Anda di halaman 1dari 5

DUMMY LOAD

Salah satu peralatan standar amatir radio dan adalah “RF Dummy Load”. RF Dummy Load yaitu sebuah
resistor murni dengan besaran impedansi yang sesuai dengan saluran transmisi yang digunakan, dummy
load tidak harus bernilai 50 Ohm, bisa 75 Ohm, 120 Ohm, atau berapa saja. Karena mayoritas saluran
transmisi pada transceiver adalah 50 Ohm, maka banyak yang kita dapati dipasaran dummy load memiliki
impedansi murni sebesar 50 Ohm.
Kontruksi Dummy Load

Bila kita bekerja pada frekuensi tinggi, maka kita akan dikenalkan dengan sebutan impedansi riil atau
murni dan impedansi imaginer atau khayal. Impedansi imajiner atau khayal dibagi menjadi 2, yaitu
bersifat induktif (kumparan) atau bersifat kapasitif (kondensator), dalam teori rangkaian listrik ketiganya
dituliskan sebagai berikut:

Z = R + jX
Z adalah impedansi kompleks, yaitu campuran impedansi riil dan khayal (satuan Ohm)
R adalah impedansi riil (satuam Ohm)
X adalah impedansi khayal (satuan Ohm)
j adalah notasi untuk bilangan khayal, -j adalah kapasitif, +j adalah induktif

Sebuah antenna hertzian, atau antenna yang memenuhi kaidah/ hukum hertz, ambil saja dipole 1/2
lambda, ia memiliki impedansi (hampir) murni, yaitu memiliki impedansi khayal yang mendekati nilai
nol, sementara impedansi riilnya memiliki nilai hampir 50 Ohm.

Apa gunanya RF Dummy Load ?


Sebagian jawabanya, misalkan:
1. Sebagai pengganti antena saat melakukan testing terhadap Transmitter.
Pada saat melakukan testing transmitter, selalu gunakan dummy load sebagai pengganti antenna.
Sesuaikan besarnya impedansi dummy load dengan impedansi output transmitter, biasanya 50 Ohm,
sehingga akan diperoleh SWR = 1, sehingga akan mencegah transistor final mengalami kerusakan.
2. Sebagai referensi dalam melakukan tuning antenna.
Dummy load yang matched dengan saluran transmisi transmitter maka akan menmberikan SWR = 1,
maka bila antenna kita memberikan nilai SWR > 1, maka nilainya tidak sama dengan 50 Ohm.
Cara membuat RF Dummy Load yang mudah dan murah yang saya buat :
Bahan-bahan yang digunakan adalah:
1. Jack atau Socket PL (sesuai dengan terminal antenna anda)
2. PCB Polos, untuk memasang socket dan tempat menyatukan kaki-kaki resistor
3. 20 Buah resistor masing-masing 2W dengan nilai 1K, sehingga dummy load akan memiliki
kemampuan mendisipasi daya RF sampai dengan 2W x 20 = 40 W
4. Untuk Konektor /sambuangan saya sarankan yang langsung jangan sambungan seperti contoh jadi lebih
murah (25rb)

Usahakan resistor ini tidak bersifat induktif, dan hindari resistor kotak yang berwarna putih.
Potong PCB bulat dengan diameter 3 cm, buat lobang untuk menempatkan kabel RG 58, lalu lakukan
penyolderan semua resistor tersebut secara paralel, sehingga total nilai resistor adalah 50 Ohm. Lihat
gambar RF Dummy Load yang saya buat, sederhana dan murah.
Oh ya, karena resistor bulat yang bersifat resistif ini di pasaran biasanya memiliki kemampuan disipasi
daya maksimum sebesar 2 W, maka untuk membuat RF Dummy Load dengan kemampuan
disipasi daya lebih besar dapat digunakan lebih banyak resistor dengan cara menghitung sbb:
Jumlah Resistor = Harga Sebuah Resistor / 50
Contoh:
Resistor 2K/2W, maka membutuhkan 2.000 / 50 = 40 buah
Kemampuan Disipasi Daya = 40 x 2 W = 80 Watt
Sya telah menggunakan RF Dummy Load buatan sendiri tersebut cukup baik untuk VHF (Very High
Frequency).
SWR Meter
Standing Wave Ratio

Standing wave ratio disingkat SWR kadang-kadang disingkat dengan nama VSWR (Voltage
Standing Wave Ratio). Bila impedansi saluran transmisi tidak sesuai dengan transceiver maka
akan timbul daya refleksi (reflected power) pada saluran yang berinterferensi dengan daya maju
(forward power). Interferensi ini menghasilkan gelombang berdiri (standing wave) yang
besarnya tergantung pada besarnya daya refleksi.

VSWR didefinisikan sebagai perbandingan tegangan maksimum dan tegangan minimum


gelombang berdiri pada saluran transmisi :

VSWR =

Daftar Komponen
D1,D2 = 1N34, 1N60 (dioda germanium)
C1,C2 = 0,001 uF keramik
VR1 = 100 ohm trimpot
VR2 = 50 Kohm potensio
C3 = 0,001 uF
J1,J2 = konektor , PL259
M1 = 0 – 1 mA linear
S1 = single pole, toggle switch
L = kabel koaxial RG 58 A/U panjang 9,5cm

Konstruksi
SWR dapat dinyatakan sebagai berikut :

Vf adalah tegangan maju ke antena (forward)


Vr adalah tegangan pantul dari antena (reflected)

Rangkaian SWR meter dapat dilihat pada gambar 1.

Konstruksi cukup sederhana, tetapi dapat diandalkan dan dapat dibuat dengan komponen yang
banyak terdapat di pasaran. Komponen utamanya adalah kabel koaxial yang sesuai dengan
saluran transmisi (RG 58 A/U, impedansi 50 ohm).

Potonglah kabel koaxial sepanjang 3,75 inch (2,54 % 3,75 = 9,5 cm) lalu ujungnya dikupas
sepanjang 1/8 inch. Tepat di tengah-tengah, koaxial dikerat dengan pisau yang tajam atau cutter.
Kupaslah konduktor luar yang berupa anyaman. Lalu isolator dikerat sehingga koduktor dalam
terlihat. Kemudian solderkan konduktor dalam dengan 100 ohm trimpot melalui sepotong kawat
kecil. Tahanan ini nantinya diatur sehingga sama dengan impedansi saluran. Jagalah agar
konduktor dalam dan luar tidak terhubung singkat (diisolasi dengan cellotape). Selanjutnya
ujung-ujung koaxial bagian luar disolder pada bagian tengah kedua konektor.

Salah satu komponen yang kritis adalah meter. Untuk ini dipakai 0 – 1 mA linier, tetapi skalanya
dikalibrasikan terhadap skala SWR. Letak variabel resistor trimpot harus di tengah-tengah
koaxial. Ini menentukan kesetimbangan titik nol.

Tegangan maju yang berupa titik imbas disearahkan oleh D1 dan melalui Low Pass Filter C1
yang kemudian dideteksi M1. Sedangkan tegangan pantul akan melalui D2 dan C2. Berilah tanda
FWD dan REF pada saklar S1, ANT, dan TX pada konektor yang sesuai.

Kalibrasi

1. Hubungan SWR meter diantara TX dan antena atau dummy load pada konektor yang
sesuai (TX ke pesawat, ANT ke antena).
2. Letakkan saklar S1 pada posisi FWD. Hidupkan pesawat TX. Jarum akan menunjuk ke
suatu angka. Aturlah VR2 sehingga jarum mencapai skala maksimum.
3. Ubah saklar pada REF. Jarum akan menunjuk ke suatu angka (misal 1,5).
4. Balikkan posisi SWR meter. TX ke antena dan pesawat ke ANT. Ulangi prosedur 2 dan
3. Jarum harus menunjuk angka yang sama (misal 1,5).
5. Bila prosedur 4 tidak tercapai putar trimpot VR1. Bila hal ini tidak menolong berarti VR1
sedikit ke kiri atau ke kanan.
6. Ulangi prosedur 1 sampai 5 berulang-ulang sampai penunjukan meter sama.

Pengukuran SWR

Kadang-kadang SWR meter tidak menunjukkan harga standing wave ratio yang sebenarnya,
terutama bila SWR jauh dari 1 : 1. Ini akibat rugi-rugi pada saluran transmisi. Hal ini dapat
dilihat pada gambar 2.

SWR meter diletakkan dekat pemancar. Misalkan tegangan maksimum yang keluar dari TX
adalah 10 volt. Karena rugi-rugi saluran, tegangan yang sampai di antena adalah 9 volt.
Tegangan pantul dari antena 3 volt. Tegangan ini disalurkan ke TX yang juga mengalami
redaman. Sampai di TX tinggal 2,7 volt. SWR yang terbaca :

Namun bila SWR diletakkan di dekat antena, SWR yang terbaca adalah :
Ternyata kedua pengukuran berbeda. Hasil yang benar adalah 1 : 2,0. Jadi bila SWR meter
diletakkan dekat TX SWR yang sesungguhnya lebih besar daripada yang terukur. Kesalahan
akan bertambah besar bila saluran transmisinya panjang. Dalam praktek cara pertama boleh
dipakai bila SWR menunjukkan rendah (SWR 1 : 1,1) karena penambahannya sedikit. Tetapi
bila penunjukan 1 : 1,0 atau lebih segeralah pindahkan SWR meter ke dekat antena agar
penunjukannya tidak terlalu banyak meleset. Apalagi bila koaxialnya panjang sekali (20 meter
atau lebih) atur kembali matching antena anda. Selamat bereksperimen.

Gambar 1

Gambar 2

Anda mungkin juga menyukai