Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

KECEPATAN REAKSI

ANDI BESSE KHAERUNNISA


H031 17 1001

LABORATORIUM KIMIA DASAR


UNIT PELAKSANA MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN

KECEPATAN REAKSI

Disusun dan diajukan oleh:

ANDI BESSE KHAERUNNISA


H031 17 1001

Diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 04 Oktober 2017

Asisten,

Harini Wahyuni S.
H311 14 505
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak terlepas dari bahan-bahan kimia. Hampir seluruh

bagian dari kehidupan manusia berhubungan sangat erat dengan bahan-bahan kimia.

Dalam bidang kehidupan rumah tangga, kesehatan, aksesoris dan lain-lain hampir

seluruhnya menggunakan bahan kimia. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering

melihat reaksi-reaksi kimia dengan kecepatan yang berbeda-beda. Ada reaksi yang

berlangsung sangat cepat seperti petasan yang meledak, ada juga reaksi yang

berlangsung sangat lambat seperti pengkaratan besi. Dalam suatu reaksi kimia

terdapat perbedaan laju reaksi antara reaksi yang satu dengan reaksi yang lain

(Chairns, 2003).

Kecepatan reaksi sangat penting untuk dipelajari karena dengan mengetahui

kecepatan reaksi dan hal-hal yang mempengaruhinya dapat menerapkannya dalam

kehidupan, misalnya dalam kegiatan industri. Dalam proses industri yang melibatkan

adanya reaksi kimia memerlukan peranan ilmu kimia yang memberi dasar untuk

mengetahui agar suatu proses industri dapat menghasilkan bahan industri yang

sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat. Laju atau kecepatan reaksi adalah

jumlah perubahan konsentrasi suatu zat terhadap suatu satuan waktu yang dapat

dinyatakan dalam bentuk produk atau reaktan. Dengan mengetahui kecepatan reaksi

dapat membuat produksi lebih terkendali sehingga didapat jumlah produk dalam

waktu yang bisa diperhitungkan (Chairns, 2003). Oleh karena itu, percobaan ini

dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kecepatan


reaksi serta mengetahui bagaimana reaksi kimia berlangsung dan berapa kecepatan

reaksinya.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui perubahan laju reaksi pada

saat konsentrasi pereaksi dan produk dalam keadaan tertentu serta suhu tempat

berlangsungnya reaksi kimia.

1.2.2 Tujuan percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah:

1. Mempelajari pengaruh konsentrasi pada kecepatan reaksi

2. Mempelajari pengaruh suhu pada kecepatan reaksi

3. Menentukan orde reaksi untuk pengaruh Na2S2O3 dan untuk mempengaruhi

konsentrasi H2SO4

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Pengaruh Konsentrasi

Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan kecepatan reaksi berdasarkan

pengaruh konsentrasi, dimana mereaksikan Na2S2O3 yang konsentrasinya tetap

dengan H2SO4 dengan konsentrasi bervariasi, begitupun sebaliknya. Diamati waktu

yang dibutuhkan untuk bereaksi.

1.3.2 Pengaruh Suhu

Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan kecepatan reaksi berdasarkan

pengaruh suhu, dimana H2SO4 dan Na2S2O3 yang konsentrasinya sama direaksikan
pada suhu dingin, suhu kamar dan suhu panas. Diamati waktu yang dibutuhkan untuk

bereaksi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Ikatan

Laju reaksi adalah mengukur seberapa cepat reaktan habis bereaksi atau

seberapa cepat produk terbentuk. Laju dinyatakan sebagai perbandingan perubahan

konsentrasi terhadap waktu (Chang, 2004). Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan

pengukuran bagaimana konsentrasi ataupun tekanan zat-zat yang terlibat dalam

reaksi berubah seiring dengan berjalannya waktu. Analisis laju reaksi sangatlah

penting dan memiliki banyak kegunaan, misalnya dalam teknik kimia dan kajian

keseimbangan kimia (Gargurevich, 2016).

Hukum laju pengukuran secara percobaan menghasilkan hukum laju untuk

reaksi, yang menyatakan laju dalam konstanta laju dan konsentrasi reaktan.

Ketergantungan laju pada konsentrasi menghasilkan orde reaksi. Suatu reaksi dapat

dinyatakan berorde nol jika laju tidak bergantung pada konsentrasi reaktan atau

berorde pertama jika lajunya bergantung pada konsentrasi reaktan dipangkatkan satu.

Orde yang lebih tinggi dan orde pecahan juga di kenal. Satu ciri penting dari laju

reaksi ialah waktu yang diperlukan untuk menurunkan konsentrasi suatu reaktan

menjadi setengah dari konsentrasi awalanya, disebut waktu paruh. Untuk reaksi orde

pertama, waktu paruh tidak bergantung pada konsentrasi awal (Chang, 2004).

Masih banyak reaksi yang tetapan keseimbangannya telah diketahui dengan

cermat, tetapi perincian lintasan reaksinya masih belum dipahami. Itu terutama

berlaku untuk reaksi yang melibatkan banyak unsur reaktan dalam membentuk
produknya. Contohnya ialah reaksi (Ugye, dkk., 2013) :

5Fe2+(aq) + MnO4-(aq) + 8H3O+(aq) 5Fe3+(aq) + Mn2+(aq) + 12H2O (2.1)

Seberapa cepat atau lambat suatu reaktan habis atau suatu produk terbentuk,

konsep ini tidak dapat dijelaskan dengan metode ceramah saja. Perlu adanya peran

media visual yang dapat memaparkan bagaimana proses itu berlangsung (Valantika,

dkk., 2005).

Dalam teori tumbukan faktor frekuensi A dalam persamaan Arhenius adalah

ditafsirkan sama dengan frekuensi benturan Z antara reaktan. Teori tumbukan

mengasumsikan bahwa semua reaktan adalah bidang keras dan itu setiap tabrakan

yang memiliki energi cukup untuk mencapai keadaan yang diaktifkan akan

percobaan untuk menyelesaikan reaksinya (Hettema, 2012).

Bidang kimia yang mengkaji kecepatan atau laju terjadinya reaksi kimia

dinamakan kinetika kimia (chemical kinetics). Kata kinetik menyiratkan gerakan

atau perubahan energi kinetik sebagai energi yang tersedia karena gerakan suatu

benda. Disini kinetika merujuk pada laju reaksi (reaction rate), yaitu perubahan

konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu (m/s). Kita telah mengetahui bahwa

setiap reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan umum (Nasution, dkk., 2014) :

Reaktan Produk (2.2)

Persamaan ini memberitahukan bahwa selama berlangsungnya suatu reaksi,

molekul reaktan bereaksi sedangkan molekul produk terbentuk. Sebagai hasilnya,

kita dapat mengamati jalannya reaksi dengan cara memantau menurunnya

konsentrasi reaktan atau meningkatnya konsentrasi produk.

2.1 Asam Sulfat (H2SO4)


Bahan utama untuk membuat asam sulfat adalah sulfur atau sulfur dioksida.

Sumber untuk bahan kimia ini telah berubah dari waktu ke waktu, didasari atas

pertimbangan harga dan keinginan untuk mengurangi pencemaran udara. Asam

sulfat ini tidak berwarna, berupa cairan kental yang membeku pada suhu 10,4C dan

titik didih pada suhu 279,6C. Materi ini bereaksi keras dengan air dalam segala

perbandingan, dengan membebaskan banyak sekali kalor. Disamping kekuatan

asamnya mudah ditangani dan diangkut dalam drum baja. Fakta ini bersama dengan

kekuatan asamnya dan harganya yang murah, menyebabkan asam sulfat ini

digunakan secara luas diberbagai bidang (Nachtrieb, dkk., 2001).

Kimiawan Jerman Andreas Libavius (1540-1616) memaparkan proses untuk

mendapatkan asam sulfat H2SO4 dengan membakar belerang dalam udara basah.

S + O2 SO2 (2.3)

2 SO2 + O2 2SO3 (2.4)

Glauber, insinyur kimia pertama, menemukan di pertengahan abad 17 proses untuk

mendapatkan asam klorida dengan memanaskan garam dan asam sulfat. Asam

klorida yang didapatkannya memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari pada yang

didapatkan dalam proses sebelumnya.

2NaCl + H2SO4 Na2SO4 + 2HCl (2.5)

Glauber mengiklankan natrium sulfat sebagai obat dengan efek yang

menakjubkan dan mendapatkan banyak keuntungan dari penjualan garam ini. Proses

yang lebih praktis untuk menghasilkan asam sulfat dikenalkan yakni dengan cara

memanaskan belerang dengan kalium nitrat. Awalnya pembakaran dilakukan di

wadah gelas besar yang mengandung air. Asam sulfat yang terbentuk terlarut dalam

air. Walaupun proses kedua (SO2 SO3) lambat dan endotermik, dalam proses ini
oksida nitrogen nampaknya berfungsi sebagai katalis yang mempromosikan reaksi

ini.
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah NaCl, AgNO3,

CHCl3, CCl4, KCNS, CH3COOH, C2H5OH, HCl, Metil Jingga (MO), BaCl2,

K4Fe(CN)6, CuSO4, NH4OH, FeCl3, tissue roll, sabun dan kertas label.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes,

rak tabung dan sikat tabung.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengendapan Garam Klorida

Disiapkan 2 buah tabung reaksi, diisi masing-masing tabung dengan 1 mL

AgNO3. Dimasukkan larutan NaCl ke dalam tabung (1) sebanyak 3-5 tetes dan

CHCl3 ke dalam tabung (2) sebanyak 3-5 tetes. Diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi.

3.3.2 Reaksi dengan Indikator Metil Orange (MO)

Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Diisi tabung (1) dengan larutan HCl, tabung

(2) dengan larutan CH3COOH dan tabung (3) dengan larutan C2H5OH, masing-

masing sebanyak 2,5mL. Ditetesi indikator metil jingga (MO) pada masing-masing

tabung reaksi. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

3.3.3 Pengendapan Garam Hidroksida

Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan CuSO4 sebanyak 1 mL.

Ditambahkan larutan ammonia (NH4OH) masing-masing sebanyak 0,5 mL. Tabung


reaksi (1) ditambah dengan larutan BaCl2, tabung reaksi (2) ditambahkan larutan

K4Fe(CN)6, masing-masing sebanyak 2-3 tetes. Diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi.

Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan CuSO4 sebanyak 1 mL.

Ditambahkan larutan ammonia (NH4OH) masing-masing sebanyak 2 mL.

Ditambahkan larutan BaCl2 pada tabung reaksi (1), dan larutan K4Fe(CN)6 pada

tabung reaksi (2), masing-masing sebanyak 2-3 tetes. Diamati dan dicatat perubahan

yang terjadi.

Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan CuSO4 sebanyak 1 mL.

Ditambahkan larutan BaCl2 pada tabung reaksi (1) dan larutan K4Fe(CN)6 pada

tabung reaksi (2), masing-masing sebanyak 2-3 tetes. Diamati dan dicatat perubahan

yang terjadi.

3.3.4 Reaksi dengan KCNS

Disiapkan 2 buah tabung reaksi. Dimasukkan FeCl3 pada tabung (1) dan

K3Fe(CN)6 pada tabung (2), masing-masing sebanyak 1 mL. Ditambahkan larutan

KCNS sebanyak 2-3 tetes ke dalam tabung (1) dan (2). Diamati dan dicatat

perubahan yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Pengendapan Garam Klorida


Larutan Ditambah AgNO3 Keterangan

NaCl Larutan keruh, endapan berwarna putih Ikatan ion

CCl4 Larutan tidak berwarna, tidak terdapat endapan Ikatan kovalen

CHCl3 Larutan tidak berwarna, tidak terdapat endapan Ikatan kovalen

NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3

CCl4 + AgNO3 tidak bereaksi

CHCl3 + AgNO3 tidak bereaksi

Percobaan pengendapan garam klorida bertujuan untuk menentukan senyawa

ikatan ion atau kovalen. Dalam percobaan ini larutan yang digunakan adalah NaCl,

CCl4 dan CHCl3 kemudian masing-masing ditambahkan AgNO3 yang berfungsi

untuk mengendapkan senyawa membentuk garam klorida. Menurut Svehla Asam

Klorida (atau klorida-klorida yang larut) yang bereaksi dengan larutan AgNO3 akan

membentuk endapan putih AgCl, sedangkan pada praktikum didapatkan hasil yang

sama yaitu pada saat NaCl ditambahkan larutan AgNO3 terbentuk endapan putih

sehingga larutan pun bereaksi menghasilkan ion dan disebut terjadi ikatan ion.

Sedangkan pada CCl4 dan CHCl3 , larutan tidak bereaksi dimana tidak terjadi

perubahan warna ataupun terbentuk endapan sehingga disebut ikatan kovalen.


Tabel 2. Reaksi dengan Indikator Metil Orange (MO)
Larutan Ditambah MO Keterangan

HCl Larutan berwarna merah, endapan berwarna Bersifat Asam

merah

CH3COOH Larutan berwarna merah, tidak terdapat endapan Bersifat Asam

C2H5OH Larutan berwarna kuning, tidak terdapat endapan Bersifat Basa

Percobaan reaksi dengan indikator Metil Orange (MO) bertujuan untuk

mengetahui tingkat keasaman beberapa senyawa. Dalam percobaan ini larutan yang

digunakan adalah HCl, CH3COOH dan C2H5OH kemudian masing-masing

ditambahkan inidkator MO, penambahan indikator MO berfungsi untuk titrasi asam

basa. Hasilnya pada saat HCl ditetesi indikator MO, larutan berubah warna menjadi

merah dan terdapat endapan hal ini menunjukkan HCl merupakan asam kuat. Pada

CH3COOH dengan indikator MO, larutan berwarna merah hal ini menunjukkan

CH3COOH merupakan asam lemah. C2H5OH dengan indikator MO, larutan kuning

hal ini menunjukkan C2H5OH bersifat basa. Tingkat keasaman dari tinggi kerendah

yaitu HCl, CH3COOH, C2H5OH sehingga semakin kuat tingkat keasaman maka

ikatannya semakin kuat pula.

Tabel 3. Pengendapan Garam Hidroksida

Ditambah Pereaksi
Larutan Keterangan
BaCl2 K4Fe(CN)6

CuSO4+ NH4OH Larutan berwarna Larutan berwarna Senyawa

sedikit biru muda, terbentuk coklat, terbentuk kompleks

endapan endapan
CuSO4 + NH4OH Larutan berwarna Larutan tidak Senyawa

berlebih biru keruh, terbentuk berwarna, endapan kompleks

endapan berwarna coklat tua

CuSO4 Larutan berwarna Larutan berwarna Senyawa

biru muda, endapan coklat tua kemerah- kompleks

berwarna putih merahan keruh.

a. CuSO4 + 2 NH4OH (sedikit) Cu(OH)2 + (NH4)2SO4

CuSO4 + 4 NH4OH (berlebih) Cu(NH3)4 SO4 + 4 H2O

Cu(NH3)4 SO4 + BaCl2 Cu(NH3)4Cl2 + BaSO4

Cu(NH3)4 SO4 + K4Fe(CN)6 [Cu(NH3)4]2[Fe(CN)6 ] + 2 K2SO4

b. CuSO4 + BaCl2 BaSO4 + CuCl2

CuSO4 + K4Fe(CN)6 Cu2[Fe(CN)6] + 2 K2SO4

Percobaan pengendapan garam hidroksida bertujuan untuk membedakan

senyawa komplek atau bukan kompleks. Senyawa kompleks dapat dibuktikan

dengan 2 cara yaitu terjadi endapan atau perubahan warna. Dalam percobaan ini ada

6 buah tabung reaksi yang berisi larutan CuSO4 masing masing sebanyak 1 ml.

pada 2 tabung reaksi pertama ditambahkan dengan NH4OH sedikit, sepasangnya lagi

ditambahkan dengan NH4OH berlebih, dan sepasang terakhir tidak ditambahkan

apapun. Pada saat sepasang tabung reaksi pertama masing masing diisi dengan

BaCl2 dan K4Fe(CN)6, didapatkan larutan yang berubah menjadi berwarna biru muda

terdapat endapan berwarna putih, sedangkan yang berubah menjadi warna biru

terdapat endapan warna cokelat,kedua tabung reaksi membentuk ikatan ion dan

merupakan senyawa kompleks. Pada sepasang tabung reaksi berikutnya yang berisi

larutan NH4OH berlebih dan ditetesi dengan larutan seperti dengan cara diatas,
didapatkan tabung reaksi yang memiliki warna biru muda terdapat endapan berlebih,

dan yang satu lagi memiliki warna yang sama yaitu biru muda dan banyak endapan,

kedua tabung reaksi ini terdapat banyak senyawa kompleks.

Pada sepasang tabung reaksi yang terakhir yang hanya berisi larutan CuSO4

yang ditetesi dengan larutan seperti diatas, masing - masing mengalami perubahan

warna menjadi biru muda. Ada yang terdapat endapan putih, ada juga yang terdapat

endapan coklat,larutan ini merupakan senyawa kompleks.

Tabel 4. Reaksi dengan Kalium Tiosianat (KCNS)


Larutan Ditambah KCNS Keterangan

FeCl3 Larutan berwarna merah kecoklatan Senyawa kompleks

K3Fe(CN)6 Tidak mengalami perubahan warna, Bukan senyawa kompleks

larutan kuning

FeCl3 + 3 KCNS Fe(CNS)3 + 3 KCl

K3Fe(CN)6 + KCNS tidak bereaksi

Percobaan reaksi dengan Kalium Tiosianat (KCNS) bertujuan untuk

membedakan senyawa kompleks dan bukan kompleks dengan melihat apakah terjadi

perubahan warna atau tidak, berbeda dengan percobaan 3 yang juga melihat adanya

endapan. Dalam percobaan ini KCNS berfungsi untuk sebagai pendeteksi warna.

FeCl3 ditambah KCNS mengalami perubahan warna menjadi merah kecoklatan hal

ini menunjukkan senyawa kompleks dan senyawa K3Fe(CN)6 ditambah KCNS tidak

mengalami perubahan warna hal ini menunukkan senyawa bukan kompleks.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :

Senyawa yang NaCl yang ditambahkan dengan AgNO3 akan menhasilkan

endapan putih. Inilah yang disebut ikatan ionik. Sedangkan jika larutan CCl4

ditambahkan dengan AgNO3, maka tidak akan menghasilkan endapan dan tidak

memiliki warna. Inilah yang disebut ikatan kovalen.Sedangkan pada reaksi CuSO4

dengan NH4OH, BaCl dan K4[Fe(CN)6] akan menghasilkan senyawa kompleks

dan nonkompleks. Ini dapat diamati dengan adanya endapan pada

larutan.

5.2 Saran

Sebaiknya bahan dan alat yang ada di laboratorium ditambahkan dan


sebaiknya alat yang rusak yang tidak bisa lagi digunakan dibuang saja.
DAFTAR PUSTAKA

Ari, Andian. 2008. Bahan Ajar Kimia Dasar . Universitas Negeri Yogyakarta .

Yogyakarta

Chang, R. 2003. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta

Effendi. 2005. Transisi Ikatan Ionik-Ikatan Kovalen pada Perubahan Fase Zat.

Universitas Negeri Malang. Malang.

Elida, Tety. 1992. Pengantar Kimia. Gunadarma. Jakarta.

Takeuchi, Y. 2006. Pengantar Kimia. Iwanami Publishing Company. Tokyo.


Lampiran 1. Bagan Kerja Percobaan

1. Pengendapan garam nitrat

AgNO3 1 mL

- Dimsukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi.

- Ditambahkan NaCl 2-3 tetes ke dalam tabung (1).

- Ditambahkan CCl4 2-3 tetes ke dalam tabung (2).

- Ditambahkan CHCl3 2-3 tetes ke dalam tabung (3).

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil

2. Reaksi dengan indikator metil orange (MO)

HCl 2,5 mL CH3COOH 2,5 mL C2H5OH2,5 mL

- Dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi

- Ditambahkan metil jingga (MO)

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

Hasil
3. Pengendapan garam hidroksida

3.1 Penambahan amonium hidroksida

CuSO4 1 mL

- Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi.

- Ditambahkan amonium hidroksida (NH4OH) sampai tidak

terjadi endapan.

- Ditambahkan larutan BaCl2 2-3 tetes pada tabung (1).

- Ditambahkan larutan K4[Fe(CN)6] 2-3 tetes pada tabung (2).

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil

3.2 Tanpa penambahan amonium hidroksida

CuSO4 1 mL

- Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi.

- Ditambahkan larutan BaCl2 2-3 tetes pada tabung (1).

- Ditambahkan larutan K4[Fe(CN)6] 2-3 tetes pada tabung (2).

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil
3. Reaksi dengan kalium tiosianat (KCNS)

FeCl3 2,5 mL K4[Fe(CN)6]. 2,5


mL

Dimasukkan ke dalam Dimasukkan ke dalam


tabung reaksi (1). tabung reaksi (2).

- Ditambahkan KCNS 2-3 mL tetes.

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil
Lampiran 2. Gambar Percobaan

Gambar 1. Pengendapan Garam Nitrat

Gambar 2. Reaksi Dengan Indikator Metil Jingga (MO)


Gambar 3. Pengendapan Garam Hidroksida

Gambar 4. Reaksi Dengan Kalium Tiosianat (KCNS)

Gambar 5. Foto Bersama Asisten Cantik

Anda mungkin juga menyukai