Anda di halaman 1dari 6

1.

SWR Meter

SWR (Standing Wave Ratio) atau biasa disebut juga VSWR (Voltage
Standing Wave Ratio) merupakan perbandingan tegangan maksimum dan
tegangan minimum gelombang berdiri pada saluran transmisi. Bila impedansi
saluran transmisi tidak sesuai dengan transceiver maka akan timbul daya refleksi
(reflected power) pada saluran yang berinterferensi dengan daya maju (forward
power). Interferensi ini menghasilkan gelombang berdiri (standing wave) yang
besarnya tergantung pada besarnya daya refleksi.

Vmax
VSWR=
Vmin

Cara Kalibrasi SWR Meter


1. Hubungan SWR meter diantara TX dan antena atau dummy load pada
konektor yang sesuai (TX ke pesawat, ANT ke antena).
2. Letakkan saklar S1 pada posisi FWD. Hidupkan pesawat TX. Jarum akan
menunjuk ke suatu angka. Aturlah VR2 sehingga jarum mencapai skala
maksimum.
3. Ubah saklar pada REF. Jarum akan menunjuk ke suatu angka (misal 1,5).
4. Balikkan posisi SWR meter. TX ke antena dan pesawat ke ANT. Ulangi
prosedur 2 dan 3. Jarum harus menunjuk angka yang sama (misal 1,5).
5. Bila prosedur 4 tidak tercapai putar trimpot VR1. Bila hal ini tidak menolong
berarti VR1 sedikit ke kiri atau ke kanan.
6. Ulangi prosedur 1 sampai 5 berulang-ulang sampai penunjukan meter sama.

Pengukuran SWR

Dalam mengukur nilai SWR biasanya SWR meter tidak menunjukkan


nilai SWR yang sesungguhnya, terutama apabila SWR jauh dari 1 : 1. Hal
tersebut disebabkan oleh friksi yang terjadi pada saluran transmisi.

SWR dapat dinyatakan dengan :


Vf +Vr
SWR=
Vf −Vr

Vf = tegangan maju ke antena (forward)


Vr = tegangan pantul dari antna (reflected)

Pengukuran SWR dilakukakan dengan meletakkan SWR meter didekat


pemancar. Misalkan tegangan maksimum yang keluar dari TX adalah 10 volt.
Dengan adanya friksi atau rugi-rugi saluran, tegangan yang sampai di antena
hanya 9 volt. Tegangan pantul dari antena 3 volt. Tegangan ini disalurkan ke TX
yang juga mengalami redaman. Sampai di TX tinggal 2,7 volt. SWR yang
terbaca :

Vf +Vr
SWR=
Vf −Vr

10+ 2,7
SWR= =1,73
20−2,7

Namun bila SWR diletakkan di dekat antena, SWR yang terbaca adalah :

9+3
SWR= =2,0
9−3

Dari dua perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hasil
kedua pengukuran tersebut berbeda. Hasil yang benar adalah 1 : 2,0. Jadi bila
SWR meter diletakkan dekat TX maka SWR yang sesungguhnya lebih besar
daripada yang terukur. Kesalahan akan bertambah besar bila saluran transmisinya
panjang. Dalam praktek cara pertama boleh dipakai bila SWR menunjukkan
rendah (SWR 1 : 1,1) karena penambahannya sedikit. Tetapi bila penunjukan 1 :
1,0 atau lebih segeralah pindahkan SWR meter ke dekat antena agar
penunjukannya tidak terlalu banyak meleset. Apalagi bila koaxialnya panjang
sekali (20 meter atau lebih) atur kembali matching antena.
2. Antenna Analyzer

Antenna Analyzer adalah perangkat yang digunakan untuk mengukur


impedansi input sistem antena dalam aplikasi elektronik radio. Dalam sistem
komunikasi radio, termasuk radio amatir , Antenna Analyzer merupakan alat yang
umum digunakan untuk memecahkan masalah antena dan feedlines serta
menyempurnakan kinerja mereka.

Banyak pemancar menyertakan SWR Meter dalam sirkuit keluaran yang


berfungsi untuk mengukur gelombang yang dipantulkan dari antena kembali ke
pemancar. Daya yang dipantulkan dari antena yang disetel dengan buruk dapat
menghadirkan beban yang tidak sesuai pada pemancar sehingga dapat
merusaknya. Sebuah Antenna Analyzer impedansi-kompleks biasanya hanya
membutuhkan beberapa miliwatt daya diterapkan pada antena. Ini menghindari
kemungkinan kerusakan pada pemancar ketika antena tidak disetel dengan benar.
Selain itu, jika daya sangat rendah, alat analisis dapat digunakan di luar pita
frekuensi yang dilisensikan ke operator pemancar dan dengan demikian
mendapatkan data kinerja antena pada rentang frekuensi.

3. Field Strength Meter

Field Strength Meter adalah instrumen yang mengukur kekuatan medan


listrik yang berasal dari pemancar. Field Strength Meter digunakan untuk
meluruskan antena untuk mendapatkan penguatan terbaik, untuk menentukan
jangkauan transmisi pengontrol radio.

Dalam ruang bebas yang ideal, kekuatan medan listrik yang dihasilkan
oleh pemancar dengan radiator isotropik dapat dihitung dengan

30 . P
E≈ √
d

E = kekuatan medan listrik dalam volt per meter


P = output daya pemancar dalam watt
D = jarak dari radiator dalam meter
Z0
Faktor √ 30 adalah perkiraan
√ 4π
dimana Z0 = 119.9169832π Ohm

Berdasarkan persamaan diatas dapat diketahui bahwa kekuatan medan


listrik berbanding terbalik dengan jarak antara pemancar dan penerima. Namun,
hubungan ini tidak praktis untuk menghitung kekuatan medan yang dihasilkan
oleh pemancar terestrial, di mana refleksi dan redaman yang disebabkan oleh
benda-benda di sekitar pemancar atau penerima dapat sangat mempengaruhi
kekuatan medan listrik.

Saat mengukur dengan Field Strength Meter, penting untuk menggunakan


antena yang dikalibrasi seperti antena standar yang disertakan dengan meteran.
Untuk pengukuran presisi, antena harus pada ketinggian standar. Nilai ketinggian
standar yang sering digunakan untuk pengukuran VHF dan UHF adalah 10 meter.

4. Teknik Signal Reporting

Pada saat berkomunikasi dengan menggunakan radio biasanya perlu


dilengkapi dengan melakukan laporan sinyal kepada lawan berbicara. Derajat
kekuatan sinyal dapat digunakan seperti yang ada dibawah ini :

Strength (S)
1 = sinyal yang sayup-sayup
2 = sinyal yang sangat lemah
3 = sinyal yang lemah
4 = sinyal yang hampir lumayan
5 = sinyal yang lumayan
6 = sinyal yang baik
7 = sinyal yang mendekati kuat
8 = sinyal yang kuat
9 = sinyal yang sangat kuat

Cara memberikan laporan kekuatan sinyal, dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Memberikan perkiraan kekuatan sinyal dengan menyebutkan angka-angka
derajat kekuatan sinyal seperti diatas.
2. Melaporkan kekuatan sinyal dengan cara membaca langsung nilai yang
ditunjukan oleh S-meter yang terdapat pada pesawat KRAP, S-meter tersebut
biasanya terdapat angka-angka dari 1 sampai dengan 9. Untuk melaporkan
penerimaan lebih dari angka 9, dapat disebutkan… dB (decibel) di atas S-9.

Nilai untuk kualitas modulasi (readability), dapat dilaporkan sebagai berikut:


1 = sama sekali tidak terbaca
2 = kadang-kadang terbaca beberapa kata
3 = dapat dibaca dengan sedikit kesukaran
4 = dapat dibaca tanpa mengalami kesukaran
5 = benar-benar dapat dibaca dengan mudah
Referensi

Electro Schematics. RF Field Strength Meter Circuit

https://www.electroschematics.com/field-strength-meter/

Elekro Indonesia. 1999. SWR Meter.


https://www.elektroindonesia.com/elektro/el02e.html

Reference Data for Radio Engineers, Howard W.Sams Co.Inc.,ISBN 0-672-


21218-8, p 27-7

K.H.Kaltbeitzer: Technical Monograph 3104, EBU Technical Centre, 1965, p.24

Practical Radio Frequency Test and Measurement: A Technician's Handbook by


Joseph J. Carr, P. 319. Published by Newnes, 1999. ISBN 0-7506-7161-0, ISBN
978-0-7506-7161-3

Secrets of RF Circuit Design by Joseph J. Carr, Chapter 17, Building and using
the RF noise bridge. ISBN 0-07-137067-6

The ARRL Handbook for Radio Communications 2007: The Comprehensive RF


Engineering Reference by Mark J. Wilson, Dana G. Reed. Published by American
Radio Relay League, ISBN 0-87259-976-0, ISBN 978-0-87259-976-5

Anda mungkin juga menyukai