Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA II

DISUSUN OLEH
Nama : Amira Syakirah Nailah (08031282126066)
Anora Kevin Umairah (08031282126061)
M. Nazar Al Fikri (08031282126044)
Julia Ratna Sari Simbolon (08031182126044)

Kelompok :I

PERCOBAAN I
KINETIKA HALOGENASI ASETON DENGAN KATALISATOR ASAM

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

Nama : Amira Syakirah Nailah (08031282126066)


Anora Kevin Umairah (08031282126061)
M. Nazar Al Fikri (08031282126044)
Julia Ratna Sari Simbolon (08031182126044)

Mengetahui,

Koordinator Asisten Praktikum Asisten Praktikum


Kimia Fisika II Kimia Fisika II

Mai Wendy Jesika S Lamria Berliana F.M


NIM. 08031281925022 NIM. 08031282025092
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju reaksi dan faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi dikenal dengan kinetika. Laju (kecepatan) reaksi
dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi (produk)
terhadap satuan waktu. Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi
pereaksi ataupun produk dalam suatu satuan waktu, yang mana laju suatu reaksi
dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau laju
bertambahnya konsentrasi suatu produk Pengetahuan tentang faktor yang
mempengaruhi laju reaksi berguna dalam mengontrol kecepatan reaksi
berlangsung cepat, seperti pembuatan amoniak dari nitrogen dan hidrogen, atau
dalam pabrik menghasilkan zat tertentu. Akan tetapi kadangkala kita ingin
memperlambat laju reaksi, seperti mengatasi berkaratnya besi, memperlambat
pembusukan makanan oleh bakteri, dan sebagainya
Kinetika kimia membicarakan dinamika reaksi yang meliputi laju reaksi
orde reaksi yang diperoleh dari hasil percobaan hukum atau persamaan laju
konstanta laju dan mekanisme reaksi. Berdasarkan hukum laju dapat ditentukan
jenis reaksi (reaksi sederhana atau reaksi kompleks) jika reaksi merupakan reaksi
Kompleks berarti reaksi tersebut mempunyai mekanisme. Mekanisme Reaksi
yang terjadi dapat dihamal dari hukum laju konsentrasi reaktan merupakan hal
yang selalu dikaji yaitu dengan penentuan konsentrasi tiap-tiap spesies sebagai
penentu laju reaksi (Mon dkk, 2012).
Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses
berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu
satua waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun. Reaksi
kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan
bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan
produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya
pereaksi atau laju terbentuknya produk. Y adalah orde/tingkat reaksi keseluruhan
Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi kimia yang
berlangsung per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut
dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi (Roni dan Herawati, 2020).

Universitas Sriwijaya
Perubahan terhadap waktu dalam konsentrasi molekul reaktan atau
konsentrasi molekul produk dikenal dengan laju reaksi. Ketika konsentrasi
berubah, laju reaksi terus berubah. Hukum kelajuan adalah pernyataan matematis
yang menghubungkan kelajuan reaksi dengan konstanta kelajuan dengan
konsentrasi reaktan yang dipangkatkan dengan bilangan. Suhu merupakan faktor
yang mempengaruhi tetapan laju reaksi. Hukum laju dan orde reaksi dapat
ditentukan secara eksperimental, tidak hanya dari stoikiometri reaksi. Energi
aktivasi adalah sejumlah besar energi ketika molekul bertabrakan. Persamaan
Arrhenius menetapkan hubungan antara konstanta laju dan energi aktivasi (Chang,
2004).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara menentukan orde reaksi dari masing-masing pereaksi
yang digunakan?
2. Bagaimana perbandingan nilai absorbansi terhadap waktu iodinasi
aseton dengan katalisator asam?
3. Bagaimana cara menentukan kinetika halogenasi aseton dengan bantuan
katalisator asam?
1.3 Tujuan Percobaan
1. Menentukan orde reaksi dari masing-masing pereaksi.
2. Mengetahui pengaruh nilai absorbansi terhadap waktu iodinasi aseton
dengan katalisator asam.
3. Mengetahui kinetika halogenasi aseton dengan bantuan katalisator asam.

Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinetika Kimia
Kinetika kimia dapat dikatakan sebagai suatu analisis mengenai laju reaksi
kimia dan perubahannya pada berbagai keadaan. Kinetika kimia juga berkaitan
dengan perubahan suatu sifat kimia dalam suatu waktu, misalnya kecepatan reaksi
yang dapat diartikan sebagai kecepatan kerusakan komponen pangan karena
metode pemanasan. Perbedaan kondisi eksperimen dapat mempengaruhi
reaksinya yang merupakan penjelasan dari kinetika kimia (Islamiyah dkk., 2013).
Kinetika reaksi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu temperatur
resksi, ecepatan pengadukan, dan konsentrasi reaktan. Temperatur berpengaruh
dimana reaksi akan berlangsung dengan cepat apabila temperatur dinaikkan,
Kecepatan pengadukan disebabkan karena pengadukan akan mempercepat
terjadinya suatu tumbukan antar partikel sehingga memaksimalkan laju reaksinya.
Konsentrasi reaktan dapat mempengaruhi laju reaksi, dimana konsentrasi tinggi
akan menyebabkan banyaknya partikel sehingga memungkinkan terjadinya
tumbukan lebih banyak, semakin banyaknya tumbukan yang efektig maka
menghasilkan perubahan reaktan yang terkonversi menjadi produk (Saputra dkk.,
2016).
2.2 Orde Reaksi
Orde reaksi dari suatu reaksi digambarkan dalam bentuk matematika dimana
hasil perubahan dapat ditunjukkan. Orde reaksi hanya bisa dihitung secara
eksperimen dan hanya dapat diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui
seluruh orde reaksi yang ditentukan dengan jumlah eksponen untuk masing-
masing reaktan, sedangkan eksponen untuk masing-masing reaktan dikenal
sebagai orde reaksi untuk komponen tersebut. Orde reaksi adalah jumlah pangkat
faktor konsentrasi dalam hukum laju dengan bentuk diferensial. Pada umumnya
orde reaksi terhadap suatu zat tertentu tidak sama dengan koefisien dalam
persamaan stoikiometri reaksi (Naomi dkk., 2013). Pangkat perubahan
konsentrasi terhadap perubahan laju disebut orde reaksi. Beberapa macam dari
orde reaksi, diantaranya raksi berorde 0, dimana tidak terjadi perubahan lajju
reaksi lebih cepat 2 kali dan ada rekasi berorde 2, dimana laju perubahan

Universitas Sriwijaya
konsentrasi pereaksi 2 kali sehingga menyebabkan laju reaksi lebih cepat 4 kali
(Roni dan Netty, 2020).
2.3 Katalis
Katalis dikenal sebagai suatu materi atau bahan yang dapat meningkatkan
laju reaksi kimia untuk mencapai kesetimbangan dimana katalis terlibat dalam
reaksi secara tidak permanen. Reaksi terkatalisasi secara heterogen biasanya
menggunakan katalis padat. Katalis dapat menigkatkan laju reaksi, katalis tidak
dapat digunakan untuk mengawali suatu reaksi yang secara termodinamika tidak
mungkin terjadi (hanya reaksi-reaksi spontan yang dapat dikatalisasi, sedangkan
reaksi nonspontan tidak) (Trisunaryanti, 2018). Katalis berperan dalam reaksi
tetapi bukanr reaktan atau produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung
lebih cepat atau menungkinkan reaksi pada suhu yang lebih rendah karena
perubahan yang ditimbulkannya pada reaktan. Kehadiran katalis dalam reaksi
akan meningkatkan laju reaksi. Meskipun katalis mempengaruhi laju reaksi,
katalis tidak ikut serta dalam reaksi dan tidak mengalami perubahan kimia pada
akhir reaksi. Katalis jua dapat mengurangi energi aktivasi dimana jika jumlah
katalis diperbesar, energi aktivasi akan berkurang dan laju reaksi akan meningkat
(Roni dan Netty, 2020).
Jenis katalis yang sering digunakan pada hidrolisis berupa katalis homogen,
heterogen dan enzim. Katalis homogen dikatakan sebagai jenis katalis yang
mempunyai fasa yang sama dengan reaktan. Jenis katalis homogen yang banyak
digunakan berupa katalis asam (HCl, H2SO4 dan HNO3). Katalis homogen
mempunyai kelebihan berupa tidak mudah terkontaminasi sedangkan kekurangan
nya berupa sulit dipisahkan dari campuran-campuran dan hanya dengan cara
penyaringan sehingga mudah di regenerasi (Praputri dkk., 2018). Prinsip dasar
katalis saat terjadinya laju reaksi kimia. Katalis hanya mempengaruhi laju reaksi
kimia, tidak mempengaruhi termodinamika maupun komposisi yang terdapat pada
kesetimbangan reaksinya. Katalis termasuk proses yang sangat penting dalam
suatu proses industri kimia, sampai saat ini penggunaan katalis pada proses
industri kimia sudah mencapai angka lebih berdasarkan 25.000 jenis (Widi, 2018).

Universitas Sriwijaya
2.4 Halogenasi
Halogenasi merupakan reaksi substitusi, penggantian suatu atom dengan atom
atau gugus lain. Atom hidrogen digantikan dengan salah satu atom hidrogen
dalam alkana menghasilkan senyawa alkil halida atau haloalkana dan hidrogen
halida. Alkil halida yang dihasilkan sangat reaktif dan berguna untuk sintesis
senyawa organik lainnya. Halogenasi hanya dapat terjadi bila ada panas atau
cahaya. Reaksi halogenasi merupakan reaksi sebagai bahan awal untuk sintesis
senyawa organik lain yang diinginkan seperti dalam industri farmasi untuk obat-
obatan. Alkil halida memiliki dua atau lebih atom halogen yang berguna sebagai
pelarut, pendingin, insektisida dan herbisida (Sulastri dan Rahmayani, 2017).
Halogen terdiri dari flour (F), klor (Cl), brom (Br), dan iodium (I) yang
merupakan golongan VIA dari tabel periodik dan menunjukkan bahwa ada tujuh
elektron di kulit terluar unsur-unsur ini. Halogenasi atau substitusi dengan iodium,
brom, atau klorin dapat disebabkan oleh serangan elektrofilik atau nukleofilik.
Serangan elektrofil terjadi pada kelompok yang kaya elektron. Dengan kata lain,
halogen yang menyerang gugus bermuatan positif dan elektrofilik (lebih meyukai
elektron). Gugus kaya elektron adalah sistem aromatik, atau lebih umum sistem
tertutup (biasanya disebut cincin), dengna elektron di sekitar cincin, sistem
menstabilkan delokalisasi elektron (Levita dan Mutakin, 2019).
2.5 Aseton
Aseton merupakan salah satu jenis cosolvent pada reaksi transesterifikasi.
Aseton memiliki kepolaran menegah atau bersifat semi polar, sehingga dapat
diklarifikasikan sebagai apritic solvent. Oleh sebab itu, aseton dapat larut dengan
baik pada trigliserida (polaritas rendah) dan metanol (polaritas tinggi) (Ritonga
dan Mangungsong, 2016). Aseton berupa cairan stabil yang cepat menguap dan
tidak berwarna, juga merupakan senyawa organik yang mudah menguap dengan
dalam daya solvabilitas yang baik untuk resin dan pelarut dengan titik didih
rendah yang efektif untuk pelapis permukaan. Bahan baku untuk pelapis aseton
berbasis minyak bumi yang digunakan berupa propilena (Muharja dan Damayanti
2021). Aseton termasuk ke dalam keton paling sederhana dan terpenting. Karena
aseton dapat larut dengan air dan pelarut organik (Putri dan Rengga, 2021).

Universitas Sriwijaya
2.6 Asam Klorida
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida. Asam klorida
termasuk asam kuat dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Asam
klorida dicirikan sebagai cairan kimia yang sangat korosif, memiliki bau yang
menyengat, mengiritasi dan beracun, serta mengandung bahan kimia berbahaya.
Bahaya kesehatan tergantung konsentrasi pada larutannya. Jika konsentrasi larutan
asam klorida kurang dari 5% maka akan bersifat sebagai iritan lemah. Jika
mengandung konsentrasi 5 – 10% maka akan bersifat sebagai iritan kuat. Jika
konsentrasi larutan lebih dari 10% maka akan bersifat korosif (Khasibudin dkk.,
2019).
2.7 Spektrofotometer Uv-Vis
Spektrofotometer dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan untuk
mengukur transmitansi ataupun absorbansi suatu sampel sebagai fungsi dari
panjang gelombang radiasi elektromagnetik. Alat spektrofotometer mempunyai
beberapa kdomponen diantaranya berupa sumber yang memancarkan pita lebar
radiasi elektromagnetik, Perangkat dispersi yang memiliki panjang gelombang
tertentu, area sampel, serta satu atau lebih detertor untuk mengukur intensitas
radiasi. Besar absorbansi sampel dapat ditentukan melalui pengukuran intensitas
cahaya yang mencapai detektor tanpa sampel (blanko). Intensitas cahaya tersebut
kemudian dibandingkan dengan intensitas cahaya yang mencapai detektor yang
diteruskan melalui sampel yang diuji. Cahaya polikromatis dari sumber cahaya
yang difokuskan pada celah masuk monokromator, yang secara selektif
mentransmistkan pita cahaya sempit. Cahaya kemudian melewari area
sampel menuju detector ( Mohammad et al., 2015).
Metode UV-VIS spektrofotometri didasarkan pada pengukuran panjang
gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diserap oleh
sampel sebagai fungsi dari panjang gelombang. Sampel yang diberikan radiasi
UV (ultraviolet) pada panjang gelombang 180-380 nm atau terlihat (visible light)
pada panjang gelombang 380-780 nm. Penyerapan radiasi menyebabkan promosi
elektron dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi dalam kelompok-kelompok
fungsional yang disebut kromofor. Ini penyerapan data yang akan dihasilkan oleh
spektrofotometri UV-VIS dalam bentuk transmitansi atau absorbansi yang dapat

Universitas Sriwijaya
dibaca dengan spektrofotometer UV-VIS spektrum. Eksitasi elektron yang terjadi
pada spektrofotometri UV-VIS adalah yang direkam dalam bentuk spektrum
dinyatakan sebagai panjang gelombang dan absorbansi, sesuai dengan jenis
elektron hadir dalam molekul yang dianalisis. Lebih mudah elektron untuk
merangsang, semakin besar panjang gelombang yang diserap, semakin banyak
elektron yang tereksitasi, semakin tinggi absorbansi. Spektrofotometri UV-VIS
dapat digunakan untuk menentukan sampel dalam bentuk larutan, gas, atau uap.
Sampel harus diubah menjadi sebuah solusi yang jelas ( Pratiwi dan Nandiyanto,
2022).
Pada spektrofotometer UV-VIS, zat diukur dalam bentuk larutan. Analit
yang dapat diukur dengan spektrofotometer sinar tampak adalah analit berwarna
atau yang dapat dibuat berwarna. Analit berwarna adalah analit yang memiliki
sifat menyerap cahaya secara alami. Analit yang dibuat berwarna adalah analit
yang tidak berwarna sehingga harus direaksikan dengan zat tertentu untuk
membentuk senyawa yang menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu.
Pembentukan warna untuk zat atau senyawa yang tidak berwarna dapat dilakukan
dengan pembentukan kompleks atau dengan cara oksidasi sehingga analit menjadi
berwarna ( Warono dan Syamsudin, 2013).

Universitas Sriwijaya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 21 Februari 2022 pukul 13.00
WIB di Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sriwijaya.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini antara lain bulb, gelas
beker, kuvet, pipet tetes, pipet ukur, spektrofotometer UV-Vis, stopwatch,
dan seperangkat tabung reaksi.

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain akuades, larutan
asam klorida 0,3M, larutan asam aseton 3M, dan larutan iodin 0,015M
dengan variasi volume.

3.3 Metode Percobaan


3.3.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Larutan I2

- diukur absorbansi maksimum pada panjang


gelombang 420-520 nm

λMaks

Universitas Sriwijaya
10

3.3.2 Kinetika Halogenasi Aseton dengan Katalitik


Asam
4. Aseton HCL Akuades I2

- dimasukkan ke dalam masing-


masing tabung reaksi dengan
variasi volume

Campuran

- diaduk dan tuang ke dalam kuvet


Nilai Absorbansi
- diukur pada Panjang gelombang
Percobaan VC3H6O(mL) absorbansi
VHCl(mL) maksimum
VI2(mL) larutan I2
VH2O(mL)
1 2 - diukur
2 dan dicatat2absorbansinya
1 pada
2 2 0s, 260s, 120s, dan1,5
180s 1,5
3 2 2 1 1
4 1 2 2 2
5 1,5 2 2 2
6 2 2 2 2
7 2 1 2 2
8 2 1,5 2 2
9 2 2 2 2

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
No Vaseton VHCIL VI2 Vakuades Absorbansi padat
Tabung (mL) (mL) (mL) (mL) 0 60 120 180

Universitas Sriwijaya
10

1 2 2 2 1 0,334 0,328 0,325 0,321

2 2 2 1,5 1,5 0,252 0,247 0,244 0,242

3 2 2 1 1 0,223 0,219 0,216 0,214

4 1 2 2 2 0,270 0,259 0,256 0,152

5 1,5 2 2 2 0,243 0,240 0,237 0,234

6 2 2 2 2 0,308 0,305 0,302 0,301

7 2 1 2 2 0,391 0,383 0,376 0,376

8 2 1,5 2 2 0,343 0,341 0,339 0,337

9 2 2 2 2 0,324 0,310 0,312 0,308

4.2 Pembahasan

Percobaan ini membahas mengenai kinetika halogenasi aseton dengan


katalisator asam. Kinetika kimia dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari
laju reaksi dari suatu reaksi kimia. Laju reaksi dikenal sebagai pengurangan
konsentrasi reaktan atau penambahan konsentrasi pada produk dalam selang
waktu tertentu. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju suatu reaksi
ada empat diantaranya konsentrasi, katalis, suhu dan luas permukaan. Hubungan
antara konsentrasi dan laju reaksi berbanding lurus yang mana, semakin besar
konsentrasi zat maka semakin besar pula laju reaksinya dan semakin kecil
konsentrasinya maka semakin lamban atau kecil laju reaksi. Hubungan antara
katalis dengan energi aktivasi berbanding terbalik yang mana, semakin banyak
atau besar katalis yang digunakan maka energi aktivasi yang dibutuhkan semakin
kecil sebaliknya semakin sedikit katalis maka semakin besar energi aktivasinya.
Energi aktivasi dapat dikatakan sebagai energi minimum yang dibutuhkan agar
suatu reaksi dapat terjadi. Hubungan antara suhu dengan tumbukan antar partikel
berbanding lurus yang mana, semakin tinggi suhu saat reaksi maka tumbukan
antar partikel semakin tinggi dan semakin rendah suhu maka semakin kecil

Universitas Sriwijaya
10

tumbukan antar partikel terjadi. Hubungan antara luas permukaan dan laju reaksi
berbanding lurus yangmana, semakin besar luas permukaan maka semakin besar
laju reaksinya dan semakin kecil luas permukaan maka semakin kecil laju
reaksinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pada percobaan ini diantaranya
konsentrasi dan katalis.

Fungsi bahan pada percobaan ini diantaranya, asam klorida


yang berfungsi sebagai katalis asam. penambahan katalis asam
menyebabkan terjadinya protonasi sedangkan, penambahan katalis
basa akan menyebabkan deprotonasi. Akuades pada percobaan ini
berfungsi sebagai larutan blanko dan pelarut. Iodin pada percobaan
ini berfungsi sebagai pereaksi. Agar mengetahui pengaruh ion serta
zat dalam laju reaksi dengan dibuat volume aseton, iodin, asam
klorida bervariasi namun memiliki total volume yang sama sebesar
tujuh mililiter. Setiap volume tetap pada tabung tersebut zat volume
tetap tidak akan mempengaruhi laju reaksi. Alat yang digunakan
pada percobaan ini berupa spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
gelombang UV antara dua ratus hingga empat ratus sedangkan
visible pada rentang Panjang gelombang empat ratus hingga delapan
ratus. Spektrofotometer dibagi menjadi tiga diantaranya single
beam, double beam, dan multiple beam. Spektrofotometer UV-Vis
singlebeam yang mana cahayanya hanaya akan melewati satu arah
sehingga nilai absorbansi dari larutan didapatkan. Spektrofotometer
UV-Vis doublebeam berbeda dengan spektrofotometer UV-Vis
singlebeam yang mana nilai blanko akan langsung diukur bersamaan
dengan larutan yang diinginkan dalam satu proses yang sama.
Spetrofotometer yang digunakan pada percobaan ini berupa
spektrofotometer UV-Vis doublebeam. Prinsip alat dari
spektrofotometer berupa reaksi antara cahaya dengan materi.

Prinsip kerja dari alat ini berupa ketika suatu sumber sinar
polikromatik yang diubah menjadi monokromatik dalam
monokromator kemudian diteruskan ke kuvet suatu sampel, maka

Universitas Sriwijaya
10

cahaya tersebut akan diserap, dipantulkan, dan diteruskan. Panjang


gelombang maksimum pada percobaan ini sebesar 471 nm, pada
panjang gelombang tersebutlah warna menyerap warna
komplementernya. Nilai absorbansi yang baik berada sikisaran 0,2-
0,8. Terdapat tiga tahapan pada percobaa ini, pada tahap pertama
aseton ditambahkan asam klorida didapat reaksi berjalan lambat
yang tidak menghasilkan ion hydrogen. Tahap kedua dilakukan
penambahan akuades pada larutan didapat ion hydrogen namun
reaksi berjalan dengan lambat. Tahap ketiga ditambahkan iodin
kedalam larutan didapat ion hydrogen dan reaksi berjalan dengan
cepat.

Berdasarkan hasil percobaan tersebut didapat, seiring


bertambahnya waktu maka absorbansi yang didapat akan kecil hal
ini disebabkan, terjadinya reaksi antara aseton dan iodin semula
iodin berwarna kuning kecoklatan menjadi kuning bening.
Berdasarkan hasil pengamatan didapat seiring berjalannya waktu
maka nilai absorbansi semakin kecil seperti yang terjadi pasda
tabung sembilan mulai dari detik nol hingga detik 180 didapat
absorbansinya 0,324; 0,310; 0,312; 0,308. Berdasarkan hasil
perhitungan didapat konstanta laju pada percobaan ini dengan rata-
rata 366,785. Didapat persamaan laju reaksi pada percobaan ini r =
366,785 [aseton]1 [HCl]1/2[I2]

Universitas Sriwijaya
10

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil perhitungan didapat konstanta laju pada percobaan
ini dengan rata-rata 366,785.
2. Didapat persamaan laju reaksi pada percobaan ini r = 366,785 [aseton] 1
[HCl]1/2[I2]1 .
3. Berdasarkan hasil pengamatan didapat seiring berjalannya waktu
maka nilai absorbansi semakin kecil seperti yang terjadi pasda tabung
sembilan mulai dari detik nol hingga detik 180 didapat absorbansinya
0,324; 0,310; 0,312; 0,308.
5.2 Saran
Adapun saran yang untuk percobaan ini, kuvet yang
digunakan dalam percobaan ini diperbanyak tidak hanya satu. Hal
ini dikarnakan spektrofotometer UV-Vis doublebeam dapat
menganalisa absorbansi dan Panjang gelombang maksimum lebih
dari satu sampel.

Universitas Sriwijaya
10

LAMPIRAN
1.Lampiran Reaksi
1.1 Tahap 1: Aseton bereaksi dengan HCl

1.2 Tahap 2: Penambahan akuades pada campuran

1.3 Tahap 3: Penambahan I2 pada campuran

2.Lampiran Perhitungan

2.1 Penentuan Orde Reaksi

2.1.1 Orde Reaksi Aseton (C3H6O)

V ambil [aseton]
[M] =
Vtotal
1mL .3 M
[M1] = =0,42 M
7 mL
1,5 mL .3 M
[M2] = =0,64 M
7 mL

Universitas Sriwijaya
10

2mL .3 M
[M3] = =0,85 M
7 mL
2.1.2 Orde Reaksi Asam Klorida (HCl)
V ambil [aseton]
[M] =
Vtotal
1mL .0,3 M
[M1] = =0,04 M
7 mL
1,5 mL . 0,3 M
[M2] = =0,06 M
7 mL
2mL .0,3 M
[M3] = =0,08 M
7 mL
2.1.3 Orde reaksi Iodin (I2)
V ambil [aseton]
[M] =
Vtotal
2mL .0,015 M
[M1] = =0,004 M
7 mL
1,5 mL . 0,015 M
[M2] = =0,003 M
7 mL
1mL .0,015 M
[M3] = =0,002 M
7 mL
2.2 Penentuan Nilai Konstanta Laju (K)
K rata-rata = 366,785
Persamaan laju reaksi
r = 366,785 [C3H6O]1 [HCl]1/2 [I2]1
3.Lampiran Grafik
3.1 Kurva penentuan panjang gelombang maksimum dari iodida
3.2 Kurva hubungan antara absorbansi terhadap waktu

Universitas Sriwijaya
10

y = -7E-05x + 0,3333
Tabung 1 R² = 0,98

0,335
Absorbansi
0,33

0,325

0,32
0 50 100 150 200
Waktu

y = -6E-05x + 0,2512
Tabung 2 R² = 0,9595
0,254
0,252
0,25
Absorbansi

0,248
0,246
0,244
0,242
0,24
0 50 100 150 200
waktu

y = -5E-05x + 0,2225
Tabung 3 R² = 0,9783
0,224
0,222
Absorbansi

0,22
0,218
0,216
0,214
0,212
0 50 100 150 200
waktu

Universitas Sriwijaya
10

Universitas Sriwijaya
10

Universitas Sriwijaya
10

3.3Kurva Orde Aseton = 1,1767≈ 1

3.4Kurva Orde HCl = 0,3313 ≈ 0

3.5 Kurva Orde I2 = 1,1986 ≈ 1

Universitas Sriwijaya
10

4.Lampiran Tabel
4.1 Orde Reaksi Aseton (C3H6O)

Tabung R ln R Aseton ln
[M] Aseton[M]
1 -0,00009 9,31 0,42 -0,86
2 -0,00005 9,90 0,64 -0,44
3 -0,00004 10,12 0,85 -0,16

4.2 Orde Reaksi Asam Klorida (HCl)

Tabung R ln R Aseton ln
[M] Aseton[M]
1 -0,00009 9,31 0,04 -3,21
2 -0,00003 10,41 0,06 -2,81
3 -0,00008 9,43 0,08 -2,52

4.3Orde Reaksi Iodin (I2)

Tabung R ln R Aseton ln
[M] Aseton[M]
1 -0,00007 9,56 0,004 -5,21
2 -0,00006 9,72 0,003 -5,809
3 -0,00005 9,90 0,002 -6,214

4.4 Penetuan Nilai Konsentrasi Laju (K)


Tabung R [Aseton]1 M [HCl]1/2M [I2]1M K

1 0,98 3 0,3 0,004 272,222


2 0,9595 3 0,3 0,003 355,370
3 0,9783 3 0,3 0,002 543,5
4 0,9088 0,42 0,3 0,015 480,846
5 1 0,64 0,3 0,015 347,222
6 0,96 0,85 0,3 0,015 250,980
7 0,8837 3 0,04 0,015 490,944
8 1 3 0,06 0,015 370,370
9 0,6826 3 0,08 0,015 189,611
Rata-rata 366,715

Universitas Sriwijaya
10

Universitas Sriwijaya
10

DAFTAR PUSTAKA
Islamiyah, U., Gonggo,S.T., dan Pursitasari,I.D. 2013. Propil Kinetika Perubahan
Kadar Glukosa pada Nasi dalam Pemanas. Jurnal Akademika Kimia.
2(3):160-165.

Khotimah, H., Anggraeni, E. W. dan Setianingsih, A. 2017. Karakterisasi Hasil


Pengolahan Air Menggunakan Alat Destilasi. Jurnal Chemurgy. 1(2): 34
35.

Khasibudin, M. R. W., Zulfika, D. N. dan Kusbiantoro, R. 2019. Analisis Laju


Korosi Baja Karbon ST 60 terhadap Larutan Hidrogen Klorida (HCl) dan
Larutan Natrium Hidroksida (NaOH). Jurnal Majamecha. 1(2): 88 – 102.

Levita,J. dan MUtakin. 2019. Radiodinasi pada Pembuatan Radiofarmaka.


Yogyakarta : Deepublish.

Moohamad, K. A., Zekry, A., and Abouelatta, M. 2015. LED Based


Spectrophotometer can Compete with Conventional One. International
Journal of Engineering & Technology. 4(2) : 399-407.

Muharja, M. dan Damayanti, R.F. 2019. Produksi Biohidrogen dan Biobutanol


dari Limbah Hasil Pertanian dan Perkebunan. Kalimantan : UPT
Penerbitan Universitas Jember.

Naomi, P., Goal, A.M.L., dan Toha, M.Y. 2013. Pembuatan Sabun Lunak dari
Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal Teknik
Kimia. 2(19) : 42-48.

Praputri, E., Sundari, E., Firdaus, F. dan Sofyan, S. 2018. Penggunaan Katalis
Homogen dan Heterogen pada Proses Hidrolisis PAti Umbi Singkong
Karet Menjadi Glukosa. Jurnal Litbang Industri. 8(2) : 105-106.

Pratiwi, R. A. dan Nandiyanto, A. B. D. 2022. How to Read and Interpret UV-VIS


Spectrophotometric Results in Determining the Structure of Chemical
Compounds. Indonesian Journal of Educational Research and
Technology. 2(1) : 1-20.

Putri, D.A. dan Rengga, W.D.P. 2021. Kimia Organik II. Tasikmalaya :
Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.

Ritonga, M.Y. dan Mangungsong, R.R.G. 2016. Pembuatan Metil Ester dari
Minyak Kemiri Sunan dengan Keberadaan CO-Solvent Aseton dan Katalis
Hidrogen Natrium Silikat Terkalisinasi. Jurnal Teknik Kimia. 5(3) : 17-23.

Rony, K.A. dan Netty, H. 2020. Kimia Fisika I. Palembang : CV Amanah.

Universitas Sriwijaya
10

Saputra, F., Fadli, A. dan Amri, A. 2016. Kinetika Reaksi pada Sintesis
Hidroksiapati dengan Metode Presipitasi. Jurnal Jom FTEKNIK. 3(1) : 2.

Sulastri dan Rahmadani, R.F. 2017. Buku Ajar Kimia Dasar 1. Aceh:Syiah Kuala
University Press.

Trisunaryanti, W. 2018. Material Katalis dan Karakternya. Yogyakarta :Gajah


Mada University Press.

Warono, D. dan Syamsudin. 2013. Unjuk Kerja Spektrofotometer untuk Analisa


Zat Aktif Ketoprofen. Jurnal Konversi. 2(2) : 57-65.

Widi, R.K. 2018. Pemanfaatan Material Anorganik Pengenalan dan Beberapa


Inovesi di Bidang Penelitian. Yogyakarta : Deepublish.
Chang,R. 2004. Kimia Dasar : Konsep Konsep Inti. Jakarta : Erlangga.
Mon, I., Yerimadesi. dan Hardeli. 2012. Kinetika Kimia. Padang: UNP Press.
Rony, K.A. dan Netty, H. 2020. Kimia Fisika I. Palembang : CV Amanah.
Yuda,C.R., Irdiansyah dan Prihatiningtyas,I. 2017. Studi Kinetika Pengaruh Suhu
Terhadap Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Kulit Jeruk Nipis Dengan Pelarut
Etanol. Jurnal Chemurgy. 01(1): 22-26.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai