik dan 55,854 detik.
5.2 Saran
Merawat atau memperbaiki sarana dan prasana yang ada di laboratorium seperti
kursi yang sudah tidak baik sebaiknya diganti atau di perbaiki, selalu menjaga agar lab
tidak kotor.
bekerja sama dengan baik degan anggota kelompoknya, dapat memanfaatkan waktu
sebaik baiknya agar kegiatan praktikum tersebut dapat selesai tepat waktu sesuai waktu
Cairns, D., 2009, Intisari Kimia Farmasi Edisi 2, Jakarta, Buku kedokteran.
Kristianingrum S., 2003, Kinetika Kimia, Sidoarjo, Workshop Guru Bidang Studi
Kimia.
Nachtrieb, Norman, H., Gillis, David, W., Oxtoby, 2001, Prinsip-Prinsip Kimia
Modern, Jakarta, Erlangga.
Sidabutar, D.C., Elizabeth, Faniudin, N.M, 2013, Pengaruh Rasio Reaktan Dan Jumlah
Katalis Terhadap Konveksi Minyak Jagung Menjadi Metil Ester, Jurnal Teknik
Kimia, 19(1): 40.
Ugye, J.T., Uzairu, A., Idris, S.O., dan Kwanashie, H.O., 2013, Temperature Effect On
The Rate Of Reactioon Of Plasma Albumin With Formaldehyde In Water
Solution And Ethanol-Water-Mixtures, Chemistry Journal, 3(5): 128.
Lampiran 1. Bagan Kerja
1. Pengaruh Konsentrasi
5 mLH2SO40,1 M
Lima tabung reaksi lain diisi 5 mL, 4 mL, 3 mL, 2mL dan 1 mL
akuades.
Hasil
1.2 Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3
5 mLNa2S2O3 0,1 M
Lima tabung reaksi lain diisi 5 mL, 4 mL, 3 mL, 2mL dan 1 mLNa2SO3
Hasil
2. Pengaruh Suhu
H2SO4dan Na2SO3
Stopwatch dimatikan.
Hasil