Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Reaksi Karbohidrat dengan Larutan Perak Beramoniak

Pada percobaan ini, 1 mL AgNO3 dicampurkan dengan NH4OH berlebih,

hingga endapan yang telah terbentuk melarut kembali. Hal ini disebabkan karena

pada saat penambahan sedikit NH4OH terbentuk endapan AgOH yang berwarna

putih, kemudian larut kembali karena terbentuk Ag(NH3)2OH. Kemudian

ditambahkan 1 mL larutan glukosa 10 % kemudian dikocok. Setelah dikocok larutan

tidak mengalami perubahan warna. Kemudian tabung reaksi dipanaskan selama

beberapa menit dan menghasilkan endapan cermin perak yang menempel pada

dinding tabung. Hal ini dikarenakan oleh glukosa yang tergolong jenis aldosa

(memiliki gugus aldehid) yang lebih mudah mengalami oksidasi. Gugus hemiasetal

dari glukosa inilah yang menyebabkan reduksi pada Ag+ menjadi Ag. Untuk sukrosa,

diberlakukan perlakuan yang sama. Seperti halnya glukosa, sukrosa juga memiliki

gugus hemiasetal yang bisa dioksidasi karena sukrosa terdiri dari glukosa dan

fruktosa. Adapun hasilnya bisa dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.1 Hasil pengamatan pada reaksi karbohidrat dengan larutan perak

bermoniak

Zat-zat yang direaksikan Warna Endapan/Larutan

AgNO3 + sedikit NH4OH Endapan putih keruh

AgNO3 + NH4OH berlebih Bening (larutan tidak berwarna)

AgNO3 + NH4OH + glukosa Bening (larutan tidak berwarna)

10
AgNO3 + NH4OH + glukosa Hitam dan terdapat endapan cermin
(setelah pemanasan) perak

AgNO3 + NH4OH + sukrosa Bening (larutan tidak berwarna)

AgNO3 + NH4OH + sukrosa Larutan berwarna hitam dan terbentuk


(setelah pemanasan) cincin perak

Reaksi Glukosa dengan Larutan Perak Beramoniak

2 AgNO3 + 2NH4OH 2AgOH ↓ putih + 2NH4NO3

2 Ag2O + NH4OH 2 Ag (NH3) OH + H2O

Reaksi Sukrosa dengan Perak Beramoniak

CH2OH

H C O H OHCH2 CH2OH
C
H
C C C OH H C
OH H
+ 2 Ag( NH 3)2 OH
O C C
OH C C
H OH
H
C OH

CH2OH

H C O H OHCH2 CH2OH
C
H
C + 2Ag + 4NH 3
C C OH H C
OH H
O C C
OH C C
H OH
H OH

11
4.2 Uji Karbohidrat dengan Pereaksi Fehling

Pada uji ini, glukosa direaksikan dengan larutan fehling A dan Fehling B dan

menghasilkan larutan berwarna biru tua dan terdapat endapan biru. Namun setelah

dipanaskan terbentuk endapan merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa dalam larutan

terjadi reaksi redoks antara glukosa dengan larutan Fehling dimana CuO mengalami

reduksi membentuk Cu2O yang berwarna khas merah bata. Endapan yang terbentuk

bisa juga yang berwarna hijau, kuning orange atau merah, tergantung dari jenis gula

reduksinya.

Tabel 4.2 Hasil pengamatan pada uji karbohidrat dengan pereaksi Fehling

Zat-zat yang direaksikan Warna Endapan/Larutan

Fehling A + Fehling B Larutan biru tua dan endapan biru

Fehling + Glukosa Larutan biru tua dan endapan biru

Fehling + Glukosa (setelah pemanasan) Merah bata

Reaksi Glukosa dengan Larutan Fehling

4.3 Uji Karbohidrat dengan Pereaksi Benedict

Selanjutnya glukosa direaksikan dengan Benedict berubah menjadi hijau

setelah dipanaskan tetapi ketika didinginkan berubah warna menjadi orange. Hal ini

12
disebabkan karena Benedict dengan gula reduksi akan terjadi reaksi oksidasi dan

berubah warna yang dihasilkan dari kupro oksida. Sama halnya seperti glukosa,

pada reaksi sukrosa dengan pereaksi ini menunjukkan perubahan warna sebab pada

dasarnya sukrosa jika dihidrolisis menghasilkan glukosa dan fruktosa. Hanya saja,

pada reaksi sukrosa dengan larutan Benedict menghasilkan perubahan warna larutan

dari biru menjadi biru kehijauan berbeda dengan glukosa. Hal ini disebabkan karena

dalam sukrosa masih tedapat molekul fruktosa yang mempengaruhi proses

perubahan warna larutan. Tetapi yang berperan penting dalam reaksi kimianya

hanya glukosa karena mengandung gugus aldehida yang dapat dioksidasi.

Tabel 4.3 Hasil pengamatan pada uji karbohidrat dengan pereaksi Benedict

Zat-zat yang direaksikan Warna Endapan/Larutan

Benedict + glukosa Biru

Benedict + glukosa (setelah pemanasan) Hijau

Benedict + glukosa (setelah dingin) Orange

Benedict + sukrosa Biru

Benedict + sukrosa (setelah pemanasan


Biru kehijauan
dan pendinginan)

Reaksi Glukosa dengan pereaksi Benedict

13
Reaksi Sukrosa dengan pereaksi Benedict

CH2OH

H C O H OHCH2 CH2OH
C
H
C C C OH H C
OH H + 2Cu(sitrat )2 –2
O C C
OH C C
H OH
H OH

CH2OH

H C O H OHCH2 CH2OH
C
H
C C C OH H C
+ 2H2O OH H
O C C
OH C C
H OH
H OH

+ Cu2O + 4 sitrat –2 + 4H +

merah bata

4.4 Reaksi Amilum dengan Iodium

Pada percobaan ini, direaksikan amilum dengan larutan iodium. Reaksi

positifnya ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi biru, kemudian setelah

dipanaskan warna biru akan menghilang, dan setelah didinginkan, warna biru akan

timbul kembali. Warna biru yang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari ikatan

kompleks antara amilum dengan iodin. Sewaktu amilum yang telah ditetesi iodin

kemudian dipanaskan, warna yang dihasilkan sebagai hasil dari reaksi yang positif

akan menghilang. Dan sewaktu didinginkan warna biru akan muncul kembali. Di

14
dalam amilum sendiri terdiri dari dua macam amilum yaitu amilosa yang tidak larut

dalam air dingin dan amilopektin yang larut dalam air dingin. Ketika amilum

dilarutkan dalam air, amilosa akan membentuk micelles yaitu molekul-molekul yang

bergerombol dan tidak kasat mata karena hanya pada tingkat molekuler. Micelles ini

dapat mengikat I2 yang terkandung dalam reagen iodium dan memberikan warna

biru khas pada larutan yang diuji. Pada saat pemanasan, molekul-molekul akan

saling menjauh sehingga micelles pun tidak lagi terbentuk sehingga tidak bisa lagi

mengikat I2. Akibatnya warna biru khas yang ditimbulkan menghilang.

Tabel 4.4 Hasil pengamatan pada reaksi amilum dengan yodium

Zat-zat yang direaksikan Warna Endapan/Larutan

Larutan Amilum Putih keruh

Amilum + I2 Endapan biru tua

Amilum + I2 + pemanasan Bening kekuningan

Setelah didinginkan Biru tua

Reaksi Amilum dengan Yodium

CH2OH CH2OH

H C O H H C O H
H H
C C C C
OH H OH H
O OH C C O C C O
H OH H OH

+ I2

15

Anda mungkin juga menyukai