Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PRAKTIKUM KF III

REAKSI ANTARA (Na2S2O3 dan H2SO4) DAN (Mg dan Cl)

Disusun Oleh :

Layli Adha Nadira K. KC 2022 22030234069

PRODI KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kinetika kimia adalah pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia. Besi
lebih cepat berkarat dalam udara lembab daripada dalam udara kering, makanan
lebih cepat membusuk bila tidak didinginkan. Ini merupakan contoh yang lazim
dari perubahan kimia yang kompleks dengan laju yang beraneka menurut
kondisi reaksi (Sunarya, 2002).
Pengertian kecepatan reaksi digunakan untuk melukiskan kelajuan
perubahan kimia yang terjadi. Sedangkan pengertian mekanisme reaksi
digunakan untuk melukiskan serangkaian langkah-langkah reaksi yang meliputi
perubahan keseluruhan dari suatu reaksi yang terjadi. Dalam kebanyakan reaksi,
kinetika kimia hanya mendeteksi bahan dasar permulaan yang lenyap dan hasil
yang timbul, jadi hanya reaksi yang keseluruhan yang dapat diamati. Perubahan
reaksi keseluruhan yang terjadi kenyataannya dapat terdiri atas beberapa reaksi
yang berurutan, masing-masing reaksi merupakan suatu langkah reaksi
pembentukan hasil-hasil akhir (Sastrohamidjojo, 2001).
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi?
2. Bagaimana cara menentukan orde reaksi?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
2. Untuk menentukan orde reaksi.
BAB II
DASAR TEORI

2.1.Laju Reaksi
Kinetika kimia mempelajari laju berlangsungnya reaksi kimia, dan energi yang
berlangsung pada proses itu, serta mekanisme berlangsungnya proses tersebut.
Kinetika merupakan dasar untuk mengetahui berbagai perubahan termasuk laju dan
kecepatan berbagai proses yang terjadi selama pengolahan dan penyimpanan.
Kecepatan reaksi kimiawi ditentukan oleh massa produk yang dihasilkan atau
reaktan yang digunakan setiap unit waktu (Partana, 2003).
Syarat untuk terjadinya suatu reaksi kimia bila terjadi penurunan energi bebas
(DG<0). Dipertanyakan, berapa cepat reaksi reaksi berlangsung, dengan perkataan
lain, berapa nilai laju reaksi itu. Hal ini berlawanan dari tinjauan termodinamika,
dimana tidak dikenal parameter waktu karena hanya tergantung dari kaadaan awal
dan akhir sistem itu sendiri. Subyek yang sangat penting dalam termodinamika
adalah keadaan kesetimbangan, maka termodinamika adalah metoda yang sangat
penting untuk mejajaki keadaan kesetimbagan suatu reaksi kimia.
Laju reaksi merupakan perubahan konsentrasi produk persatuan waktu. Laju
reaksi hampir selalu sebanding dengan konsentrasi pereaksi. Untuk menentukan
laju reaksi harus ditentukan dulu seberapa cepat perubahan konsentrasi yang terjadi
pada reakstan atau produknya. Secara umum, apabila terjadi reaksi AàB, maka
mula-mula zat A dan zat B belum ada. Setelah beberapa waktu konsentrasi B akan
meningkat sementara konsentrasi A akan menurun (Partana, 2003).
Kecepatan reaksi adalah kecepatan perubahan konsentrasi terhadap waktu, jadi
!"
− !# dimana tanda Alcohol menunjukkan bahwa konsentrasi berkurang bila waktu

bertambah. Laju reaksi merupakan laju berkurangnya konsentrasi pereaksi atau


bertambahnya hasil reaksi per satuan waktu. Bila laju reaksi dengan persamaan
aA + bB ßà cC + dD.
Hukum laju dapat ditentukan dengan melakukan serangkaian eksperimen secara
sistematik pada reaksi A + B à C, untuk menentukan orde reaksi terhadap A, maka
konsentrasi A dibuat tetap, sementara konsentrasi B divariasi. Untuk menentukan
orde reaksi terhadap B, maka konsentrasi B dibuat tetap, sementara konsentrasi A
divariasi. Satuan laju reaksi adalam mol/L det atau M det-1 (Partana, 2003).
Faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah :
1. Temperatur
Semakin tinggi alcohol dalam sistem maka reaksi dalam sistem akan
semakin cepat lajunya. Hal ini disebabkan oleh saat suhu dinaikkan
maka partikel akan semakin aktif bergerak sehingga lajunya akan
semakin cepat.
2. Katalis
Keberadaan katalis dalam sutu reaksi dapat mempercepat jalannya suatu
reaksi dalam sistem tanpa merubah komposisi. Hal ini disebabkan oleh
katalis dapat membuka jalan baru yang energi aktivasinya lebih rendah
sehingga memungkinkan reaksi dapat berjalan lebih cepat.
3. Konsentrasi
Semakin tinggi kosentrasi, maka semakin cepat reaksi yang terjadi. Hal
ini disebabkan oleh saat konsentrasi pereaksi besar, tumbukan akan
semakin sering terjadi sehingga lajunya pun akan semakin cepat.
4. Tekanan
Tekanan yang dimaksud disini adalah tekanan gas. Semakin tinggi
tekanan reaktan maka reaksi akan semakin cepat berlangsung. Hal ini
disebabkan oleh penambahan tekanan dapat memperkecil volume
sehingga membuat konsentrasinya semakin besar, dengan demikian
akan menyebabkan laju reaksi berlangsung lebih cepat.
5. Luas Permukaan
Semakin luas permukaan suatu pertikel maka reaksi akan semakin cepat
berlangsng. Hal ini disebabkan oleh semakin luas permukaan maka
tumbukan yang terjadi akan semakin banyak, sehingga menyebabkan
laju reaksi semakin cepat berlangsung (Setiadji, 2011).
Secara sistematis, persamaan laju reaksi dapat dituliskan sebagai berikut :
![%]
− !#
= −𝑘[𝐴]n

Dimana,
![%]
− !#
= Laju perubahan konsentrasi A pada waktu tertentu
k = Konstanta laju reaksi
[A] = Konsentrasi A
n = Orde reaksi
Konstanta laju reaksi bersifat konstan terhadap konsentrasi pereaksi, namun
akan berubah jika terjadi perubahan kondisi lingkungan seperti suhu. Salah satu
cara untuk mengkaji pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi ialah dengan
menentukan bagaimana laju awal bergantung pada konsentrasi awal. Konstanta laju
(k), yaitu konstanta kesebandingan (proporsionalitas) antara laju reaksi dan
konsentrasi reaktan. Hukum laju, yaitu persamaan yang menghubungkan laju reaksi
dengan konstanta laju dan konsentrasi reaktan (Raymond Chang, 2003,34).
Orde dari suatu reaksi menggambarkan bentuk matematika dimana hasil
perubahan dapat ditunjukkan. Orde reaksi adalah jumlah pangkat faktor konsentrasi
dalam hukum laju differensial. Orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen
dan hanya dapat diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui seluruh orde
reaksi yang dapat ditentukan sebagai jumlah dari masing- masing eksponen untuk
reaktan, sedangkan hanya eksponen maasing-masing reaktan dikenal dengan orde
reaksi untuk komponen itu (Hiskia, 1992).
Terdapat dua metode yang dapat dikembangan untuk menetukan orde reaksi
suatu komponen, yaitu dengan metode integral, metode diferensial, dan waktu
fraksi. Metode diferensial berguna untuk menentukan tingkat reaksi, sedangkan
metode integral berguna untuk mengevaluasi tingkat reaksi. Setiap metode dibagi
menjadi 2 cara yaitu secara grafik dan non grafik.
a. Metode non grafik
Cara mencari orde reaksi dengan metode non grafik adalah dengan
menggunakan persamaan-persamaan dalam hukum laju sehingga
orde reaksi dapat diketahui. Persamaan-persamaan tersebut adalah
(Wilkinson, 1936):
b. Metode grafik
Untuk dapat menggunakan metode ini perlu diperhatikan data yang
akan diplotkan pada grafik. Untuk mendapatkan orde reaksi, maka
perlu analisis dari nilai regresi pada setiap garis linier yang didapat.
Orde reaksi ditentukan dari nilai R2 yang paling mendekati 1.
2.2.Natrium tiosulfat
Natrium tiosulfat adalah padatan yang dihasilkan melalui suatu proses kimia
yang melibatkan reaksi pengendapan. Natrium tiosulfat memiliki sifat yang
memungkinkannya larut dalam air, tetapi tidak dapat larut dalam etanol. Pada suhu
sekitar 100°C, natrium tiosulfat biasanya ditemukan dalam bentuk pentahidrat,
Na2S2O3, yang akan melepaskan air (Daintith, 1994).
2.3.Asam sulfat

Asam sulfat adalah asam mineral (anorganik) yang sangat kuat. Ini larut dalam
air dalam segala situasi (Epinus, 2010). Asam sulfat adalah cairan tak berwarna
yang kental, mirip minyak, memiliki sifat asam yang sangat kuat, dengan titik didih
antara 315-338°C, titik leleh sekitar 100°C, dan massa jenis sekitar 1,8.

2.4.Asam klorida

Hidrogen klorida (HCl) adalah suatu asam monoprotik, yang berarti bahwa ia
hanya dapat terdisosiasi (terionisasi) sekali, melepaskan satu proton tunggal (H+)
saja. Dalam larutan asam klorida, proton H+ ini bergabung dengan molekul air dan
membentuk ion hidronium, H3O+ (Perry, et al., 1984).
2.5.Pita magnesium

Magnesium memiliki berat molekul sebesar 24,305 dan nomor atom 12, serta
memiliki valensi 2. Ini adalah unsur tanah yang melimpah di kulit bumi dan secara
alami ditemukan dalam berbagai senyawa seperti magnesit, kornalit, dolomit
(CaMg(CO3)2), epsomit, kieserite, dan lainnya. Selain itu, magnesium juga dapat
ditemukan di dalam air laut. Ini adalah logam berwarna putih keperakan yang
memiliki struktur kerangka tertutup heksagonal dan mengalami oksidasi dengan
lambat ketika terpapar udara lembab. Titik leburnya adalah 651°C dan titik
didihnya adalah 1100°C. Magnesium tersedia dalam berbagai bentuk seperti
batangan, pita, kawat, dan bubuk. Ini bereaksi sangat lambat dengan air pada suhu
ruangan dan melepaskan gas hidrogen saat bereaksi dengan asam (Windholez,
1976).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Alat
• Gelas kimia 100 mL
• Gelas ukur 100 mL
• Gelas ukur 25 mL
• Erlenmeyer 100 mL
• Kertas gosok/amplas
• Stopwatch
3.2.Bahan
• Larutan Na 0,1 M
• Larutan H 0,5 M
• Pita Mg
• Larutan HCl 2 N
3.3.Alur percobaan

a. Reaksi antara Na2S2O3 dan H2SO4


Larutan Na2S2O3 10 ml

-Dimasukkan ke dalam gelas kimia


-Diberi tanda x pada gelas kimia
-Dinyalakan stopwatch ketika H2SO4
sebanyak 5ml mulai ditambahkan

Larutan keruh dengan konstan

-Dimatikan stopwatch
-Dicatat hasil pengamatan

waktu
Larutan Na2S2O3 7,5 ml + 2,5 ml air

-Dimasukkan ke dalam gelas kimia


-Diberi tanda x pada gelas kimia
-Dinyalakan stopwatch ketika H2SO4
sebanyak 5ml mulai ditambahkan

Larutan keruh dengan konstan

-Dimatikan stopwatch
-Dicatat hasil pengamatan

waktu

Larutan Na2S2O3 10 ml
-Dimasukkan ke dalam gelas kimia
-Diberi tanda x pada gelas kimia
-Dinyalakan stopwatch ketika H2SO4
sebanyak 5ml mulai ditambahkan
Larutan keruh dengan konstan
-Dimatikan stopwatch
-Dicatat hasil pengamatan

waktu

Reaksi:
1. Na2S2O3 (aq) + H2O(l) → Na2S2O3(aq)
2. Na2S2O3(aq) + H2SO4(aq) → Na2S2O3(aq) + SO2(g) + S(s) + H2O(l)
b.Reaksi antara H2SO4 dan Na2S2O3
Larutan H2SO4 10 ml
-Dimasukkan ke dalam gelas kimia
-Diberi tanda x pada gelas kimia
-Dinyalakan stopwatch ketika Na2S2O3
sebanyak 5ml mulai ditambahkan

Larutan keruh dengan konstan


-Dimatikan stopwatch
-Dicatat hasil pengamatan

waktu

Larutan H2SO4 7,5 ml + 2,5 ml air


-Dimasukkan ke dalam gelas kimia
-Diberi tanda x pada gelas kimia
-Dinyalakan stopwatch ketika Na2S2O3
sebanyak 5ml mulai ditambahkan

Larutan keruh dengan konstan


-Dimatikan stopwatch
-Dicatat hasil pengamatan

waktu

Larutan H2SO4 5 ml + 5 ml air

-Dimasukkan ke dalam gelas kimia


-Diberi tanda x pada gelas kimia
-Dinyalakan stopwatch ketika Na2S2O3
sebanyak 5ml mulai ditambahkan

Larutan keruh dengan konstan

-Dimatikan stopwatch
-Dicatat hasil pengamatan

waktu
Reaksi:
1. Na2S2O3 (aq) + H2O(l) → Na2S2O3(aq)
2. Na2S2O3(aq) + H2SO4(aq) → Na2S2O3(aq) + SO2(g) + S(s) + H2O(l)

c. Reaksi antara Mg dan HCl

Pita Mg

-Dibersihkan dengan amplas


-Dipotong menjadi 16 bagian

Potongan pita 1 cm
-Dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi 25 ml larutan
HCl
-Dicatat waktu dengan stopwatch
-Digoyangkan labu erlenmeyer sesekali agar Mg tetap dalam keadaan
gerak
-Dihentikan stopwatch ketika Mg dan HCl larut total
-Diulang dengan memasukkan lagi pita Mg ke dalam larutan yang
sama
8. Diulang dengan konsentrasi HCl 1,8 N; 1,6 N; 1,4 N; 1,2 N; 1,0 N;
0,8 N; 0,6 N

Waktu

Reaksi: Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2


DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2
.Jakarta: Erlangga.
Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia Oxport. Jakarta: Erlangga.
Hiskia, Achmad. 2001. Elektrokimia Dan Kinetika Kimia. Bandung: Citra
Aditya Sakti.
Partana, C. F. Dkk. 2003. Kimia Dasar 2. Yogyakarta: UNY Press.
Perry, R; Green D, Maloney J (1984). Perry's Chemical Engineers' Perry's Chemical
Engineers Handbook (6th ed.). McGraw-Hill Book Company. ISBN
0-07049479-7.
Petrucci. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
Setiadji, Kartiko. 2011. Laporan Percobaan Kimia. Yogyakarta: SMA 1 Jetis.
Wilkinson, F. 1936. Chemical Kinetics and Reaction Mechanisms. New York.
Windholez, M., 1976. The Merck Index Ninth Edition. Rahway: Merck & Co.,Inc

Anda mungkin juga menyukai