PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi.
Proses itu ada yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih
cepat dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat
cepat, seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan, dan yang sangat
lambat adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan tentang kecepatan
(laju) reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara
menentukan laju reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya (Syukri,1999).
Kinetika reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju
reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Laju (kecepatan) reaksi dinyatakan
sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap satuan waktu.
Laju rekasi suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dengan persamaan laju reaksi.
Ada beberapa alasan mengenai pentingnya mempelajari kinetika kimia,
diantaranya adalah sebagai jalan untuk memahami lebih dalam sifat dari sistem
reaksi, untuk memahami bagaimana pemutusan ikatan kimia dan terbentuknya
ikatan kimia yang baru, dan untuk memperkirakan energi dan kestabilan suatu
produk. Di samping itu, kinetika suatu reaksi harus diketahui jika kita ingin
merancang peralatan untuk menghasilkan reaksi yang baik pada skala keteknikan.
Kinetika juga merupakan teori dasar yang penting dalam proses pembakaran dan
pelarutan serta melengkapi proses perpindahan massa dan perpindahan panas, dan
memberikan masukan pada metode pemecahan masalah fenomena laju dalam
studi yang lain.
Selain itu pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi
berguna dalam mengontrol reaksi yang berlangsung cepat, seperti pembuatan
amoniak dari nitrogen dan hidrogen, atau dalam pabrik menghasilkan zat tertentu
yang kadangkala diperlambat laju reaksinya, seperti pada proses mengatasi
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari pengaruh suhu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Laju Reaksi
Laju atau kecepatan didefinisikan sebagai jumlah suatu perubahan tiap
satuan waktu. Laju reaksi adalah kecepatan (laju) berkurangnya pereaksi (reaktan)
atau terbentuknya produk reaksi. Dapat dinyatakan dalam satuan mol/L atau
atm/s. Laju reaksi dipelajari karena pentingnya kemampuan untuk mengetahui
kecepatan campuran reaksi yang mendekati kesetimbangan (Kahar, 2005).
Laju reaksi kimia terlihat dari perubahan konsentrasi molekul reaktan atau
konsentrasi molekul produk terhadap waktu. Laju reaksi tidak tetap melainkan
berubah terus menerus seiring dengan perubahan konsentrasi (Chang, 2005).
2.2 Faktor-faktor yang memepengaruhi laju reaksi.
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
2.2.1 Konsentrasi
Konsentrasi adalah banyaknya zat terlarut di dalam sejumlah pelarut.
Semakin banyak zat terlarut, maka akan semakin besar pula konsentrasi
larutan. suatu larutan dengan konsentrasi tinggi mengandung partikel yang
lebih banyak, jika dibandingkan dengan larutan dengan konsentrasi yang
lebih rendah. Pada konsentrasi tinggi, memungkinkan tumbukan yang
terjadi akan lebih banyak, sehingga membuka peluang semakin banyak
tumbukan efektif yang menyebabkan laju reaksi menjadi lebih cepat.
Akibatnya, hasil reaksi akan lebih cepat terbentuk (Petrucci, 1987).
2.2.2 Suhu.
Peningkatan suhu meningkatkan fraksi molekul yang memiliki energi
melebihi
energi
aktivasi.
Frekuensi
tumbukan
meningkat
dengan
Ea
RT
Ea 1
R T
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1
3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
masing-masing 1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
3.1.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. HCl 1 M
2. Na2S2O3 0,04; 0,035; 0,030; 0,025; 0,020; 0,015; dan 0,010 M
3.2
Prosedur Percobaan
menjadi kabur.
7. Diukur suhu larutan Na2S2O3 sesudah reaksi, dan dijaga suhunya agar suhu
sesudah reaksi sama dengan suhu sebelum reaksi.
8. Langkah 1-7 diulang untuk variasi konsentrasi Na 2S2O3 0,035; 0,030;
0,025; 0,020; 0,015; dan 0,010 M
3.2.2 Pengaruh Suhu.
1. Dibuat larutan Na2S2O3 0,025 M dalam 250 ml H2O.
2. Larutan Na2S2O3 0,025 M sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam gelas
kimia.
3. Sebanyak 2 ml HCl 1 M diukur, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, yang
selanjutnya diletakkan di dalam gelas kimia, gelas kimia dan tabung reaksi
tersebut diletakkan di atas penangas air pada suhu 35C. Dibiarkan
beberapa lama sampai mencapai suhu kesetimbangan, suhunya diukur
dengan termometer dan hasilnya dicatat
4. Diukur suhu larutan Na2S2O3 sebelum direaksikan dengan HCl.
5. HCl ditambahkan ke dalam larutan Na2S2O3 tersebut, pada saat yang
bersamaan hidupkan stopwatch. Waktu yang dibutuhkan sampai tanda
silang hitam menjadi kabur dicatat.
6. Diukur suhu larutan Na2S2O3 sesudah reaksi, dan dijaga suhunya agar suhu
sesudah reaksi sama dengan suhu sebelum reaksi.
7. Langkah 2 sampai dengan langkah 6 diulangi untuk variasi suhu yang
berbeda yaitu 40C, 45C, 50C, 55C dan 60C.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengolahan Data.
8
Tabel 4.1 Hasil pengolahan data perhitungan orde reaksi dan konstanta laju reaksi.
Konstanta laju reaksi (L.mol-1s-1)
Orde reaksi
1,517 10-1
Na2S2O3
HCl
0,629
Total
1,629
2
Tabel 4.2 Hasil pengolahan data energi aktivasi (Ea) dan nilai faktor frekuensi
(A).
Energi aktivasi, Ea (J/mol)
15547,18
3,206
4.2 Pembahasan.
Kinetika kimia adalah bagian dari kimia fisika yang mempelajari laju reaksi
dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi tersebut, serta pada akhirnya
tentang mekanisme reaksi, yaitu analisis tentang suatu reaksi yang menjadi
rangkaian (tahap-tahap) reaksi dasar (Kahar, 2005).
Reaksi kimia berlangsung dengan laju yang berbeda-beda. Ada yang cepat
ada yang lambat. Laju atau kecepatan didefinisikan sebagai jumlah suatu
perubahan tiap satuan waktu. Laju reaksi adalah kecepatan (laju) berkurangnya
pereaksi (reaktan) atau terbentuknya produk reaksi. Dapat dinyatakan dalam
satuan mol/L atau atm/s. Laju reaksi dipelajari karena pentingnya kemampuan
untuk mengetahui kecepatan campuran reaksi yang mendekati kesetimbangan
(Kahar, 2005).
Laju reaksi hanya dapat berlangsung bila partikel-partikel dalam larutan
saling bertumbukan. Menurut teori tumbukan sederhana, laju reaksi didasarkan
pada jumlah tumbukan per satuan volume per satuan waktu dan molekul-molekul
yang bertumbukan harus mempunyai energi yang cukup (Energi Aktivasi)
sebelum molekul-molekul tersebut dapat diubah menjadi produk (Azizah, 2004).
0.03
0.02
0.02
1/Waktu ( s-1)
0.01
0.01
0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05
Konsentrasi Na2S2O3 (M)
10
Dari data yang diperoleh dapat utan berbanding lurus dengan laju reaksi.
Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi pereaksi (Na 2S2O3) maka partikelpartikel yang tersusun lebih rapat jika dibandingkan dengan zat yang
konsentrasinya rendah. Partikel yang susunannya rapat akan sering bertumbukan
dibandingkan dengan partikel yang susunannya renggang. Sehingga kemungkinan
terjadinya reaksi semakin besar.
4.2.2 Orde reaksi dan nilai k
Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi. Reaksi yang
berlangsung dengan konstan disebut reaksi orde nol. Reaksi orde pertama lebih
sering disebut dengan orde berpangkat satu. Sedangkan orde reaksi dua adalah
konsentrasi tunggal berpangakat dua atau dua konseentrasi masing-masing
berpangakat satu (Hiskia,1987).
Hubungan kuantitatif antara konsentrasi pereaksi dan laju reaksi dapat
ditentukan berdasarkan persamaan
V =k [ A ] [ B]
ditentukan konstanta laju reaksi (k) dan orde reaksinya dengan menurunkan
persamaan tersebut menjadi:
V =k [Na 2 S 2 O 3 ]m [HCl]n .
Dikarenakan konsentrasi HCl adala 1 M, maka :
V =k [Na2 S 2 O3 ]m [1]n .
V =k [Na2 S 2 O3 ]m [1]
[ Na2 S 2 O3 ]
log V =log k +m log
[ Na2 S2 O3]
1
log =log k +m log
t
y=a+bx
11
log
1
t
-2.1
-2
-1.9
-1.8
-1.7
-1.6
-1.5
0
-1.4 -1.3
-0.5
-1
Log 1/Waktu
-1.5
f(x) = 0.63x - 0.82
R = 0.99
-2
-2.5
Log CA
1
t .
Berdasarkan Gambar 4.2 diperoleh persamaan garis linear yaitu y = 0,629x 0,819. Dari persamaan ini dapat ditentukan nilai konstanta laju reaksi (k) dan orde
reaksi, yaitu:
[ Na2 S 2 O3 ]+ log k
1
log =m log
t
1
log =0,629 x0,819
t
log k =0,819
k =0,1517
12
1,517 101
Orde reaksi terhadap Na2S2O3
slope(m)
0,629
Pada percobaan ini tidak dilakukan variasi konsentrasi HCl dan konsentrasi
HCl yang digunakan adalah 1 M, sehinggan orde reaksi terhadap HCl dapat
diasumsikan berilai 1. Orde reaksi total merupakan penjumlahan orde reaksi
terhadap Na2S2O3 dan orde reaksi terhadap HCl, sehingga:
Orde reaksi total m+ n
0,629+1
1,629
0,629
V =1,517 10 [Na2 S 2 O3 ]
[HCl ] .
13
0.01
0.01
0.01
0.01
1/Waktu (detik-1) 0.01
0
0
0
305
310
315
320
325
330
335
Suhu (K)
14
ln
1
t
Gambar 4.4.
1.5
0.5
-0.5 0
-1.5
ln 1/t
-2.5
-3.5
-4.5
-5.5
1/T (K-1)
k =A . e
V =k [Na2 S 2 O3 ]m [1]1 .
V =k [Na2 S 2 O3 ]m
k=
V
[Na2 S 2 O 3 ]m
Sehingga,
V
=A.e
m
[Na 2 S 2 O3 ]
Ea
RT
15
V = A [Na 2 S 2 O 3 ]m . e
Ea
RT
ln V =ln A [ Na2 S 2 O3 ]m + ln e
Ea
RT
1
Ea 1
m
ln =ln A [ Na2 S 2 O3 ]
.
t
R T
y=b +ax
Maka
Ea
R
1870=
Ea
R
Ea
J
8,314
.K
mol
Ea=1554,18
J
mol
Jadi harga energi aktivasi (Ea) dari Na2S2O3 untuk bereaksi dengan HCl
sebesar 15547,18 J/mol.
ln A=b
ln A=1,165
A=3,206
16
suhu 35oC lebih kecil daripada suhu 30oC. Sedangkan berdasarkan teori, jika suhu
reaksi dinaikkan maka reaksi akan berlangsung lebih cepat. Kesalahan ini terjadi
karena
kekurangtelitian
praktikan
dalam
melakukan
praktikum,
seperti
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapat beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
17
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti. Edisi Ketiga Jilid 2.
Erlangga: Jakarta
Hiskia, R. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jilid 2. Erlangga:
Jakarta
Kahar, A. 2005. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi Kimia. Universitas
Mulawarman: Samarinda
Oxtoby, dkk. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Edisi Keempat Jilid 1.
Erlangga: Jakarta
Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jilid 2.
Erlangga: Jakarta
Tim Dosen Kimia Fisik. 2012. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Jurusan
Kimia FMIPA UNNES: Semarang
19
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
M=
m 1000
mr
V
0,04=
m 1000
158 250
0,04=
m1000
39500
m 1000=1580
m=1,580 gram
20
M=
10
mr
37 1,19 10
36,5
12,06 M
21
A.5 Menghitung orde reaksi dan konstanta reaksi dari konsentrasi Na2S2O3.
V =k [Na 2 S 2 O 3 ]m [HCl]n
m
V =k [Na2 S 2 O3 ]
22
[ Na2 S 2 O3 ]
log V =log k +m log
[ Na2 S2 O3]
1
log =log k +m log
t
y=a+bx
y=0,629 x0,819
log k =0,819
k =0,1517 L. mol1 s1
m=0,629
Orde reaksi total: 0,629+1=1,629 2
Persamaan akhir laju reaksi berdasarkan orde dan konstanta reaksi yang
didapat dari persamaan adalah:
0,629
V =1,517 10 [Na 2 S 2 O3 ]
[HCl ]
V
[Na2 S 2 O 3 ]m
Ea
k =A . e RT
V
=A.e
[Na 2 S 2 O3 ]m
Ea
RT
23
V = A [Na 2 S 2 O 3 ]m . e
Ea
RT
ln V =ln A [ Na2 S 2 O3 ]m + ln e
m
ln V =ln A [ Na2 S 2 O3 ]
V dinyatakan sebagai
1
t
Ea
RT
Ea 1
.
R T
, sehingga:
1
Ea 1
ln =ln A [ Na2 S 2 O3 ]m
.
t
R T
1 Ea 1
m
ln =
+ln A[ Na2 S2 O3 ]
t
R
T
y=ax+b
y=1870 x+1,165
ln k =ln A
a=
Ea 1
R T
Ea
R
1870=
Ea
J
8,314
.K
mol
Ea=15547,18
Ea=15547,18
J
mol
ln A=b
24
ln A=1,165
A=3,206
LAMPIRAN B
GRAFIK
0.03
0.02
0.02
1/Waktu ( s-1)
0.01
0.01
0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05
Konsentrasi Na2S2O3 (M)
25
-2.1
-2
-1.9
-1.8
-1.7
-1.6
-1.5
0
-1.4 -1.3
-0.5
-1
Log 1/Waktu
-1.5
f(x) = 0.63x - 0.82
R = 0.99
-2
-2.5
Log CA
1
t .
0.01
0.01
0.01
0.01
1/Waktu (detik-1) 0.01
0
0
0
305
310
315
320
325
330
335
Suhu (K)
1
Grafik B.3 Hubungan suhu (T) terhadap terhadap laju reaksi ( t ).
26
1.5
0.5
-0.5 0
ln 1/t
-1.5
-2.5
-3.5
-4.5
-5.5
1/T (K-1)
LAMPIRAN C
GAMBAR
27
(a)
(b)
Gambar C.1 Pengaruh laju reaksi pada konsentrasi Na2S2O3 0,040 M sebelum
direaksikan (a) dan sesudah direaksikan dengan HCl.
(a)
(b)
Gambar C.2 Pengaruh laju reaksi pada konsentrasi Na2S2O3 0,035 M sebelum
direaksikan (a) dan sesudah direaksikan dengan HCl.
28
(a)
(b)
Gambar C.3 Pengaruh laju reaksi pada konsentrasi Na2S2O3 0,030 M sebelum
direaksikan (a) dan sesudah direaksikan dengan HCl (b).
(a)
(b)
Gambar C.4 Pengaruh laju reaksi pada konsentrasi Na2S2O3 0,025 M sebelum
direaksikan (a) dan sesudah direaksikan dengan HCl (b).
29
(a)
(b)
Gambar C.5 Pengaruh laju reaksi pada konsentrasi Na2S2O3 0,020 M sebelum
direaksikan (a) dan sesudah direaksikan dengan HCl (b).
Gambar C.6 Pengaruh laju reaksi pada konsentrasi Na2S2O3 0,015 M sesudah
direaksikan dengan HCl.
30
(a)
(b)
Gambar C.7 Pengaruh laju reaksi pada konsentrasi Na2S2O3 0,010 M sebelum
direaksikan (a) dan sesudah direaksikan dengan HCl (b).
31
(a)
(b)
Gambar C.9. HCl 1 M pada suhu 35oC (a) dan Na2S2O3 0,025 M setelah
direaksikan dengan HCl suhu 35oC (b).
(a)
(b)
Gambar C.10 HCl 1 M pada suhu 40 oC (a) dan Na2S2O3 0,025 M setelah
direaksikan dengan HCl suhu 40oC (b).
32
(a)
(b)
Gambar C.11 HCl 1 M pada suhu 45oC (a) dan Na2S2O3 0,025 M setelah
direaksikan dengan HCl suhu 45oC (b).
(a)
(b)
Gambar C.12 HCl 1 M pada suhu 50oC (a) dan Na2S2O3 0,025 M setelah
direaksikan dengan HCl suhu 50oC (b).
33
(a)
(b)
Gambar C.13 HCl 1 M pada suhu 55oC (a) dan Na2S2O3 0,025 M setelah
direaksikan dengan HCl suhu 55oC (b).
(b)
Gambar C.14 HCl 1 M pada suhu 60oC (a) dan Na2S2O3 0,025 M setelah
direaksikan dengan HCl suhu 60oC (b).
34