KECEPATAN REAKSI
KECEPATAN REAKSI
Asisten,
Harini Wahyuni S.
H311 14 505
BAB I
PENDAHULUAN
bagian dari kehidupan manusia berhubungan sangat erat dengan bahan-bahan kimia.
Dalam bidang kehidupan rumah tangga, kesehatan, aksesoris dan lain-lain hampir
melihat reaksi-reaksi kimia dengan kecepatan yang berbeda-beda. Ada reaksi yang
berlangsung sangat cepat seperti petasan yang meledak, ada juga reaksi yang
berlangsung sangat lambat seperti pengkaratan besi. Dalam suatu reaksi kimia
terdapat perbedaan laju reaksi antara reaksi yang satu dengan reaksi yang lain
(Chairns, 2003).
kehidupan, misalnya dalam kegiatan industri. Dalam proses industri yang melibatkan
adanya reaksi kimia memerlukan peranan ilmu kimia yang memberi dasar untuk
mengetahui agar suatu proses industri dapat menghasilkan bahan industri yang
sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat. Laju atau kecepatan reaksi adalah
jumlah perubahan konsentrasi suatu zat terhadap suatu satuan waktu yang dapat
dinyatakan dalam bentuk produk atau reaktan. Dengan mengetahui kecepatan reaksi
dapat membuat produksi lebih terkendali sehingga didapat jumlah produk dalam
waktu yang bisa diperhitungkan (Chairns, 2003). Oleh karena itu, percobaan ini
reaksinya.
Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui perubahan laju reaksi pada
saat konsentrasi pereaksi dan produk dalam keadaan tertentu serta suhu tempat
konsentrasi H2SO4
pengaruh suhu, dimana H2SO4 dan Na2S2O3 yang konsentrasinya sama direaksikan
pada suhu dingin, suhu kamar dan suhu panas. Diamati waktu yang dibutuhkan untuk
bereaksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laju reaksi adalah mengukur seberapa cepat reaktan habis bereaksi atau
konsentrasi terhadap waktu (Chang, 2004). Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan
reaksi berubah seiring dengan berjalannya waktu. Analisis laju reaksi sangatlah
penting dan memiliki banyak kegunaan, misalnya dalam teknik kimia dan kajian
reaksi, yang menyatakan laju dalam konstanta laju dan konsentrasi reaktan.
Ketergantungan laju pada konsentrasi menghasilkan orde reaksi. Suatu reaksi dapat
dinyatakan berorde nol jika laju tidak bergantung pada konsentrasi reaktan atau
berorde pertama jika lajunya bergantung pada konsentrasi reaktan dipangkatkan satu.
Orde yang lebih tinggi dan orde pecahan juga di kenal. Satu ciri penting dari laju
reaksi ialah waktu yang diperlukan untuk menurunkan konsentrasi suatu reaktan
menjadi setengah dari konsentrasi awalanya, disebut waktu paruh. Untuk reaksi orde
pertama, waktu paruh tidak bergantung pada konsentrasi awal (Chang, 2004).
cermat, tetapi perincian lintasan reaksinya masih belum dipahami. Itu terutama
berlaku untuk reaksi yang melibatkan banyak unsur reaktan dalam membentuk
produknya. Contohnya ialah reaksi (Ugye, dkk., 2013) :
Seberapa cepat atau lambat suatu reaktan habis atau suatu produk terbentuk,
konsep ini tidak dapat dijelaskan dengan metode ceramah saja. Perlu adanya peran
media visual yang dapat memaparkan bagaimana proses itu berlangsung (Valantika,
dkk., 2005).
mengasumsikan bahwa semua reaktan adalah bidang keras dan itu setiap tabrakan
yang memiliki energi cukup untuk mencapai keadaan yang diaktifkan akan
Bidang kimia yang mengkaji kecepatan atau laju terjadinya reaksi kimia
atau perubahan energi kinetik sebagai energi yang tersedia karena gerakan suatu
benda. Disini kinetika merujuk pada laju reaksi (reaction rate), yaitu perubahan
konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu (m/s). Kita telah mengetahui bahwa
setiap reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan umum (Nasution, dkk., 2014) :
Sumber untuk bahan kimia ini telah berubah dari waktu ke waktu, didasari atas
sulfat ini tidak berwarna, berupa cairan kental yang membeku pada suhu 10,4C dan
titik didih pada suhu 279,6C. Materi ini bereaksi keras dengan air dalam segala
asamnya mudah ditangani dan diangkut dalam drum baja. Fakta ini bersama dengan
kekuatan asamnya dan harganya yang murah, menyebabkan asam sulfat ini
mendapatkan asam sulfat H2SO4 dengan membakar belerang dalam udara basah.
S + O2 SO2 (2.3)
mendapatkan asam klorida dengan memanaskan garam dan asam sulfat. Asam
klorida yang didapatkannya memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari pada yang
menakjubkan dan mendapatkan banyak keuntungan dari penjualan garam ini. Proses
yang lebih praktis untuk menghasilkan asam sulfat dikenalkan yakni dengan cara
wadah gelas besar yang mengandung air. Asam sulfat yang terbentuk terlarut dalam
air. Walaupun proses kedua (SO2 SO3) lambat dan endotermik, dalam proses ini
oksida nitrogen nampaknya berfungsi sebagai katalis yang mempromosikan reaksi
ini.
BAB III
METODE PERCOBAAN
CHCl3, CCl4, KCNS, CH3COOH, C2H5OH, HCl, Metil Jingga (MO), BaCl2,
K4Fe(CN)6, CuSO4, NH4OH, FeCl3, tissue roll, sabun dan kertas label.
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes,
AgNO3. Dimasukkan larutan NaCl ke dalam tabung (1) sebanyak 3-5 tetes dan
CHCl3 ke dalam tabung (2) sebanyak 3-5 tetes. Diamati dan dicatat perubahan yang
terjadi.
Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Diisi tabung (1) dengan larutan HCl, tabung
(2) dengan larutan CH3COOH dan tabung (3) dengan larutan C2H5OH, masing-
masing sebanyak 2,5mL. Ditetesi indikator metil jingga (MO) pada masing-masing
Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan CuSO4 sebanyak 1 mL.
K4Fe(CN)6, masing-masing sebanyak 2-3 tetes. Diamati dan dicatat perubahan yang
terjadi.
Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan CuSO4 sebanyak 1 mL.
Ditambahkan larutan BaCl2 pada tabung reaksi (1), dan larutan K4Fe(CN)6 pada
tabung reaksi (2), masing-masing sebanyak 2-3 tetes. Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi.
Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan CuSO4 sebanyak 1 mL.
Ditambahkan larutan BaCl2 pada tabung reaksi (1) dan larutan K4Fe(CN)6 pada
tabung reaksi (2), masing-masing sebanyak 2-3 tetes. Diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi.
Disiapkan 2 buah tabung reaksi. Dimasukkan FeCl3 pada tabung (1) dan
KCNS sebanyak 2-3 tetes ke dalam tabung (1) dan (2). Diamati dan dicatat
ikatan ion atau kovalen. Dalam percobaan ini larutan yang digunakan adalah NaCl,
Klorida (atau klorida-klorida yang larut) yang bereaksi dengan larutan AgNO3 akan
membentuk endapan putih AgCl, sedangkan pada praktikum didapatkan hasil yang
sama yaitu pada saat NaCl ditambahkan larutan AgNO3 terbentuk endapan putih
sehingga larutan pun bereaksi menghasilkan ion dan disebut terjadi ikatan ion.
Sedangkan pada CCl4 dan CHCl3 , larutan tidak bereaksi dimana tidak terjadi
merah
mengetahui tingkat keasaman beberapa senyawa. Dalam percobaan ini larutan yang
basa. Hasilnya pada saat HCl ditetesi indikator MO, larutan berubah warna menjadi
merah dan terdapat endapan hal ini menunjukkan HCl merupakan asam kuat. Pada
CH3COOH dengan indikator MO, larutan berwarna merah hal ini menunjukkan
CH3COOH merupakan asam lemah. C2H5OH dengan indikator MO, larutan kuning
hal ini menunjukkan C2H5OH bersifat basa. Tingkat keasaman dari tinggi kerendah
yaitu HCl, CH3COOH, C2H5OH sehingga semakin kuat tingkat keasaman maka
Ditambah Pereaksi
Larutan Keterangan
BaCl2 K4Fe(CN)6
endapan endapan
CuSO4 + NH4OH Larutan berwarna Larutan tidak Senyawa
dengan 2 cara yaitu terjadi endapan atau perubahan warna. Dalam percobaan ini ada
6 buah tabung reaksi yang berisi larutan CuSO4 masing masing sebanyak 1 ml.
pada 2 tabung reaksi pertama ditambahkan dengan NH4OH sedikit, sepasangnya lagi
apapun. Pada saat sepasang tabung reaksi pertama masing masing diisi dengan
BaCl2 dan K4Fe(CN)6, didapatkan larutan yang berubah menjadi berwarna biru muda
terdapat endapan berwarna putih, sedangkan yang berubah menjadi warna biru
terdapat endapan warna cokelat,kedua tabung reaksi membentuk ikatan ion dan
merupakan senyawa kompleks. Pada sepasang tabung reaksi berikutnya yang berisi
larutan NH4OH berlebih dan ditetesi dengan larutan seperti dengan cara diatas,
didapatkan tabung reaksi yang memiliki warna biru muda terdapat endapan berlebih,
dan yang satu lagi memiliki warna yang sama yaitu biru muda dan banyak endapan,
Pada sepasang tabung reaksi yang terakhir yang hanya berisi larutan CuSO4
yang ditetesi dengan larutan seperti diatas, masing - masing mengalami perubahan
warna menjadi biru muda. Ada yang terdapat endapan putih, ada juga yang terdapat
larutan kuning
membedakan senyawa kompleks dan bukan kompleks dengan melihat apakah terjadi
perubahan warna atau tidak, berbeda dengan percobaan 3 yang juga melihat adanya
endapan. Dalam percobaan ini KCNS berfungsi untuk sebagai pendeteksi warna.
FeCl3 ditambah KCNS mengalami perubahan warna menjadi merah kecoklatan hal
ini menunjukkan senyawa kompleks dan senyawa K3Fe(CN)6 ditambah KCNS tidak
5.1 Kesimpulan
endapan putih. Inilah yang disebut ikatan ionik. Sedangkan jika larutan CCl4
ditambahkan dengan AgNO3, maka tidak akan menghasilkan endapan dan tidak
memiliki warna. Inilah yang disebut ikatan kovalen.Sedangkan pada reaksi CuSO4
larutan.
5.2 Saran
Ari, Andian. 2008. Bahan Ajar Kimia Dasar . Universitas Negeri Yogyakarta .
Yogyakarta
Effendi. 2005. Transisi Ikatan Ionik-Ikatan Kovalen pada Perubahan Fase Zat.
AgNO3 1 mL
Hasil
Hasil
3. Pengendapan garam hidroksida
CuSO4 1 mL
terjadi endapan.
Hasil
CuSO4 1 mL
Hasil
3. Reaksi dengan kalium tiosianat (KCNS)
Hasil
Lampiran 2. Gambar Percobaan