Anda di halaman 1dari 22

HAND OUT PRE ONLINE 1

XI TAV 1

PENGATURAN LEBAR PULSA MODULASI


( PULSE WAVE MODULATION)

Pengaturan Lebar Pulsa Modulasi atau PWM merupakan salah satu teknik yang cerdas
yang digunakan dalam sistem kendali (Control System). Pengaturan lebar modulasi
dipergunakan di berbagai bidang yang sangat luas, salah satu diantaranya adalah Speed
Control (kendali kecepatan), Power Control (kendali sistem tenaga), Measurement and
Communication (pengukuran atau instrumentasi dan telekomunikasi.

Prinsip Dasar PWM


Modulasi lebar pulsa (PWM) dicapai/diperoleh dengan bantuan sebuah gelombang kotak
yang mana siklus kerja (duty cycle) gelombang dapat diubah-ubah untuk mendapatkan
sebuah tegangan keluaran yang bervariasi yang merupakan nilai rata-rata dari gelombang
tersebut.

Ton adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi tinggi (baca : high atau 1)
Toff adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi rendah (baca : low atau 0)
anggap Ttotal adalah waktu satu siklus atau penjumlahan antara Ton dengan Toff, biasa
dikenal dengan istilah “periode satu gelombang”.
Ttotal = Ton+Toff
siklus kerja atau duty cycle sebuah gelombang didefenisikan sebagai,

Tegangan keluaran dapat bervariasi dengan duty-cycle dan dapat dirumuskan sebagai


berikut,
 sehingga : 

Dari rumus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tegangan keluaran dapat diubah-ubah
secara langsung dengan mengubah nilai Ton.
Apabila Ton adalah 0, Vout juga akan 0.
Apabila Ton adalah Ttotal maka Vout adalah Vin atau katakanlah nilai maksimumnya.
Kita lihat contoh lain, Grafik di bawah ini menggambarkan beberapa PWM
dalam Dutycycle yang berbeda,

Pada grafik PWM teratas terlihat bahwa sinyal high per periodenya sangat kecil (hanya
10%).

Pada grafik PWM ditengah terlihat sinyal high-nya hampir sama dengan sinyal low (50%).
dan pada grafik paling bawah terlihat bahwa sinyal high-nya lebih besar dari sinyal low-nya
(90%).

Maka jika dimisalkan tegangan input yang melalui rangkaian tersebut sebesar 10 V, maka
jika digunakan PWM teratas, nilai tegangan output rata-ratanya sebesar 1 V (10% dari
Vsource), jika digunakan PWM yang tengah, maka tegangan output rata-ratanya sebesar 5V
(50%). Begitu pula jika menggunakan PWM yang paling bawah, maka tegangan output rata-
ratanya sebesar 9 V (90%).

Bagaimana cara mendapatkan sinyal PWM?


Untuk mendapatkan sinyal PWM dari input berupa sinyal analog, dapat dilakukan dengan
membentuk gelombang gigi gergaji atau sinyal segitiga yang diteruskan ke komparator
bersama sinyal aslinya.
Jika digambarkan dalam bentuk sinyal, maka terlihat seperti dibawah ini :

Dimana sinyal input analog (berwarna hijau) dimodulasikan dengan sinyal gigi gergaji
(berwarna biru), sehingga didapatkan sinyal PWM seperti gambar dibawahnya (berwarna
merah). Jadi.. jika kita ingin mengatur kecepatan putar motor DC, membuat dimmer LED,
atau pengontrolan lain yang intinya cara untuk mengontrol daya yang diberikan ke beban
dengan menggunakan sumber yang konstan dapat dilakukan dengan PWM.

Khusus untuk penerapan PWM pada mobile robot, ada point yang tidak kalah penting untuk
diperhatikan, bahwa keluaran dari PWM tersebut tidaklah linear. Misalnya motor beroperasi
pada 1200 rpm (tanpa beban). Jika diberikan ratio PWM sebasar 100%, maka motor
tersebut akan berputar 1200 rpm, namun ketika kita ingin motor berputar pada 600 rpm.
Maka kita memberikan ratio PWM sebesar 50%, meskipun pada kenyataannya 600 rpm
dapat dicapai ketika ratio PWM mencapai 30%.

Hal kedua adalah perhitungan friction dan besarnya beban pada motor. Dengan besar ration
PWM yang sama, bisa jadi memberikan kecepatan yang berbeda ketika motor berputar
tanpa beban dengan motor yang telah dirakit bersama rangka robot yang tentunya
menambah besar massa dan gaya netralnya.

Dibawah rangkaian sederhana yang dapat digerakkan menggunakan PWM.Dalam gambar,


sebuah baterai 9 V kekuatan sebuah bola lampu pijar. Jika kita menutup saklar yang
menghubungkan baterai dan lampu untuk 50 ms, bohlam akan menerima 9 V selama
interval tersebut. Jika kita kemudian membuka saklar untuk 50 ms berikutnya, bohlam akan
menerima 0 V. Jika kita ulangi siklus ini 10 kali per detik, lampu akan menyala seolah-olah
terhubung ke 4,5 V baterai (50% dari 9 V ). Kita mengatakan bahwa siklus adalah 50% dan
frekuensi modulasi adalah 10 Hz.
Sebagian besar beban, induktif dan capacitative sama, memerlukan frekuensi modulasi
lebih tinggi dari 10 Hz. Bayangkan bahwa lampu kami dinyalakan selama lima detik,
kemudian pergi selama lima detik, lalu hidupkan kembali. Siklus masih akan menjadi 50%,
namun bola akan muncul terang benderang selama lima detik pertama dan off untuk
berikutnya.Dalam rangka untuk bola untuk melihat tegangan 4,5 volt, periode siklus harus
relatif pendek untuk waktu respon beban untuk perubahan di negara saklar. Untuk mencapai
efek yang diinginkan dari sebuah dimmer (tapi selalu menyala) lampu, maka perlu untuk
meningkatkan frekuensi modulasi. Hal yang sama berlaku dalam aplikasi lain
PWM. Frekuensi modulasi yang umum berkisar dari 1 kHz sampai 200 kHz.

Dra. TRI Setio Rini


SMKN2 BENGKULU
REGULATOR TEGANGAN LINIER
Regulator tegangan adalah rangkaian untuk mempertahankan agar tegangan searah pada
keluaran tidak berubah, berapapun beban yang dihubungkan kepadanya.
Ada dua jenis regulator tegangan switching dan linier. Regulator switching, tegangan
keluarannya bisa lebih besar dari tegangan masukan atau kebalikannya (positif menjadi
negatif atau sebaliknya). Sedangkan regulator linier, tegangan keluaran selalu lebih kecil
daripada tegangan masukan.
Regulator linier ada dua macam yaitu jenis series dan shunt. Regulator series, pengatur
arus ke beban diseri dengan bebannya, jika tidak ada beban yang tersambung pada regultor
series, maka arus yang mengalir pada pengatur arus adalah nol. kalau jenis shunt pengatur
arus ke beban diparalel dengan bebannya jika tidak ada beban yang tersambung, arus yang
mengalir ke pengatur arus adalah arus maksimal yang mungkin dialirkan ke bebannya.

Blok diagram regulator

Beberapa fungsi yang masuk dalam proses pengubahan daya AC ke DC adalah sebagai
berikut :
1. Pengubahan Tegangan atau Voltase, berfungsi untuk mengubah tegangan listrik
yang tersedia dari jaringan distribusi transmisi listrik ke level yang diinginkan
2. Penyearah, sebagai pengubah arah tegangan atau voltase dari AC ke DC
3. Filter atau penyaring, bertugas sebagai pembersih gelombang keluaran dari riak
(ripple) yang berasal dari proses penyearahan
4. Pengaturan (regulation), bertujuan untuk mengendalikan tegangan keluaran
sehingga menjadi stabil walaupun terjadi variasi atau perubahan pada suhu, beban,
maupun tegangan masukan dari jaringan transmisi listrik
Berikut akan dijelaskan prinsip rangkaian catu daya (power supply) linier mulai dari
rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada catu daya yang ter-regulasi.

PENYEARAH (RECTIFIER)

Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar .


Transformator diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada
kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.
Pada rangkaian ini, dioda berperan untuk hanya meneruskan tegangan positif ke beban RL.
Ini yang disebut dengan penyearah setengah gelombang (half wave).

Untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan transformator


dengan center tap (CT) seperti pada gambar

Rangkaian penyearah gelombang penuh

Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya
dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai common ground..
Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang penuh seperti gambar di
atas.
Untuk beberapa aplikasi seperti misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau lampu
pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini
tegangan ripple dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar.

Rangkaian penyearah setengah gelombang dengah filter C

Gambar diatas adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor C
yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang tegangan
keluarnya bisa menjadi rata.
Gambar berikut menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian penyearah
setengah gelombang dengan filter kapasitor.

Bentuk gelombang dengan filter kapasitor

Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini
arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis
lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor.
Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus I yang mengalir ke beban R. Jika arus I = 0
(tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus
semakin besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan
berbentuk gigi gergaji

Jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple akan semakin besar. Sebaliknya jika
kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple akan semakin kecil. Untuk penyederhanaan
biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari jala-jala listrik yang
frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50
= 0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk penyearah gelombang
penuh, tentu saja fekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp = 0.01 det.

Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan kapasitor
pada. Bisa juga dengan menggunakan transformator yang tanpa CT, tetapi dengan
merangkai 4 dioda seperti pada gambar-5 berikut ini.

Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan filter C

Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu jala-jala
listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang
diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp.

C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF.


Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco yang memiliki polaritas dan
tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan harus lebih
besar dari tegangan keluaran catu daya. Jika terjadi rangkaian audio yang anda buat
mendengung, coba periksa kembali rangkaian penyearah catu daya yang anda buat,
apakah tegangan ripple ini cukup mengganggu. Jika dipasaran tidak tersedia kapasitor yang
demikian besar, tentu bisa dengan memparalel dua atau tiga buah kapasitor.

REGULATOR

Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada
masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan
naik/turun. Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan
dc keluarnya juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup
mengganggu, sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan
keluaran ini menjadi stabil.

Rangkaian regulator sederhana

Pada rangkaian ini, zener bekerja pada daerah breakdown,


sehingga menghasilkan tegangan output yang sama dengan
tegangan zener atau Vout = Vz. Namun rangkaian ini hanya
bermanfaat jika arus beban tidak lebih dari 50mA. Rangkaian catu
daya yang seperti ini disebut shunt regulator, salah satu ciri khasnya
adalah komponen regulator yang paralel dengan beban. Ciri lain
dari shunt regulator adalah, rentan terhadapshort-circuit. Perhatikan
jika Vout terhubung singkat (short-circuit) maka arusnya tetap I =
Vin/R1.

Disamping regulator shunt, ada juga yang disebut dengan regulator seri.

Jika diperlukan catu arus yang lebih besar transistor Q1


yang dipakai bisa diganti dengan tansistor darlington.
Dengan transistor darlington, arus base yang kecil bisa
menghasilkan arus IC yang lebih besar.

Teknik regulasi yang lebih baik lagi adalah dengan


menggunakan Op-Amp untuk men-drive transistor Q
Regulator dengan Op-amp
Dioda zener disini tidak langsung memberi umpan ke transistor Q, melainkan sebagai
tegangan referensi bagi Op-Amp IC1. Umpan balik pada pin negatif Op-amp adalah cuplikan
dari tegangan keluar regulator,
Jika tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-) juga akan menaik sampai
tegangan ini sama dengan tegangan referensi Vz. Demikian sebaliknya jika tegangan keluar
Vout menurun, misalnya karena suplai arus ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga
kestabilan di titik referensi Vz dengan memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada
setiap saat Op-amp menjaga kestabilan :

Sekarang mestinya tidak perlu susah payah lagi mencari op-amp, transistor dan komponen
lainnya untuk merealisasikan rangkaian regulator seperti di atas. Karena rangkaian
semacam ini sudah dikemas menjadi satu IC regulator tegangan tetap. Saat ini sudah
banyak dikenal komponen seri 78XX sebagai regulator tegangan tetap positif dan seri 79XX
yang merupakan regulator untuk tegangan tetap negatif. Bahkan komponen ini biasanya
sudah dilengkapi dengan pembatas arus (current limiter) dan juga pembatas suhu (thermal
shutdown). Komponen ini hanya tiga pin dan dengan menambah beberapa komponen saja
sudah dapat menjadi rangkaian catu daya yang ter-regulasi dengan baik.

Regulator dengan IC 78XX / 79XX


Misalnya 7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan 5 volt, 7812 regulator tegangan
12 volt dan seterusnya. Sedangkan seri 79XX misalnya adalah 7905 dan 7912 yang
berturut-turut adalah regulator tegangan negatif 5 dan 12 volt.
Selain dari regulator tegangan tetap ada juga IC regulator yang tegangannya dapat diatur.
Prinsipnya sama dengan regulator OP-amp yang dikemas dalam satu IC misalnya LM317
untuk regulator variable positif dan LM337 untuk regulator variable negatif. Bedanya resistor
R1 dan R2 ada di luar IC, sehingga tegangan keluaran dapat diatur melalui resistor
eksternal tersebut.

Hanya saja perlu diketahui supaya rangkaian regulator dengan IC tersebut bisa bekerja,
tengangan input harus lebih besar dari tegangan output regulatornya. Biasanya perbedaan
tegangan Vin terhadap Voutyang direkomendasikan ada di dalam datasheet komponen
tersebut. Pemakaian heatshink (aluminium pendingin) dianjurkan jika komponen ini dipakai
untuk men-catu arus yang besar. Di dalam datasheet, komponen seperti ini maksimum bisa
dilewati arus mencapai 1 A.

TRISSET 2017

SMK NEGERI 2 KOTA BENGKULU LEMBARAN : JOB SHEET


JURUSAN : ELEKTRONIKA MATA PELAJARAN : PRE
KELAS : XI TAV JUDUL : Merakit rangkaian catu daya linear
simetris (polaritas ganda) dengan regulator
ic 7812 dan 7912

TUJUAN

Setelah selesai praktik diharapkan siswa dapat :

1. Memahami gambar skema rangkaian catu daya linear simetris dengan regulator
IC 7812 dan 7912;

2. Membuat desain pcb secara manual rangkaian catu daya linear simetris dengan
regulator IC 7812 dan 7912

3. Membuat PCB secara manual dengan dirrect etching menggunakan skotlet;

4. Mengidentifikasi komponen elektronika pasif dan aktif yang membangun


rangkaian catu daya linear simetris dengan regulator IC 7812 dan 7912;

5. Menjelaskan prinsip kerja rangkaian catu daya linear simetris dengan regulator
IC 7812 dan 7912;

6. Merakit rangkaian catu daya linear simetris dengan regulator IC 7812 dan 7912
dengan benar;

7. Menguji coba kinerja rangkaian catu daya linear simetris dengan regulator IC
7812 dan 7912 dengan memberikan beban motor DC;
8. Menguji coba spesifikasi (uji teknis) rangkaian catu daya linear simetris dengan
regulator IC 7812 dan 7912 dengan melakukan pengukuran tegangan kerja.

LANDASAN TEORI

Catudaya (power supply) disebut juga sebagai adaptor adalah sumber tegangan DC


yang digunakan untuk memberikan tegangan atau daya kepada berbagai rangkaian
elektronika yang membutuhkan tegangan DC agar dapat beroperasi. Rangkaian
pokokdari catu daya tidak lain adalah suatu penyearah yakni suatu rangkaian yang
mengubah sinyal bolak-balik (AC) menjadi sinyalsearah (DC).

Catu daya linear simetris (polaritas ganda) merupakan rangkaian catu daya yang
menghasilkan keluaran berupa polaritas ganda, yaitu: tegangan positif terhadap ground
dan tegangan negatif terhadap ground. Rangkaiancatu daya linear simetris secara
umum dibangun dari komponen trafo step down CT sebagai penurun tegangan dan
mempunyai bagian sekunder simetris, rangkaian dioda penyearah berupa sistem
jembatan (bridge system), filter dan rangkaian regulator menggunakan IC dengan seri
78XX sebagai regulator tegangan positif dan 79XX sebagai regulator tegangan negatif.

Regulator tegangan dengan menggunakan komponen utama IC (integrated


circuit) mempunyai keuntungan karena lebih kompak (praktis) dan umumnya
menghasilkan penyetabilan tegangan yang lebih baik. Fungsi-fungsi seperti pengontrol,
sampling, komparator, referensi, dan proteksi yang tadinya dikerjakan oleh komponen
diskrit, sekarang semuanya dirangkai dan dikemas dalam IC. Ada beberapa jenis IC
yang menghasilkan tegangan keluaran tetap baik positip maupun negatip, ada pula
yang menghasilkan tegangan keluaran yang dapat diatur.IC regulator tegangan tipe
LM78xx (series) menghasilkan tegangan tetap positip, sedangkant ipe LM79xx (series)
menghasilkan tegangan tetap negatip.

Pada gambar 1. Terlihat bahwa IC regulator tipe LM7805 akan menghasilkan tegangan
keluaran tetap sebesar positip 5  Volt dan tipe LM7812 akan menghasilkan tegangan
keluaran tetap sebesar positip 12  Volt.  Jadi dua digit angka dibelakang 78XX berarti
besar tegangan keluaran yang telah distabilkan. IC jenis ini mempunyai 3 buah terminal,
yakni masukan (input), keluaran (output), dan ground  (GND).  Spesifikasi tegangan
pada beberapa IC regulator seri LM78xx dan 79xx series terlihat pada tabel berikut.

ALAT DAN BAHAN

1. Alat tangan/mekanik terdiri dari: solder, dudukan solder, attractor (desoldering


pump), tang potong, tang lancip, dan obeng + dan -.

2. Bahan dan Komponen Rangkaian Catu Daya Simetris, sebagai berikut:PCB


Catu Daya Linear simetris dengan regulator IC 7812 dan 7912
1. Tinol
2. Kabel
3. Motor DC/Bor DC
4. Trafo Stepdown engkel 500 mA
5. Dioda                                D1-4    :1N5392
6. Kapasitor elco                  C1, C2  : 2.200 UF/25 V;
7. Kapasitor non polar         C3, C4  : 100 nF
8. Kapasitor elco                  C5, C6  : 220 UF/25 V
9. IC regulator tegangan +  IC1       : 7812
10. IC regulator tegangan –   IC1       : 7912
3. Alat ukur AVO meter standar

KESELAMATAN KERJA

1. Cek kondisi komponen yang akan dirakit untuk memastikan bahwa komponen
yang dirakit adalah komponen yang dalam keadaan baik.

2. Bersihkan kaki komponen dan pad PCB dengan menggunakan amplas halus
agar hasil solderan baik (kokoh, mengkilat, dan runcing).

3. Gunakan alat tangan/mekanik dengan benar sesuai dengan fungsinya.

4. Gunakan alat ukur AVO meter dengan benar, yaitu pemilihan range sesuai
dengan tegangan yang diukur. Hal ini berarti harus tepat pemilihan range ACV
untuk mengukur tegangan bolak balik mulai dari jala-jala listrik PLN hingga
sekunder trafo step down, dan range DCV digunakan untuk mengukur tegangan
searah hasil keluaran dioda penyearah, filter, regulator, sampai dengan kabel di
tingkat output.Pastikan semua komponen terpasang pada PCB dengan benar
sesuai gambar skema rangkaian.

5. Pada saat pengujian dengan beban pastikan rangkaian telah terakit dengan baik
dan dalam menghubungkan ke beban motor DC pastikan terminal polaritas
output DC. Karena yang akan diuji catu daya simetris maka ada dua kali
pengujian dengan beban motor DC ini, yaitu:

6. Pengujian keluaran tegangan positif, yaitu: keluaran (+) dihubungkan ke terminal


positif (+) motor DC dan keluaran 0 (GND) dihubungkan ke terminal negatif (-)
motor DC.

7. Pengujian keluaran tegangan negatif, yaitu keluaran 0 (GND) dihubungkan ke


terminal (+) motor Dc dan keluaran (–) dihubungkan ke terminal negatif (-) motor
DC. Pemasangan polaritas yang benar sebagaimana di atas akan menjadikan
motor DC berputar searah jarum jam.

GAMBAR KERJA
LANGKAH KERJA

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Buat desain pcb secara manual pada kertas gambar A4 berdasarkan gambar
skema rangkaian. Gunakan aturan sesuai dengan gambar teknik elektronika,
yaitu: bidang gambar dibagi menjadi 4 untuk gambar skema rangkaian, daftar
komponen, tata letak komponen (component side) dan lay out pcb (solder
side); Desain pcb dibuat dengan skala 1:1  dengan ukuran 60 X 90 mm.

3. Desain pcb yang telah jadi dipindahkan ke atas papan PCB pada sisi lapis
tembaga (solder side). Pindahan dengan menggunakan pensil dan tepatkan
ukuran kaki komponen sesuai dengan ukuran komponen yang sebenarnya.
Perhatikan jalur hubungan yang dibuat adalah sisi solder side dan pastikan
bahwa jalur telah sesuai dengan gambar skema rangkaian.

4. Tempelkan skotlet pada papan pcb yang telah dibuat gambar jalur
hubungannya (work art) dan potonglah sesuai dengan gambar> perhatikan
bahwa yang tertinggal adalah gambar jalur pcb sedangkan bagian yang akan
dilarutkan maka dibuang skotletnya. Agar pekerjaan lancer gunakan cutter yang
tajam.

5. PCB yang telah dibuang bagian skotlet yang digunakan berarti telah siap
dilarutkan dengan ferrichloride (FeCl3) untuk itu pastikan sekali lagi bahwa jalur
yang dibuat telah benar dan tidak ada kesalahan. Larutkan pcb pada larutan
ferrichloride yang telah dicampur dengan air panas agar proses pelarutan dapat
cepat dan goyang-goyangkan wadah tempat pelarutan (ingat wadah dari bahan
bukan logam, missal nampan plastic);

6. Bersihkan pcb yang telah selesai dilarut dan cek kembali kebenaran jalur
hubungannya dengan menggunakan ohmmeter. Jika sudah benar lakukan
penitikan sebelum dibor. Selanjutnya bor pcb sesuai dengan pad kaki
komponen. Dan selesai pekerjaan pengeboran ini berarti pcb telah siap
digunakan untuk perakitan rangkaian catu daya simetris.

7. Cek semua komponen yang akan dirakit dengan menggunakan AVO meter pada
fungsi ohm meter untuk mengidentifikasi komponen pasif dan aktif. Pastikan
bahwa semua komponen dalam kondisi baik. Masukkan hasil pengecakan pada
Tabel 1.

8. Cek lay out PCB. Pastikan jalur hubungan antar titik/kaki komponen sudah benar
sesuai dengan gambar skema rangkaian.

9. Pasang komponen sesuai dengan tata letak komponen. Pastikan bahwa


komponen terpasang dengan benar sesuai tata letak komponen dan gambar
skema rangkaian.

10. Solder kaki komponen pada pad PCB. Penyolderan dimulai dari komponen pasif
terlebih dulu baru dilanjutkan dengan komponen aktif, yaitu: kapasitor (elco) à
dioda àIC. Gunakan teknik menyolder yang benar agar hasil solderan baik, yang
ditunjukkan dengan hasil solderan matang (mengkilat) dan kokoh.

11. Lakukan pengkabelan dengan benar dan rapi.

12. Hubungkan rangkaian catu daya linear simeris dengan trafo stepdown dilengkapi
dengan jack AC cord. Lakukan pengujian dengan memberi beban motor DC/bor
DC. Rangkaian catu daya linear yang baik dan berfungsi akan dapat
menggerakkan beban motor DC/bor DC, yaitu berputar searah jarum jam.

13. Lakukan pengukuran tegangan kerja rangkaian catu daya linear simetris dengan
regulator IC 7812 dan 7912, dimulai dari tegangan AC dari sumber jala-jala listrik
PLN, primer dan sekunder trafo stepdown, dilanjutkan tegangan DC hasil
penyearahan dioda rectifier (sistem jembatan), keluaran filter, tegangan pada IC
regulator, dan filter akhir serta kabel keluaran VDC.

14. Praktik selesai. Kembalikan semua alat dengan rapi dan buatlah laporan praktik.

Selamat bekerja, semoga lancar dan berhasil.


TEGANGAN REFERENSI

Guna mendapatkan sumber tegangan DC yang digunakan sebagai referensi, dapat


digunakan dioda. Jenis dioda yang digunakan adalah dioda zener.Dioda ini memiliki
tegangan maju yang dibatasi oleh tegangan tembusnya. Nilai tegangan tembus dapat
bernilai beberapa volt sampai beberapa puluh volt.Nilai yang umum diantaranya 0,7V, 2V4,
3V, 5V1, 5V6, 6V, 6V2, 9V1 dan sebagainya. Gambar berikut adalah salah satu cara
menggunakan dioda zener sebagai tegangan referensi.

Referensi tegangan menggunakan dioda zener


R didalam rangkaian berguna sebagai pembatas arus maju dari dioda zener. Nilai R perlu
disetel sampai pada level arus beberapa mA. Semakin kecil arus maju pada dioda, semakin
stabil harga tegangan referensi yang didapatkan. Vin perlu beberapa Volt diatas tegangan
tembus dioda zener.

Untuk menghitung nilai R, dapat digunakan Hukum Ohm. Sedangkan guna mendapatkan


arus yang lebih besar, dapat digunakan transistor sebagai penguat arus.
Bentuk dan Simbol Dioda Zener

Dibawah ini adalah bentuk dan Simbol Dioda Zener :

Prinsip Kerja Dioda Zener

Pada dasarnya, Dioda Zener akan menyalurkan arus listrik yang mengalir ke arah yang
berlawanan jika tegangan yang diberikan melampaui batas “Breakdown Voltage” atau
Tegangan Tembus Dioda Zenernya. Karakteristik ini berbeda dengan Dioda biasa yang
hanya dapat menyalurkan arus listrik ke satu arah. Tegangan Tembus (Breakdown Voltage)
ini disebut juga dengan Tegangan Zener.

Untuk lebih jelas mengenai Dioda Zener, mari kita lihat Rangkaian dasar Dioda Zener
dibawah ini :

Dalam Rangkaian diatas, Dioda Zener dipasang dengan prinsip Bias Balik (Reverse Bias),
Rangkaian tersebut merupakan cara umum dalam pemasangan Dioda Zener. Dalam
Rangkaian tersebut, tegangan Input (masuk) yang diberikan adalah 12V tetapi Multimeter
menunjukan tegangan yang melewati Dioda Zener adalah 2,8V. Ini artinya tegangan akan
turun saat melewati Dioda Zener yang dipasang secara Bias
Balik (Reverse Bias). Sedangkan fungsi Resistor dalam Rangkaian tersebut adalah untuk
pembatas arus listrik. Untuk menghitung Arus Listrik (Ampere) tersebut, kita dapat
menggunakan Hukum Ohm seperti dibawah ini :

(Vinput – Vzener) / R = I
(12 – 2,8) /460              = 19,6mA

Jika menggunakan Tegangan yang lebih tinggi, contohnya 24V. Maka arus listrik yang
mengalir dalam Rangkaian tersebut akan semakin besar :
(24 – 2,8) / 460            = 45mA

Akan tetapi, tegangan yang melewati Dioda Zener akan sama yaitu 2,8V. Oleh karena itu,
Dioda Zener merupakan Komponen Elektronika yang cocok untuk digunakan sebagai
Voltage Regulator (Pengatur Tegangan), Dioda Zener akan memberikan tegangan tetap dan
sesuai dengan Tegangan Zenernya terhadap Tegangan Input yang diberikan.

Pada umumnya Tegangan Dioda Zener yang tersedia di pasaran berkisar di antara 2V
sampai 70V dengan daya (power) dari 500mW sampai dengan 5W.

Dioda Zener biasanya diaplikasikan pada Voltage Regulator (Pengatur Tegangan) dan Over
Voltage Protection (Perlindungan terhadap kelebihan Tegangan). Fungsi Dioda Zener dalam
rangkaian-rangkaian tersebut adalah untuk menstabilkan arus dan tegangan

TRISSET 2017

PENURUN DAN PENSTABIL TEGANGAN DGN REGULATOR


Ketika diperlukan tegangan yang berbeda dari suatu sumber tegangan DC, maka yang
terpikir adalah dengan menggunakan hukum pembagian tegangan menggunakan Resistor
seperti gambar dibawah ini .

Berdasarkan rumus , Vout sangat dipengaruhi oleh resistansi/impedansi dari beban yang
dipasang. Kemudian munculah solusi dengan menggunakan dioda "terbalik" yang
memanfaatkan tegangan breakdown dari dioda yang lazim disebut "ZENER". Umumnya
zener dipasang seperti gambar berikut :
Kestabilan dari regulator menggunakan zener ditentukan oleh besar arus yang di alirkan ke
beban. Selanjutnya para produsen komponen elektronika merancang komponen regulator
tegangan linear dengan memanfaatkan sifat-sifat dari zener. Ada dua jenis linear regulator
yaitu Fixed dan Variabel, untuk Fixed regulator umumnya berkode 78xx ( positif regulator)
dan 79xx (negatif regulator) sedangkan untuk Variabel regulator contoh yang paling banyak
digunakan adalah LM317.

contoh rangkaian regulator +12v  dan -12v

Untuk LM317 lebih flexibel dengan mengatur nilai resistor pada pembagian tegangan di kaki
nomer 1

contoh rangkaian regulator variabel menggunakan LM317

IC 78xx maupun LM317 umumnya memiliki rating arus beban maksimum berkisar 1
Ampere, sehingga untuk melayani arus yang lebih dari 1 Ampere diperlukan rangkaian
driver arus seperti berikut ini :
Berikut penggunaan IC 78XX / 79XX sebagai Penstabil pada Regulator. Istilah regulator
sama dengan power supply seperti pada materi power supply dengan IC atau power supply
dengan dioda biasa Komponen ini jika kita lihat sepintas IC ini mirip sekali dengan
Transistor, ternyata ketika kita melihat kode di badannya akan tertulis 78XX atau 79XX. IC
78XX atau 79XX berfungsi agar kita bisa mendapatkan tegangan yang diinginkan, IC
78XX untuk tegangan positif dan 79XX untuk tegangan negatif dalam sistem regulator
tegangan.

Maksud dari “XX” di IC adalah tegangan yang dihasilkan contohnya


 IC 7805 untuk menstabilakn tegangan DC +5 Volt
 IC 7809 untuk menstabilakn tegangan DC +9 Volt
 IC 7905 untuk menstabilakn tegangan DC -5 Volt
 IC 7909 untuk menstabilakn tegangan DC -9 Volt
Dalam penggunaan IC 78XX atau 79XX terdapat beberapa karakteristik yang harus
diperhatikan diantara nya Regulation Voltage, Maximum Current, Minimum Input Voltage
contohnya :

Minimum Input
Type Number Regulation Voltage Maximum Current
Voltage

78L05 +5V 0.1A +7V

78L12 +12V 0.1A +14.5V

78L15 +15V 0.1A +17.5V

78M05 +5V 0.5A +7V

78M12 +12V 0.5A +14.5V

78M15 +15V 0.5A +17.5V


7805 +5V 1A +7V

7806 +6V 1A +8V

7808 +8V 1A +10.5V

7812 +12V 1A +14.5V

7815 +15V 1A +17.5V

7824 +24V 1A +26V

78S05 +5V 2A +8V

78S09 +9V 2A +12V

78S12 +12V 2A +15V

78S15 +15V 2A +18V

Lebih lengkapnya karakter IC ini bisa dibaca di datasheet nya.

Di bawah ini adalah contoh sedehana rangkaian Power Supply DC 5 Volt menggunakan IC
7815. Dengan regulator tegangan 5 volt ini, berapapun input AC yang masuk akan
dikonversi menjadi tegangan output DC stabil 5 Volt. Tentu saja tegangan input harus dalam
batas maksimum spesifikasi yang diperbolehkan.
Cara Kerja rangkaian
Tegangan AC 220 V/ 240V dari PLN diturunkan tegangan nya oleh Transformator (fungsi
trafo adalah menaikkan dan menurunkan tegangan). Pada rangkaian diatas tegangan
diturunkan menjadi 12 Volt AC. Tegangn 12V AC ini kemudian disearahkan(diubah menjadi
tegangan DC) dengan 4 buah Dioda (Rangkaian Dioda Bridge) 1N4001 menjadi tegangan
searah 12 Volt s/d 16 Volt.
Tegangan DC yang dihasilkan belum benar-benar DC (maksudnya masih terdapat ripple AC
dengan frekwensi sesuai input dari PLN (sekitar 50-60 Hz)). Maka digunakanlah 2 buah
kondensator yang berfungsi memfilter dan memperkecil ripple AC sehingga makin
mendekati grafik tegangan DC. Kondensator yang digunakan bernilai 4700uF dan 100nF.
Untuk merubah tegangan menjadi 5V diperlukan IC regulator 7815 yang berfungsi untuk
menstabilkan tegangan output menjasi 5 Volt DC. Ripple AC yang masih ada di filter kembali
melalui dua Condensator 100nF dan 1uF.
Jadi dari tegangan AC 220V/240V dari PLN bisa diubah menjadi tegangan DC 15V oleh
rangkaian ini.
RANGKAIAN PENSTABIL TEGANGAN MENGGUNAKAN LM317
. LM317 adalah IC penstabil tegangan yang dapat diatur tegangan keluarannya (adjustable
voltage regulator) dengan kemampuan arus keluaran hingga 1.5 Ampere.

Tegangan keluaran dari IC LM317 dapat diatur dengan mengubah-ubah nilai R2, dalam
contoh rangkaian di atas nilai R2 adalah 680 ohm, sehingga tegangan keluaran akan stabil
pada 5 Volt. 
Untuk mendapatkan keluaran tegangan yang stabil pada nilai tertentu, LM317 membutuhkan
tegangan masukan minimal sebesar 1.25 Volt lebih tinggi. Jadi rangkaian di atas
membutuhkan tegangan input paling kecil adalah 6.25 Volt. LM317 dapat diberi tegangan
masukan maksimum sebesar 40 Volt, tapi harap diperhatikan disipasi daya yang terjadi.
Semakin besar selisih tegangan masukan dengan tegangan keluaran maka disipasi daya
semakin besar, untuk itu disarankan menggunakan heatsink yang sesuai jika dalam suatu
aplikasi terpaksa menggunakan tegangan masukan yang selisihnya cukup jauh dari
tegangan keluaran.

Jika ingin membutuhkan tegangan keluaran yang lainnya dapat mengganti resistor R2
menggunakan rumus yang terdapat pada datasheet LM317

TRISSET 2017

Anda mungkin juga menyukai