Anda di halaman 1dari 17

PEMBANGKIT PWM DENGAN LM 555

Disusun Oleh :
Raditya Dwi Gangsar W.

A. Pendahuluan
-

Latar Belakang
Pulse Width Modulation (PWM)
Elektronika driver solenoid tradisional bersandar pada control
linier, untuk menghasilkan sebuah keluaran arus yang secara langsung
sebanding

dengan

tegangan.

Feedback

dapat

digunakan

untuk

mencapai sebuah keluaran sinyal control yang tepat. Akan tetapi,


Skema seperti ini banyak menimbulkan rugi-rugi daya seperti panas
dan sangat tidak efisien. Untuk menghasilkan arus yang konstan
melalui coil dengan teknik yang lebih efisien dapat dilakukan dengan
menggunakan Pulse Width Modulation (PWM).
Sinyal PWM tidak konstan. Sinyal akan on pada suatu periode
dan akan off pada periode yang lain. Duty cycle (D) mengarah pada
persentase dari sinyal yang hidup (on). Duty cycle dari rendah (0)
dapat diatur sesuai keinginan hingga mencapai tinggi (1) dimana
sinyal akan tetap jalan terus (on). Duty cycle (D) sebesar 50% akan
menghasilkan gelombang persegi yang sempurna. Seperti ditunjukkan
oleh gambar A.

Gambar A. Duty cycle

Selenoid adalah sebuah kabel panjang dalam sebuah coil. Karena


konfigurasi

ini,

solenoid

memiliki

resistance

(R)

dan

sebuah

inductance (L). Ketika tegangan mulai diberikan pada elemen


enductive, arus I tidak langsung naik ke nilai konstan, tetapi berangsurangsur naik ke nilai maksimumnya yang biasa disebut dengan rise
time (gambar B). Sebaliknya, arus I tidak langsung hilang, sekalipun
jika tegangan V dipindahkan dengan tiba-tiba, tetapi akan berkurang
hingga ke nol (0) dalam waktu yang sama seperti rise time.

Gambar B. Tegangan kontinu melalui inductor

Oleh karena itu, ketika sebuah tegangan PWM dengan frekuensi


yang rendah diberikan ke sebuah solenoid, arus yang melaluinya akan
naik dan turun seperti tegangan V yang di On dan Off-kan. Jika D lebih
pendek

dari

rise

time,

tidak

akan

pernah

mencapai

nilai

maksimumnya dan tidak akan berlanjut sejak I kembali ke nol (0)


selama periode off pada tegangan (Gambar C). Berbeda jika D lebih
besar dari rise time, I tidak akan pernah menuju nol dan akan terus
berlanjut sehingga menjadi nilai rata-rata DC. Arus tersebut tidak akan
konstan, akan tetapi memiliki rippel (Gambar D)

Gambar C. PWM frekuensi rendah dengan D < rise time

menghasilkan arus discontinuous.

Gambar D. PWM frekuensi rendah dengan D > rise time


menghasilkan arus continu dengan rippel.

Pada frekuensi tinggi, tegangan V berbalik On dan Off dengan


sangat cepat, dengan mengabaikan D, arus I tidak memiliki waktu
untuk naik lebih tinggi sebelum tegangan kembali ke On. Hasilnya,
arus yang melalui solenoid diangap konstan. Dengan menyesuaikan D,
jumlah output arus I dapat dikontrol. Dengan D yang kecil, arus tidak
akan punya cukup waktu untuk naik sebelum tegangan PWM frekuensi
tinggi diaktifkan sehingga arus konstan. Dan dengan D yang besar,
arus akan mampu untuk naik lebih tinggi sebelum menjadi konstan
(Gambar E).

Gambar E. Efek variasi duty cycle D


untuk tegangan PWM frekuensi tinggi pada arus.

Jadi PWM menggunakan pulsa digital untuk membentuk beberapa nilai


analog selain dari level sinyal tinggi dan rendah. Banyak system digital
yang didayai power suplai 5-Volt, lalu jika kita memfilter sebuah sinyal yang
memiliki duty cycle 50% maka akan diperoleh tegangan rata-rata 2.5-Volts.
Ada duty cycles lain yang menghasilkan tegangan dalam kisaran 0 hingga
100% pada tegangan tinggi, tergantung pada resolusi PWM. Seperti yang
ditunjukkan oleh gambar-F.
Duty cycle didefinisikan sebagai persentase sinyal digital tinggi
ke rendah yang ada selama satu periode PWM.
Resolusi PWM didefinisikan sebagai jumlah maksimum pulsa
yang dapat dipaketkan ke dalam satu periode PWM.
Periode PWM adalah

periode waktu yang bebas diatur dimana

PWM berada. Hal ini dipilih untuk memberikan hasil terbaik pada
tujuan tertentu.

Rumusan Masalah

Pemakaian piranti-piranti semacam osilator, pembangkit pulsa, pembagkit


tanjakan

dan

gelombang-persegi,

multivibrator

satu-tembakan,

tanda

bahaya pencurian, dan monitor-monitor tegangan, semuanya memerlukan


sebuah rangkaian yang mampu menghasilkan selang-selang penentu waktu.
IC Timer yang paling popular adalah 555, pertama-tama diperkenalkan oleh
Segnetics Corporation. Serupa dengan op-amp penggunaan-umum, 555 ini
bias

saling

dihubungkan

dengan

rangkaian-rangkaian

TTL

(transistor-

transistor logic) dan rangkaian-rangkaian op-amp. Pewaktu 555 dapat


dianggap sebagai sebuah blok fungsional yang berisi dua pembanding, dua
transistor, tiga tahanan yang sama, sebuah flip-flop, dan sebuah tingkat
keluaran. Semua ini terlihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Sebuah pewaktu rangkaian-terpadu 555.

Sebuah 555 mempunyai jangkauan penentuan waktu maksimum yang


besarnya kira-kira 15 menit. Pewaktu-pewaktu
jangkauan

penentuan

waktu

maksimum

penghitung mempunyai

beberapa

hari.

Jangkauan

penentuan waktu 555 dapat diperlama sampai beberapa bulan atau bahkan
bertahun-tahun dengan menyambung secara bertingkat.

Cara Kerja Pewaktu 555


Pewaktu IC mempunyai dua carakerja, baik sebagai multivibrator
astabil (bergerak-bebas) atau sebagai multivibrator monostabil (satutembakan). Cara kerja bergerak-bebas dari 555 terlihat dalam Gambar-2(a).
Tegangan keluarannya beralih dari tingkat yang tinggi ke tingkat rendah dan
kembali lagi. Waktu keluaran yang tinggi atau rendah ditentukan oleh sebuah
jaringan kapasitor-tahanan yang dihubungkan dari luar ke pewaktu 555.
Harga tegangan keluaran pada tingkat yang rendah kira-kira 0.1 V.
Bela pewaktu tersebut bekerja sebagai sebuah multivibrator satutembakan, tegangan keluarannya rendah sampai sebuah pulsa pemicu yang
menuju-negatif diterapkan ke pewaktu tersebu, kemudian keluarannya
beralih menjadi tinggi. Waktu ketika keluarannya tinggi ditentukan oleh
sebuah tahanan dan kapasitor yang dihubungkan ke pewaktu IC.Di akhir
selang penentuan waktu, keluarannya kembali ke tingkat rendah. Cara
kerjanya terlihat pada Gambar2(b).

(a) Cara-kerja bergerak-bebas

(b) Cara-kerja satu tembakan

Gambar-2 Cara-kerja sebuah pewaktu 555

Terminal-Terminal 555
1. Terminal Paket dan Terminal Suplai Daya
Pewaktu 555 tersedia dalam dua gaya paket, TO 99 dan DIP, seperti
terlihat dalam Gambar-3(a). Pasak 1 adalah terminal bersama/ground dan
pasak 8 adalah terminal suplai tegangan pasitif

bisa merupakan

sebuah tegangan antara +5 V dan +18V. Jadi 555 dapat diberi tegangan oleh
suplai digital logic yang ada (+5 V), suplai IC linier (+15 V) dan batere
automobile atau batere sel kering. Rangaian dalam membutuhkan sekitar 0.7
mA per volt suplai (10 mA untuk

= +15) untuk menyetel arus-arus bias

dalam. Penyerapan daya maksimum untuk paket tersebut adalah 600mW.

2. Terminal Keluaran
Seperti terlihat dalam Gambar 3(b) dan (c), terminal keluarannya,
pasak 3, bias menjadi arus sumber atau arus penerima. Sebuah beban suplai
mengambang dalam keadaan hidup bila keluarannya rendah dan mati bila
keluarannya tinggi. Sebuah beban terground dalam keaaan hidup bila
keluarannya tinggi dan mati bila keluarannya rendah. Pada cara kerja biasa
sebuah beban suplai atau sebuah terground dihubungkan ke pasak3.

Sebagian besar pemakaian tidak memrlukan kedua jenis beban tersebut


pada saat yang sama.
Arus sumber atau arus penerima maksimum secara terknis besarnya
200 mA, tapi yang lebih realistis adalah 4 mA. Tegangan keluaran yang tinggi
Gambar 3(c) adalah sekitar 0.5 V di bawah

dan tegangan keluaran yang

rendah adalah sekitar 0.1 V di atas ground, untuk arus-arus beban di bawah
25 mA.

(a) Hubungan-hubungan pasak dan gaya paket 555

(b) Keluaran rendah

(c) Keluaran tinggi

Gambar-3 Terminal operasi keluaran-pewaktu 555 dan terminal paketnya. Sebuah


beban ter-ground maupun beban suplai bias dihubungkan.

3. Terminal Reset

Terminal reset, pasak 4, memungkinkan 555 menjadi tidak mempu dan


menolak

isyarat-isyarat

perintah

pada

masukan

digunakan, terminal reset harus dihubungkan ke +

pemicu.

Bila

tidak

. Jika terminal reset itu

diground atau potensialnya diperkecil di bawah 0.4 V, kedua terminal


keluaran, pasak 3, dan terminal pembuangan, pasak 7, kira-kira berada pada
potensial ground. Dengan kata lain, keluarannya dipertahankan rendah. Jika
keluarannya tinggi, suatu ground paa terminal reset dengan segera
mendorong keluaran yang rendah.

4. Terminal Pengosongan
Terminal pengosongan, pasak 7, digunakan untuk mengosongkan
kapasitor penentuan-waktu luar sepanjang waktu ketika keluarannya rendah.
Bila keluarannya tinggi, pasak 7 bekerja sebagai hubung terbuka dan
memungkinkan kapasitornya mengisi pada laju yang ditentukan oleh sebuah
tahanan

atau

tahanan-tahanan

dan

kapasitor

luar.

Gambar-4

memperlihatkan sebuah model terminal pengosongan bila C dikosongkan


dan untuk bila C diisi.

(a) Model terminal pengosongan bila keluarannya rendah, dan

(b) Model terminal pengosongan bila keluarannya tinggi dan bila kapasitornya
sedang mengisi

Gambar-4 Cara kerja terminal pengosongan.

5. Terminal Tegangan Pengendali


Sebuah kapasitor filter 0.01-F biasanya dihubungkan dari terminal
tegangan

pengendalian,

pasak

5,

ke

ground.

Kapasitor

melewatkan

gangguan dan/atau tegangan riak dari suplai daya untuk memperkecil


akibat-akibatnya pada tegangan ambang. Terminal tegangan pengendalian
bias juga digunakan untuk mengubah taraf tegangan ambang maupun taraf
tegangan pemicu. Umpamanya, dengan menghubungkan sebuah tahanan 5k antara pasak 5 dan pasak 8 mengubah tegangan ambang menjadi 0.8
dan

tegangan

pemicu

menjadi

0.4

Suatu

tegangan

luar

yang

dihubungkan ke pasak 5 akan mengubah tegangan ambang maupun


tegangan pemicu dan dapat juga digunakan untuk memodulasikan bentuk
gelombang keluaran.

6. Terminal Pemicu dan Terminal Ambang

Pewaktu 555 mempunya dua tingkat operasi yang mungkin dan dua
tingkat ingatan yang mungkin. Keduanya ditentukan oleh masukan pemicu,
pasak 2, maupun masukan ambang, pasak 6. Masukan pemicu dibandingkan
oleh pembanding 1 dalam Gambar-1, dengan suatu tegangan ambang yang
lebih

rendah

yang

sama

dengan

/3.

Masukan

ambangnya

dibandingkan oleh pembanding 2 dengan tegangan ambang yang lebih


tinggi

yang sama dengan 2

/3. Setiap masukan mempunyai dua taraf

tegangan yang mungkin, baik di atas atau di bawah tegangan acuannya. Jadi
dengan dua masukan aka nada empat kombinasi yang mungkin yang akan
mengakibatkan empat tingkat operasi yang mungkin.
Empat kombinasi masukan yang mungkin dan masing-masing tingkat
dari 555 diberikan dalam Tabel-1. Dalam tingkat operasi A, kedua tegangan
pemicu tegangan ambang berada di bawah masing-masing tegangan
ambangnya dan terminal keluarannya (pasak 3) tinggi. Dalam tingkat
operasi D, kedua masukannya berada di atas tegangan ambangnya dan
terminal keluarannya rendah.

Tabel-1
=2

Tingkat-tingkat operasi dari sebuah pewaktu 555 :


/3,

/3 ; tinggi

, rendah atau ground

Tingkat
operasi

Pemicu
Pasak 2

Ambang
Pasak 6

Di bawah

Di bawah

Di bawah

Di atas

Di atas

Di bawah

0 V.

Tingkat terminal
Keluaran 3
Pembuangan 7
Tinggi
Terbuka
Mengingat
tingkat
terakhir
Mengingat

Terakhir
Terakhir

Di atas

tingkat
terakhir
Rendah

Di atas

Ground

Pengamatan bahwa masukan-masukan yang rendah memberikan


suatu keluaran yang tinggi, dan masukan-masukan yang tinggi memberikan
keluaran yang rendah, bias mendorong anda untuk menyimpulkan bahwa
555 bekerja seperti sebuah pembalik. Meskipun demikian, seperti terlihat
dalam Tabel-1, 555 mempunyai dua tingkat memori. Tingkat B terjadi bila
masukan pemicunya di bawah, dan masukan ambangnya di atas masingmasing tegangan acuannya. Tengkat memori C terjadi bila masukan pemicu
berada di atas, dan masukan ambang di bawah tegangan acuannya.
Suatu bantuan pandangan untuk memahami bagaimana tingkattingkat operasi ini terjadi diberikan dalam Gambar-5. Sebuah tegangan
masukan

diterapkan ke kedua terminal masukan ambang dan terminal

pemicu. Bila

berada di bawah

selama selang waktu A-B dan E-F,

dihasilkan operasi tingkat A, demikian rupa sehingga keluaran


tinggi. Bila

terletak di atas

tetapi di bawah

menjadi

, dalam waktu B-C, 555

memasuki tingkat C dan mengingat tingkat A yang terakhir. Bila


melampaui

, operasi tingkat D mengirimkan keluaran yang rendah. Bila

turun di antara

dan

selama waktu D-E, 555 mengingat tingkat D yang

terakhir dan keluarannya tetap rendah. Akhirnya, bila

turun di bawah

selama waktu E-F, tingkat A mengirimkan keluaran yang tinggi.


Dengan menggambarkan keluaran

terhadap

dalam Gambar-5,

kita melihat suatu hysteresis. Mengingat kembali bahwa sebuah untaian


Histeresis berarti bahwa rangkaian tersebuat mempunyai ingatan. Ini berarti
juga bahwa jika masukan-masukannya ada dalam salahsatu tingkat ingatan,

kita takkan bias mengatakan apakah tingkat keluarannya saat ini, kecuali
kita mengetahui tingkat sebelumnya.

Gambar-5 Tiga dari empat tingkat operasi dari sebuah pewaktu 555 diperlihatkan oleh
sebuah rangkaian test untuk mengukur

dan

versus waktu dan

versus

7. Penundaan Waktu Daya-hidup


Ada dua jenis peristiwa-peristiwa penentuan waktu yang mungkin akan
diperlukan

selama

pemakaian

daya-hidup.

Boleh

jadi

kita

ingin

menggunakan daya ke satu bagian sebuah system dan menunggu selama


selang waktu tertentu sebelum memulai suatu bagian lain dari suatu sistem.
Sebuah rangkaian yang menjawab masalah ini terlihat dalam Gambar-6(a).
Bila saklar daya dipindahkan ke hidup pada t = 0, tegangan kapasitor awal
menjadi nol. Karena itu, baik pasak 2 maupun pasak 6 berada di atas
masing-masing ambangnya dan keluarannya tetap rendah dalam tingkat
operasi D. Bersama terisinya kapasitor C, ambangnya turun di bawah

sedangkan picunya masih tetap di atas

, dimana 555 memasuki tingkat A

dan mendorong keluarannya tinggi pada waktu T.


Hasil bersihnya adalah bahwa suatu keluaran dari pasak 3 dari 555
telah ditunda selama seuatu selang waktu T sesudah penutupan saklar pada
t = 0. Penundaan waktu didapatkan dari T = 1.1
Dengan

seling

menukar

dan

C,

C.
dapat

dibangkitkan

suatu

penundaan waktu dengan keluaran yang tinggi. Dalam rangkaian dari


Gambar-6(b), daya diterapkan ke sebuah system bila saklarnya ditutup.
Keluaran 555 menjadi tinggi selama jangka waktu T dan kemudian menjadi
rendah. Jenis pembentukan pulsa ini biasa digunakan untuk memasang
kembali penghitung dan memulai urutan computer sesudah suatu kegagalan
daya. Jenis ini dapat juga memberikan waktu bagi seorung operator untuk
keluar

sesudah

sebuah

system

tanda

bahaya

menyala

sebelum

mempersenjatai sistemnya.

(a) Keluaran

tidak menuju tinggi sampai suatu selang waktu T berlalu


setelah pemakaian daya pada t=0

(b)Keluaran

menuju tinggi selang waktu T sesudah daya diberikan

Gambar-6 Pemakaian penundaan-waktu daya-hidup dianalisa dengan acuan ke


Tabel 1

B. Perancangan Sistem

Daftar Pustaka

Coughlin, Robert F. Driscoll, Frederick F, 1992, penguat operasional dan


rangkaian

AXIOMATIC technologies corporation, Pulse Width Modulation from:


PWM/D-

terpadu linier, Jakarta: ERLANGGA.

AP7/10/00

Massa, John, 2005, Pulse Width Modulation (PWM) tutorial,,: Datadog


Systems.

http://www.cpemma.co.uk/pwm.html

Anda mungkin juga menyukai