Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu karakteristik pembelajaran kimia adalah adanya kajian pada level

submikroskopis, yang meliputi struktur, dinamika, dan transformasi partikel-partikel

materi, seperti atom, ion dan molekul. Kajian submikroskopis menyebabkan ilmu

kimia bersifat abstrak dan perlu penalaran tingkat tinggi untuk memahaminya. Selain

itu, konsep-konsep kimia juga cenderung saling berkaitan satu dengan lainnya

(Suja, 2014). Untuk dapat menjadikan kemampuan generik mahasiswa, miskonsepsi

mahasiswa dalam ilmu kimia yang mendasar seperti struktur atom dan ikatan kimia

harus dijaring dan diluruskan sehingga pada gilirannya akan meningkatkan prestasi

(Sugiyanti, dkk., 2012)

Pengembangan tabel periodik dan konsep konfigurasi elektron memberi

alasan bagi kimiawan dalam pembentukan molekul dan senyawa. Penjelasan ini,

dirumuskan oleh Gilbert Lewis, yang menyatakan bahwa atom bergabung agar

mencapai kestabilan konfigurasi elektron. Hasil stabilitas maksimum tercapai bila

atom isoelektronik berinteraksi dengan gas mulia. Ketika atom berinteraksi

membentuk ikatan kimia, hanya kulit luarnya yang berinteraksi. Untuk itu, ketika kita

mempelajari ikatan kimia, kita mengutamakan dalam memperhatikan elektron valensi

atom (Chang, 2010).

Materi terdiri atas atom. Oleh karena kimia mempelajari materi, teori atom

merupakan fondasi logis kimia. Namun, kimia tidak berbasiskan atom saja. Kimia

pertama akan muncul ketika atom bergabung membentuk molekul. Proses yang
menjelaskan bagaimana karakter hubungan atom dengan atom, yakni pembentukan

ikatan kimia sangat berperan dalam perkembangan kimia. Untuk memahami

ikatan kimia dengan sebenarnya diperlukan dukungan mekanika kuantum. Kini

mekanika kuantum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kimia. Jadi mekanika

kuantum sangat diperlukan bagi yang ingin mempelajari betapa pentingnya

ikatan kimia (Takeuchi, 2006). Berdasarkan uraian di atas maka dilakukannya

percobaan ikatan kimia.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.2 Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ikatan kimia adalah menentukan senyawa

yang mempunyai ikatan elektrovalen dan yang kovalen dengan mereaksikan senyawa

tersebut dengan suatu senyawa dan indikator.

1.2.1 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ikatan kimia yaitu:

1. Membedakan senyawa yang mempunyai ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen.

2. Membedakan reaksi pembentukan kompleks dan bukan kompleks.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan dalam praktikum ini yaitu membedakan senyawa ion dan

kovalen dengan cara dilarutkan dalam larutan AgNO3 setiap sampel dan kemudian

dibuktikan dengan terbentuk atau tidaknya endapan, membedakan reaksi senyawa

kompleks dan bukan kompleks dengan cara ditetesi larutan KCNS pada setiap

sampel, serta mendeteksi kekuatan ikatan sampel berdasarkan tingkat kesamaan

dengan cara ditetesi indikator metil jingga.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Ikatan

Setiap atom cenderung mencapai konfigurasi elekton stabil, seperti gas

mulia, melalui ikatan dengan atom-atom lain. Ikatan kimia terbentuk melalui

pelepasan atau penangkapan (transfer) elektron atau pemakaian pasangan elektron

bersama (Suja, 2014). Pada tahun 1916, W. Kossel dan G.N. Lewis, mengembangkan

teori ikatan kimia secara terpisah untuk memahami mengapa atom dikombinasikan

dalam membentuk molekul. Menurut teori elektron valensi, sebuah ikatan kimia

dikatakan terbentuk ketika atom berinteraksi dengan kehilangan, memperoleh atau

berbagi elektron valensi (Meenakshisundram, dkk., 2007).

2.2 Ikatan Kimia

Adanya gaya yang kuat dari ikatan antara dua atau banyak atom disebut

sebagai ikaan kimia dan hal itu menghasilkan formasi senyawa yang stabil dengan

sifatnya sendiri. Ikatan itu bersifat tetap hingga adanya faktor eksternal seperti faktor

kimia, suhu, energi dan lain-lain. seperti yang telah diketahui, molekul terdiri atas dua

atau banyak atom yang memiliki karakteristik tersendiri yang bergantung pada jenis

ikatannya. Ikatan kimia pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga jenis yang terdiri

atas ikatan ion atau elektrovalen, ikatan kovalen dan ikatan kovalen koordinasi.

Sebagian besar, elektron valensi terluar atom yang dipakai dalam ikatan kimia

sehingga konfigurasi elektron gas mulia yang stabil dapat dicapai oleh atom. Kecuali

Helium, setiap gas mulia memiliki kulit valensi yang stabil dari delapan elektron.

Kecenderungan atom memiliki delapan elektron pada kulit terluar dengan berinteraksi
bersama atom lain melalui pemakaian bersama elektron atau transfer elektron dikenal

sebagai aturan oktet ikatan kimia (Meenakshisundram, dkk., 2007).

2.3 Ikatan Ionik

Kekuatan atau gaya yang menarik antara muatan yang berlawanan disebut

gaya elektrostatik. Ikatan yang terbentuk dari gaya elektrostatik disebut ikatan ion.

Dengan demikian, ikatan ion terbentuk jika ada transfer elektron yang menyebabkan

salah satu atom menjadi ion yang bermuatan positif dan atom lain menjadi ion yang

bermuatan negatif. Natrium klorida (NaCl) merupakan salah satu contoh dari

senyawa ionik. Senyawa ionik terbentuk ketika unsur yang ada di bagian kiri tabel

periodik (unsur elektropositif) mentransfer satu atau lebih elektron kepada unsur yang

berada pada bagian kanan tabel periodik (unsur elektronegatif) (Bruice, 2001).

Gambar 2.1 Contoh Ikatan Ion

2.4 Ikatan Kovalen

Gambar 2.2 Contoh Ikatan Kovalen

Terobosan besar yang pertama datang dari Gilbert Lewis mengajukan bahwa

ikatan kimia melibatkan penggunaan elektron secara bersama-sama oleh atom-atom


yang berikatan. Lewis menggambarkan pembentukan ikatan pada molekul H2 sebagai

berikut (Chang, 2010):

Gambar 2.3 Molekul H2

Jenis pasangan elektron seperti ini adalah satu contoh dari ikatan kovalen

yang merupakan ikatan yang terbentuk dari pemakaian bersama-sama dua elektron

oleh dua atom. Senyawa kovalen merupakan senyawa yang mengandung

ikatan kovalen. Atom-atom dapat membentuk berbagai jenis ikatan kovalen berbeda.

Dua atom yang berikatan melalui sepasang elektron disebut ikatan tunggal. Dalam

beberapa senyawa, atom-atom berikatan dengan ikatan rangkap, yaitu ikatan yang

terbentuk jika dua atom menggunakan dua atau lebih pasangan elektron secara

bersama-sama (Chang, 2010).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ikatan kimia ini

adalah NaCl, AgNO3, CHCl3, KCNS, CH3COOH, CCl4, C2H5OH, K3Fe(CN)6, HCl,

indikator MO, BaCl2, K4Fe(CN)6, CuSO4, NH4OH, FeCl3, kertas label dan

tissue roll.

3.2 Alat Percobaan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ikatan kimia ini adalah

tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung dan penjepit tabung.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengendapan Garam Nitrat

Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Masing-masing tabung reaksi diisi dengan

1 mL AgNO3. Tabung (1) ditetesi NaCl, tabung (2) dengan CCl4 dan tabung (3)

dengan CHCl3, masing-masing sebanyak 3-5 tetes. Diamati dan dicatat perubahan

yang terjadi.

3.3.2 Reaksi dengan Indikator Metil Jingga

Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Tabung (1) diisi dengan HCl, tabung (2)

dengan CH3COOH dan tabung (3) dengan C2H5OH, masing-masing sebanyak

2,5 mL. Selanjutnya, setiap tabung reaksi ditetesi dengan indikator MO. Diamati dan

dicatat perubahan yang terjadi.


3.3.3 Reaksi dengan BaCl2 dan K3Fe(CN)6

Disiapkan 6 tabung reaksi. Masing-masing diisi dengan 1 mL CuSO4.

Tabung (1) dan (2) ditetesi dengan NH4OH sedikit, tabung (3) dan (4) ditetesi dengan

NH4OH berlebih, dan tabung (5) dan (6) tidak ditetesi dengan NH4OH. Kemudian,

tabung (1), (2), dan (5) ditambahkan larutan BaCl2, sedangkan tabung (2), (4), dan (6)

ditambahkan larutan K4Fe(CN)6 masing-masing sebanyak 2-3 tetes. Diamati dan

dicatat perubahan yang terjadi.

3.3.4 Reaksi dengan KCNS

Disiapkan 2 tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung (1) diisi dengan

FeCl3 dan tabung (2) dengan K4Fe(CN)6 masing-masing 1 mL. Kemudian, kedua

tabung ditambahkan 2-3 tetes KCNS. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Pengendapan garam klorida


Larutan Ditambah AgNO3 Keterangan

NaCl Endapan putih Ikatan ion


CCl4 Tidak ada endapan dan perubahan warna Ikatan kovalen
CHCl3 Terbentuk 2 fasa dimana CHCl3 dan AgNO3 Ikatan kovalen
tidak menyatu.

NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3

CCl4 + AgNO3 tidak bereaksi

CHCl3 + AgNO3 tidak bereaksi

Percobaan pengendapan garam klorida bertujuan untuk menentukan senyawa

ikatan ion atau kovalen. Dalam percobaan ini larutan yang digunakan adalah NaCl,

CCl4 dan CHCl3 kemudian masing-masing larutan ditambahkan AgNO3 yang

berfungsi mengendapkan senyawa dan membentuk garam klorida. Menurut Svehla,

asam klorida (atau klorida-klorida yang larut) yang bereaksi dengan larutan AgNO3

akan membentuk endapan putih AgCl. Pada praktikum pengendapan garam klorida

ini pun didapatkan hasil yang sama yaitu saat NaCl ditambahkan larutan AgNO3

terbentuk endapan putih sehingga larutan bereaksi menghasilkan ion sehingga disebut

ikatan ion. Sedangkan pada CCl4 dan CHCl3, larutan tidak bereaksi dimana tidak

terjadi perubahan warna ataupun terbentuk endapan sehingga disebut ikatan kovalen.
Tabel 2. Pengendapan garam hidroksida

Ditambah Pereaksi
Larutan Keterangan
BaCl2 K4Fe(CN)6
CuSO4 + NH4OH Larutan berwarna Larutan berwarna CuSO4+ NH4OH

sedikit biru muda, cokelat, terbentuk sedikit

terbentuk endapan.

endapan.

CuSO4 + NH4OH Larutan berwarna Larutan tidak CuSO4 + NH4OH

berlebih biru keruh, berwarna, berlebih

terbentuk endapan berwarna

endapan. cokelat tua.

CuSO4 Larutan berwarna Larutan berwarna CuSO4

biru muda, cokelat tua

endapan berwarna kemerahan,

putih. endapan cokelat.

CuSO4 + 2 NH4OH (sedikit) Cu(OH)2 + (NH4)2SO4

CuSO4 + 4 NH4OH (berlebih) Cu(NH3)4 SO4 + 4 H2

(a) Cu(NH3)4SO4 + BaCl2 Cu(NH3)4Cl2 + BaSO4

(b) Cu(NH3)4SO4 + K4Fe(CN)6 [Cu(NH3)4]2[Fe(CN)6] + 2 K2SO4

CuSO4 + BaCl2 CuCl2 + BaSO4

CuSO4 + K4Fe(CN)6 Cu2[Fe(CN)6] + 2 K2SO4

Percobaan pengendapan garam hidroksida bertujuan untuk membedakan

senyawa kompleks atau bukan kompleks. Senyawa kompleks dapat dibuktikan

dengan 2 cara yaitu terjadi endapan atau perubahan warna. Dalam percobaan ini ada 6
buah tabung reaksi yang masing-masing berisi larutan CuSO4 sebanyak 1 mL. Pada 2

tabung reaksi pertama ditambahkan dengan NH4OH sedikit, sepasangnya lagi

ditambahkan dengan NH4OH berlebih, dan sepasang terakhir tidak ditambahkan

NH4OH. Menurut Svehla, larutan CuSO4 setelah ditambahkan NH4OH bereaksi

dengan BaCl2 dan K4Fe(CN)6 akan terbentuk endapan berturut-turut endapan biru dan

endapan cokelat sedangkan pada praktikum didapatkan hasil yaitu pada saat sepasang

tabung reaksi pertama masing–masing diisi dengan BaCl2 dan K4Fe(CN)6, didapatkan

larutan yang berubah menjadi berwarna biru muda terdapat endapan berwarna putih,

sedangkan yang berubah menjadi warna biru terdapat endapan warna cokelat, kedua

tabung reaksi membentuk ikatan ion dan merupakan senyawa kompleks. Pada

sepasang tabung reaksi berikutnya yang berisi larutan NH4OH berlebih dan ditetesi

dengan larutan seperti dengan cara diatas, didapatkan tabung reaksi yang memiliki

warna biru muda terdapat endapan berlebih, dan yang satu lagi memiliki warna yang

sama yaitu biru muda dan banyak endapan, kedua tabung reaksi ini terdapat banyak

senyawa kompleks.

Menurut Svehla, larutan BaCl2 yang bereaksi dengan asam sulfat

(garam sulfat) akan membentuk endapan putih BaSO4, serta larutan ion

heksasianoferat(II) yang bereaksi dengan larutan CuSO4 akan membentuk endapan

cokelat tembaga heksasianoferat(II) dan pada praktikum didapatkan hasil yang sama

yaitu pada sepasang tabung reaksi yang terakhir yang hanya berisi larutan CuSO 4

yang ditetesi dengan larutan BaCl2 dan K4Fe(CN)6, masing-masing mengalami

perubahan warna serta terbentuk endapan putih, ada juga terbentuk endapan cokelat,

larutan ini merupakan senyawa kompleks.


Tabel 3. Reaksi dengan kalium tiosianat (KCNS)
Larutan Ditambah KCNS Keterangan
FeCl3 Larutan merah darah. Senyawa kompleks.
K4Fe(CN)6 Tidak mengalami perubahan warna. Bukan senyawa kompleks.

FeCl3 + 3 KCNS Fe(CNS)3 + 3 KCl

K4Fe(CN)6 + KCNS tidak bereaksi

Percobaan reaksi dengan Kalium Tiosianat (KCNS) bertujuan untuk

membedakan senyawa kompleks dan bukan kompleks dengan melihat apakah terjadi

perubahan warna atau tidak, berbeda dengan percobaan 3 yang juga melihat adanya

endapan. Dalam percobaan ini KCNS berfungsi untuk sebagai pendeteksi warna.

Menurut Svehla, larutan FeCl3 yang bereaksi dengan KCNS akan membentuk larutan

berwarna merah-darah (merah kecokelatan) yang ditimbulkan karena suatu kompleks,

sedangkan pada praktikum didapatkan hasil yang sama yaitu pada saat FeCl3

ditambah KCNS mengalami perubahan warna menjadi merah kecokelatan hal ini

menunjukkan senyawa kompleks dan senyawa K3Fe(CN)6 ditambah KCNS tidak

mengalami perubahan warna hal ini menunukkan senyawa bukan kompleks.

Tabel 4. Reaksi dengan indikator metil jingga (MO)


Larutan Ditambah MO Keterangan
HCl Larutan merah Asam kuat
CH3COOH Larutan jingga Asam lemah
C2H5OH Larutan kuning Asam lemah

Percobaan reaksi dengan indikator Metil Jingga (MO) bertujuan untuk

mengetahui tingkat keasaman beberapa senyawa. Dalam percobaan ini larutan yang

digunakan adalah HCl, CH3COOH dan C2H5OH kemudian masing-masing


ditambahkan indikator MO, penambahan indikator MO berfungsi untuk titrasi asam

basa. Hasilnya pada saat HCl ditetesi indikator MO, larutan berubah warna menjadi

merah dan terdapat endapan hal ini menunjukkan HCl merupakan asam kuat. Pada

CH3COOH dengan indikator MO, larutan berwarna merah hal ini menunjukkan

CH3COOH merupakan asam lemah. C2H5OH dengan indikator MO, larutan kuning

hal ini menunjukkan C2H5OH bersifat basa. Tingkat keasaman dari tinggi kerendah

yaitu HCl, CH3COOH, C2H5OH sehingga semakin kuat tingkat keasaman maka

ikatannya semakin kuat pula.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ikatan ion dibentuk oleh gaya elektrostatik antara ion-ion. Ikatan ion

dihasilkan dari perpindahan elektron-elektron dari atom satu ke atom lainnya atau

dengan kata lain ikatan ion terjadi karena adanya serah terima elektron. Sementara

itu, ikatan kovalen merupakan ikatan yang terbentuk karena adanya pemakaian

bersama pasangan elektron.

Senyawa kompleks merupakan suatu senyawa yang mengandung ion

kompleks yang dikelilingi oleh molekul atau anion yang biasanya disebut ligan atau

agen pengompleks.

5.2 Saran

Sebaiknya alat-alat dan bahan praktikum dilengkapi dan ditingkatkan lagi

sehingga setiap praktikan dapat melakukan percobaan masing-masing. Selain itu,

dengan peningkatan laboratorium praktikum juga bisa dilaksanakan dengan lancar.


DAFTAR PUSTAKA

Bruice, P.Y., 2001, Organic Chemistry Fourth Edition, New York: Prentice.

Chang, R., 2010, Chemistry 10th Edition, New York: McGraw-Hill.

Meenakshisundram, S.P., Ramesh, R., Vijayaragini, T., Stephen, S.M.,


Sathyanarayan, K., dan Rajalakshmi, M, 2007, Chemistry, Chennai:
Tamilnadu.

Suja, I.W., 2014, Pengggunaan Analogi Dalam Pembelajaran Kimia, Jurnal


Pendidikan Indonesia, 3 (2): 397-410.

Suyanti, R.D., dan Sugiyarto, K.H., 2012, Keefektifan Praktikum Multimedia Ikatan
Kimia, Fmipa UNY, 9 (4): 461-469.

Svehla, G., 1979, Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro Jilid I Edisi Kelima, Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Takeuchi, Y., 2006, Pengantar Kimia, Tokyo: Iwanami Shoken.

Anda mungkin juga menyukai