Anda di halaman 1dari 8

Nama : Indah Puji Lestari

No.Abs : 08
Kelas : TE2A
NIM : 4.31.18.0.09

Rabu, 24 Juni 2020


Antena Dan Propagasi (Praktik)

Materi kuliah Praktik Antena hari ini:


Silahkan browsing untuk langkah-langkah pengujian VSWR antena

Umumnya, hanya dua hal yang dihitung dari penggunaan VSWR, yaitu DTF
(Distance to Fault) dan SWR (Signal Wave Ratio).
GSM 2G 900 : 890 – 960
GSM 2G 1800 : 1710 – 1880
UMTS 3G : 1980 – 2170

Katakanlah, yang akan di VSWR adalah sebagai berikut:


Standart : 2G
Band : 900
Jenis Kabel : AVA, diameter 7/8.
Panjang Feeder : 80m
Maka yang harus dilakukan adalah :
1. Hidupkan Site Master
2. Klik Tombol “Mode”.
3. pilih Freq – SWR
4. Tekan Tombol Enter
5. di layer sebelah kiri, pilih Signal Standart
6. Pilih Select Standart
7. Pilih Show All
8. Cari yang sesuai dengan yang diinginkan
9. Cari GSM 900
10. Pilih Select (Untuk melihat apa aja yang masuk kedalam list yang dipilih,
tekan tombol Show Selected). Lanjut kan dengan menekan tombol
Enter.
11. Biasa nya Anritsu akan minta di kalibrasi (tapi nanti saja), lanjutkan
dengan menekan enter.
12. Tekan tombol FREQ / DIST
13. Pilih F1, isi dengan frekuensi terendah dari standart (890)

14. Pilih F2, isi dengan frekuensi tertinggi dari standart (960)
15. Tekan tombol AMPLITUDO
16. untuk SWR, isi bottom dengan 1 dan top 1.5
17. tekan tombol MODE, pilih DTF – SWR, lanjutkan dengan enter
18. Pilih menu D1, isi dengan 0
19. Pilih menu D2, isi dengan 90
20. Pilih Menu DTF AID, arah kan ke bacaan Cabel, enter.
21. Pilih Show All, cari kabel AVA5-50 7/8
22. Pilih Menu Select / Deselect. Tekan Enter, Enter.
23. Akhiri dengan Kalibrasi.
24. Pilih angka “3”, Start Cal.
25. Berturut-turut, masukkan “T” calibrator OPEN, SHORT dan akhiri
dengan LOAD.

Setelah selesai menyiapkan kalibrasi, siapkan alat untuk mengukur SWR


seperti flexible jumper, connector, dummy, kunci 32’, isolasi dan rubber.

Mari kita belajar membuktikan bahwa bacaan SWR kita yang biasanya kita pasang
dibawah , dalam ruang TX seperti gambar SWR-2 kadang benar tapi kadang juga
menipu kita. Lakukanlah hal-hal berikut :

1. SWR meter adalah alat untuk mengukur seberapa match impedansi ANTENNA
kita dengan coax. Karena yang diukur adalah antenna , idealnya ( pada awalnya )
pengukuran haruslah dilakukan pada antenna ( diatas tower ) seperti pada gambar
SWR-1. Bahwa kemudian berkembang pengukuran dilakukan diujung bawah coax ,
itu tujuannya adalah agar praktis , teknisi tidak perlu sering/repot naik turun tower.
Namun melakukan pengukuran dibawah sebetulnya lebih sulit , sebab yang diukur
bukan ( langsung ) antenna. Untuk mengukur dibawah , sebetulnya lebih menuntut
pengetahuan dasar yang lebih lengkap agar teknisi/operator tahu dan memahami jika
menghadapi fenomena2 tertentu.

2. Pengukuran SWR idealnya dilakukan pada sambungan antara antenna dan coax ,
tetapi kita juga ingin belajar mengenal pengaruh2 jika pengukuran kita pindah &
lakukan dibawah. Jadi pada percobaan ini kita sekaligus menggunakan keduanya
( memakai 2 buah SWR meter. Belilah ( atau pinjamlah ) 2 buah SWR meter YANG
SAMA MERK DAN TYPENYA. Pasanglah yang 1 dibawah , didekat TX.

3. Dan pasanglah 1 buah SWR lain yang sama langsung pada antenna ( diatas tower ).
Mestinya / idealnya tersambung langsung dengan antenna , tetapi karena pada
prakteknya akan sulit dilakukan , kecuali jika kita menambahkan sepotong kabel
jumper J1. Agar tidak terjadi perubahan impedansi jika ( ketika ) beban antenna masih
reaktif ( salah ukuran atau belum benar nyetelnya ) maka buatlah jumper J1 yang
panjangnya kelipatan ½ lambda electric ( = effektif ). Tentukan freq. percobaan.
Dengan diketahuinya freq. maka lambda diketahui. karena lambda diketahui maka
panjang coax yang ½ lamba ( atau kelipatannya ) juga kita temukan. Kalikan nilai ½
lambda tersebut dengan nilai velocity factornya kabel coax yang. dipakai ( tergantung
jenis kabelnya ) maka ketemulah “panjang ½ lambda electric” alias “panjang ½
lambda effektif”nya. Buatlah jumper sepanjang itu ( tetapi makin akurat jika anda
kurangi sedikit , karena panjang connector sebaiknya diperhitungkan sebagai bagian
dari panjangnya kabel ).

4. Demikian juga jumper lainnya / J2 potonglah dengan cara yang sama ( tetapi
panjang J2 ini kurang terlalu berpengaruh karena posisinya sudah ada “dibelakang”
rangkaian SWR meter ).

5. L adalah coax panjang yang menghubungkan SWR bawah ke SWR atas. Pertama
kali cobalah dengan panjang sembarang. Rangkaikan semua alat yang ada seperti
gambar diatas. Diperlukan 2 orang untuk mempelajari pengujian ini. 1 orang diatas
tower untuk membaca SWR-1 dan orang ke 2 diruang pemancar untuk membaca
SWR-2. Keduanya saling berhubungan dengan menggunakan HT yang frekuensinya
di stel jauh dari freq. kerja TX dan antenna yang diuji. Sebetulnya untuk
mempermudah percobaan antenna bisa dipasang rendah menggunakan tiang pendek ,
tetapi perhitungkanlah , antenna harus ditempat bebas , jangan terlalu dekat ke pagar,
talang, tembok, tanah , pohon agar pantulan, serapan dsb. yang terjadi tidak
mempengaruhi impedansinya. Boleh rendah tetapi ditempat terbuka , misalnya untuk
band 2 meter minimal 2 lambda diatas tanah.

6. Pakailah daya pemancar yang tidak terlalu tinggi ( misalnya 5 watt ). Pertama-tama
stel antenna dengan SENGAJA pada stelan yang buruk / salah , misalnya agar SWR
nya menunjuk angka tinggi ( katakanlah 1,5 : 1 ). Agar aman , semakin tinggi angka
SWR yang anda sengaja pilih ( misalnya sampai 1,7 : 1 ) transmitnya pendek2 saja ,
yang penting teknisi yang ditower sudah sempat melihat nilai penunjukan SWR
atas.SWR disini sengaja kita stel tinggi untuk “menciptakan” beban impedansi
antenna yang REACTIVE.

7. Pada kondisi tsb. teknisi yang dibawah melihat penunjukan SWR-2 yang dibawah.
Apa yang diketemukan ? Ternyata angka penunjukan SWR bawah TIDAK SAMA
DENGAN SWR ATAS ( bisa lebih tinggi atau bisa sangat rendah ). Inilah yang kita
sebut sebagai PENUNJUKAN SWR YANG MENIPU.

8. Perubahan angka SWR itu terjadi akibat transformasi sepanjang kabel dan itu
hanya terjadi jika antenna reactive. Perubahannya bisa sedikit tapi bisa juga sangat
besar ( tergantung dari 2 hal yaitu seberapa mismatch / melesetnya antenna , dan
berapa kelebihan panjang COAX jika dihitung dari titik “kelipatan ½ lambda effektif”
yang terdekat dari posisi SWR-2 ).

9. Pada kondisi kabel yang “sedang mengalami transformasi” semacam ini , kalau
setiap kali panjang coax kita potong sedikit , maka bacaan pada SWR-2 akan berubah
sedikit ( padahal / meskipun SWR-1 yang diatas tidak berubah dan tetap menunjukkan
nilai sebenarnya ). Jadi awas !! Kalau anda berkali kali memotong memendekkan
coax sampai akhirnya menemukan angka SWR-2 yang terendah ( bahkan mungkin
1:1 ) , sebetulnya itu hanya kondisi SWR dibawah , sedangkan antennanya sendiri
tetap mismatch , dan pancaran anda tetap “terganjal” , hanya sedikit power yang
berhasil lepas terpancar dari antenna.
10. Demikianlah , saat antenna reactive kondisinya , maka PANJANG COAX AKAN
MEMPENGARUHI ( “MEMALSU” / MERUBAH PEMBACAAN ) SWR
DIBAWAH. Jadi kalau anda me-motong2 coax sampai SWR turun , itu sebenarnya
anda sedang menipu diri sendiri karena tanpa anda ketahui , SWR sebenarnya di
antenna masih tetap tinggi ).

11. Sekarang percobaan kedua. Teknisi yang diatas tower menyetel antenna ( dengan
melihat SWR-1 ) sampai SWR-1 terbaca minimum ( misalnya 1: 1 ). Ini artinya beban
( = antenna ) sudah berubah. Sekarang impedansinya sudah benar-benar 50 ohm
RESISTIVE.

12. Apa yang kemudian terlihat di SWR bawah ? Sekarang SWR-2 dibawah akan
menunjukkan angka yang sama dengan SWR atas yaitu 1 :1. Sekarang potonglah coax
sedikit demi sedikit. Apa yang terjadi ? Ternyata panjang coax tidak mempengaruhi.
Berapa kalipun coax anda potong , SWR-2 tetap menunjukkan 1:1. Artinya adalah :
PADA BEBAN RESISTIVE , PANJANG KABEL TIDAK MEMPENGARUHI
( kecuali terhadap losses kabelnya. Semakin panjang kabel semakin besar lossesnya ).

13. Demikian cara membuktikan bahwa penunjukan SWR ( yang terpasang dibawah )
yang rendah itu belum tentu baik. Kalau angka rendahnya itu angka murni maka
pancaran anda akan optimal , tetapi kalau angka rendah yang anda lihat itu adalah
nilai palsu , maka sebenarnya anda telah ditipu SWR meter anda !! tanpa anda sadari
bahwa anda sedang memancar kecil atau mungkin sangat kecil meski TX anda sedang
mengeluarkan power besar.

14. Jika anda sudah menguasai perilaku antenna, coax dan SWR meter anda dengan
benar , anda sudah mulai melangkah siap untuk menjadi QRP’er yang baik , dengan
power kecil mampu berkomunikasi lebih jauh.

Kalau pemancar anda bekerja pada freq. pancaran yang tetap/fixed ( misalnya pada
repeater ) atau jika pemancar anda bekerja pada freq. yang berpindah-pindah tapi
dengan range yang. tidak terlalu lebar/tidak jauh dari centre freq. tertentu , saya
sarankan membuat coax dari ruang pemancar sampai ke antenna yang panjangnya
merupakan “kelipatan 1/2 lambda effektif” tersebut agar sistem yang anda bangun
tersebut KEBAL ( tidak peduli apakah antennanya atau antenna penggantinya sedang
dalam kondisi REACTIVE maupun RESISTIVE , penunjukan SWR nya akan tetap
akurat menunjukkan nilai yang sebenarnya. Tetapi pada panjang yang diluar kelipatan
itu, nilai transformasi bisa naik turun berulang ulang meskipun titik2 pengulangannya
teratur dan bisa ditebak/dihitung ).

Contoh
Proses pengukuran antena ini dilakukan di lab Pusat Penelitian Elektronika dan
Telekomunikasi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET – LIPI). Adapun
pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui parameter-parameter dari antena yang
telah dirancang dan difabrikasi, pada skripsi ini pengukuran meliputi pengukuran
VSWR, return loss, polaradiasi, gain. Pengukuran parameterparameter tersebut
mengunakan alat ukur Anritsu SIGNAL GENERATOR MG3602A sebagai sinyal
penerima dan Hp 8593A spectrum analyser sebagai sinyal pengirim konfigurasi
pengukurannya seperti pada Gambar 4.1. Adapun prosedur pengukuran pada Signal
Generator dan spectrum analyser adalah sebagai berikut:
a. Probe 50 ohm pada input spectrum analyzer dipasang, lalu kalibrasi dengan
memasukan sinyal dari signal generator untuk melakukan validasi pengukuran dengan
cara membuat kondisi alat ukur sesuai standar.
b. Setelah kalibrasi selesai hubungkan konektor input 50ohm pada antena yang akan
diukur pada probe yang terpasang di spectrum analyzer dan signal generator 50
c. Untuk menampilkan rentang frekuensi sebagai pengamatan, digunakan tombol
start dan tombol stop pada spectrum analyzer. Spectrum analyzer hanya menampilkan
frekuensi dari 9 kHz – 2.2 kHz.
d. Signal generator dan spectrum analyser dinyalakan dengan frekuensi 125 kHz
sebagai frekuensi kerja antena.
e. Tampilkan parameter-parameter yang akan dilihat pada spectrum analyzer
f. Gambar (foto) hasil dari pengukuran parameter-parameter tersebut dapat diambil
sebagai bukti.
Tujuan pengukuran VSWR adalah untuk mengetahui besar gelombang berdiri akibat
adanya sinyal pantul. Semakin besar nilainya maka akan semakin 51 buruk. Nilai
VSWR yang diharapkan pada tugas akhir ini adalah ≤ 2dB. Nilai VSWR sebanding
dengan nilai return loss, semakin kecil nilai return loss maka nilai VSWR akan
semakin kecil. Pada gambar di bawah ini menunjukan nilai Koefisien Refleksi.
Tegangan pada Beban dapat didefinisikan sebagai Perbandingan Tegangan Pantulan
terhadap Tegangan Datang yang terjadi pada Beban atau Perbandingan Arus Pantulan
terhadap Arus yang Datang pada Beban.
Sumber :
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/697/jbptunikompp-gdl-ciskonurdi-34804-4-uniko
m_c-v.pdf
https://jz10qps.wordpress.com/2017/06/12/cara-mengukur-swr-antena/

Anda mungkin juga menyukai