Disusun Oleh :
PRODI KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kinetika kimia adalah pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia. Besi
lebih cepat berkarat dalam udara lembab daripada dalam udara kering, makanan
lebih cepat membusuk bila tidak didinginkan. Ini merupakan contoh yang lazim
dari perubahan kimia yang kompleks dengan laju yang beraneka menurut
kondisi reaksi (Sunarya, 2002).
Pengertian kecepatan reaksi digunakan untuk melukiskan kelajuan
perubahan kimia yang terjadi. Sedangkan pengertian mekanisme reaksi
digunakan untuk melukiskan serangkaian langkah-langkah reaksi yang meliputi
perubahan keseluruhan dari suatu reaksi yang terjadi. Dalam kebanyakan reaksi,
kinetika kimia hanya mendeteksi bahan dasar permulaan yang lenyap dan hasil
yang timbul, jadi hanya reaksi yang keseluruhan yang dapat diamati. Perubahan
reaksi keseluruhan yang terjadi kenyataannya dapat terdiri atas beberapa reaksi
yang berurutan, masing-masing reaksi merupakan suatu langkah reaksi
pembentukan hasil-hasil akhir (Sastrohamidjojo, 2001).
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi?
2. Bagaimana cara menentukan orde reaksi?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
2. Untuk menentukan orde reaksi.
BAB II
DASAR TEORI
2.1.Laju Reaksi
Kinetika kimia mempelajari laju berlangsungnya reaksi kimia, dan energi yang
berlangsung pada proses itu, serta mekanisme berlangsungnya proses tersebut.
Kinetika merupakan dasar untuk mengetahui berbagai perubahan termasuk laju dan
kecepatan berbagai proses yang terjadi selama pengolahan dan penyimpanan.
Kecepatan reaksi kimiawi ditentukan oleh massa produk yang dihasilkan atau
reaktan yang digunakan setiap unit waktu (Partana, 2003).
Syarat untuk terjadinya suatu reaksi kimia bila terjadi penurunan energi bebas
(DG<0). Dipertanyakan, berapa cepat reaksi reaksi berlangsung, dengan perkataan
lain, berapa nilai laju reaksi itu. Hal ini berlawanan dari tinjauan termodinamika,
dimana tidak dikenal parameter waktu karena hanya tergantung dari kaadaan awal
dan akhir sistem itu sendiri. Subyek yang sangat penting dalam termodinamika
adalah keadaan kesetimbangan, maka termodinamika adalah metoda yang sangat
penting untuk mejajaki keadaan kesetimbagan suatu reaksi kimia.
Laju reaksi merupakan perubahan konsentrasi produk persatuan waktu. Laju
reaksi hampir selalu sebanding dengan konsentrasi pereaksi. Untuk menentukan
laju reaksi harus ditentukan dulu seberapa cepat perubahan konsentrasi yang terjadi
pada reakstan atau produknya. Secara umum, apabila terjadi reaksi AàB, maka
mula-mula zat A dan zat B belum ada. Setelah beberapa waktu konsentrasi B akan
meningkat sementara konsentrasi A akan menurun (Partana, 2003).
Kecepatan reaksi adalah kecepatan perubahan konsentrasi terhadap waktu, jadi
!"
− !# dimana tanda Alcohol menunjukkan bahwa konsentrasi berkurang bila waktu
Dimana,
![%]
− !#
= Laju perubahan konsentrasi A pada waktu tertentu
k = Konstanta laju reaksi
[A] = Konsentrasi A
n = Orde reaksi
Konstanta laju reaksi bersifat konstan terhadap konsentrasi pereaksi, namun
akan berubah jika terjadi perubahan kondisi lingkungan seperti suhu. Salah satu
cara untuk mengkaji pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi ialah dengan
menentukan bagaimana laju awal bergantung pada konsentrasi awal. Konstanta laju
(k), yaitu konstanta kesebandingan (proporsionalitas) antara laju reaksi dan
konsentrasi reaktan. Hukum laju, yaitu persamaan yang menghubungkan laju reaksi
dengan konstanta laju dan konsentrasi reaktan (Raymond Chang, 2003,34).
Orde dari suatu reaksi menggambarkan bentuk matematika dimana hasil
perubahan dapat ditunjukkan. Orde reaksi adalah jumlah pangkat faktor konsentrasi
dalam hukum laju differensial. Orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen
dan hanya dapat diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui seluruh orde
reaksi yang dapat ditentukan sebagai jumlah dari masing- masing eksponen untuk
reaktan, sedangkan hanya eksponen maasing-masing reaktan dikenal dengan orde
reaksi untuk komponen itu (Hiskia, 1992).
Terdapat dua metode yang dapat dikembangan untuk menetukan orde reaksi
suatu komponen, yaitu dengan metode integral, metode diferensial, dan waktu
fraksi. Metode diferensial berguna untuk menentukan tingkat reaksi, sedangkan
metode integral berguna untuk mengevaluasi tingkat reaksi. Setiap metode dibagi
menjadi 2 cara yaitu secara grafik dan non grafik.
a. Metode non grafik
Cara mencari orde reaksi dengan metode non grafik adalah dengan
menggunakan persamaan-persamaan dalam hukum laju sehingga
orde reaksi dapat diketahui. Persamaan-persamaan tersebut adalah
(Wilkinson, 1936):
b. Metode grafik
Untuk dapat menggunakan metode ini perlu diperhatikan data yang
akan diplotkan pada grafik. Untuk mendapatkan orde reaksi, maka
perlu analisis dari nilai regresi pada setiap garis linier yang didapat.
Orde reaksi ditentukan dari nilai R2 yang paling mendekati 1.
2.2.Natrium tiosulfat
Natrium tiosulfat adalah padatan yang dihasilkan melalui suatu proses kimia
yang melibatkan reaksi pengendapan. Natrium tiosulfat memiliki sifat yang
memungkinkannya larut dalam air, tetapi tidak dapat larut dalam etanol. Pada suhu
sekitar 100°C, natrium tiosulfat biasanya ditemukan dalam bentuk pentahidrat,
Na2S2O3, yang akan melepaskan air (Daintith, 1994).
2.3.Asam sulfat
Asam sulfat adalah asam mineral (anorganik) yang sangat kuat. Ini larut dalam
air dalam segala situasi (Epinus, 2010). Asam sulfat adalah cairan tak berwarna
yang kental, mirip minyak, memiliki sifat asam yang sangat kuat, dengan titik didih
antara 315-338°C, titik leleh sekitar 100°C, dan massa jenis sekitar 1,8.
2.4.Asam klorida
Hidrogen klorida (HCl) adalah suatu asam monoprotik, yang berarti bahwa ia
hanya dapat terdisosiasi (terionisasi) sekali, melepaskan satu proton tunggal (H+)
saja. Dalam larutan asam klorida, proton H+ ini bergabung dengan molekul air dan
membentuk ion hidronium, H3O+ (Perry, et al., 1984).
2.5.Pita magnesium
Magnesium memiliki berat molekul sebesar 24,305 dan nomor atom 12, serta
memiliki valensi 2. Ini adalah unsur tanah yang melimpah di kulit bumi dan secara
alami ditemukan dalam berbagai senyawa seperti magnesit, kornalit, dolomit
(CaMg(CO3)2), epsomit, kieserite, dan lainnya. Selain itu, magnesium juga dapat
ditemukan di dalam air laut. Ini adalah logam berwarna putih keperakan yang
memiliki struktur kerangka tertutup heksagonal dan mengalami oksidasi dengan
lambat ketika terpapar udara lembab. Titik leburnya adalah 651°C dan titik
didihnya adalah 1100°C. Magnesium tersedia dalam berbagai bentuk seperti
batangan, pita, kawat, dan bubuk. Ini bereaksi sangat lambat dengan air pada suhu
ruangan dan melepaskan gas hidrogen saat bereaksi dengan asam (Windholez,
1976).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Alat
• Gelas kimia 100 mL
• Gelas ukur 100 mL
• Gelas ukur 25 mL
• Erlenmeyer 100 mL
• Kertas gosok/amplas
• Stopwatch
3.2.Bahan
• Larutan Na 0,1 M
• Larutan H 0,5 M
• Pita Mg
• Larutan HCl 2 N
3.3.Alur percobaan
-Dimatikan stopwatch
-Dicatat hasil pengamatan
waktu
Larutan Na2S2O3 7,5 ml + 2,5 ml air
-Dimatikan stopwatch
-Dicatat hasil pengamatan
waktu
Larutan Na2S2O3 10 ml
-Dimasukkan ke dalam gelas kimia
-Diberi tanda x pada gelas kimia
-Dinyalakan stopwatch ketika H2SO4
sebanyak 5ml mulai ditambahkan
Larutan keruh dengan konstan
-Dimatikan stopwatch
-Dicatat hasil pengamatan
waktu
Reaksi:
1. Na2S2O3 (aq) + H2O(l) → Na2S2O3(aq)
2. Na2S2O3(aq) + H2SO4(aq) → Na2S2O3(aq) + SO2(g) + S(s) + H2O(l)
b.Reaksi antara H2SO4 dan Na2S2O3
Larutan H2SO4 10 ml
-Dimasukkan ke dalam gelas kimia
-Diberi tanda x pada gelas kimia
-Dinyalakan stopwatch ketika Na2S2O3
sebanyak 5ml mulai ditambahkan
waktu
waktu
-Dimatikan stopwatch
-Dicatat hasil pengamatan
waktu
Reaksi:
1. Na2S2O3 (aq) + H2O(l) → Na2S2O3(aq)
2. Na2S2O3(aq) + H2SO4(aq) → Na2S2O3(aq) + SO2(g) + S(s) + H2O(l)
Pita Mg
Potongan pita 1 cm
-Dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi 25 ml larutan
HCl
-Dicatat waktu dengan stopwatch
-Digoyangkan labu erlenmeyer sesekali agar Mg tetap dalam keadaan
gerak
-Dihentikan stopwatch ketika Mg dan HCl larut total
-Diulang dengan memasukkan lagi pita Mg ke dalam larutan yang
sama
8. Diulang dengan konsentrasi HCl 1,8 N; 1,6 N; 1,4 N; 1,2 N; 1,0 N;
0,8 N; 0,6 N
Waktu
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2
.Jakarta: Erlangga.
Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia Oxport. Jakarta: Erlangga.
Hiskia, Achmad. 2001. Elektrokimia Dan Kinetika Kimia. Bandung: Citra
Aditya Sakti.
Partana, C. F. Dkk. 2003. Kimia Dasar 2. Yogyakarta: UNY Press.
Perry, R; Green D, Maloney J (1984). Perry's Chemical Engineers' Perry's Chemical
Engineers Handbook (6th ed.). McGraw-Hill Book Company. ISBN
0-07049479-7.
Petrucci. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
Setiadji, Kartiko. 2011. Laporan Percobaan Kimia. Yogyakarta: SMA 1 Jetis.
Wilkinson, F. 1936. Chemical Kinetics and Reaction Mechanisms. New York.
Windholez, M., 1976. The Merck Index Ninth Edition. Rahway: Merck & Co.,Inc