Anda di halaman 1dari 21

NAMA: YENY SENOBAAN

NIM: 1905026074
KELOMPOK: IV (EMPAT)
PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN KIMIA
KELAS: REGULER B

Dosen Pengampu
1. Dr. H. Mukh. Nurhadi, M.Si
2. iis Intan Widiyowati, M.Pd

Asisten Praktikum
YENY SENOBAAN 190502 Pristiningtyas Ambarwati

81
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
PERCOBAAN 7
ORDE REAKSI KIMIA

Disusun oleh:
Nama : Yeny Senobaan
NIM :1905026074
Kelompok : IV(Empat)
Kelas : Reguler B
Program Studi : Pendidikan Kimia

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
FISIKA

Nama : Yeny Senobaan


NIM 1905026074
Kelompok : IV (Empat)
Kelas : Reguler B
Program Studi : Pendidikan
Kimia Percobaan ke- 7
Judul Percobaan Orde Reaksi Kimia

Samarinda, 20 November 2021


Mengetahui,
Asisten Praktikum Praktikan

Pristiningtyas Ambarwati Yeny Senobaan


NIM. 1805025040 NIM. 1905026074
PERCOBAAN VII
ORDE REAKSI
KIMIA

A. Tujuan Percobaan
1. Untuk menentukan orde reaksi kimia sistem natrium tiosulfat-asam
klorida.
2. Untuk menentukan tingkat reaksi sistem magnesium-asam klorida
(5 hal. 34)

B. Dasar Teori
Kinetika kimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mengkaji
mengenai seberapa cepat suatu reaksi kimia berlangsung. Reaksi kimia yang
terjadi memerlukan waktu reaksi yang berbeda-beda. Mulai dari berlangsung
sangat cepat hingga sangat lambat. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dapat
dinyatakan dalam besaran laju reaksi. Laju reaksi atau kecepatan reaksi
didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk per satuan
waktu. Laju reaksi dinyatakan dalam konsentrasi zat yang bereaksi atau
dihasilkan tiap unit waktu reaksi (4 hal. 1).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu:
1. Sifat pereaksi
Terjadi pemutusan ikatan dan pembentukan ikatan baru dalam suatu
reaksi kimia, sehingga kelajuan reaksi harus tergantung pada macam
ikatan yang terdapat. Secara percobaan kecepatan reaksi tergantung pada
senyawa-senyawa yang melakukan reaksi bersama. Sebagai contoh, reaksi
ion permanganate dalam larutan bersifat asam oleh ion ferro, terjadi sangat
cepat. MnO4- akan lenyap secepat kecepatan bercampurnya larutan, faktor
yang menentukan adalah kecepatan bercampurnya (8 hal. 159).
2. Konsentrasi pereaksi
Kelajuan reaksi kimia yang bersifat homogen tergantung pada
konsentrasi pereaksi-pereaksi. Reaksi homogen merupakan reaksi yang
2

hanya terjadi dalam satu fasa. Reaksi heterogen berjalan yang meliputi
lebih dari satu fasa. Reaksi heterogen berbanding dengan luas permukaan
antara fasa-fasa pereaksi. Kelajuan suatu reaksi homogen tergantung pada
konsentrasi dari pereaksi-pereaksi dalam larutan. Dalam larutan cairan
konsentrasi dari pereaksi dapat diubah berdasarkan penambahan pereaksi
atau pengambilan pereaksi atau dengan pengubahan volume dari sistem
atau berdasarkan penambahan atau pengurangan pelarut. Secara umum
semakin tinggi konsentrasi reaktan akan semakin cepat pula reaksinya (3
hal. 105 dan 8 hal. 159).
3. Suhu
Suhu hampir menaikkan kelajuan dari setiap reaksi.Penurunan dalam
suhu akan menurunkan kelajuan.Perubahan kelajuan terhadap suhu
dinyatakan oleh suatu perubahan dalam tetapan kelajuan spesifik k. k naik
dengan kenaikan suhu. Besarnya kenaikan berbeda-beda dari satu reaksi
dengan reaksi lainnya. Hubungan antara tetapan kelajuan spesifik k
dengan suhu T (K) bias dinyatakan sebagai:
K = Ae-E/RT
(8 hal. 165-166)
4. Katalisator
Ada beberapa reaksi dapat dipercepat oleh adanya senyawa-senyawa
yang tetap tidak berubah setelah reaksi berakhir. Senyawa-senyawa
tersebut dikenal sebagai katalisator dan pengaruhnya dikenal sebagai
katalisis. Sering hanya sejumlah kecil katalisator sudah cukup untuk
mempercepat reaksi (8 hal. 167).
Teori tumbukan mempelajari molekul-molekul yang mengalami reaksi
kimia untuk menjelaskan fenomena tumbukan yang terjadi. Teori ini
menyatakan bahwa agar reaksi dapat berlangsumg, molekul harus saling
bertumbukan dengan molekul lainnya dengan energi yang cukup untuk
memutuskan ikatan kimia dalam reaktan. Energi aktivasi (Ea) suatu reaksi
adalah jumlah energi minimum yang dibutuhkan agar reaksi dapat
berlangsung. Energi aktivasi adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk
memutuskan ikatan lama dan untuk membentuk ikatan baru dalam suatu
reaksi. Jika dua molekul bertumbukan, molekul-molekul ini harus memiliki
sejumlah energi yang memadai untuk memperlemah ikatan dan membentuk
senyawa kompleks teraktivasi. Kemudian senyawa kompleks teraktivasi dapat
terpisah dan membentuk produk, atau dapat kembali ke pereaksi-pereaksi
semula (2 hal. 92 dan 3 hal. 104).
Persamaan yang menyatakan kecepatan sebagai fungsi konsentrasi setiap
zat yang mempengaruhi laju reaksi disebut hukum laju atau persamaan laju
reaksi. Hukum laju reaksi biasa dibuat persamaan antara besarnya laju reaksi
dengan besarnya konsentrasi reaktan dipangkatkan bilangan yang sesuai.
Konstanta k disebut konstanta laju, yang tidak bergantung pada konsentrasi
tetapi pada temperatur. Orde reaksi terhadap suatu komponen merupakan
pangkat dari konsentrasi komponen itu, dalam laju reaksi. Orde keseluruhan
reaksi merupakan penjumlahan orde semua komponennya (1 hal 335 dan 7 hal
15-16).
Untuk reaksi orde nol, laju reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:
Laju = k[A]0
Laju reaksi orde nol tidak bergantung pada konsentrsi reaktan. Gambar 6.1
menunjukkan grafik hubungan antara pengurangan konsentrasi reaktan A
terhadap waktu, dimana slope k merupakan nilai konstanta dari orde nol.

Gambar 6. 1
(6 hal. 9)
Reaksi orde satu mempunyai laju yang berbanding lurus dengan
konsentrasi reaktan.
−𝑑[𝐴]
= 𝑘[𝐴]
𝑑𝑡
Grafik hubungan ln [A] terhadap t merupakan garis lurus seperti paada gambar
6.2 berikut.

Gambar 6. 2
(6 hal.9)
Reaksi orde dua mempunyai laju reaksi yang berbanding langsung dengan
kuadrat konsentrasinya.

−𝑑[𝐴] 2
𝑑𝑡 = 𝑘[𝐴]

Gambar 6. 3
(6 hal.9)
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Botol semprot, 1 buah
b. Gelas ukur 10 mL, 1 buah
c. Gelas ukur 25 mL, 1 buah
d. Gelas Ukur 100 mL, 1 buah
e. Labu Erlenmeyer 250 mL, 4 buah
f. Pisau Silet, 1 buah
g. Stopwatch, 1 buah
2. Bahan
a. Larutan Asam Klorida 2 dan 3 M
b. Larutan Natrium Tiosulfat 0,15 M
c. Pita Magnesium 32 cm
(5 hal. 36)
D. Prosedur Kerja
1. Reaksi antara natrium tiosulfat dengan asam klorida
a. Dibuat campuran zat-zat pereaksi dengan memasukkan natrium
tiosulfat 0,15 M; 0,12 M: 0,09 M; dan 0,06 M ke dalam labu
Erlenmeyer
b. Ditambahkan 4 mL larutan HCl 2 M ke dalam labu Erlenmeyer dan
dikocok labu Erlenmeyer agar isinya benar-benar teraduk.
c. Dicatat waktu mulai asam ditambahkan sampai timbulnya kekeruhan
karena pengendapan belerang d. Diulangi percobaan dengan
konsentrasi larutan natrium tiosulfat dibuat tetap dan konsentrasi asam
klorida diubah-ubah.
2. Reaksi antara magnesium dan asam klorida
a. Dibersihkan pita magnesium dengan pisau silet dan dipotong-potong
dalam 8 potong masing-masing 2 cm panjangnya.
b. Diencerkan larutan asam klorida 2 M sampai konsentrasi menjadi 0,6
M; 1,0 M; 1,4 M; dan 1,8 M. Pengenceran dilakukan dengan gelas
ukur 100 mL. Dituang 100 mL larutan ini dalam labu Erlenmeyer 250
mL.
c. Dimasukkan pita Mg sepanjang 2 cm ke dalam labu Erlenmeyer dan
segera dicatat waktunya dengan stopwatch
d. Sekali-kali digoyang labu Erlenmeyer agar pita magnesium tetap
dalam keadaan gerak
e. Dihentikan stopwatch segera setelah pita magnesium larut total
f. Diulangi percobaan ini dengan memasukkan lagi sepotong pita
magnesium (2 cm) yang lain ke dalam larutan asam yang sama.
Dicatat waktu yang diperlukan untuk melarutkan pita magnesium ini
secara menyeluruh.
(5 hal. 36-37)
E. Hasil Pengamatan
1. Reaksi antara natrium tiosulfat dengan asam klorida
Tabel 6.1 Reaksi antara natrium tiosulfat dengan asam klorida dengan variasi
konsentrasi natrium tiosulfat
V Na2S2O3 [Na2S2O3] V HCl 2 M Waktu reaksi 1/t
(mL) (M) (mL) (t)
20 0,15 4 18,93 s 0,05
20 0,12 4 22,84 s 0,04
20 0,09 4 30,17 s 0,03
20 0,06 4 40,6 s 0,02

Tabel 6.2 Reaksi antara natrium tiosulfat dengan asam klorida dengan variasi
konsentrasi asam klorida
V Na2S2O3 1 M V HCl [HCl] Waktu reaksi 1/t
(mL) (mL) (M) (t)
25 5 3 10,26 s 0,1
25 5 1,8 12,02 s 0,08
25 5 0,6 14,28 s 0,07

2. Reaksi antara magnesium dan asam klorida


Tabel 6.3 Reaksi antara magnesium dengan asam klorida dengan variasi
konsentrasi yang berbeda
[HCl] V HCl 2 M V total HCl Waktu 1/t [HCl]2
(M) (mL) (mL) reaksi (t)
525,62s 1,90 x 10-3 0,36
0,6 6 20
938,90 s 1,07 x 10-3
1,0 10 20 82,90 s 1,21 x 10-2 1
180,41 s 5,54 x 10-3
1,4 14 20 45,07 s 2,22 x 10-2 1,96
76,01 s 1,32 x 10-2
1,8 18 20 27,50 s 3,64 x 10-2 3,24
43,85 s 2,28 x 10-2
F. Pertanyaan
1. Reaksi antara natrium tiosulfat dengan asam klorida
a. Tuliskan persamaan
reaksinya! Jawab :
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + S (s) + SO2 (g) + H2O (l)
b. Berapakah tingkat reaksi terhadap:
1) Natrium Tiosulfat
2) Asam klorida
3) Keseluruhan
Jawab :
1) Tingkat reaksi terhadap natrium tiosulfat
V k [Na2S2O3]X[HCl]y
2 2 2
V4 = k [Na2S2O3]X[HCl]y
4 4
1
t2 k [Na2S2O3]2X[HCl]2y
1 = k [Na2S2O3]X[HCl]y
4 4
t4
0,04 k (0,12)X (2)y
=
0,02 k (0,06)X(2)y
2 = 2X
x=1
2) Tingkat reaksi terhadap HCl
V k [Na S O ]X[HCl]y
2 2 2 3 2 2
V3 = k [Na S O ]X[HCl]y
2 2 3 3 3
1
t k [Na S O ]X[HCl]y
12 = k [Na22S22O33]2X[HCl]y2
3 3
t3
0,109 k (1)X (1,8)y
=
0,09 k (1)X(0,6)y
1,2 = 3y
Log (1,2) = log (3)y
0,082 = 0,48 y
y = 0,16
y≈0
3) Tingkat reaksi keseluruhan
Orde reaksi keseluruhan = orde reaksi Na2S2O3 + orde reaksi HCl
=1+0
=1
c. Buat grafik waktu (s) terhadap konsentrasi tiosulfat dan grafik 1/waktu
(S-1) terhadap konsentrasi tiosulfat!
Jawab :
1) Grafik waktu (s) terhadap konsentrasi tiosulfat

Grafik Waktu Terhadap [Na2S2O2]


45
40
35 f(x) = − 241.13 x + 53.45
R² = 0.96
30
Waktu (s)

25
20
15
10
5
0
0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16

[Na2S2O2] (M)

2) Grafik 1/waktu (S-1) terhadap konsentrasi tiosulfat

Grafik Waktu Terhadap [Na2S2O2]


45
40
35 f(x) = − 241.13 x + 53.45
R² = 0.96
30
Waktu (s)

25
20
15
10
5
0
0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16

[Na2S2O2] (M)
d. Apakah yang dapat dikemukakan untuk menerangkan tingkat reaksi
yang diperoleh itu?
Jawab:
Hasil percobaan menunjukkan bahwa orde reaksi terhadap natrium
tiosulfat adalah 1 dan orde reaksi terhadap asam klorida adalah 0.
Artinya laju reaksi dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi natrium
tiosulfat, yaitu konsentrasi natrium tiosulfat berbanding lurus dengan
laju reaksinya. Sedangkan konsentrasi HCl tidak berpengaruh pada
laju reaksinya.
e. Bagaimana tingkat reaksi terhadap tiosulfat, bila konsentrasi ion sangat
besar?
Jawab:
Bila konsentrasi ion tiosulfat dilipat gandakan dari konsentrasi
sebelumnya, maka laju reaksi akan semakin cepat sebanding dengan
besarnya konsentrasi. Sehingga orde reaksinya terhadap tiosulfat
adalah orde reaksi 1.
f. Dapatkah suatu reaksi kimia bertingkat demikian dalam
keseluruhan? Jawab :
Reaksi kimia dapat bertingkat demikian secara keseluruhan
tergantung dari konsentrasi reaktan yang terlibat dalam reaksi. Reaksi
orde nol adalah reaksi yang lajunya tidak bergantung pada konsentrasi
pereaksi. Reaksi orde satu adalah reaksi yang laju reaksinya
berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksinya, dan orde dua adalah
reaksi yang laju reaksinya berubah secara kuadrat terhadap perubahan
konsentrasi pereaksinya.
2. Reaksi antara magnesium dan asam klorida
a. Tuliskan persamaan yang
terjadi! Jawab :
Mg (s) + 2HCl (aq) → MgCl2 (aq) + H2 (g)
b. Buatah grafik laju reaksi (1/t) terhadap konsentrasi asam klorida dan
grafik laju reaksi (1/t) terhadap kuadrat konsentrasi asam klorida!
Jawab :
1) Grafik laju reaksi (1/t) terhadap konsentrasi asam klorida

Grafik 1/Waktu Terhadap [Na2S2O2]


0.16
0.14 f(x) = 3 x + 0
R² = 1
0.12
0.1
1/Waktu (s)

0.08
0.06
0.04
0.02
0
0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06

[Na2S2O2] (M)

2) Grafik laju reaksi (1/t) terhadap kuadrat konsentrasi asam klorida

Grafik 1/t terhadap [HCl]


0.04
0.04
f(x) = 0.03 x − 0.02
0.03 R² = 0.99
0.03
0.02
1/t

0.02
0.01
0.01
0
0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
[HCl] M
c. Pada percobaan ini kenaikan suhu telah diabaikan. Apakah hal ini
berlaku?
Jawab :
Berlaku, karena pada percobaan ini reaksi antara larutan HCl dan
pita Mg pengaruh suhu dari masing-masing pereaksi dianggap konstan
dan pada percobaan ini lebih berfokus pada pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi.
d. Apakah sebabnya setiap percobaan dapat dilakukan dalam larutan
yang sama? (pemasukkan pita Mg untuk kedua kalinya)

Jawab :
Setiap percobaan dapat diulangi dalam larutan yang sama karena
mol dari larutan masih belum bereaksi seluruhnya sehingga pita Mg
masih bisa bereaksi dengan larutan HCl yang sama, Tetapi apabila
sudah terlalu banyak pita Mg yang bereaksi menyebabkan mol
larutan HCl telah habis bereaksi maka pita M gsulit bereaksi lagi dan
cenderung tidak akan bereaksi lagi atau tidak melarut.
e. Efek apa yang terjadi pada laju reaksi, apabila sebagai pengganti pita
Mg yang 2 cm digunakan pita Mg 4 cm panjangnya?
Jawab :
Apabila pita Mg yang 2 cm dimasukkan bergantian sebanyak dua
kali diganti dengan pita Mg 4 cm maka laju reaksinya akan menurun.
Karena pada pita Mg 4 cm luas permukaan bidang sentuhnya lebih
kecil dari pada pita Mg 2 cm
f. Hubungan apakah yang ada antara laju reaksi dengan konsentrasi asam
pada proses pelarutan ini?
Jawab
Hubungan laju reaksi dengan konsentrasi asamnya adalah semakin
besar konsentrasi asamnya maka laju reaksinya semakin cepat.
G. Pembahasan
Percobaan kali ini mengenai orde reaksi kimia yang bertujuan untuk
menentukan orde reaksi kimia sistem natrium tiosulfat-asam klorida dan untuk
menentukan tingkat reaksi sistem magnesium-asam klorida. Laju reaksi dapat
diartikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan waktu. Laju reaksi dapat
berarti laju penurunan reaktan (pereaksi) ataupun laju bertambahnya produk
(hasil reaksi). Reaksi yang berlangsung dalam larutan, besarnya konsentrasi
dinyatakan dalam molaritas, sedangkan waktunya dalam detik atau sekon (s).
Sehingga satuan laju reaksinya adalah M s-1.
Orde reaksi kimia adalah banyaknya faktor konsentrasi zat pereaksi atau
reaktan yang mempengaruhi kecepatan reaksi. Laju reaksi dapat dinyatakan
dengan persamaan yang dikenal dengan hukum laju reaksi atau persamaan laju
reaksi. Pangkat-pangkat dalam persamaan laju reaksi itu yang dinamakan
dengan orde reaksi. Orde reaksi total adalah jumlah orde tiap pereaksinya.
Laju reaksi pada reaktan yang sama dapat berubah menjadi lebih cepat
atau lebih lambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu
konsentrasi reaktan, luas permukaan, temperatur dan adanya katalis. Semakin
tinggi konsentrasi reaktan, semakin banyak jumlah partikel yang
bertumbukan, maka semakin tinggi frekuensi terjadinya tumbukan dan lajunya
meningkat. Semakin luas permukaan bidang sentuh reaktan maka semakin
tinggi frekuensi terjadinya tumbukan partikel dan laju reaksi meningkat.
Semakin tinggi temperatur maka semakin tinggi energi kinetik dari partikel
reaktan, sehingga frekuensi tumbukan dan energi tumbukan meningkat. Oleh
karena itu, semakin tinggi temperatur, laju reaksi juga semakin cepat. Katalis
adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tetapi pada akhir reaksi
terbentuk kembali. Katalis mempercepat reaksi dengan menurunkan energi
aktivasi sehingga reaksi menjadi lebih cepat.
Percobaan reaksi antara natrium tiosulfat dengan asam klorida pertama
dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi natrium tiosulfatnya. Disiapkan
labu Erlenmeyer yang masing-masing diisi natrium tiosulfat 0,15 M; 0,12 M:
0,09 M; dan 0,06 M. Kemudian diletakkan kertas dengan tulisan huruf X
dibawah masing-masing labu Erlenmeyer. Setiap labu Erlenmeyer tadi
ditambahkan 4 mL larutan HCl 2 M sambil di kocok labu erlenmeyer sampai
benar-benar teraduk. Diamati dan dicatat mulai asam ditambahkan sampai
timbul kekeruhan karena pengendapan belerang. Kemudian diulangi
percobaan dengan konsentarsi larutan natrium tiosulfat dibuat tetap dan
konsentrasi asam klorida diubah-ubah
Hasil pengamatan yang didapatkan pada sistem natrium tiosulfat dan asam
klorida ketika konsentrasi natrium tiosulfatnya divariasikan yaitu ketika
konsentrasinya 0,15 M waktu yang diperlukan untuk terjadinya reaksi yang
ditandai kekeruhan oleh endapan belerang yaitu 18,93 s dan laju reaksinya
adalah 0,05 MS-1. Ketika konsentrasinya 0,12 M waktu yang diperlukan yaitu
22,84 s dan laju reaksinya adalah 0,04 MS -1. Ketika konsentrasinya 0,09 M
waktu yang diperlukan yaitu 30,17 s dan laju reaksinya adalah 0,03 MS -1 dan
ketika konsentrasinya 0,06 M waktu yang diperlukan yaitu 40,6 s dan laju
reaksinya adalah 0,02 MS-1. Hasil pengamatan ini menunjukkan dengan
bertambahnya konsentrasi maka laju reaksinya juga semakin cepat, sebanding
dengan kenaikan konsentrasinya.
Hasil pengamatan yang didapatkan pada sistem natrium tiosulfat dan asam
klorida ketika konsentrasi natrium tiosulfatnya tetap 1 M dan konsentrasi asam
kloridamya yang divariasikan yaitu ketika konsentrasinya 3,0 M waktu yang
diperlukan untuk terjadinya reaksi yaitu 10,26 s dan laju reaksinya adalah 0,1
MS-1. ketika konsentrasinya 1,8 M waktu yang diperlukan yaitu 12,02 s dan
laju reaksinya adalah 0,08 MS-1 dan ketika konsentrasi HCl nya 0,6 M waktu
yang diperlukan yaitu 14,28 s dan laju reaksinya adalah 0,07 MS-1. Hasil
pengamatan ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi asam klorida
tidak begitu berpengaruh terhadap kenaikan laju reaksi.
Orde reaksi terhadap natrium tiosulfat pada percobaan ini adalah 1.
Sedangkan orde reaksi terhadap asam klorida adalah 0. Sehingga orde reaksi
keseluruhan, yaitu orde reaksi natrium tiosulfat ditambah dengan orde reaksi
asam klorida adalah 1.
Hubungan konsentrasi natrium tiosulfat berbanding lurus terhadap laju
reaksi. Ketika konsentrasi natrium tiosulfat diubah menjadi setengah kali lebih
besar maka laju reaksinya juga berubah menjadi setengah kali lebih cepat
begitu pula ketika konsentrasi natrium tiosulfat nya diubah menjadi dua kali
lipat dan seterusnya maka laju reaksinya juga menjadi lebih cepat berbanding
lurus dengan perubahan konsentrasi nya Sedangkan hubungan konsentrasi
HCl tidak mempengaruhi atau hanya mempengaruhi sangat sedikit terhadap
laju reaksinya karena ketika konsentrasi HCl di ubah menjadi 3 kali lipat
tetapi laju reaksinya hanya berubah sedikit saja.
Percobaan reaksi antara magnesium dan asam klorida dilakukan dengan
memasukkan pita magnesium sepanjang 2 cm ke dalam larutan HCl 2 M yang
diencerkan sehingga konsentrasinya bervariasi yaitu 0,6 M; 1,0 M; 1,4 M; dan
1,8 M. Sebelum pita magnesium digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu.
Setelah pita magnesium dimasukkan kedalam larutan HCl, kemudian dicatat
waktunya menggunakan stopwatch sampai seluruh pita magnesium larut.
Kemudian dimasukkan lagi sepotong pita magnesium dengan panjang 2 cm
yang lain ke dalam larutan HCl yang sama dan dicatat waktu dari
dimasukkannya pita magnesium sampai seluruh pita magnesium larut.
Hasil pengamatan pada reaksi asam klorida dengan magnesium yaitu pada
HCl 0,6 M ditambahkan pita Mg 2 cm untuk yang pertama, waktu yang
diperlukan untuk melarutkan semua pita Mg adalah 525,62 s dengan laju
reaksinya yaitu 1,90 × 10-3 dan ketika dimasukkan pita Mg 2 cm untuk yang
kedua waktu yang diperlukan untuk melarutkan semua pita Mg adalah 938,90
s dengan laju reaksinya yaitu 1,07 × 10-3. Waktu pelarutan pita Mg 2 cm
pertama pada HCl 1 M adalah 82,90 s dengan laju reaksinya yaitu 1,21 × 10-2
dan ketika dimasukkan pita Mg 2 cm untuk yang kedua waktu yang
diperlukan untuk melarutkan semua pita Mg adalah 180,41 s dengan laju
reaksinya yaitu 5,54 × 10-3. Waktu pelarutan pita Mg 2 cm yang pertama pada
HCl 1,4 M yaitu 45,07 s dengan laju reaksinya yaitu 2,22 × 10-2 dan ketika
dimasukkan pita Mg 2 cm untuk yang kedua waktu yang diperlukan untuk
melarutkan semua pita Mg adalah 76,01 s dengan laju reaksinya yaitu 1,96 ×
10-2. Sedangkan pada HCl 1,8 M yang ditambahkan pita Mg 2 cm untuk
pertama kali, waktu yang diperlukan untuk melarutkan semua pita Mg adalah
27,50 s dengan laju reaksinya yaitu 3,63 × 10-2 dan ketika dimasukkan pita
Mg 2 cm yang kedua waktu yang diperlukan untuk melarutkan semua pita Mg
adalah 43,85 s dengan laju reaksinya yaitu 2,28 × 10-2. Hasil pengamatan ini
menunjukkan bahwa dengan konsentrasi HCl yang lebih besar, waktu yang
diperlukan untuk melarutkan pita Mg seluruhnya lebih sedikit daripada
pelarutan pada larutan HCl yang konsentrasinya kecil. Maka laju reaksi lebih
besar atau lebih cepat pada HCl yang berkonsentrasi tinggi.
Hasil pengamatan yang didapat menunjukkan bahwa waktu yang
diperlukan untuk melarutkan pita Mg yang kedua lebih lama daripada pita Mg
pertama. Hal ini karena larutan HCl sebelumnya telah digunakan untuk
melarutkan pita Mg pertama sehingga sebagian larutan tersebut telah bereaksi
dengan pita Mg membentuk MgCl2 dan H2. Maka konsentrasi larutan HCl
tersebut menurun dan jumlah partikel H+ dan Cl- kecil didalamnya juga
semakin kecil sehingga tumbukan yang terjadi dengan Mg juga semakin
sedikit. maka laju reaksi antara HCl dengan pita Mg juga semakin sedikit dan
memerlukan waktu yang lebih lama untuk melarutkan pita Mg tersebut.
Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi asam klorida pada
pelarutan ini adalah laju reaksi bertambah cepat dengan menigkatnya
konsentrasi HCl. Laju reaksi ini berubah secara kuadrat penambahan
konsentrasi HCl nya.
H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Orde reaksi terhadap natrium tiosulfat pada sistem natrium tiosulfat-asam
klorida adalah 1 dan orde reaksi terhadap HCl adalah 0 sehingga orde
reaksi keseluruhan adalah 1
2. Tingkat reaksi pada sistem magnesium-asam klorida adalah 2
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W. 1999. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga. Hal.
335.

Bresnick, S. D. 2002. Intisari Kimia Umum. Jakarta : Hipokrates. Hal. 92.

Goldberg, D. E. 2004. Kimia untuk Pemula Schaum’s Easy Outlines. Jakarta :


Erlangga. Hal. 104-105.

Kusmiyati. 2014. Kinetika Reaksi Kimia dan Reaktor. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Hal. 1.

Nurhadi, M. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Samarinda : Laboratorium


Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman.
Hal. 34,36-37.

Purba, E dan Ade, C. K. 2012. “Kajian Awal Laju Reaksi Fotosintesis untuk
Penyerapan Gas CO2 Menggunakan Mikroalga Tetraselmis Chuii”. Jurnal
Rekayasa Proses. Vol. 6 No. 1 2012. Hal. 9.

Rusman. 2019. Kinetika Kimia. Aceh : Syiah Kuala University Press. Hal :15-16.

Sastrohamidjojo, H. 2010. Kimia Dasar. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press. Hal. 159, 165-167.

Anda mungkin juga menyukai