XI TAV 1
Pengaturan Lebar Pulsa Modulasi atau PWM merupakan salah satu teknik yang cerdas
yang digunakan dalam sistem kendali (Control System). Pengaturan lebar modulasi
dipergunakan di berbagai bidang yang sangat luas, salah satu diantaranya adalah Speed
Control (kendali kecepatan), Power Control (kendali sistem tenaga), Measurement and
Communication (pengukuran atau instrumentasi dan telekomunikasi.
Ton adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi tinggi (baca : high atau 1)
Toff adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi rendah (baca : low atau 0)
anggap Ttotal adalah waktu satu siklus atau penjumlahan antara Ton dengan Toff, biasa
dikenal dengan istilah “periode satu gelombang”.
Ttotal = Ton+Toff
siklus kerja atau duty cycle sebuah gelombang didefenisikan sebagai,
Dari rumus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tegangan keluaran dapat diubah-ubah
secara langsung dengan mengubah nilai Ton.
Apabila Ton adalah 0, Vout juga akan 0.
Apabila Ton adalah Ttotal maka Vout adalah Vin atau katakanlah nilai maksimumnya.
Kita lihat contoh lain, Grafik di bawah ini menggambarkan beberapa PWM
dalam Dutycycle yang berbeda,
Pada grafik PWM teratas terlihat bahwa sinyal high per periodenya sangat kecil (hanya
10%).
Pada grafik PWM ditengah terlihat sinyal high-nya hampir sama dengan sinyal low (50%).
dan pada grafik paling bawah terlihat bahwa sinyal high-nya lebih besar dari sinyal low-nya
(90%).
Maka jika dimisalkan tegangan input yang melalui rangkaian tersebut sebesar 10 V, maka
jika digunakan PWM teratas, nilai tegangan output rata-ratanya sebesar 1 V (10% dari
Vsource), jika digunakan PWM yang tengah, maka tegangan output rata-ratanya sebesar 5V
(50%). Begitu pula jika menggunakan PWM yang paling bawah, maka tegangan output rata-
ratanya sebesar 9 V (90%).
Dimana sinyal input analog (berwarna hijau) dimodulasikan dengan sinyal gigi gergaji
(berwarna biru), sehingga didapatkan sinyal PWM seperti gambar dibawahnya (berwarna
merah). Jadi.. jika kita ingin mengatur kecepatan putar motor DC, membuat dimmer LED,
atau pengontrolan lain yang intinya cara untuk mengontrol daya yang diberikan ke beban
dengan menggunakan sumber yang konstan dapat dilakukan dengan PWM.
Khusus untuk penerapan PWM pada mobile robot, ada point yang tidak kalah penting untuk
diperhatikan, bahwa keluaran dari PWM tersebut tidaklah linear. Misalnya motor beroperasi
pada 1200 rpm (tanpa beban). Jika diberikan ratio PWM sebasar 100%, maka motor
tersebut akan berputar 1200 rpm, namun ketika kita ingin motor berputar pada 600 rpm.
Maka kita memberikan ratio PWM sebesar 50%, meskipun pada kenyataannya 600 rpm
dapat dicapai ketika ratio PWM mencapai 30%.
Hal kedua adalah perhitungan friction dan besarnya beban pada motor. Dengan besar ration
PWM yang sama, bisa jadi memberikan kecepatan yang berbeda ketika motor berputar
tanpa beban dengan motor yang telah dirakit bersama rangka robot yang tentunya
menambah besar massa dan gaya netralnya.
Beberapa fungsi yang masuk dalam proses pengubahan daya AC ke DC adalah sebagai
berikut :
1. Pengubahan Tegangan atau Voltase, berfungsi untuk mengubah tegangan listrik
yang tersedia dari jaringan distribusi transmisi listrik ke level yang diinginkan
2. Penyearah, sebagai pengubah arah tegangan atau voltase dari AC ke DC
3. Filter atau penyaring, bertugas sebagai pembersih gelombang keluaran dari riak
(ripple) yang berasal dari proses penyearahan
4. Pengaturan (regulation), bertujuan untuk mengendalikan tegangan keluaran
sehingga menjadi stabil walaupun terjadi variasi atau perubahan pada suhu, beban,
maupun tegangan masukan dari jaringan transmisi listrik
Berikut akan dijelaskan prinsip rangkaian catu daya (power supply) linier mulai dari
rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada catu daya yang ter-regulasi.
PENYEARAH (RECTIFIER)
Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya
dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai common ground..
Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang penuh seperti gambar di
atas.
Untuk beberapa aplikasi seperti misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau lampu
pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini
tegangan ripple dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar.
Gambar diatas adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor C
yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang tegangan
keluarnya bisa menjadi rata.
Gambar berikut menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian penyearah
setengah gelombang dengan filter kapasitor.
Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini
arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis
lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor.
Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus I yang mengalir ke beban R. Jika arus I = 0
(tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus
semakin besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan
berbentuk gigi gergaji
Jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple akan semakin besar. Sebaliknya jika
kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple akan semakin kecil. Untuk penyederhanaan
biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari jala-jala listrik yang
frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50
= 0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk penyearah gelombang
penuh, tentu saja fekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp = 0.01 det.
Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan kapasitor
pada. Bisa juga dengan menggunakan transformator yang tanpa CT, tetapi dengan
merangkai 4 dioda seperti pada gambar-5 berikut ini.
Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu jala-jala
listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang
diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp.
REGULATOR
Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada
masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan
naik/turun. Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan
dc keluarnya juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup
mengganggu, sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan
keluaran ini menjadi stabil.
Disamping regulator shunt, ada juga yang disebut dengan regulator seri.
Sekarang mestinya tidak perlu susah payah lagi mencari op-amp, transistor dan komponen
lainnya untuk merealisasikan rangkaian regulator seperti di atas. Karena rangkaian
semacam ini sudah dikemas menjadi satu IC regulator tegangan tetap. Saat ini sudah
banyak dikenal komponen seri 78XX sebagai regulator tegangan tetap positif dan seri 79XX
yang merupakan regulator untuk tegangan tetap negatif. Bahkan komponen ini biasanya
sudah dilengkapi dengan pembatas arus (current limiter) dan juga pembatas suhu (thermal
shutdown). Komponen ini hanya tiga pin dan dengan menambah beberapa komponen saja
sudah dapat menjadi rangkaian catu daya yang ter-regulasi dengan baik.
Hanya saja perlu diketahui supaya rangkaian regulator dengan IC tersebut bisa bekerja,
tengangan input harus lebih besar dari tegangan output regulatornya. Biasanya perbedaan
tegangan Vin terhadap Voutyang direkomendasikan ada di dalam datasheet komponen
tersebut. Pemakaian heatshink (aluminium pendingin) dianjurkan jika komponen ini dipakai
untuk men-catu arus yang besar. Di dalam datasheet, komponen seperti ini maksimum bisa
dilewati arus mencapai 1 A.
TRISSET 2017
TUJUAN
1. Memahami gambar skema rangkaian catu daya linear simetris dengan regulator
IC 7812 dan 7912;
2. Membuat desain pcb secara manual rangkaian catu daya linear simetris dengan
regulator IC 7812 dan 7912
5. Menjelaskan prinsip kerja rangkaian catu daya linear simetris dengan regulator
IC 7812 dan 7912;
6. Merakit rangkaian catu daya linear simetris dengan regulator IC 7812 dan 7912
dengan benar;
7. Menguji coba kinerja rangkaian catu daya linear simetris dengan regulator IC
7812 dan 7912 dengan memberikan beban motor DC;
8. Menguji coba spesifikasi (uji teknis) rangkaian catu daya linear simetris dengan
regulator IC 7812 dan 7912 dengan melakukan pengukuran tegangan kerja.
LANDASAN TEORI
Catu daya linear simetris (polaritas ganda) merupakan rangkaian catu daya yang
menghasilkan keluaran berupa polaritas ganda, yaitu: tegangan positif terhadap ground
dan tegangan negatif terhadap ground. Rangkaiancatu daya linear simetris secara
umum dibangun dari komponen trafo step down CT sebagai penurun tegangan dan
mempunyai bagian sekunder simetris, rangkaian dioda penyearah berupa sistem
jembatan (bridge system), filter dan rangkaian regulator menggunakan IC dengan seri
78XX sebagai regulator tegangan positif dan 79XX sebagai regulator tegangan negatif.
Pada gambar 1. Terlihat bahwa IC regulator tipe LM7805 akan menghasilkan tegangan
keluaran tetap sebesar positip 5 Volt dan tipe LM7812 akan menghasilkan tegangan
keluaran tetap sebesar positip 12 Volt. Jadi dua digit angka dibelakang 78XX berarti
besar tegangan keluaran yang telah distabilkan. IC jenis ini mempunyai 3 buah terminal,
yakni masukan (input), keluaran (output), dan ground (GND). Spesifikasi tegangan
pada beberapa IC regulator seri LM78xx dan 79xx series terlihat pada tabel berikut.
KESELAMATAN KERJA
1. Cek kondisi komponen yang akan dirakit untuk memastikan bahwa komponen
yang dirakit adalah komponen yang dalam keadaan baik.
2. Bersihkan kaki komponen dan pad PCB dengan menggunakan amplas halus
agar hasil solderan baik (kokoh, mengkilat, dan runcing).
4. Gunakan alat ukur AVO meter dengan benar, yaitu pemilihan range sesuai
dengan tegangan yang diukur. Hal ini berarti harus tepat pemilihan range ACV
untuk mengukur tegangan bolak balik mulai dari jala-jala listrik PLN hingga
sekunder trafo step down, dan range DCV digunakan untuk mengukur tegangan
searah hasil keluaran dioda penyearah, filter, regulator, sampai dengan kabel di
tingkat output.Pastikan semua komponen terpasang pada PCB dengan benar
sesuai gambar skema rangkaian.
5. Pada saat pengujian dengan beban pastikan rangkaian telah terakit dengan baik
dan dalam menghubungkan ke beban motor DC pastikan terminal polaritas
output DC. Karena yang akan diuji catu daya simetris maka ada dua kali
pengujian dengan beban motor DC ini, yaitu:
GAMBAR KERJA
LANGKAH KERJA
2. Buat desain pcb secara manual pada kertas gambar A4 berdasarkan gambar
skema rangkaian. Gunakan aturan sesuai dengan gambar teknik elektronika,
yaitu: bidang gambar dibagi menjadi 4 untuk gambar skema rangkaian, daftar
komponen, tata letak komponen (component side) dan lay out pcb (solder
side); Desain pcb dibuat dengan skala 1:1 dengan ukuran 60 X 90 mm.
3. Desain pcb yang telah jadi dipindahkan ke atas papan PCB pada sisi lapis
tembaga (solder side). Pindahan dengan menggunakan pensil dan tepatkan
ukuran kaki komponen sesuai dengan ukuran komponen yang sebenarnya.
Perhatikan jalur hubungan yang dibuat adalah sisi solder side dan pastikan
bahwa jalur telah sesuai dengan gambar skema rangkaian.
4. Tempelkan skotlet pada papan pcb yang telah dibuat gambar jalur
hubungannya (work art) dan potonglah sesuai dengan gambar> perhatikan
bahwa yang tertinggal adalah gambar jalur pcb sedangkan bagian yang akan
dilarutkan maka dibuang skotletnya. Agar pekerjaan lancer gunakan cutter yang
tajam.
5. PCB yang telah dibuang bagian skotlet yang digunakan berarti telah siap
dilarutkan dengan ferrichloride (FeCl3) untuk itu pastikan sekali lagi bahwa jalur
yang dibuat telah benar dan tidak ada kesalahan. Larutkan pcb pada larutan
ferrichloride yang telah dicampur dengan air panas agar proses pelarutan dapat
cepat dan goyang-goyangkan wadah tempat pelarutan (ingat wadah dari bahan
bukan logam, missal nampan plastic);
6. Bersihkan pcb yang telah selesai dilarut dan cek kembali kebenaran jalur
hubungannya dengan menggunakan ohmmeter. Jika sudah benar lakukan
penitikan sebelum dibor. Selanjutnya bor pcb sesuai dengan pad kaki
komponen. Dan selesai pekerjaan pengeboran ini berarti pcb telah siap
digunakan untuk perakitan rangkaian catu daya simetris.
7. Cek semua komponen yang akan dirakit dengan menggunakan AVO meter pada
fungsi ohm meter untuk mengidentifikasi komponen pasif dan aktif. Pastikan
bahwa semua komponen dalam kondisi baik. Masukkan hasil pengecakan pada
Tabel 1.
8. Cek lay out PCB. Pastikan jalur hubungan antar titik/kaki komponen sudah benar
sesuai dengan gambar skema rangkaian.
10. Solder kaki komponen pada pad PCB. Penyolderan dimulai dari komponen pasif
terlebih dulu baru dilanjutkan dengan komponen aktif, yaitu: kapasitor (elco) à
dioda àIC. Gunakan teknik menyolder yang benar agar hasil solderan baik, yang
ditunjukkan dengan hasil solderan matang (mengkilat) dan kokoh.
12. Hubungkan rangkaian catu daya linear simeris dengan trafo stepdown dilengkapi
dengan jack AC cord. Lakukan pengujian dengan memberi beban motor DC/bor
DC. Rangkaian catu daya linear yang baik dan berfungsi akan dapat
menggerakkan beban motor DC/bor DC, yaitu berputar searah jarum jam.
13. Lakukan pengukuran tegangan kerja rangkaian catu daya linear simetris dengan
regulator IC 7812 dan 7912, dimulai dari tegangan AC dari sumber jala-jala listrik
PLN, primer dan sekunder trafo stepdown, dilanjutkan tegangan DC hasil
penyearahan dioda rectifier (sistem jembatan), keluaran filter, tegangan pada IC
regulator, dan filter akhir serta kabel keluaran VDC.
14. Praktik selesai. Kembalikan semua alat dengan rapi dan buatlah laporan praktik.
Pada dasarnya, Dioda Zener akan menyalurkan arus listrik yang mengalir ke arah yang
berlawanan jika tegangan yang diberikan melampaui batas “Breakdown Voltage” atau
Tegangan Tembus Dioda Zenernya. Karakteristik ini berbeda dengan Dioda biasa yang
hanya dapat menyalurkan arus listrik ke satu arah. Tegangan Tembus (Breakdown Voltage)
ini disebut juga dengan Tegangan Zener.
Untuk lebih jelas mengenai Dioda Zener, mari kita lihat Rangkaian dasar Dioda Zener
dibawah ini :
Dalam Rangkaian diatas, Dioda Zener dipasang dengan prinsip Bias Balik (Reverse Bias),
Rangkaian tersebut merupakan cara umum dalam pemasangan Dioda Zener. Dalam
Rangkaian tersebut, tegangan Input (masuk) yang diberikan adalah 12V tetapi Multimeter
menunjukan tegangan yang melewati Dioda Zener adalah 2,8V. Ini artinya tegangan akan
turun saat melewati Dioda Zener yang dipasang secara Bias
Balik (Reverse Bias). Sedangkan fungsi Resistor dalam Rangkaian tersebut adalah untuk
pembatas arus listrik. Untuk menghitung Arus Listrik (Ampere) tersebut, kita dapat
menggunakan Hukum Ohm seperti dibawah ini :
(Vinput – Vzener) / R = I
(12 – 2,8) /460 = 19,6mA
Jika menggunakan Tegangan yang lebih tinggi, contohnya 24V. Maka arus listrik yang
mengalir dalam Rangkaian tersebut akan semakin besar :
(24 – 2,8) / 460 = 45mA
Akan tetapi, tegangan yang melewati Dioda Zener akan sama yaitu 2,8V. Oleh karena itu,
Dioda Zener merupakan Komponen Elektronika yang cocok untuk digunakan sebagai
Voltage Regulator (Pengatur Tegangan), Dioda Zener akan memberikan tegangan tetap dan
sesuai dengan Tegangan Zenernya terhadap Tegangan Input yang diberikan.
Pada umumnya Tegangan Dioda Zener yang tersedia di pasaran berkisar di antara 2V
sampai 70V dengan daya (power) dari 500mW sampai dengan 5W.
Dioda Zener biasanya diaplikasikan pada Voltage Regulator (Pengatur Tegangan) dan Over
Voltage Protection (Perlindungan terhadap kelebihan Tegangan). Fungsi Dioda Zener dalam
rangkaian-rangkaian tersebut adalah untuk menstabilkan arus dan tegangan
TRISSET 2017
Berdasarkan rumus , Vout sangat dipengaruhi oleh resistansi/impedansi dari beban yang
dipasang. Kemudian munculah solusi dengan menggunakan dioda "terbalik" yang
memanfaatkan tegangan breakdown dari dioda yang lazim disebut "ZENER". Umumnya
zener dipasang seperti gambar berikut :
Kestabilan dari regulator menggunakan zener ditentukan oleh besar arus yang di alirkan ke
beban. Selanjutnya para produsen komponen elektronika merancang komponen regulator
tegangan linear dengan memanfaatkan sifat-sifat dari zener. Ada dua jenis linear regulator
yaitu Fixed dan Variabel, untuk Fixed regulator umumnya berkode 78xx ( positif regulator)
dan 79xx (negatif regulator) sedangkan untuk Variabel regulator contoh yang paling banyak
digunakan adalah LM317.
Untuk LM317 lebih flexibel dengan mengatur nilai resistor pada pembagian tegangan di kaki
nomer 1
IC 78xx maupun LM317 umumnya memiliki rating arus beban maksimum berkisar 1
Ampere, sehingga untuk melayani arus yang lebih dari 1 Ampere diperlukan rangkaian
driver arus seperti berikut ini :
Berikut penggunaan IC 78XX / 79XX sebagai Penstabil pada Regulator. Istilah regulator
sama dengan power supply seperti pada materi power supply dengan IC atau power supply
dengan dioda biasa Komponen ini jika kita lihat sepintas IC ini mirip sekali dengan
Transistor, ternyata ketika kita melihat kode di badannya akan tertulis 78XX atau 79XX. IC
78XX atau 79XX berfungsi agar kita bisa mendapatkan tegangan yang diinginkan, IC
78XX untuk tegangan positif dan 79XX untuk tegangan negatif dalam sistem regulator
tegangan.
Minimum Input
Type Number Regulation Voltage Maximum Current
Voltage
Di bawah ini adalah contoh sedehana rangkaian Power Supply DC 5 Volt menggunakan IC
7815. Dengan regulator tegangan 5 volt ini, berapapun input AC yang masuk akan
dikonversi menjadi tegangan output DC stabil 5 Volt. Tentu saja tegangan input harus dalam
batas maksimum spesifikasi yang diperbolehkan.
Cara Kerja rangkaian
Tegangan AC 220 V/ 240V dari PLN diturunkan tegangan nya oleh Transformator (fungsi
trafo adalah menaikkan dan menurunkan tegangan). Pada rangkaian diatas tegangan
diturunkan menjadi 12 Volt AC. Tegangn 12V AC ini kemudian disearahkan(diubah menjadi
tegangan DC) dengan 4 buah Dioda (Rangkaian Dioda Bridge) 1N4001 menjadi tegangan
searah 12 Volt s/d 16 Volt.
Tegangan DC yang dihasilkan belum benar-benar DC (maksudnya masih terdapat ripple AC
dengan frekwensi sesuai input dari PLN (sekitar 50-60 Hz)). Maka digunakanlah 2 buah
kondensator yang berfungsi memfilter dan memperkecil ripple AC sehingga makin
mendekati grafik tegangan DC. Kondensator yang digunakan bernilai 4700uF dan 100nF.
Untuk merubah tegangan menjadi 5V diperlukan IC regulator 7815 yang berfungsi untuk
menstabilkan tegangan output menjasi 5 Volt DC. Ripple AC yang masih ada di filter kembali
melalui dua Condensator 100nF dan 1uF.
Jadi dari tegangan AC 220V/240V dari PLN bisa diubah menjadi tegangan DC 15V oleh
rangkaian ini.
RANGKAIAN PENSTABIL TEGANGAN MENGGUNAKAN LM317
. LM317 adalah IC penstabil tegangan yang dapat diatur tegangan keluarannya (adjustable
voltage regulator) dengan kemampuan arus keluaran hingga 1.5 Ampere.
Tegangan keluaran dari IC LM317 dapat diatur dengan mengubah-ubah nilai R2, dalam
contoh rangkaian di atas nilai R2 adalah 680 ohm, sehingga tegangan keluaran akan stabil
pada 5 Volt.
Untuk mendapatkan keluaran tegangan yang stabil pada nilai tertentu, LM317 membutuhkan
tegangan masukan minimal sebesar 1.25 Volt lebih tinggi. Jadi rangkaian di atas
membutuhkan tegangan input paling kecil adalah 6.25 Volt. LM317 dapat diberi tegangan
masukan maksimum sebesar 40 Volt, tapi harap diperhatikan disipasi daya yang terjadi.
Semakin besar selisih tegangan masukan dengan tegangan keluaran maka disipasi daya
semakin besar, untuk itu disarankan menggunakan heatsink yang sesuai jika dalam suatu
aplikasi terpaksa menggunakan tegangan masukan yang selisihnya cukup jauh dari
tegangan keluaran.
Jika ingin membutuhkan tegangan keluaran yang lainnya dapat mengganti resistor R2
menggunakan rumus yang terdapat pada datasheet LM317
TRISSET 2017