Anda di halaman 1dari 11

CARA MENGUKUR DIODA DENGAN MULTITESTER

Pada diode arus listrik hanya bisa mengalir dari anoda (+) ke katoda (-) yaitu dari
bahan berjenis P ke bahan berjenis N. Jika kutup sumber dibalik maka tidak akan
ada arus yang melewati diode tersebut. Nah disinilah prinsip untuk mengetes
sebuah diode ataupun transistor masih baik atau rusak, jika aturan diatas tidak
berlaku pada sebuah diode pada saat pengetesan, maka dapat disimpulkan diode
tersebut rusak bisa di istilahkan jebol atau juga putus

Untuk mengetahui sebuah dioda masih baik atau rusak, hal yang pertama harus
dilakukan adalah menempatkan posisi multitester pada pengukuran tahanan/
ohmmeter pada posisi x1 atau x10. Posisi tersebut dapat mendeteksi tahanan yang
sangat kecil, sehingga tepat untuk dipergunakan dalam pemeriksaan kerusakan
diode
Langkah  Pengetesan Dioda dengan Multitester
1. Jika menggunakan multitester analog/jarum tukar posisi kabel multitester,
merah di tempatkan di posisi negative sedang hitam di posisi positif. Ini
disebabkan polaritas positif batere di dalam multitester terletak di terminal
negatif, Menempatkan multitester pada posisi Ohmmeter di  x1 atau x10
2. Tempatkan jarum atau probe hitam pada sisi kaki dioda yang memiliki strip
perak atau katoda (bahan type N) sedangkan probe merah di anoda (bahan
type P). Pada pengukuran demikian, jarum tester harus bergerak.
3. Tempatkan kembali dengan arah sebaliknya. Jika jarum juga bergerak, maka
ini berarti dioda tersebut mengalami kerusakan atau rusak. Posisi pengukuran
demikian seharusnya jarum tidak bergerak karena kita telah mengetahui
bahwa dioda tidak melewatkan arus pada arah terbalik.
Pengukuran harus dalam keadaan aliran listrik yang telah diputus. Mengukur
komponen dalam keadaan tersambung ke sumber listrik hanya dapat dilakukan oleh
teknisi yang profesional. Mengukur dalam keadaan terhubung arus listrik memiliki
cara yang berbeda. Namun bisa berbahaya dan berpotensi merusak rangkaian jika
menyentuh komponen di sampingnya.

#####TRISSET 2016#####
HAND OUT
CARA MENGUKUR DAN TRANSFORMATOR

Peralatan kantor sampai peralatan rumah tangga yang menggunakan Trafo (transformator)
sebagai power supply atau sumber tegangan. Kebanyakan trafo tersebut adalah jenis step-
down yang berfungsi untuk menurunkan tegangan AC (bolak-balik). Trafo jenis ini memiliki
kumparan (lilitan) primer lebih banyak daripada kumparan sekunder. Dengan trafo step-
down ini, tegangan input PLN 220V-240V diturunkan menjadi 6V, 9V,12V, 15V, atau sesuai
kebutuhan, setelah itu disearahkan menjadi tegangan DC.

Transformator adalah komponen elektronika yang bekerja pada tegangan kerja yang tinggi
sehingga seringkali mengalami kerusakan. Kerusakan pada transformator akan
menyebabkan rangkaian atau peralatan elektronika tidak akan bekerja sama sekali. Kenapa
demikian? Karena kalau komponen ini rusak maka komponen yang lainnya tidak akan
mendapatkan arus atau tegangan listrik. Untuk mengetahui kerusakan pada transformator
dapat kita lakukan dengan cara pengukuran menggunakan multimeter. Adapun cara
pengukurannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan diberi tegangan listrik dan
tanpa diberikan tegangan listrik. Kita dapat melakukan salah satu dari dua cara di atas untuk
memastikan apakah tranformator mengalami kerusakan atau tidak. Berikut ini akan
dijelaskan masing-masing cara di atas.

Kumparan primer trafo tidak boleh terhubung dengan dengan kumparan sekunder trafo
Setiap titik (terminal)  pada ujung kumparan primer harus terhubung atau memiliki resistansi
kecil, terminal-terminal tersebut ditandai dengan tulisan tegangan input seperti 0, 110V,
120V, 220V, dan 240V
Setiap terminal pada ujung kumparan sekunder harus terhubung atau memiliki resistansi
kecil, terminal-terminal tersebut ditandai dengan tulisan tegangan output seperti 0, CT, 6V,
9V,12V, 15V, 18V, dan 24V       

Pada gambar di atas, 0, 6V, 9V, 12V, 15V, 18V, dan 24V adalah terminal-terminal kumparan
sekunder trafo sedangkan 0V, 110V, 220V, dan 240V adalah terminal-terminal kumparan
primer trafo.

Cara mengukur trafo yang diberi tegangan listrik


1. Hubungkan trafo ke sumber listrik (pastikan semua sambungan aman dan
tersambung dengan baik).
2. Atur posisi switch multimeter pada posisi volt AC, karena tegangan yang akan kita
ukur adalah tegangan AC. Untuk menjaga keamanan alat ukur set posisi switch pada
tegangan yang lebih tinggi dari tegangan perkiraan dan tegangan PLN. Untuk
mengukur bagian primer atur posisi volt Ac pada 500 atau 250.
3. Cara pengukuran dapat dilakukan dari output dan dapat juga dari input. Pada contoh
ini kita akan memulai pengecekan dari input. Awalilah dengan mengukur tegangan di
kontak listrik. 
4. Setelah yakin kontak listrik ada tegangan, lakukan pengecekan pada bagian primer
trafo. (Karena tegangan ac, maka tidak apa apa posisi tesled  terbalik antara warna
hitam dan merahnya).
5. Jika pada primer ada tegangan, lanjutkan dengan melakukan pengukuran pada
bagian sekunder. Jika tidak ada tegangan berarti kabel penghubung kontak dan trafo
tidak bagus.
6. Lakukan pengukuran tegangan pada bagian sekunder. Jangan lupa turunkan posisi
ac volt ketegangan yang lebih mendekati tegangan yang tertulis pada bagian
sekunder tapi usahakan di atasnya. jika ada tegangan berarti trafo dalam keadaan
baik, sebaliknya jika tidak ada tegangan berarti trafo sudah rusak.
7. Walaupun tegangan di output sudah ada, perlu juga untuk mengukur tegangan
dengan body atau casisnya untuk memastikan tidak terjadi korsleting. 
Cara mengukur trafo tanpa tegangan listrik
1. Pastikan kabel tesled dalam keadaan baik dan terhubung sempurna ke multimeter.
2. Atur posisi switch pada pasisi ohm meter. Pengalinya bisa diatur pada posisi 1 k atau
100 x.
3. Hubungkan tesled pada bagian primer trafo (tidak apa apa terbalik). Jika jarum meter
bergerak berarti masih bagus (sementara). Jika tidak bergerak berarti lilitan sudah
putus.
4. Lakukan pengukuran pada bagian sekunder dengan cara yang sama. Jika bergerak
berarti bagus dan jika diam berarti sudah putus.
5. Lakukan pengukuran pada bagian primer dan sekunder secara bersamaan untuk
memastikan tidak ada korsleting antara bagian primer dan sekunder. Jika jarum
bergerak berarti trafo sudah rusak (korslet) jika diam berarti trafo dalam keadaan
bagus.
6. Dengan cara yang sama juga laukan pengukuran dari bagian primer/sekunder ke
casis atau bodi. Jika bergerak berarti korslet jika diam berarti bagus
Demikian cara melakukan pengukuran trafo dengan menggunakan multimeter semoga ada
manfaatnya. Jika bermanfaat silahkan di share dan jika ada kekurangan dan kesalahan
silahkan diberi masukan.

#####TRISSET 2016#####
HAND OUT
CARA MEMBACA KAPASITOR
Banyaknya muatan listrik per detik ditentukan dalam satuan Qoulomb (Q), sedangkan
kemampuan Kondensator/Capasitor menyimpan muatan disebut kapasitansi yang
satuannya adalah Farad (F).

Ket :
1 Farad = 1.000.000 uF baca (mikro farad),
1 uF = 1.000 nF baca (nano Farad) dan
1 nF = 1.000 pF baca (piko Farad).

Mengindentifikasi dan Membaca


Nilai Kondensator/Capasitor | Kondensator/Capasitorberfungsi untuk menyimpan energi
listrik dalam bentuk muatan listrik. Kondensator/Capasitor ini merupakan komponen
elektronika pasif. Kondensator notasinya biasa ditulis dengan huruf C.  

Kondensator/Capasitor terdiri dari dua keping konduktor yang dipisahkan oleh bahan
penyekat yang disebut dengan bahan dielektrik, fungsi zat dielektrik adalah untuk
memperbesar kapasitansi. Jenis kondensator/kapasitor ini diantaranya adalah : keramik,
kertas, kaca, mika, polyister dan elektrolit.

Kondensator juga memiliki Tegangan kerja (working Voltage) yaitu tegangan maksimum
yang diijinkan sehingga kapasitor masih dapat bekerja dengan baik. Contoh tegangan kerja
pada kondensator, apabila pada badan Elco (Condensator Electrolit) tertulis di badannya
220 uF / 25 V, berarti kondensator ini mempunyai kapasitas menyimpan muatan listrik 220
uF, sedangkan tegangan listrik maksimal yang diperbolehkan sampai 25 volt, jika dialiri
tegangan listrik lebih dari 25 volt, maka elco ini akan rusak (meledak).

KONDENSATOR/CAPASITOR NON POLAR


Kondensator/Capasitor non polar adalah Capasitor yang elektrodanya tanpa memiliki kutup
positif (+) maupun kutup negatif (-) artinya jika pemasangannya terbaik maka Capasitor
tetap bekerja. 
Contoh Kondensator/Capasitor nonpolar yaitu : Kondensator/Capasitor variable (Varco).
Kertas, Mylar, Polyester, Keramik dsb.
Pada Kapasitor angka yang tertulis di badannya merupakan nilai kapasitansi kapasitor
tersebut. Apabila pada badannya tertulis satu / dua angka maka bisa kita langsung baca
kapasitasnya dengan satuan pF (pico farad).

Contoh, kapasitor keramik diatas tertuliskan dua angka 68, maka kapasitansi kapasitor
tersebut adalah 68 pF. Sedangkan jika ada 3 angka, maka angka pertama dan kedua
adalah nilai nominal, sedangkan angka ketiga adalah faktor pengali.

Pada gambar diatas tertulis angka 104 berarti angka pertama dan kedua menunjukkan nilai
yaitu 10 dan angka ketiga angka 4 yang berarti faktor pengali = 10000, nilai kapasitor
keramik tersebut adalah 10 ×10000=100000pF = 100 nF = 0,1 uF , berikut tabel pengali nilai
kapasitor :

atau lebih mudahnya lihat gambar berikut :


Angka pertama dan kedua nilai nominal sedangkan angka ketiga banyaknya angka nol.
Sehingga nilai capasitor diatas adalah 10000 pF = 10 nF = 0,01 Uf

Untuk kapasitor polyester nilai kapasitansinya bisa diketahui berdasarkan warna seperti


pada resistor.

kapasitor polyester

Kode Warna Kapasitor


Contoh : Pada sebuah kapasitor pada badannya berwarna Coklat, Hitam, Orange. maka
nilai kapasitansi (lihat tabel) condensator tersebut adalah : 103 = 10 x 1000 = 10000 pF =
10nF = 0,01 uF

Seperti komponen lainnya, besar kapasitansi nominal kondensator ada toleransinya. Nilai
toleransi Kondensator ditentukan dengan kode-kode angka atau huruf tertentu. Dengan
tabel di bawah pemakai dapat dengan mudah mengetahui toleransi kapasitor yang biasanya
tertera menyertai nilai nominal kapasitor. Misalnya jika tertulis 104 X7R, maka
kapasitansinya adalah 100nF dengan toleransi +/-15%. Sekaligus diketahui juga bahwa
suhu kerja yang direkomendasikan adalah antara -55Co sampai +125C.
Tabelnya sebagai berikut :
Tabel Karakteristik Condensator

Tabel Karakteristik Toleransi capasitor


Dari tabel diatas kita bisa tahu, karakteristik kapasitor selain kapasitansi juga tak kalah
pentingnya yaitu tegangan kerja dan temperatur kerja. Tegangan kerja adalah tegangan
maksimum yang diijinkan sehingga kapasitor masih dapat bekerja dengan baik. Misalnya
kapasitor 10uF25V, maka tegangan yang bisa diberikan tidak boleh melebihi 25 volt dc.
Umumnya kapasitor-kapasitor polar bekerja pada tegangan DC dan kapasitor non-polar
bekerja pada tegangan AC. Sedangkan temperatur kerja yaitu batasan temperatur dimana
kapasitor masih bisa bekerja dengan optimal. Misalnya jika pada kapasitor tertulis X7R,
maka kapasitor tersebut mempunyai suhu kerja yang direkomendasikan antara -55Co
sampai +125Co. Biasanya spesifikasi karakteristik ini disajikan oleh pabrik pembuat. 

KONDENSATOR/CAPASITOR POLAR
Kondensator/Capasitor Polar elektrodanya mempunyai dua kutup, yakni kutub positif (+) dan
kutub negatif (-). Apabila Capasitor ini dipasang pada rangkaian elektronika, maka
pemasangannya tidak boleh terbalik. Contonya adalah Capasitor elektrolit (elco) dan
Tantalum. Nilai kapasitas maksimum dan kutub –kutubnya sudah tertera pada badan
komponen tersebut.

Capasitor elektrolit (elco)

Kondensator Tantalum
Contoh : Elektrolit Kondensator (Elko) dibadannya tertulis 10 µF/ 16V ini berarti kapasitansi
dari elco tersebut adalah 10 µF, sedangkan tegangan kerjanya maksimal 16 Volt, jika elco
tersebut diberi tegangan lebih dari 16 volt elco tersebut akan rusak. Demikian pula dengan
condensator tantalum cara membacanya sama persis dengan elco.

Untuk menentukan kaki kutub (+) dan (-) dari elco maupun tantalum, kita bisa melihat tanda
yang tertera pada badan komponen tersebut, jika pada elco yang ditandai dengan anak
panah adalah kutub negatif (-) sedang pada tantalum kutub positifnya ditandai dengan tanda
(+). Tantalum banyak dipakai saat ini pada peralatan elektronika komputer (misalnya
motherboard)
CONDENSATOR TIDAK TETAP

Condensator Tidak Tetap (Varco)


Kondensator ini dapat kita ubah-ubah nilai kapasitasnya sesuai kebutuhan. Kapasitasnya
ada yang 0-30pf, 0-100pf, dll. kondensator jenis ini biasa disebut dengan variable
Condensator atau Varco.

PENANDA NILAI KONDENSATOR DENGAN PITA WARNA

Penandaan nilai kondensator dengan pita warna, biasanya diterapkan pada kondensator
kertas, kondensator polikarbonat metal dan kondensator polyester, cara membaca nilainya
dimulai dari pita warna paling atas lalu berangsur turun kebawah, kode warna yang
digunakan mirip dengan kode warna pada resistor, tetapi dengan meninggalkan warna emas
dan perak. Jumlah pita warna bisanya lima warna, jika ditemui hanya empat warna artinya
pita warna yang menunjukkan tegangan kerja maksimum tidak disertakan, dalam kondisi
seperti ini maka tegangan kerja yang diizinkan maksimum adalah sebesar 50 Volt.

Warna Pita pertama Pita kedua Pita ketiga


(pengali) Pita keempat
(toleransi) Pita kelima
(Tegangan kerja)
Contoh, sebuah kondensator yang memiliki pita warna : Merah, Merah, Kuning, Hitam,
Merah adalah bernilai 220000 pF 0% 250 V = 220 nF 0% 250 V.
Warna Pita pertama Pita kedua Pita ketiga
(pengali) Pita keempat
(toleransi) Pita kelima
(Tegangan kerja)

MEMBACA NILAI KONDENSATOR PENANDA ALFABET-NUMERIK


Penandaan nilai kondensator dengan penanda alfabet-numerik merupakan metode yang
paling sering digunakan, dimana nilai dari kondensator dicetak dengan menggunakan huruf
dan angka pada badan kondensator. Penggunaan angka untuk menyatakan nilai
kapasitansi dan tegangan kerja, sedangkan penggunaan huruf untuk menyatakan toleransi
dan satuan.

Nomor Nilai Pertama Nilai Kedua Pengali Toleransi


Contohnya:
• Kode kondensator 562 J 100 V, artinya besarnya kapasitansi 56 x102 pF, kode J artinya
besarnya toleransi 5% dan 100 V artinya tegangan kerja maksimum 100 Volt.
• 100 n J, artinya besarnya kapasitansi 100 nF dan kode J artinya besarnya toleransi 5%
• Kode kondensator 100 uF 50 V, artinya besarnya kapasitansi 100 uF dan besarnya
tegangan kerja maksimum adalah 50 Volt.

PENANDA KONDENSATOR KERAMIK SMD


Kondensator keramik SMD terkadang ditandai dengan kode tertentu jika memungkinkan
untuk ditandai, biasanya terdiri atas satu atau dua huruf dengan satu angka. Dimana huruf
pertama menunjukkan pabrik pembuatnya (contoh : K untuk Kemet, dsb.), huruf kedua
menunjukkan pecahan dan angkanya merupakan pengali (multiplier) dan nilai
kapasitansinya dalam pF. Contoh : S3 berarti 4.7nF (4.7 x 10³ pf) pabrik pembuatnya tidak
diketahui (tidak ditunjukkan), Contoh lain : KA2 artinya 100 pF (1.0 x 10² pF) pabrik
pembuatnya adalah Kemet.
PENANDA KONDENSATOR ELEKTROLIT SMD
Kondensator elektrolit SMD biasanya ditandai dengan huruf dan angka yang menyatakan
nilai kapasitansi (dalam pF) dan tegangan kerjanya (dalam Volt), misalnya. 106V artinya 10
µF 6V. Tetapi terkadang ada juga yang ditandai dengan kode yang terdiri dari satu huruf dan
tiga angka. Dimana huruf menyatakan tegangan kerjanya, sedangkan 3 angka menyatakan
kapasitansinya dalam pF (2 angka dan satu pengali).
Contoh, sebuah kondensator yang ditandai kode A475 artinya 4.7 m F 10V
475 = 47 x 10 5 pF = 4.7 x 10 6 pF = 4.7 m F

###### TRISSET #######

Anda mungkin juga menyukai