b. Sub Reflector
Berfungsi untuk memantulkan kembali sinyal dari main reflector menuju titik api (feed
horn), dan sebaliknya.
c. Feed Horn
Pada sisi penerima bagian ini berfungsi untuk menangkap sinyal dari satelit yang
telah dikumpulkan oleh main reflector dan sub reflector untuk diteruskan ke LNA.
Sebaiknya pada sisi pemancar berfungsi untuk melepaskan sinyal dari HPA yang
selanjutnya dipancarkan ke satelit.
d. Duplexer
Adalah komponen wave guide yang mempunyai fungsi sebagai pemisah antara
sinyal transmisi dan sinyal receive.
e. Polarizer
Adalah komponen wave guide yang mempunyai fungsi untuk memilih polaritas sinyal
sesuai dengan bidang polaritas yang dikehendaki.
f. Manual Jack
Merupakan bagian antena yang digunakan untuk mengatur arah antena secara
manual.
b. Cassegrain
Berbeda dengan antena prime focus, pada antena cassegrain memiliki dua reflektor
yang berbentuk paraboloid dan sebuah sub reflektor yang berbentuk hiperboloid.
Sinyal yang diterima dari satelit dipancarkan oleh reflektor utama ( main reflektor )
menuju feed horn. ( Pada umumnya dipakai di stasiun bumi PT. TELKOM ).
c. Gregorian
Pada prinsipnya jenis antena ini memiliki konstruksi yang sama dengan jenis
cassegrain, namun pada antena Gregorian sub reflektornya berbentuk ellipsoidal
yang terletak di sebelah titik fokus.
d. Antena Offset
Berbeda dengan tiga jenis antena di atas yang memiliki sistem reflektor asimetris
dimana baik feed horn maupun sub reflektor terletak di luar cakupan reflektor,
sehingga baik sinyal yang datang maupun yang dikirim ke satelit tidak mengalami
halangan apapun.
Gambar 2 . 4
Contoh perhitungan :
Stasiun Bumi X = longitude 130° .000 BT
= latitude 9° .000 LS
Satelit B2R = longitude 108° .000 BT
Maka :
b = 130° .000 - 108° . 000 - 22° .000
c = -9° .000
A = arc tan [ tan 22 / sin -9 ]
= -68,834 atau
= 360 – 68,834
= 291,166.
Elevasi
E = arc [ (cos d – 0,151269) / sin d ]
Dimana :
d = arc cos ( cos ccos b )
E = sudut elevasi
b = longitude SB – longitude satelit
c = latitude SB
0,15 sin 9
DEC = arctan
√ (1-0,32cos9.cos22-0,08cos9)
= 1,571
Keuntungan menggunakan sistem pengarahan-Azimuth-Elevasi adalah: kita lebih
mudah membayangkan letak satelit, karena pada sistem ini referensinya adalah
kutub utara dan horizon setempat sehingga kita hanya cukup mengetahui besarnya
sudut Azimuth dan Elevasi.
Keuntungan menggunakan antena sistem Hour Angel Declinasi adalah : untuk
mengubah ke satelit dengan orbit GEOSYNCHRONOUS cukup hanya mengubah
sudut Angel-nya saja karena sudut Declinasi perubahannya kecil sekali ( relative
kecil ).
Sebagai penguat awal pada sistem penerima stasiun bumi, LNA harus ditempatkan
sedekat mungkin dengan antena. Hal ini dimaksudkan agar noise tambahan yang
disebabkan oleh redaman pada feed horn sekecil mungkin, sehingga dapat
diperoleh G / T lebih baik (cukup tinggi).
A. Parameter LNA
Adalah LNA yang menggunakan penguat parametik sebagai penguat pertamanya,
dengan gain sekitar 15 s/d 20 dB.
Kemudian tingkat keduanya adalah penguat transisitor biasa dengan gain sekitar 35
s/d 40 dB. LNA ini dilengkapi dengan sebuah lokal control dan monitor jika terjadi
gangguan pada LNA tersebut. Di dalam Operasinya LNA ini memutuhkan hembusan
udara kering dari dehydrator untuk menjaga terhadap kelembaban udara yang
berlebihan.
Parametik LNA ada dua jenis yaitu :
Uncooled Parametik LNA
- LNA ini bekerja pada suhu ± 57 derajat
Cooled Parametik LNA
- LNA ini bekerja pada suhu ± 12 derajat.
B. Ga As FET LNA
Adalah merupakan penguat transistor Efek Medan Gallium Arsenide berbentuk
sederhana yang terdiri dari beberapa tingkat penguat transistor.
Pada prinsipnya LNA jenis ini terdiri dari dua tingkat penguataan yaitu :
Penguat pertama Gallium Arsenit Field Effect Transistor dengan gain 23 dB ( dua
tingkat ).
Penguat berikutnya terdiri dari beberapa transistor biasa dengan gain 32 dB.
Selain bentuknya yang sangat sederhana dan ukurannya lebih kecil, harganya pun
lebih murah.
Dalam tahun-tahun perkembangan teknologis memberikan kemajuan yang besar
terhadap LNA Ga As FET karena terbukti dapat menampilkan gain yang lebih besar
dan noise temperature yang lebih rendah.
G = 10 log Po / Pi d
Dimana :
Po = Daya Output ( dalam mW atau W )
Pi = Daya Input (dalam mW atau W )
TEMP NOMINAL
No. Pabrik P / N TYPE KETERANGAN
DERAU GAIN (dB)
1 AIL 400D parametik 80 55 SB FORD
2 LNR - NC4 - 80 parametik 75 55 SB ITT
3 LNR - NC4 - 45 parametik 45 60 SB HASI
4 LNR - NC4 - 45SC parametik 45 55 SBB TDMA-I
5 NEC GaAsFET 100 50 SBK-72
6 AVANTED GaAsFET 80 50 SBK-72
SPU/SB-SB (DC-
7 AMPLICA GaAsFET 70 60 15V)
8 AMPLICA GaAsFET 50 60 SPU/SB 220 V
ACD 306302
9 AMPLICA GaAsFET 50 60 SB DAERAH
ACD 306351 (DC-12V )
10 HEMT GaAsFET 45 50 SBK(CBI)Xportable
11 CN - 40 GaAsFET 35 48 SBK
SPU/SB-SB (DC-
12 MAXTECH GaAsFET 40 60 15V)
LCA - 4040
13 INTI GaAsFET 80 50 SBK INTI - 72
NA 6 - 9
14 SA - 300 - 16 GaAsFET 50 55 SB O 5M, O 10M
Berbagai type atau merk LNA yang digunakan di SKSD dan data-data teknis
Catatan : Band Frekuensi kerja ( 3,7 – 4,2 ) GHz.
Sinyl RF yang berasal dari up converter biasanya berdaya rendah, sehingga setelah
melalui penguat HPA sinyal RF tesrsebut akan berdaya besar yang selanjutnya
diteruskan ke antena untuk dipancarkan ke satelit.
Semua penguat tabung semacam TWT, tentu berlaku aturan sesuai grafik tersebut.
Pada gambar terlihat tiga daerah atau region pada grafik, yaitu :
Seberapa jauh grafik output diturunkan ke bawah menjauhi titik jenuh, disebut
“OUTPUT BACK OFF”.
Seberapa jauh grafik input bergeser ke kiri menjauhi titik jenuh, disebut “INPUT
BACK OFF”.
Secara umum umtuk amplifier yang menggunakn TWT akan selalu aman bila
bekerja pada 10 dB Output Back Off.
sinyal input II
X2 (t) = Cos W 2 t………………………………………( 4 )
Dimana W 1 dan W 2 tidak beda jauh.
Dimana sinyal input I dan sinyal input II bekerja pad penguat yang tidak linier, maka
kita subtitusikan persamaan ( 3 ) dan ( 4 ) pada persamaan ( 2 ), hasilnya adalah :
Ingat !!
Sin (α + B) = sin α cos B + cos α sin B
Sin (α – B) = sin α cos B – cos α sin B
Cos (α + B) = sin α cos B – cos α sin B
Cos (α – B) = sin α cos B + cos α sin B
Terlihat bahwa sumbu frekuensi suku ketiga dari persamaan (7), yaitu :
K2 cos ( 2 w1(t) – w2(t) , letaknya dekat dengan sinyal asal yaitu persamaan (3) dan
(4).
Dengan cara yang sama, penyelesaian suku ketiga dari persamaan (6) yaitu 3
x 1(t) x22(t) dengan substitusi persamaan (3) dan (4) menghasilkan :
= K1 cos W 1(t) + K2 cos (2W 2(t) + W 1(t)) + K2 cos (2W 2(t)– W 1(t))….(8)
dimana K1 dan K2 = konstanta.
Terlihat bahwa sumber frekuensi suku ke tiga dari persamaan (8) yaitu K 2 cos
(2W 2(t) –W 1(t)), letaknya dekat dengan sinyal asal yaitu persamaan (3) dan (4).
B. Analisa
Dari latar belakang matematis tersebut di atas terlihat bahwa penyebab
terjadinya komponen intermodulasi adalah pangkat ganjl dari grafik hubungan input-
output, karena sumbu jatuh di dekat sinyal-sinyal asalnya.
Karena dalam haal ini penyebab tersebut adalah orde pangkat 3, maka hasilnya
dinamai “3rd order IM PRODUCT”
Sebetulnya hasil intermodulasi pada orde pangkat 5 ada juga ang jtuh pada lokasi
sinyal asal, namun diabaikan karena kecil.
Besarnya daya dari 3rd order improduct ditentukan oleh besarnya faktor a 3 lihat pers
(5), faktor ini menyatakan tingkat ketidaklinieran suatu penguat.
Dalam operasionalnya suatu penguat HPA, beda daya antara sinyal asli dan 3rd order
improduct yang diizinkan adalah lebih besar dari 28 dB, atau biasa disebut besarnya
improduct 28 dBC.
Gambar 2.8
Gambar 2.9
D. Dampak INTERMODULASI
Beberapa dampak yang sangat fatal dari intermodulasi antara lain:
Cross Talk
Broken call
Penurunan kualitas kanal
Penurunan successful call
Interferensi pada XPNDR
Contoh Perhitungan :
1. Diketahui SB Tentena sbb:
HPA 125 Watt Varian
Pout ( sat ) = 34 dBm ≈ 2,52 Watt
Gain pada saat saturasi = 28 dB
Gain pada saat kondisi linear = 36 dB
Pout pada saat IM PRODUCT sama dengan 28 dBC – 26 dBm ≈ 0,4 w
Antena diameter = 10 meter
Gain antena = 53 dB
IFL loss = 1,5 dB
EIRP standard SCPC = 44,4 dBw/ CXR
Ditanyakan , berapa kemampuan Sb antenna tersebut melayani kanal SCPC,
dan beberapa dB cadangan daya yang masih dipunyai SB tersebut !
Jawaban :
P out HPA/CXR = EIRP/CXR – G.ant + IFL Loss
= 44,4 – 53 + 1,5
= -7,1 dBw – 22,9 dBm
= 0,2 Watt
Kapasitas kanal;
(tanpa Vox)
Jawab :
Kapasitas HPA 100 watt 10 dB output Back Off, berarti output max HPA yang
diizinkan,
= 56 dBm – 10 dB
= 46 dBm.
= 39,8 watt.
Input max HPA yang diizinkan,
= 46 dBm – 70 dB
X = -24 dBm
= 3,98 . 10 –6 watt
= 3,98 . 10 –3 M watt
Output HPA/CXR,
= EIRP – G. ant + loss FFL
= 40 – 55 + 1,5
= -13,5 dBw/CXR
= 16,5 dBm/CXR
Input HPA/CXR = 16,5 dBm – 70 Db
= -53,5 dBm.
Jumlah kanal maximum yang dapat ditransmisikan adalah :
X = a + 10 log n
Dimana : n = Jumlah kanal
a = Input HPA/CXR
x = Input max HPA
II.4.1 Up Converter
Gambar 2.11
Jika dikehendaki frekuensi pancar sebesar 6.075 GHz, maka frekuensi osilator
ke – dua harus tune pada frekuensi sebesar 7.1875 GHz ( 6.075 GHz 1.1125 GHz
). Besarnya frekuensi pancar tersebut terkait dengan transponder yang digunakan
oleh stasiun bumi yang bersangkutan. Dengan demikian masukan signal IF ke Up
Converter akan dihasilkan output RF yang memiliki frekuensi antara 5.925 GHz –
6.425 GHz setelah melewati dua kali translasi.
a.Single Convertion
Proses perubahan ( translasi ) signal IF menjadi sinyal RF melalui satu kali
konversi.
BPF : Meletakkan band frekuensi yang diinginkan menuju mixer pertama
Mixer : Frekuensi RF dicampur dengan frekuensi yang berasal dari osilator pertama.
Osilator pertama : outputnya variable, yaitu bisa dipilih beasr frekuensi antara
100.26042 – 110.67708 MHz yang selanjutnya diinputkan ke multiplexer 48 kali.
Multiplexer 48 kali : outputnya adalah frekuensi antara 4.1825 – 5.3125 GHz.
LPF 1 : outputnya dihasilkan fekuensi 1.1125 GHz dari hasil pencampuran pada mixer
1.
Amplifier : penguat 1 GHz sebelum ditranslasikan untuk kedua kalinya.
Mixer II : penguat 1.1125 GHz dicampur dengan frekuensi 1.1825 GHz dari osilator II
sehingga dihasilkan frekuensi IF sebesar 70 18 MHz.
LPF II : digunakan agar diperoleh output atau fekuensi IF benar-benar sebesar
70 18 MHz.
Pada down converter ini osilator pertama dapat diatur besar ferkuensi
outputnya, sehingga receiver dapat menerima berbagai frekuensi RF. Perubahan
frekuensi input ( RF ) harus diikuti dengan penahan kembali osilator pertama.
Secara sederhana blok diagram Up/Down Converter dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 2.14
c. Rangkuman
o Antena adalah suatu tranducer ( pengubah ) yang dapat merubah besaran listrik
menjadi gelombang elektromagnetik untuk kemudian dipancarkan ke angkasa, dan
sebaliknya.
o Dengan kata lain antena dapat berfungsi sebagai penguat daya dan mengubah dari
gelombang RF terbimbing menjadi gelombang ruang bebas.
o LNA adalah suatu penguat pada sistem penerima dengan daerah thermal rendah
yang dipasang pada antena stasiun bumi.
o Perangkat ini berfungsi untuk memperkuat sinyal yang diterima oleh antena parabola
dari satelit.
o Sebagai penguat awal pada sistem penerima stasiun bumi, LNA harus ditempatkan
sedekat mungkin dengan antena. Hal ini dimaksudkan agar noise tambahan yang
disebabkan oleh redaman pada feed horn sekecil mungkin, sehingga dapat
diperoleh G / T lebih baik (cukup tinggi
o HPA merupakan suatu perangkat yang berfungsi sebagai penguat daya ( Amplifier )
pada gelombang RF dengan daya keluaran yang cukup besar.
o Sinyl RF yang berasal dari up converter biasanya berdaya rendah, sehingga setelah
melalui penguat HPA sinyal RF tesrsebut akan berdaya besar yang selanjutnya
diteruskan ke antena untuk dipancarkan ke satelit
o Up Converter adalah suatu perangkat yang berfungsi untuk mentranslasikan sinyal
IF (70 18 MHz). Menjadi sinyal RF yang terletak antara band frekuensi 5,925 GHz
s/d 6.425 GHz, untuk kemudian diteruskan ke HPA.
o Down Converter berfungsi untuk melaksanakan translasi frekuensi antara 3.7 – 4.2
GHz frekuensi IF ( 70 18 MHz ). Untuk proses translasi
d. Tugas 2:
1. Diskusikan dengan teman anda tentang peralatan komunikasi didalam SISKOMSAT
2. Buat rangkuman dari hasil yang anda diskusikan
e. Soal Formatif
1. Sebuah stasiun bumi memiliki parameter sebagai berikut
Antena = Parabola
Diameter = 10 m
Frekuensi = 6 Ghz
Efisiensi = 70 %
Tentukkanlah
at
2. Sebuah satelit terletak pada 108 derajat BT dan sebuah stasiun bumi X berada pada 5 derajat 6
menit LS dan 119 derajat 30 menit
Tentukanlah :
asi SB
ut SB
3. Sebuah stasiun bumi memiliki parameter LNA sebagai berikut :
A)
an suhu 45 derajat
0,5 Ghz
Tentukanlah :
utput )
oise )
4. Sebuah amplifier bekerja pada tiga buah sinyal yaitu
Tentukanlah :
l intermodulasi
ermodulasi
5. Sebuah SB memancarkan 10 channel SCPC dengan EIRP 44 dBW / Carrier, FDM-FM dengan
EIRP 75 dBW dan TV analog dengan EIRP 75 dBW. Jika HPA beroperasi pada output back – off
sebesar 8 dB dan Gain antena sebesar 53 dB dan loss feeder sebesar 2 dB
Tentukanlah
f. Kunci Jawaban :
. G = 54,41 dB
BW = 0,35 derajat
Gr = -3,888 dB
. Sudut elevasi = 75,223 derajat
Sudut azimut = -66,4derajat
. Po = 0,063mW
Pn = -125,08 dBW
. Produk intermodulasinya
a. 2 f1 – f2 = 200 – 101 = 99 Hz
b. 2 f1 – f3 = 200 – 102 = 98 Hz
c. 2 f2 – f1 = 202 – 100 = 102 Hz
d. 2 f2 – f3 = 202 – 102 = 100 Hz
e. 2 f3 – f1 = 204 – 100 = 104 Hz
f. 2 f3 - f2 = 204 – 101 = 103 Hz
g. f1 + f2 – f3 = 100 + 101 – 102 = 99 Hz
h. f1 + f3 – f2 = 100 + 102 – 101 = 101 Hz
i. f2 + f3 – f1 = 101 + 102 – 100 = 102 Hz
Lokasi intermodulasinya adalah : c,d,h, dan i
Dampak intermodulasinya adalah :
Cross Talk
Broken call
Penurunan kualitas kanal
Penurunan successful call
Interferensi pada XPNDR