Anda di halaman 1dari 27

KINETIKA REAKSI

Laporan Praktikum Kimia Dasar

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Lulus Mata Kuliah Kimia Dasar
Pada Prodi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar

Praktikan : NABILA ANGREANI


NIM : 20500123039
Prodi : Pendidikan Biologi
Gol./Klp : C/5
Tgl Praktek : 21 Oktober 2023
Asisten : Khairana Mutiah

LABORATORIUM KIMIA FAK. TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
SEMESTER GANJIL TA 2023/2024
1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Judul Percobaan

Kinematika Reaksi

disusun dan diajukan oleh:

Nama : Nabila Angreani


NIM : 20500123039
Prodi : Pendidikan Biologi
Kelas / Klp : C/5

telah diperiksa dan disetujui

serta dinyatakan memenuhi syarat/ACC.

Mengetahui,

Ka. Laboratorium Kimia, Asisten,

Dr. H. Muhammad Qaddafi, S.Si., M.Si Khairana Mutiah


NIP. 19760802 200501 1 004 NIM. 20500122004

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya reaksi kimia itu terdapat proses kimia yang lambat dan ada yang
cepat. Contohnya bensin terbakar lebih cepat dibandingkan dengan minyak tanah.
Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat, seperti membakar kembang api yang
menghasilkan ledakan, dan yang sangat lambat adalah proses berkaratnya besi.
Contoh tersebut merupakan bagian dari kinetika reaksi.
Kinetika reaksi merupakan suatu ilmu yang membahas tentang laju reaksi

tersebut. Laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi atau tekanan dari

produk atau reaktan terhadap waktu. Suatu persamaan yang memberikan hubungan

antara laju reaksidan konsentrasi pereaksi disebut persamaan laju reaksi atau hukum

laju. Proses berlangsungnya suatu reaksi kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu suhu, konsentrasi, luas permukaan, dan katalis. Semakin tinggi temperature

(suhu), energi kinetik dari partikel yang bertumbukan semakin besar, sehingga

tumbukan serig terjadi yang menyebabkan laju reaksi semaki cepat merupakan

faktor dari suhu. Semakin besar konsentrasi zat yang bereaksi, maka semakin cepat

reaksi tersebut berlangsung merupakan faktor dari konsentrasi. Begitupun hanya

dengan konsentrasi, semakin luas permukaan bidang sentu, maka reaksi yang

berlangsung akan semakin cepat (semakin besar laju reaksinya). Faktor yang

terakhir yaitu katalis, merupakan suatu zat yang memiliki kemampuan untuk

membantu jalannya suatu reaksi kimia, dengan cara menurunkan energi aktifasi.

Berdasarkan uraian diatas maka, dilakukan percobaan yang keempat praktikum


dengan judul “Kinetika Reaksi” yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu
dan konsentrasi pada kecepatan reaksi dan dapat menentukan tetapan kecepatan
reaksi dan orde reaksi sistem H2SO4 – Na2S2O3.

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah:
1. Bagaimana cara mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi pada kecepatan reaksi?
2. Bagaimana cara menentukan tetapan kecepatan reaksi dan orde reaksi sisten H2SO4 –
Na2S2O3?
C. Tujuan
Tujuan diadakan percobaan ini adalah:
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi pada
kecepatan reaksi.
2. Mahasiswa diharapkan mampu menentukan tetapan kecepatan reaksi dan orde reaksi
sisten H2SO4 – Na2S2O3.
D. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat diadakannya percobaan ini adalah sebagai berikut:
Hari/tanggal : Sabtu, 21 Oktober 2023
Waktu : 13.00 s.d 15.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar
Romang Polong.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kinetika Reaksi


Kinetika kimia adalah suatu ilmu yang membahas tentang laju (kecepatan) dan
mekanisme reaksi. Tujuan utama mempelajari kinetika kimia adalah untuk memahami
tahap-tahap reaksi yang terjadi dan untuk memercepat produksi diperlukan pengetahuan
tentang kondisi yang dapat membantu reaksi agar berlangsung pada rentang waktu yang
menguntungkan secara komersial (Yusuf, 2018: 86).
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk
dalam suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya
konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi
biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase gas, satuan tekanan
atmosfer, milimeter merkuri, hukum pascal, dapat digunakan sebagai ganti konsentrasi
(Yuda dkk. 2017 : 23).
Kinetika kimia merupakan cabang dari kimia fisika yang mempelajari sistem kimia
yang tergantung waktu, seperti sistem yang memiliki komposisi kimia yang berubah
selama perubahan waktu teertentu. Kinetika kimia membicarakan dinamika reaksi yang
meliputi laju reaksi, orde reaksi yang diperoleh dari hasil percobaan, hukum atau
persamaan laju, konstanta laju dan mekanisme reaksi. Berdasarkan hukum laju dapat
ditentukan jenis reaksi (reaksi sederhana atau reaksi kompleks), jika reaksi merupakan
reaksi kompleks berarti reaksi tersebut mempunyai mekanisme.. mekanisme yang terjadi
dapat diramal dari hukum laju. Konsentrasi reaktan merupaka hal yang selalu dikaji yaitu
dengan penentuan konsentrasi tiap-tiap spesies sebagai penentu laju reaksi. Salah satu
tujuan dalam percobaan kinetic adalah membuktikan bentuk mekanisme yang sesuai
dengan pendekatan hukum laju reaksi. Langkah penting dalam kinetika adalah penentuan
komponen yang aktif dari sistemreaksi yang diukur melalui perubahan konsentrasi setiap
perubahan waktu. Hubungan fungsi antara penurunan konsentrasi reaktan atau kenaikan
konsentrasi produk dalam satuan waktu didefinisikan sebagai laju reaksi
(Yerimadesi, dkk. 2012: 32-33).

3
B. Metode Pengukuran Laju Reaksi
Metode pengukuran konsentrasi dalam suatu campuran untuk menentukan laju
reaksi, umumnya kurang menguntungkan dan kurang praktis. Reaksi dalam fasa larutan
Jika sampelnya di ambil untuk dianalisis, sistem akan terganggu, dan menyebabkan
perbedaan perilaku yang dapat megubah jalannya reaksi, dibandingkan ketika berada
ditempatnya semula. Diperlukan banyak waktu untuk dianalisis, ketika sampel baru
diambil, konsentrasi pengukuran tidak sama lagi karena konsentrasi berubah atau berjalan
terus.
Menurut Rusman (2020: 11-13) berbagai metode yang dapat digunakan untuk
menentukan laju reaksi secara eksperimen, diantaranya adalah:
1. Metode Perubahan Tekanan
Suatu reaksi dimana komponennya dalam keadaan gas yang dapat menghasilkan
perubahan tekanan. Perubahan tekanan yang terjadi diamati atau dicatat sebagai fungsi
waktu. Contohnya reaksi dekomposisi Nitrogen (V) oksida. Secara stoikiometri setiap
satu mol reaktan gas yang terural akan menghasilkan 5/2 mol gas hasil, sehingga total
tekanan akan meningkat selama reaksi berlangsung jika volume dipertahankan konstan.
Metode perubahan tekanan ini hanya dapat dilakukan.
2. Spektroskopi
Metode ini dilakukan dengan mengamati perubahan yang dapat diukur melalui
absorbansi sinar tampak, misalnya absorbansi bromin. Metode ini telah diaplikasikan
secara luas, dan digunakan khusus untuk senyawa senyawa yang mempunyai sifat
karakteristik dalam mengabsorpsi spektrum tertentu. Sebagai contoh, perhatikan reaksi
berikut:
H2(g) + Bra(g) → 2HBr(g)
3. Metode Elektrokimia
Metode ini dapat dilakukan jika pada perubahan reaksi dalam larutan melibatkan
perubahan muatan atau ion, kecepatan reaksi dapat diamati melalui pengukuran
konduktivitas dan pH.
4. Metode Miscellaneous
Metode ini termasuk di dalam metode seperti penentuan komposisi dengan
melakukan titrasi, spektropotometri, gas kromatografi, dan magnetik resonansi.

4
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Menurut Kristianingrum (2003: 1) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju
reaksi yaitu sebagai berikut:
1. Sifat dan Keadaan Zat
Dalam reaksi kimia terjadi pemutusan dan pembentukan ikatan, dimana jenis
ikatan yang dimiliki oleh rea-ban dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain itu, luas
permukaan zat-zat yang bereaksi sangat berpengaruh terhadap laju reaksi, sehingga suatu
zar dalam benruk serbuk dan bongkahan/kepingan akan memiliki laju reaksi yang
berbeda.
2. Konsentrasi
Makin besar konsentrasi zat reaktan berarti besar kemungkinan terjadinya
tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksinya akan semakin cepat. Tumbukan yang
efektif adalah tumbukan antar molekul yang menghasilkan reaksi, dan hanya dapar terjadi
hila molekul yang, bertumbukan tersebut memiliki energy aktivasi yang cukup. Energi
aktivasi adalah energi minimum yang hanls dimiliki molekul agar tumbukannya
menghasilkan reaksi.
3. Temperatur
Menaikkan suhu berarti menambahkan energi, sehingga energi kinetik
molekulmolekul akan meningkat. Akibatnya molekul-molekul yang bereaksi menjadi
lebih aktif mengadakan turnbukan. Dengan kata lain, kenaikan suhu menyebabkan
gerakan molekul makin cepat sehingga kemungkinan tumbukan yang efektif makin
banyak terjadi.
4. Katalisae
Katalisator adalah zat yang mempercepat reaksi, tetapi tidak ikut bereaksi. Adanya
katalis akan menurunkan energi aktivasi dari suatu reaksi, sehingga lebih mudah
dilampaui oleh molekul-molekul reaktan akibatnya Reaksi menjadi lebih cepat.

D. Laju Reaksi, Orde Reaksi dan Molekulitas


Prinsip yang mendasari semua ilmu kinetika adalah hukum aksi. Hukum ini
menyatakan bahwa reaksi kimia (yaitu kecepatan reaksi, atau secara sederhana, seberapa
cepat reaksinya) sebanding dengan massa aktif senyawa yang bereaksi. Massa aktif
merupakan istilah yang rumit untuk ditentukan, tetapi untungnya, jika larutan yang
diujikan merupakan larutan encer, massa aktif dapat digantikan dengan konsentrasi, yang

5
jauh lebih mudah untuk ditangani. Jika konsentrasi zat terlarut lebih besar dari kira-kira
0,1 mol/l, akan terjadi interaksi yang signifikan di antara molekul-molekul zat-zat terlarut
atau ion-ion. Pada kasus seperti ini, konsentrasi efektif dan konsentrasi terukur tidak
sama, dan lebih baik menggunakan aktivitas daripada konsentrasi. Laju suatu reaksi kimia
di dalam larutan encer sebanding dengan konsentrasi berbagai macam pereaksi yang
masing-masingnya dipangkatkan dengan jumlah mol pereaksi di dalam persamaan kimia
yang setara. Hal ini kedengarannya terlalu mudah, dan pada kenyataannya memang
demikian. Dalam praktiknya, laju suatu reaksi kimia hanya bergantung pada beberapa
konsentrasi, dan jumlah perpangkatan konsentrasi ini diistilahkan dengan order reaksi.
Hal ini dikarenakan reaksi kimia terjadi dalam beberapa langkah atau tahap (disebut
mekanime) dan laju keseluruhan reaksi sering ditentukan oleh laju tahap yang paling
lambat (tidak mengherankan bila disebut dengan tahap penentu laju)
(Cairns, 2004: 195-196).
Meskipun setiap tahap reaksi kimia lainnya terjadi dengan segera, laju reaksi secara
keseluruhannya tidak dapat melebihi laju dari tahap yang paling lambat tersebut. Sebagai
contoh, jika laju suatu reaksi kimia hanya bergantung pada konsentrasi senyawa, dapat
dituliskan sebagai:
Laju α [ A ]

dan reaksinya merupakan orde satu, misalnya


C₂H₆ ↔ C₂H₄ + H₂

Jika laju reaksi bergantung pada konsentrasi A dan B atau konsentrasi A yang di
kuadratkan, dapat di tuliskan sebagai
Laju α [A] [B] atau
Laju α [A]²

dan reaksinya merupakan orde dua, misalnya


CH₃COOC₂H₅ + NaOH ↔ C₂H₅OH + CH +
CH₃COONa.

Untuk yang lebih rumit, orde suatu reaksi kimia tidak dapat di perkirakan dari
persamaan kimia walaupun telah disetarakan. Orde suatu reaksi ditentukan berdasarkan
percobaan dari pengukuran akurat terhadap laju pada kondisi yang berbeda. Suatu reaksi
mungkin saja merupakan orde tiga, orde nol (sering ditemukan pada reaksi bentuk padat,
6
seperti pelepasan obat dari suspensi obat) atau bahkan orde pecahan. Istilah ketiga yang
akan dijelaskan pada bagian ini adalah molekularitas molekularitas suatu reaksi adalah
jumlah total molekul yang turut ambil bagian dalam tahap reaksi elementer yang paling
lambat. Pada sebagian besar reaksi kimun, dua molekul saling bertabrakan dan bereaksi:
molekularitasnya adalah 2 dan reaksinya dikatakan bimolekul. Reaksi dengan hanya satu
molekul yang terlibat (unimolekul) juga dikenal, tapi biasanya hanya terjadi pada fase
gas. Reaksi dengan molekularitas lebih dari 2 sangat jarang, karena akan memerlukan tiga
atau lebih pereaksi yang keseluruhannya saling bertemu satu sama lain pada saat yang
bersamaan (Cairns, 2004: 195-196).

E. Metode Untuk Menentukan Orde Reaksi


Menurut Mon (2012: 38-53), ada tiga metode yang dapat digunakan untuk
menentukan
orde reaksi yaitu:
1. Metode Integrasi
Metode ini merupakan suatu metode triar and eror (metode coba-coba) atau metode
yang di nyatakan sebagai persamaan laju reaksi dengan data hasil percobaan dan Orde
reaksi akan di peroleh dari hukum laju yang telah diintegrasi yang memberikan harga
yang konstan, atau memberikan kurva yang linier.
2. Metode Diferensial
Metode diferensial merupakan metode yang menggunakan langsung persamaan
hukum laju dari reaksi atau dinyatakan sebagai laju perubahan konsentrasi waktu
terhadap konsetrasi reaktan.
3. Metode Waktu Parau
Metode waktu parau adalah waktu yang diperlukan untuk mereaksikan setengah dari
reaktan atau reaktan tinggal separuh dari mula-mula. Metode ini merupakan reaksi orde
kedua atau orde yang lebih tinggi tapi mengikuti reaksi orde satu.

7
BAB III
METODOLOGI

A. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Botol Larutan 3 buah
2. Gelas Kimia 1 buah
3. Gelas Piala 3 buah
4. Kasa Laboratorium 1 buah
5. Kaki Tiga 1 buah
6. Pembakar Bunsen 1 buah
7. Pipit Tetes 3 buah
8. Rak Tabung 3 buah
9. Sikat Tabung 1 buah
10. Stopwatch Hp 1 unit
11. Tabung Reaksi 30 buah
12. Termometer 1 buah

B. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. H2O secukupnya
2. H2SO4 1M secukupnya
3. Na2S2O3 1 M secukupnya
4. Label secukupnya
5. Tissue secukupnya

C. Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Suhu

Cara kerja dalam percobaan pertama pengaruh suhu adalah pertama-tama


disediakan masing-masing 5 buah tabung reaksi H2SO4 dan Na2S2O3 dan masing-masing
tabung reaksi tersebut di isi dengan 1 ml. Kemudian tiap tabung reaksi keduanya yang
berisi 1 ml di tambahkan H2O masing-masing sebanyak 4 ml dan kita homogenkan kurang
8
lebih 1 menit. Setelah semuanya terhomogenkan masukkan tabung reaksi pertama yang
berisi Na2S2O3 ke dalam gelas kimia yang berisi air panas kemudian masukkan termometer
ke dalam tabung reaksi tersebut dan ukur suhunya hingga 40 oC, jika suhunya sudah
mencapai maka segera tuang ke dalam H2SO4 dan nyalakan stopwatch. Stopwatch
dihentikan ketika reaksi telah sempurna (keruh/titik keruh sudah tidak terlihat lagi).
Kemudian catat waktu Ketika titik keruh sudah tidak terlihat. Selanjutnya lakukan langkah
kedua sampai kelima seperti pada langkah pertama dengan interval suhu yang meningkat
yaitu pada langkah kedua dengan suhu 50 oC, ketiga dengan suhu 60 oC, keempat dengan
suhu 70 oC dan yang kelima dengan suhu 80 oC.
2. Pengaruh Konsentrasi H2SO4

Cara kerja percobaan kedua dengan konsentrasi H2SO4 ini langkah pertama adalah
sediakan 5 buah tabung reaksi dan masing-masing tabung tersebut diisi dengan 5 ml
Na2S2O31 M. Kemudian disediakan 5 buah tabung reaksi yang lain dan tiap tabung tersebut
diisi dengan 1 ml, 2 ml, 3 mL, 4 ml, dan 5 ml H2SO4. Dan volume H2O adalah 4 ml, 3 ml,
2 ml, 1 ml, 0 ml dimana tabung yang berisi 1 ml H2SO4 ditambahkan dengan 4 mL H2O.
Selanjutnya, tabung yang berisi 2 ml H2SO4 ditambahkan dengan 3 ml H2O. Selanjutnya,
tabung yang berisi 3 ml H2SO4 ditambahkan dengan 2 mL H2O. Dan selanjuntya tabung
yang berisi 4 ml H2SO4 ditambahkan dengan 1 ml H2O. Kemudian yang terakhir tabung
yang berisi 5 ml H2SO4 ditambahkan dengan 0 ml H2O atau dalam artian tidak
ditambahkan aquades. Kemudian cukupkan volume tabung dengan aquades hingga
volume ke lima tabung tersebut tetap 5 ml. Langkah pertama campurkan isi tabung yang
berisi H2SO4 sebanyak 1 ml ke dalam tabung yang berisi Na2S2O3 sebanyak 5 ml. Setelah
itu bersamaan dengan bercampurnya kedua zat maka stopwatch di jalankan untuk
mengetahui berapa banyak waktu yang diperlukan sampai reaksi sempurna (keruh/tanda
titik hitam tidak tampak lagi). Langkah terakhir adalah catat waktu yang diperlukan untuk
memasukkannya kedalam analisis data. Lakukan langkah kedua sampai lima dengan
volume H2SO4 dan H2O yang berbeda dan lakukan langkah-langkah seperti pada langkah
pertama.

9
3. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

Cara kerja dalam percobaan ketiga pengaruh konsentrasi terhadap kinetika reaksi

adalah pertama-tama disediakan 5 buah tabung reaksi dan masing-masing tabung reaksi

tersebut di isi dengan 5 ml H2SO41 M. Kemudian disediakan 5 buah tabung reaksi yang

lain dan tiap tabung tersebut diisi dengan 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, dan 5 ml Na2S2O3. Dan

volume H2O adalah 4 ml, 3 ml, 2 ml, 1 ml, 0 ml dimana tabung yang berisi 1 ml Na2S2O3

ditambahkan dengan 4 ml H2O. Selanjutnya, tabung yang berisi2 ml Na2S2O3 ditambahkan

dengan 3 ml H2O. Selanjutnya, tabung yang berisi 3 ml Na2S2O3 ditambahkan dengan 2

mL H2O. Dan selanjuntya tabung yang berisi 4 ml Na2S2O3 ditambahkan dengan 1 ml H2O.

Kemudian yang terakhir tabung yang berisi 5 ml Na2S2O3 ditambahkan dengan 0 mL H2O

atau dalam artian tidak ditambahkan aquades. Kemudian cukupkan volume tabung dengan

aquades hingga volume ke lima tabung tersebut tetap 5 mL. Langkah selanjutnya setelah

masing-masing tabung reaksi diisi maka campurkan isi tabung yang berisi Na2S2O3 ke

dalam tabung yang berisi H2SO4. Setelah itu bersamaan dengan bercampurnya kedua zat

maka stopwatch di jalankan untuk mengetahui berapa banyak waktu yang diperlukan

sampai reaksi sempurna (keruh/tanda titik hitam tidak tampak lagi). Langkah terakhir

adalah catat waktu yang diperlukan untuk memasukkannya kedalam analisis data.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Table Pengamatan
a. Pengaruh Suhu
Tabel 4.1 Pengaruh Suhu
V. H2SO4 + V.Air V. Na2S203 + V. Air Suhu T (detik)
1+ 4 1+4 40 oC 34
1+ 4 1+ 4 50 oC 16
1+ 4 1+ 4 60 oC 16
1+ 4 1+ 4 70 oC 13
1+4 1+ 4 80 oC 12

b. Pengaruh Konsentrasi H2SO4


Tabel 4.2 Pengaruh Konsentrasi H2SO4
V. Na2S203 V. H2SO4 V. H2O Kons. H2SO4 T (detik)
1M 1M
5 ml 1 4 0,2 8
5 ml 2 3 0,4 7
5 ml 3 2 0,6 7
5 ml 4 1 0,8 6
5 ml 5 0 1,0 5

c. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3


Tabel 4.3 Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3
V. H2SO4 V. Na2S203 V. H2O Kons. H2SO4 T (detik)
1M 1M
5 ml 1 4 0,2 53
5 ml 2 3 0,4 17
5 ml 3 2 0,6 14
5 ml 4 1 0,8 7
5 ml 5 0 1,0 5

11
2. Grafik
a. Pengaruh Suhu
Grafik 4.1 Pengaruh Suhu

34
16
15

13 orde 1
12

40 50 60 70 80
b. Pengaruh Konsentrasi H2SO4
Grafik 4.2 Pengaruh Konsentrasi H2SO4

8
7
6
5 orde 2

0,2 0,4 0,6 0,8 1,0

c. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3


Grafik 4.3 Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

53
17
14
7 orde 1
5

40 50 60 70 80

12
3. Reaksi
Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah:

Na2S2O3 + H2SO4 → Na2SO4 + H2O + S + S2O

B. Analisis Data
1. Pengaruh Konsentrasi Suhu
a. Pilih salah satu konsentrasi dari percobaan (1) dan (2).
b. Siapkan minimal 10 buah tabung reaksi (5 buah diisi dengan Na2S2O3 1 M dan 5
buah lainnya diisi dengan H2SO4 1 M
• 5 buah tabung reaksi diisi dengan 1 ml Na2S2O3 lalu kelima tabung tersebut
dicukupkan volumenya menjadi 5 ml dengan menambahkan 4 ml H2O.
• 5 buah tabung reaksi lainnya diisi dengan 1 mL H2SO4 lalu kelima tabung
tersebut dicukupkan volumenya menjadi 5 mL dengan menambahkan 4 ml H2O.
c. Masukkan tabung reaksi pertama yang berisi Na2S2O3 ke dalam gelas kimia yang
berisi air panas. Masukkan termometer ke dalam tabung reaksi tersebut dan ukur
suhunya hingga 40 oC.
d. Jika suhu tabung Na2S2O3 pertama sudah tercapai, maka segera tuang ke dalamnya
larutan H2SO4
e. Campurkan isi tabung tersebut, dan bersamaan bercampurnya kedua zat tersebut,
stopwatch dijalankan.
f. Stopwatch dihentikan setelah reaksi sempurna (keruh/ tanda titik hitam tidak
tampak lagi).
g. Catat waktu yang diperlukan.
h. Kerjakan langkah c sampai g dengan interval suhu yang semaikin meningkat, yaitu
suhu 50 oC, 60 oC, 70 oC, dan 80 oC.
2. Pengaruh Konsentrasi H₂SO₄
a. Pada pengaruh ini larutan H₂SO₄ 1M dipipet dengan volume yang berbeda, lalu
dicukupkan volumenya dengan penambahan aquadest sehingga konsentrasi larutan
H₂SO₄ menjadi berkurang (semakin encer).
b. Konsentrasi H₂SO4 setelah penambahan aquadest sebagaimana dijabarkan sebagai
berikut:

13
• H2SO4 1M dipipet 5 ml, dan tidak ditambahkan aquadest. Sehingga
konsentrasinya tidak berubah, yaitu 1M.
• H2SO4 1M (M1) dipipet 4 ml (V1), ditambahkan aquadest 1 ml sehingga volume
totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,8 M.
Nilai ini diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
V1 x M1 = V2 x M2
M2 = 𝑉1 𝑥 𝑀1𝑉2
M2 = 4 𝑚l 𝑥 1𝑀
5 𝑚𝐿
M2 = 0,8 M
• H2SO4 1M (M1) dipipet 3 ml (V1), ditambahkan aquadest 2 ml sehingga volume
totalnya menjadi 5 ml (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,6 M.
Nilai ini diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
V1 x M1 = V2 x M2
M2 = 𝑉1 𝑥 𝑀1𝑉2
M2 = 3 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
` 5 𝑚𝐿
M2 = 0,6 M
• H2SO4 1M (M1) dipipet 2 ml (V1), ditambahkan air 3 mL sehingga volume
totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,6 M.
Nilai ini diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
V1 x M1 = V2 x M2
M2 = 𝑉1 𝑥 𝑀1𝑉2
M2 = 2 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
5 𝑚𝐿
3. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3
a. Pada pengaruh ini, larutan Na₂S₂O₃ 1M dipipet dengan volume yang berbeda, lalu
dicukupkan volumenya dengan penambahan air sehingga konsentrasi larutan
Na₂S₂O₃ menjadi berkurang (semakin encer).
b. Konsentrasi Na2S2O3 setelah penambahan air sebagaimana dijabarkan sebagai
berikut:
Na2S2O3 1M dipipet 5 ml, dan tidak ditambahkan air. Sehingga konsentrasinya tidak
berubah, yaitu 1M.
14
Na2S2O3 1M (M1) dipipet 4 ml (V₁), ditambahkan air 1 ml sehingga volume totalnya
menjadi 5 mL (V₂). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,8 M. Nilai ini
diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
V₁ x M₁ = V₂ x M₂
V1 x M1
M₂ = V2
4 ml x 1M
M₂ = 5 ml

M₂ = 0,8 M
c. Na2S2O3 1M (M₁) dipipet 3 ml (V1), ditambahkan air 2 ml sehingga volume totalnya
menjadi 5 ml (V₂). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,6 M. Nilai ini
diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
V₁ x M₁ = V₂ x M₂
𝑉₂ 𝑥 𝑀₁
M₂ = 𝑉₂
3 ml x 1M
M₂ = 5 mL

M₂ = 0,6 M
d. Na2S2O3 1 M (M₁) dipipet 2 ml (V₁), ditambahkan air 3 ml sehingga volume totalnya
menjadi 5 ml (V₂). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,4 M. Nilai ini
diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
V₁ x M₁ = V₂ x M₂
V₁ x M₁
M₂ = V₂
2 ml x 1M
M₂ = 5 ml

M₂ = 0,4 M
e. Na2S2O3 1M (M₁) dipipet 1 ml (V₁), ditambahkan air 4 ml sehingga volume totalnya
menjadi 5 ml (V₂). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,2 M. Nilai ini
diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
V₁ x M₁ = V₂ x M₂
𝑉₁ 𝑥 𝑀₁
M₂ = 𝑉₂
1 𝑚𝑙 𝑥 1 𝑀
M₂ = 5 𝑚𝑙

M₂ = 0,2 M

15
C. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada pembahasan yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
Pada percobaan ini, bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu dan konsentrasi
terhadap kecepatan reaksi dan menentukan tahapan kecepatan reaksi dan orde reaksi
sistem H₂SO4. dan Na2S2O3. Langkah pertama yang paling penting untuk memulai
percobaan ini adalah menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan pada
percobaan ini. Dalam hal ini alat-alat yang digunakan adalah gelas kimia, gelas larutan,
gelas ukur, termometer, pipet tetes, rak tabung, stopwatch, dan tabung reaksi. Dimana
gelas larutan digunakan untuk menyimpan larutan yang akan digunakan atau sebagai
wadah larutan. Gelas ukur digunakan untuk mengukur larutan yang dipakai. Mixer-mix
digunakan untuk menghomogenkan larutan. Pipet tetes digunakan untuk pengambilan
larutan dengan volume kecil. Rak tabung digunakan sebagai wadah tabung reaksi agar
tabung tidak mudah jatuh. Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu yang digunakan
untuk mengukur waktu yang digunakan larutan untuk bereaksi. Tabung reaksi digunakan
sebagai tempat larutan yang dibuat dan termometer digunakan untuk mengatur suhu
larutan yang telah dibuat. Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
larutan H₂SO, 1 M dan Na2S2O3 1 M dan air secukupnya.
1. Pengaruh konsentrasi Suhu
Pada percobaan ini menentukan pengaruh suhu pada larutan Na2S2O3 1M dan larutan
H2SO4 1M yang masing-masing mempunyai 5 buah tabung reaksi dicukupkan volumenya
sampai sebanyak 5 ml. 5 buah tabung reaksi diisi dengan 1 ml Na2S2O3 lalu kelima tabung
tersebut dicukupkan volumenya menjadi 5 ml dengan menambahkan 4 ml H2O. Kemudian 5
buah tabung reaksi lainnya diisi dengan 1 ml H2SO4 lalu kelima tabung tersebut dicukupkan
volumenya menjadi 5 ml dengan menambahkan 4 ml H2O. Kemudian masing-masing tabung
reaksi yang berisi Na2S2O3 dan H2SO4 ke dalam gelas kimia yang berisi air panas. Kemudian
memasukkan termometer ke dalam tabung reaksi tersebut dan ukur suhunya hingga suhu
meningkat mulai dari 40 C, 50 C, 60 C, 70 C, dan 80 C. Jika sudah, maka segera tuang
dan campurkan isi tabung tersebut ke dalam larutan H2SO4 dengan bersamaan bercampurnya
kedua zat tersebut, stopwatch dijalankan kemudian dihentikan setelah reaksi sempurna (keruh/
tanda titik hitam tidak tampak lagi). Data yang didapatkan pada percobaan ini adalah berturut-

16
turut dari suhu yang diukur yaitu 30, 21, 19, 15, dan 12 (detik). Maka pada percobaan ini
diperoleh
2. Pengaruh konsentrasi asam sulfat H2SO4
Larutan H2SO4 1 M akan diberikan perlakuan yang berbeda melalui penguraian 5 ml
di setiap isi tabung reaksi. Tabung pertama sampai tabung kelima berturut-turut 1 ml, 2 ml, 3
ml, 4 ml, 5 ml. Masing-masing tabung dicukupkan volumenya hingga mencapai 5 ml larutan
H2SO4 dengan penambahan air. Tujuan perlakuan setiap tabng berbeda volume agar saat nanti
penambahan air didalam dibuat konsentrasi H2SO4 dibuat tetap secukupnya 5 ml. Satu tabung
reaksi ini merupakan sebagai bahan pembanding larutan Na2S2O3 dari berdasarkan tabung
reaksi masing-masing 5 ml mulai tanpa penambahan larutan atau cairan apapun. Na2S2O3
digunakan sebagai larutan yang berfungsi membantu mereaksikan larutan tentang pengaruh
konsentrasi yang berpengaruh terhadap kecepatan reaksi. Data yang didapatkan pada
percobaan ini adalah berturut-turrt dari tabung reaksi yaitu 4 ml, 3 ml, 2 ml, 1 ml, dan 0 ml
dengan waktu yang berbeda-beda yaitu 9, 8, 7, 6, dan 5 (detik). Tabung reaksi H2SO4 1 ml, 2
ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml. Namun pada percobaan ini diperoleh sebuah hasil yang disimpulkan
bahwa semakin tinggi suatu konsentrasi dalam larutan maka waktu yang dibutuhkan untuk
bereaksi sangat cepat dibandingkan dengan larutan yang konsentrasinya rendah. Melakukan
reaksi.
3. Pengaruh konsentrasi sulfat Na2S2O3
Larutan Na2S2O3 1 M akan diberikan perlakuan yang berbeda melalui penguraian 5
ml di setiap isi tabung reaksi. Tabung pertama sampai tabung kelima berturut-turut 5 ml, 4
ml, 3 ml, 2 ml, 1 ml. Masing-masing tabung dicukupkan volumenya hingga mencapai 5 ml
larutan Na2S2O3 dengan penambahan air. Tujuan perlakuan setiap tabung berbeda volume
agar saat nanti penambahan air didalam dibuat konsentrasi Na2S2O3 dibuat tetap secukupnya
5 ml. satu tabung reaksi ini merupakan sebagai bahan pembanding larutan H2SO4 dari
berdasarkan tabung reaksi masing-masing 5 ml mulai tanpa penambahan larutan atau cairan
apapun. H2SO4 digunakan sebagai larutan yang berfungsi membantu mereaksikan larutan
tentang pengaruh konsentrasi yang berpengaruh terhadap kecepatan reaksi. Data yang
didapatkan pada percobaan ini adalah berturut-turut dari tabung reaksi yaitu 4 ml, 3 ml, 2 ml,
1 ml, dan 0 ml dengan waktu yang berbeda-beda yaitu 41, 18, 11, 8, dan 6 (detik). Tabung
reaksi Na2S2O3 1, ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml. Pada percobaan ini diperoleh hasil yang dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi dalam larutan maka semakin cepat larutan itu
melakukan reaksi.

17
D. Dokumentasi
Dokumentasi pada percobaan ini adalah sabagai berikut:

Gambar 4.1 Konsentrasi Na₂S₂O₃ sebelum dicampurkan H₂SO₄

Gambar 4.2 Konsentrasi Na₂S₂O₃ setelah dicampurkan H₂SO₄

18
Gambar 4.3 Konsentraksi H₂SO₄ sebelum dicampurkan Na₂S₂O₃

Gambar 4.4 Konsentraksi H₂SO₄ setelah dicampurkan Na₂S₂O₃

19
Gambar 4.5 Larutan Na2S2O3 saat di panaskan

20
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Konsentrasi dapat mempengaruhi laju reaksi.
2. Konsentrasi Pengaruh suhu pada percepatan reaksi yaitu apabila suhu dinaikkan maka
laju reaksi semakin meningkat karena dengan menaikkan suhu dapat mempercepat
suatu reaksi kimia. Pengaruh konsentrasi pada percepatan reaksi yaitu reaksi akan
berlangsung lebih cepat jika konsentrasi pereaksi diperbesar. Zat yang konsentrasinya
besar mengandung jumlah partikel yang lebih banyak sehingga partikel-partikel yang
tersusun lebih rapat dibandingkan dengan partikel yang susunannya renggang
sehingga kemungkinan terjadi reaksi semakin besar.dapat mempengaruhi laju reaksi.
B. Saran-saran
Adapun saran dalam proses praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada pihak laboratorium agar menyediakan tempat tas untuk praktikan
agar tas tidak berserakan dimana-mana.
2. Diharapkan kepada asisten agar memperhatikan praktikan yang kesulitan dalam
melakukan praktikum dan terus mempertahankan sikapnya yang ramah kepada para
praktikan
3. Untuk mencapai sebuah hasil praktikum yang maksimal, sebaiknya praktikan lebih
berhati-hati pada saat menuangkan larutan kedalam tabung reaksi agar larutan tidak
tertumpah. Dan lebih teliti dalam pengambilan larutan agar tidak terjadi kesalahan
yang tidak diinginkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Chang Raymond. 2003. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.


Elida Purba dan Ade Citra Khairunisa. 2012. Kajian Awal Laju Reaksi Fotosintesis untuk
Penyerapan Gas CO2 Menggunakan Mikroalga Tetraselmis Chuii. Jurnal
Rekayasa Proses. Vol. 6 No. 01 (2012): h. 8-9.
Hantoro Satriadi. 2015. Kinetika Reaksi Esterifikasi Gliserol Dan Asam Asetat Menjadi
Triacetin Menggunakan Katalis Asam Sulfat. Teknik Vol. 36 No. 02 (2015): h. 76.
Irma Mon, dkk 2012. Kinetika Kimia. Padang : UNP Press Padang.
Isalmi Aziz. 2009. Kinetika Reaksi Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas. Program Studi
Kimia Fakultas Sains dan Teknologi (2009): h. 19-20.
Kristianingrum. Kinetika kimia. Sidoarjo. Workshop guru bidang studi Kimia.
Rusman. 2020. Kinetika Kimia, Aceh: Syiah Kuala University Press.
Tania Surya Utami, Rita Arbianti dan Doddy Nurhasman. 2007. Kinetika Reaksi
Transesterifikasi CPO terhadap Produk Metil Palmitat dalam Reaktor Tumpak.
Fundamental Dan Aplikasi Teknik Kimia (2007): h. 1-2.
Yuda, Reza Critian dkk. Studi Kinetika Pengaruh Suhu Terhadap Ekstraksi Minyak Atsiri dari
Kulit Jeruk Nipis dengan Pelarut Etanol. Jurnal Chemurgy. Vol 1, No.1: h.23

22
BUKTI REFERENSI

23
24
25

Anda mungkin juga menyukai